Tuberkulosis Paru dan Status
Gizi Buruk
Pembimbing : dr. Arsi Widyastriastuti, Sp.A
SMF ANAK RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KEDIRI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
1
2 Identitas Pasien
BB : 14 kg Pendidikan : SMA
Masuk RS : Sabtu, 09-2-2019, pukul 05.00 Alamat : Dsn Ngebrak, Gampengrejo, Kediri
3 Anamnesis
4 Anamnesis
5 Anamnesis
6 Anamnesis
7 Anamnesis
Riwayat Pengobatan
11 Anamnesis
– DL
– Foto Thoraks
18 Pemeriksaan Pasien di R. Melati
Sabtu,9 Februari 2019 jam 05.00
– Keadaan umum : Cukup – Kepala/Leher
– Kesadaran : Komposmentis, GCS Mata : Anemis -/-, ikterus -/-, edema
E4V5M6 palpebral (-), Cekung +/+, konjungtiva
hiperemi (-/-)
– Tanda vital
Mulut : Pucat (-), sianosis (-),lidah kotor (-),
– Nadi : 144x/ menit mukosa bibir kering, faring hiperemis (-),
– RR : 44 x/ menit tosil hiperemi -/-
Kesimpulan :
Pasien tampak sakit, gizi buruk, pembesaran KGB regio colli
sinistra, dan suara vesicular menurun pada lapang paru
dekstra
22 Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap (09219)
– MRS
– Infus KAEN 3B / RL 1400cc/24 jam
– Ranitidine = 2mg/kgBB/hari 2x/hari = 2 X 14 kg / 2x = 28 mg (1/2 ampul 2x/hari)
– Rifampisin 15 mg/kgBB/hari = 15 x 14 = 210 mg/hari selama 2 bulan + 7-10 bulan berikutnya
– INH 10 mg/kgBB/hari = 10 x 14 = 140 mg/hari selama 2 bulan + 7-10 bulan berikutnya
– Pirazinamid 35 mg/kgBB/hari = 35 x 14 = 490 mg/hari selama 2 bulan
– Etambutol 20 mg/kgBB/hari = 20 x 14 = 280 mg/hari selama 2 bulan
– Nebul Ventolin + Pulmicort 3x/hari
– Vitakur 1x1
– Puyer batuk + asam mefenamat
– Memberikan makanan yang sesuai dengan kondisi pasien
26 Planning Monitoring
– Memberitahukan kepada keluarga pasien jika setelah minum obat BAK nya
berwarna orange kemerahan tidak perlu khawatir karena itu merupakan
pengaruh salah satu obat OAT
– Memberitahukan kepada keluarga jika perut pasien makin membesar dan mata
atau badan berubah menjadi kuning, segera memeriksakan diri kefaskes terdekat.
– Perbaikan gizi anak untuk menunjang kesembuhan dari anak.
– Menjelaskan bahwa penyakit ini bisa disembuhkan asal rutin minum obat dan
orang disekitar rumah yang dicurigai menderita TB paru segera diperiksakan dan
mendapat terapi yang sesuai untuk mengurangi resiko kekambuhan pada anak
Follow up
30 Sabtu, 90219
Sabtu S O A P
9/2/19
PEMBAHASAN
35
36
Tranmisi dan Patogenesis
37 Tuberkulosis
Tranmisi dan Patogenesis Tuberkulosis
38
39 Mekanisme terjadinya kejang
40
41
42 Faktorfaktor yang berperan
dalam penularan TB
Tingkat
43 Penegakan Diagnosis TB
1) Konfirmasi bakteriologis TB
2) Gejala klinis yang khas
3) Adanya bukti infeksi TB (Hasil uji tuberculin positif atau kontak
erat dengan penderita TB)
4) Gambaran foto toraks sugestif TB
5) Sistem Scoring
44 Konfirmasi Bakteriologis
Gejala
46
Gejala
47 Adanya bukti infeksi TB (Hasil uji tuberculin
positif atau kontak erat dengan penderita
TB)
Hasil Positif Populasi
Indurasi ≥ 5 mm • Anak dengan kontak dekat dengan orang yang
diketahui atau dicurigai menderita tuberkulosis
• Anak yang dicurigai menderita sakit
tuberkulosis : (1) Hasil foto toraks yang
menunjukkan TB aktif , (2) Bukti klinis sakit TB
• Anak yang mendapat terapi imunosupresan
atau dengan kondisi imunosupresi termasuk HIV
Indurasi ≥ 10 mm • Anak yang beresiko tinggi mengalami TB
diseminata : (1) anak < 4 th, (2) anak dengan
kondisi medis lain, termasuk penyakit hodskin,
lomfoma, DM, GGK, malnutrisi
48
7
53
54 Status Gizi
55 Gizi Buruk
Penyebab
Malnutrisi
Berdasarkan dari anamnesis didapatkan bahwa pasien memiliki nafsu makan yang kurang
baik dari kecil dan dengan porsi makan yang sedikit. Kemungkinan terjadinya malnutrisi
bisa dikarenakan akibat intake ataupun karena infeksi yang dialami oleh pasien.
56 Kriteria Gizi Buruk Menurut Depkes, RI 2013
Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)
Berat Badan menurut Umur (BB/U) 0 – 60 Bulan Gizi buruk < -3 SD
Gizi kurang -3 SD sampai dengan < -2 SD
Gizi baik -2 SD sampai dengan 2 SD
Gizi lebih >2 SD
Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi
Sangat pendek <-3 SD
Badan menurut Umur (TB/U) 0 – 60 Bulan
Pendek -3 SD sampai dengan <-2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Tinggi >2 SD
Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB)
atau Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) Sangat kurus <-3 SD
Umur 0 – 60 Bulan
Kurus -3 SD sampai dengan < -2SD
Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Gemuk > 2 SD
Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) 0 –
Sangat Kurus < -3 SD
60 Bulan
Kurus -3 SD sampai dengan < -2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Gemuk > 2 SD
Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) 5 –
Sangat Kurus < -3 SD
18 Tahun
Kurus -3 SD sampai dengan < -2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Gemuk >1 sampai dengan 2 SD
Obesitas >2 SD
57 Diagnosis Gizi Buruk
– Hasil plot pada grafik WHO
Z-Score IMT/U didapatkan
hasil yang menunjukkan
pasien mengalami gizi
buruk yaitu berada pada <
- 3 standar deviasi dengan
tanda komplikasi berupa
anoreksia dan demam pada
saat pasien masuk ke IGD
RS yaitu 39˚C. Oleh karena
itu pasien selanjutnya perlu
dirawat inapkan
58
59 Penatalaksanaan TB
60 Penatalaksanaan TB
Pemberian OAT
Dosis OAT Pada Anak Dosis OAT Kombinasi Dosis Tetap (KDT) Pada Anak
Nama Obat Dosis Harian Dosis Maksimal
Berat Badan (Kg) RHZ (75/50/150) RH (75/50)
(mg/kgBB/hari)
Isoniazid 10 (7-15) 300
5-7 kg 1 tablet 1 tablet
Rifampisin 15 (10-20) 600 8-11 kg 2 tablet 2 tablet
Pirazinamid 35 (30-40) - 12-16 kg 3 tablet 3 tablet
Etambutol 20 (15-25) 17-22 kg 4 tablet 4 tablet
30 kg 5 tablet 5 tablet
>30 kg Dewasa
61
Panduan OAT dan Lama Pengobatan TB Pada Anak
TB Klinis
TB Kelenjar
2 HRZ 4HR
Efusi Pleura TB
TB Terkonfirmasi Bakteriologis
TB tulang/sendi
TB milier
2HRZE 10 HR
TB meningitis
62 Penatalaksanaan TB
Pemberian OAT
Sehingga dosis OAT untuk pasien sesuai dengan tabel diatas adalah :
– Rifampisin 15 mg/kgBB/hari = 15 x 14 = 210 mg/hari selama 2 bulan + 10
bulan berikutnya
– INH 10 mg/kgBB/hari = 10 x 14 = 140 mg/hari selama 2 bulan + 10 bulan
berikutnya
– Pirazinamid 35 mg/kgBB/hari = 35 x 14 = 490 mg/hari selama 2 bulan
– Etambutol 20 mg/kgBB/hari = 20 x 14 = 280 mg/hari selama 2 bulan
63 Penatalaksanaan Gizi Buruk
Penatalaksanaan Gizi
Buruk
– Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit atau Penyehatan Lingkungan, 2016, Petunjuk Teknis
Manajemen dan Tatalaksana TB Anak, , Jakarta : Kementrian Kesehatan RI
– Dudeng D. 2005. Faktor- Faktor yang Berhungan dengan Kejadian Tuberkulosis pada Anak di
Kabupaten Gunung Kidul Propinsi DIY (Thesis). Yogyakarta : Universitas Gajah Mada
– Hillaliah R, 2010, Analisis Faktor Risiko Kejadian Penyakit Tuberkulosis pada Anak di Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta Tesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
– Jongste JDC, 2003, Cough 2 : Chronic Cough in Children. ThoraxBMJ, 58. Pp. 998-1003.
– KementerianKesehatan RI. 2011. Bagan TatalaksanaAnakGiziBurukBuku I
(Cetakankeenamedisirevisi). Jakarta : DepartemenKesehatan
– KementerianKesehatan RI. 2011. Bagan TatalaksanaAnakGiziBurukBuku II
(Cetakankeenamedisirevisi). Jakarta : DepartemenKesehatan
70 Daftar Pustaka