Anda di halaman 1dari 25

Saqila Alifa Ramadhan 260110160047

Alia Resti Azura 260110160048


Indah Pertiwi 260110160049
Reza Laila Najmi 260110160050
Kita Radisa 260110160051

Kelompok 2
Shift B 2016
LAPORAN
PRAKTIKUM
PROTEIN
Tujuan
1. Menganalisis protein secara kualitatif
dengan menggunakan reagen
xanthoprotein.
2. Menganalisis kadar protein total
menggunakan metode biuret.
Prinsip
Uji Xanthoprotein Uji Biuret
Uji xanthoprotein digunakan untuk Prinsip metode biuret ialah
menunjukkan keberadaan gugus mengukur absorbansi cahaya
benzene pada protein. Metode kompleks berwarna ungu dari
analisis protein ini menggunakan protein yang bereaksi dengan
larutan asam nitrat pekat. Hasil reagen biuret. Protein dengan ion
positif pada uji xanthoprotein Cu2+ yang terdapat dalam reagen
adalah munculnya gumpalan atau biuret membentuk kompleks
cincin warna kuning. Pada uji ini, dalam suasana basa. Semakin
digunakan larutan asam nitrat yang tinggi intensitas cahaya yang
berfungsi untuk memecah protein diserap oleh larutan maka semakin
menjadi gugus benzena (Sumardjo, tinggi pula kandungan protein
2006). yang terdapat di dalam sampel
tersebut (Herdyastuti, 2006).
Data Pengamatan
No. Perlakuan Hasil
A Preparasi Sampel
Didapatkan sampel
1 Sampel ditimbang sebanyak 10 gram
sebanyak 10 gram
Sampel digerus dalam mortar sampai halus Didapatkan hasil sampel
2
kemudian ditambahkan dengan aquadest yang siap untuk disaring
Didapatkan sari dari
3 Sampel disaring menggunakan kain penyaring
sampel apel
Sampel dimasukkan ke dalam sentrifuge Didapatkan hasil sampel
4
kemudian dimasukkan ke dalam inkubator yang telah disentrifugasi
B Pembuatan Biuret
150 mg CuSO4.5H2O dan 600 mg Na-K Tartrat Didapatkan campuran
1
dilarutkan dalam 50 ml aquadest larutan
2 Larutan ditambahkan dengan larutan NaOH 10% Larutan berwarna biru
Ditambahkan aquadest hingga mencapai volume Larutan berwarna biru lebih
3
100 ml cerah
No. Perlakuan Hasil
C Uji Xanthoprotein
1 Sampel ditambahkan dengan HNO3 pekat Sampel berwarna lebih cerah
Warna larutan menjadi
2 Sampel dipanaskan kuning dan muncul sedikit
endapan oranye
Sampel yang telah didinginkan ditambahkan dengan Warna larutan menjadi
3
larutan NaOH oranye
D Uji Biuret
Larutan blanko (berupa air dan campuran kasein dan Larutan blanko masuk ke
1 air) dimasukkan ke dalam mikroplate menggunakan dalam mikroplate
mikropipet
Larutan sampel masuk ke
Larutan sampel dimasukkan ke dalam mikroplate
2 dalam mikroplate
dengan menggunakan mikropipet

Biuret yang telah dibuat diteteskan ke dalam sampel


3 Larutan siap untuk diuji
dan larutan blanko
Mikroplate berada di
4 Mikroplate dimasukkan ke dalam mikroplate reader
dalam mikroplate reader
Didapatkan hasil untuk
Hasil yang ditunjukkan dibaca lalu dibuat dalam
5 masing–masing larutan
bentuk kurva
Data Absorbansi Kasein

Adsorbansi
No Konsentrasi Absorbansi
Blanko

1 100 0,13 0,086

2 50 0,118 0,074

3 25 0,108 0,064

4 12,5 0,116 0,072

5 6,25 0,108 0,064

6 3,125 0,107 0,063

7 1,5625 0,104 0,06


Data Absorbansi Sampel

No Percobaan Absorbansi Absorbansi Blanko Konsentrasi


1 Ke-1 0,309 0,309 – 0,044 = 0,265 1013
2 Ke-2 0,396 0,396 – 0,044 = 0,352 1448
3 Ke-3 0,309 0,309 – 0,044 = 0,265 1013
Rata-rata Konsentrasi 1158
Percobaan 1 Percobaan 2

Y = 0,0002x +0,0624 Y =0,0002x +0,0624

0,265 = 0,0002x +0,0624 0,352 =0,0002x+0,0624

0,265-0,0624 = 0,0002x 0,352-0,0624 =0,0002 x


0,2026 = 0,0002x 0,2896 =0,0002 x
0,2026 =x 0,2896 =x
0,0002 0,0002
1013 =x 1448 =x

Percobaan 3

Y = 0,0002x +0,0624

0,265 = 0,0002x +0,0624


Perhitungan
0,265-0,0624 = 0,0002x
0,2026 = 0,0002x
0,2026 =x
0,0002
1013 =x
Pembahasan
Dengan uji xanthoprotein didapatkan bahwa
sampel berupa apel mengandung protein yang
ditunjukkan dengan perubahan warna menjadi
jingga. Perubahan warna ini terjadi karena
terbentuknya senyawa nitro yang berwarna
kuning dan dalam lingkungan alkalis akan
terionisasi dengan bebas dan warnanya menjadi
lebih tua atau berubah menjadi jingga.
Pembahasan
Dalam uji biuret, setelah sampel ditambahkan
pereaksi biuret dan dimasukkan ke dalam
mikroplate reader dapat diketahui bahwa kadar
protein total pada sampel apel sebesar 1158
µg/ml.
LAPORAN
PRAKTIKUM
KARBOHIDRAT
Tujuan
1. Mengidentifikasi karbohidrat pada suatu
sampel menggunakan pereaksi fehling.
2. Menentukan kadar gula pereduksi dari
suatu sampel menggunakan metode Luff
Schoorl.
Prinsip
Pengendapan Gula Pereduksi
Pengendapan adalah reaksi Gula pereduksi adalah gula yang
terbentuknya produk yang tidak mengandung gugus aldehid dan
larut atau endapan (Chang, 2005). keton (Kamaludin, 2010)

Metode Luff Schoorl Karbohidrat


Metode Luff Schoorl adalah Karbohidrat adalah kelompok
metode penentuan monosakarida senyawa yang mengandung unsur
dengan cara kimiawi untuk C, H, dan O. Senyawa-senyawa
menentukan kuprioksida dalam karbohidrat memiliki sifat
larutan sebelum direaksikan pereduksi karena adanya gugus
dengan gula reduksi dan sesudah karbonil dalam bentuk aldehid
direaksikan dengan sampel gula atau keton (Ngili, 2010).
pereduksi (Sudamardji, 1989).
Data Pengamatan
No. Perlakuan Hasil

A Preparasi Sampel

1 Apel dipotong menjadi beberapa bagian kecil


Apel ditimbang sebanyak 25 g dan digerus di Terbentuk fase cair sampel apel
2
dalam mortir sebagai bahan utama untuk
Apel dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan disentrifugasi
3 disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm
selama 15 menit
4 Fase cair hasil sentrifugasi dipisahkan

B Pembuatan Pereaksi Fehling


3,5 g CuSO4 ditambahkan aquadest 50 ml,
1 Terbentuk Fehling A
kemudian disaring dan didiamkan 2 hari
2 17,3 Na-K-Tartrat ditambahkan aquadest Terbentuk Fehling B

Larutan Fehling A 20 ml dan Fehling B 20 ml Terbentuk larutan fehling campuran


3
dicampurkan berwarna biru
No Perlakuan Hasil

C Pembuatan Pereaksi Luff Schoorl

1 25 g CuSO4 dilarutkan dalam 100 ml aquadest Terbentuk larutan biru pekat

28,8 g Na2CO4.10H2O dilarutkan dalam 400


2 Larutan menjadi keruh
ml aquadest
Larutan keruh terasa dingin
3 Larutan sitrat dicampur dengan larutan Na2CO3

4 Ditambahkan larutan CuSO4 dan diaduk Larutan menjadi warna ungu

5 Ditambahkan aquadest hingga volumenya 1 ml Volume larutan menjadi 1 mL

D Pembuatan Larutan Baku Natrium Tiosulfat

100 mg KIO3 dicampurkan dengan 10 ml H2SO4


1 Terbentuk Larutan Campuran
dan 300 mg KI
Campuran larutan ditambahkan aquadest hingga
2 Larutan memilki volume 100 mL
volumenya 100 ml
No Perlakuan Hasil

3 Larutan dititrasi dengan natrium tiosulfat Larutan kuning seulas

4 Larutan hasil titrasi ditambahkan amilum Larutan berwarna biru

5 Larutan dititrasi kembali Warna biru pada larutan hilang

E Analisis Kualitatif dengan Uji Fehling

Larutan sampel diteteskan 2-3 tetes pereaksi Tersedia larutan yang telah
1
fehling direaksikan
Larutan dipanaskan dengan air mendidih Terbentuk larutan berwarna merah
2
selama 1 menit bata

F Analisis Kuantitatif dengan Uji Luff Schoorl

25 ml filtrat sampel dimasukkan ke dalam labu


1 Tersedia larutan sampel 25 ml
erlenmeyer
Dimasukkan 10 ml HCl 30% ke dalam labu
2 Larutan sampel bersifat asam
erlenmeyer
No Perlakuan Hasil

Larutan dipanaskan hingga suhu mencapai


Larutan berubah warna menjadi
3 70°C selama 10 menit kemudian didinginkan
kecoklatan
20°C

4 Larutan ditambahkan dengan NaOH 45%


Larutan bersifat netral setelah
penambahan dengan larutan basa
5 Larutan sampel ditentukan pH nya

Larutan diencerkan dengan ditambahkan dengan


6 Volume larutan menjadi 50 ml
aquadest hingga volume 50 ml
Diambil 25 ml larutan dan dimasukkan ke dalam
7 Tersedia larutan sebanyak 25 mL
labu erlenmeyer

8 Ditambahkan larutan pereaksi Luff Schoorl Larutan berwarna hijau lumut

Dimasukkan batu didih ke dalam labu


9 Larutan hijau lumut menjadi panas
erlenmeyer kemudian ditutup dengan kapas
Labu erlenmeyer dididihkan selama 1 menit
10 Larutan menjadi dingin
kemudian didinginkan
Ditambahkan 15 ml KI 20% dan 25 ml H2SO4 6 Larutan berwarna kuning
11
N kecokelatan
Larutan dititrasi dengan natrium tiosulfat 0,1N Larutan berwarna kuning jerami dan
12
dan ditambahkan indikator amilum 0,5 ml berubah menjadi putih susu
Pembahasan
Pada saat sampel apel diuji dengan pereaksi fehling,
terbentuk endapan berwarna merah bata setelah dilakukan
pemanasan. Pemanasan pada uji fehling berfungsi untuk
mempercepat terjadinya reaksi pembentukan warna.
Warna merah bata terbentuk karena ion Cu2+ yang terdapat
dalam pereaksi fehling akan berperan sebagai ion kompleks.
Dimana, pada saat pereaksi fehling direaksikan dengan
glukosa dalam karbohidrat ion Cu2+ akan membentuk
endapan Cu2O berwarna merah bata. Sedangkan, gugus
glukosa akan menjadi asam glukonat, sesuai literatur pada
reaksi fehling.
Pembahasan
Pada saat titrasi metode Luff Schoorl pada sampel dan pada
blanko dengan natrium tiosulfat, warna berubah dari biru
menjadi putih yang berarti titrasi telah selesai dan dapat
dihitung volume Na-tiosulfat yang terpakai. Setelah didapat
nilai selisih banyaknya titrasi blanko dan titrasi sampel dapat
dikonversikan dalam tabel Luff akan menggambarkan
hubungan antara banyaknya Na-tiosulfat dengan gula
reduksi, maka dengan cara tersebut dapat diketahui jumlah
gula reduksi yang ada dalam larutan melalui perhitungan.
Perhitungan
1. Pembakuan Na2S2O3 2. Perhitungan Pembakuan Na2S2O3

V . KIO3 = 10 ml V1 . N1 = V2 . N2
Indikator = amilum
N x Na2S2O3 = 1. N1 . 4,6 = 0,095 . 5 >> N2 = 0,103 N
(1) 11 ml 2. 4,7 . N1 = 0,095 . 5 >> N1 = 0,101 N
(2) 11 ml 3. 4,75 . N1 = 0,095 . 5 >> N1 = 0,1 N

0,103+0,101+0,1
N rata-rata = = 0,1013 N
3
Perhitungan
3. Pembakuan NaOH

N1 x V1 = V2 x N2

1. 0,1 x 10 = 10,5 x N2
N2 = 0,095 0,095+0,095+0,094
N rata-rata =
3
= 0,695 N
2. 0,1 x 10 = 10,5 x N2
N2 = 0,095

3. 0,1 x 10 = 10,6 x N2
N2 = 0,094
Perhitungan
4. Perhitungan kadar Karbohidrat Metode Luff-Schrool

𝑁 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑟𝑎𝑟
mg glukosa sampel = V blanko – V sampel x
0,1

0,1013
mg = ( 26 – 14 ) x = 12,156
0,1

0,1013
mg = ( 26 – 12,8 ) x = 13,3716
0,1

0,1013
mg = (26 – 15 ml ) x = 11,143
0,1

12,156+13,3716+11,143
mg rata-rata = = 12,223 mg
3
Tabel Luff Schoorl
ml Na2S2O3 glukosa
12 30,3
13 33

AT 12,223 = 30,3 + ( 0,223 x 2,7 ) = 30,9021

𝐴𝑇 𝑋 𝐹𝑃
% gula sebelum inversi = x 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

30,9021 𝑥 4
= x 100%
10000

= 1,236 %
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Jilid Dua Edisi 3. Jakarta:
Erlangga.
Herdyastuti, N. 2006. Isolasi dan Karakterisasi Ekstrak Kasar
Enzim Bromelin dari Batang Nanas (Ananas comusus
L.merr). Jurnal Berkala Penelitian Hayati, Vol 12(1):
75-77.
Kamaludin. 2010. Intisari Kimia. Yogyakarta: ANDI.
Ngili, Yohanis. 2010. Bio Kimia Dasar. Bandung: Rekayasa
Sains.
Sudarmadji, S. 1989. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian.
Yogyakarta: Liberti.
Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia: Buku
Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan
Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai