Kelompok 2
Shift B / 13.00-16.00
FAKULTAS FARMASI
Nilai TTD
I. Tujuan
1.1 Menghayati secara lebih baik pengaruh berbagai obat sistem saraf
otonom dalam pengendalian fungsi-fungsi vegetatif tubuh.
1.2 Mengenal suatu teknik untuk mengevaluasi aktivitas obat
antikolinergik pada neUroefektor parasimpatikus.
II. Prinsip
2.1 Sistem saraf
Sifat sistem saraf otonom untuk melakukan pengendalian
terhadap homeostasis mengingat gangguan terhadap homeostasis
dapat memengaruhi seluruh sistem tubuh manusia. Dengan
demikian, SSO merupakan komponen dari refleks visceral
(Guyton, 2006).
Sistem saraf dibedakan atas dua yaitu sistem saraf pusat (SSP) yang terdiri
dari otak dan medula spinalis, serta sistem saraf tepi yang merupakan sel-sel saraf
yang terletak di luar otak dan medula spinalis yaitu saraf-saraf yang masuk dan
keluar SSP. Sistem saraf tepi selanjutnya dibagi dalam divisi eferen yaitu neuron
yang membawa sinyal dari otak dan medula spinalis ke jaringan tepi, serta aferen
yang membawa informasi dari perifer ke SSP (Mycek, 2011).
Sistem saraf otonom bergantung pada sistem saraf pusat dan antara
keduanya dihubungkan oleh urat- urat saraf aferen dan eferen, juga memiliki sifat
seolah-olah sebagai bagian sistem saraf pusat yang telah bermigrasi dari saraf
pusat mencapai kelenjar, pembuluh darah jantung, paru-paru dan usus. Oleh
karena itu, sistem saraf otonom terutama berkenan dengan pengendalian organ-
organ dalam secara tidak sadar (Tambayong, 2001).
1. Saraf simpatis berasal dari area toraks dan lumbal pada medulla spinalis.
2. Saraf parasimpatis berasal dari area orak dan sacral pada medulla spinalis.
3. Sebagian besar organ internal di bawah kendaliotonom memiki inversi
simpatis dan para simpatis (Nugroho, 2013).
a. Alat
Kertas Saring
Koran bekas
Mencit
Sonde oral
Suntikan
Timbangan
b. Bahan
Atropin
PGA
Phenobarbital
Pilokarpin
V. Prosedur
Prosedur yang dilakukan pada praktikum uji aktifitas obat saraf
otonom adalah Alat dan bahan yang akan digunakan untuk percobaan
dipersiapkan, kemudian dibuat larutan gom arab dan obat. Hewan
percobaan dipilih secara acak, diamati kesehatannya , kemudian masing-
masing hewan ditimbang dan diberi tanda pengenal.
Pada waktu T = 0, satu kelompok diberi atropin 1 mg/kg BB (p.o)
segera sesudah pemberian obat hipnotik sedangkan kelompok kontrol
negatif diberi larutan gom dan obat hipnotik dengan cara yang sama.
Kemudian pada waktu T = 15 menit, kelompok lain disuntikkan atropin
0,015 mg/kg BB (s.c), segera sesudah pemberian obat hipnotik. Dan pada
waktu T = 45 menit, semua mencit diberikan pilokarpin secara subkutan.
Kemudian masing-masing mencit diletakkan di atas kertas saring
pada alat (1 mencit per kotak). Penempatan mencit haruslah sedemikian
sehingga mulutnya berada tepat di atas kertas, kemudian ekornya diikat
dengan seutas tali dan diberi beban sebagai penahan. Setiap 5 menit
mencit ditarik ke kotak berikutnya yang letaknya lebih atas. Selanjutnya
diulangi hal yang sama selama 25 menit sampai kotak paling atas.
Amati besarnya noda yang terbentuk di atas kertas disetiap kotak
dan tandai batas noda (pakai spidol). Diameter noda diukur dan dihitung
persentase inhibisi yang diberikan oleh kelompok atropin. Data hasil
perhitungan dimasukkan ke dalam tabel dan dibuat grafik inhibisi per
satuan waktu.
VI. Data Pengamatan
1 1,8 1,6
Diameter Saliva 1 0,8 0,6
Perlakuan Kelompok
Diazepam (p.o) 2 20-5’ 2,5
5-10’ 310-15’ 315-20’ 020-25’
Rata-rata 4 1,25
0 2,45
0 2,075
0 2,175
0 0,9
0 1,77
Jumlah 1 1,8
2,7 0,8
5,3 0,5
1 0,3
4,5 0,3
3,1
Diazepam
Rata-rata (p.o) 2 00,675 01,325 00,25 01,125 00,775 0,83
Atropin (p.o) 3 0 0,9 0 0,3 0,7
4 0 0 0 0 0
–
= x 100%
=69,5 %
–
= x 100%
= 56 %
Grafik
0,725
0,6 0,65
0,5
0,4 0,45
0,375
0,2
0
0 5 10 15 20 25 30
Waktu (Menit)
Grafik Rata-Rata Diameter Noda
Terhadap Waktu Pada kelompok
Hewan Uji (Atropin s.c)
1 0,95
Diameter Rata-rata
VII. Pembahasan
Praktikum farmakologi kali ini mengenai obat sistem syaraf
otonom atau obat kolinergik, dimana dilakukan pengujian terhadap
pengaruh aktivitas obat-obat sistem syaraf otonom pada mencit. Syaraf
otonom atau dapat disebut juga sebagai sistem saraf tak sadar merupakan
syaraf-syaraf yang bekerja tanpa disadari atau bekerja secara
otomatis tanpa diperintah oleh sistem saraf pusat dan terletak khusus pada
sumsum tulang belakang. Sistem saraf otonom ini terdiri dari neuron-
neuron motorik yang mengatur kegiatan organ-organ dalam, misalnya
jantung, paru-paru, ginjal, kelenjar keringat, otot polos sistem pencernaan
dan otot polos pembuluh darah.
Percobaan kali ini bertujuan untuk menghayati secara lebih baik
pengaruh berbagai obat sistem syaraf otonom dalam pengendalian fungsi-
fungsi vegetatif tubuh dan mengenal suatu teknik untuk mengevaluasi
aktivitas obat antikolinergik pada neoroefektor parasimpatik tikus.
Percobaan ini diawali dengan mempersiapkan semua alat dan bahan yang
akan digunakan dalam percobaan. Setelah itu pilih Mencit yang akan
dijadikan hewan uji, lalu ditimbang. Penimbangan mencit ini bertujuan
untuk mengetahui perhitungan dosis yang tepat pada perlakuan percobaan,
karena setiap individu yang memiliki berat badan yang berbeda akan
mendapatkan pemberian dosis yang berbeda, mengingat berat badan
merupakan salah satu faktor penting yang menentukan pemberian jumlah
dosis. Setelah ditimbang setiap mencit diberikan tanda pengenal yang
berbeda. Hal ini bertujuan agar mempermudah mengenali mencit baik
pada saat pemberian perlakuan maupun saat dilakukan pengamatan
terhadap percobaan.
Pada mencit kelompok 2 setelah di beri uretan dan atropine secara sub
kutan dan ditambah piko karpin setelah 45 menit. Efek yang di dapatkan
setelah 5 menit mencit mengeluarkan saliva dengan diameter 1 cm pada
menit kespuluh mengeluarkan saliva ber diameter 2,5 cm pada menit 15 di
dapat kan saiva dengan diameter 3, 5 cm dan pada menit ke 25 saliva yang
di keluarkan mencit berdiameter 3 cm. hal ini Hal ini juga tidak sesuai
dengan literature. Kelompok mencit ini adalah kelompok yang paling
banyak mengeluarkan saliva. Seharusnya dengan pemberian atropin secara
subkutan membuat efek atropin sebagai obat antikolinergik lebih cepat
karena langsung masuk ke pembuluh darah, tidak seperti proses pemberian
atropin secara peroral pada mencit I. Karena efek dari atropin yang lebih
kuat, seharusnya membuat sekresi air liur lebih sedikit meskipun telah
ditambahkan pilokarpin yang merangsang sekresi saliva.
VIII. Kesimpulan
8.1. Dapat mengetahui pengaruh berbagai obat sistem saraf otonom dalam
pengendalian fungsi-fungsi vegetatif tubuh dengan baik
8.2.Praktikan mengetahui teknik mengevaluasi aktivitas obat
antikolinergik pada neuroefektor parasimpatik
DAFTAR PUSTAKA
Darmansyah, I., Arini Setiawati, dan Sulistia Gan. 1994. Susunan Saraf Otonom
dan Transmisi Neurohumoral, dalam Farmakologi dan Terapi. Jakarta:
FKUT.
Rini, Saraswati Tyas., Endah Indraswati., Nuraini. 2009. Pengaruh Formalin dan
Minuman Beralkohol terhadap Konsumsi Pakan, Minum dan Bobot Tubuh
Mus Musculus. Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Hewan Jurusan
Biologi FMIPA. Jurnal Sains dan Matematika. Vol. 17 No. 3, Juli 2009: 141-
144.
Rubenstein, D., Wayne, D., Bradley, J. 2005. Lecture Notes Kedokteran Klinis
Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga
LAMPIRAN
Foto Keterangan
Penimbangan Tikus