: 19 Mei 2016
Kelompok
: 1 (satu)
Asisten
: 1. MOCHAMMAD INDRA P.
2. RAISSA DWI
Anggota Kelompok
Ayu Apriliani
260110140078 Pembahasan
Putri Raraswati
Ummi Habibah
Ayyu Widyazmara
Anggia Diani A
260110140082 Pembahasan
Siti Nurohmah
Ai Siti Rika F
260110140084 Pembahasan
Doni Dermawan
260110140107 Pembahasan
I. Tujuan
Mengetahui efek obat terhadap aktivitas lokmotor hewan percobaan
yang dimasukkan ke dalam roda putar (wheel cage), berdasarkan
pengamatan jumlah putaran roda.
II. Prinsip
1. Hipnotik-Sedatif/Depresan
Bentuk yang paling ringan dari penekanan SSP adalah sedasi, dimana
penekan SSP tertentu dalam dosis yang lebih rendah dapat menghilangkan
respons fisik dan mental tetapi tidak mempengaruhi kesadaran. Sedatif
terutama dipakai pada siang hari, dengan meningkatkan dosis dapat
ditimbulkan efek hipnotik. Jika diberikan dalam dosis yang sangat tinggi,
obat obat sedatif-hipnotik mungkin dapat mencapai anestesi (Kee &
Hayes, 1996).
2. Stimulan
Stimulasi pada daerah korteks otak depan oleh senyawa stimulan SSP
(Sistem Saraf Pusat) akan meningkatkan kewaspadaan, pengurangan
kelelahan pikiran dan semangat bertambah. Sistem saraf pusat terdiri atas
otak dan medulla spinalis yang berfungsi mengatur fungsi tubuh.
Informasi yang disampaikan oleh rangsangan dari sistem saraf tepi
diterjemahkan oleh sistem saraf pusat (Kee & Hayes, 1996).
2.
3.
lebih
aman.
Yang
merupakan
pengecualian
adalah
kuat
berkaitan
bahwa terjadinya
erat
dengan
aktivasi
toleransi
dari
dan
sistem
berkhasiat
menstimulasi
SSP,
dengan
efek
IV.
4.2 Bahan
1. Hewan Percobaan : Mencit putih jantan dengan berat badan antara
20-25 gram.
2. Obat depresan atau stimulan yang diuji.
3. Larutan NaCl fisiologis atau larutan suspensi gom arab 1-2 %
Stopwatch
Sonde Oral
Neraca
V. Prosedur
Pengujian dilakukan dengan metode roda putar (Wheel cage
method) yang dimodifikasi, dengan cara hewan dibagi atas dua kelompok,
yang terdiri atas kelompok kontrol dan Kelompok obat uji ( obat uji 1 dan
obat uji 2). Semua hewan dari setiap kelompok diberi perlakuan sesuai
dengan kelompoknya. Kelompok kontrol diberi larutan NaCl fisiologis atau
larutan suspensi gom arab 1-2 %, sedangkan kelompok uji diberi obat
depresan atau stimulan , pemberian zat/obat dilakukan secara oral.Tiga puluh
menit kemudian mencit dimasukkan ke dalam alat roda putar. Aktivitas
mencit dicatat selama 90 menit dengan interval 15 menit. Data yang diperoleh
VI.
Data Pengamatan
1. Berat Mencit
Mencit 1
= 17,6 gram
Mencit 2
= 16,5 gram
Mencit 3
= 20
gram
2. Perhitungan Dosis
Mencit PGA
= 0,435 ml PGA
Mencit Kafein
= 0,41 ml Kafein
Mencit Diazepam
= 0,5 ml Diazepam
3. Aktivitas Lokomotor
Perlakuan Kelompok
PGA
Jumlah Putaran
Total
5'
10'
15'
20'
25'
30'
36
38
102
63
60
86
81
90
482
23
10
37
33
33
32
168
82
57
107
83
115
156
600
Kafein
40
56
50
58
45
98
347
70
58
72
68
275
48
61
136
107
137
118
607
28
31
38
35
40
42
214
64
78
104
90
107
84
527
Diazepam
50
56.8
80
71.6
67
68.6
394
19
45
47
71
58
53
293
10
10
48
37
31
23
36
27
202
87
59
59
115
320
39
165
4. Perhitungan % Stimulan
% Stimulan =
% Stimulan =
(
(
x 100%
x 100%
% Stimulan = 52,83 %
5. Perhitungan % Depresan
% Depresan =
% Depresan =
x 100%
x 100%
% Depresan = 36 %
6. Analisis Varians
ANOVA
Jumlah Putaran
Sum of
Between
Groups
Within Groups
Total
7. Grafik Pengamatan
Mean
Squares
df
132672,133
494544,800
12
627216,933
14
Square
66336,06
7
41212,06
7
Sig.
1,610
,240
PGA
55.6
60
48.8
Putaran Roda
50
45.8
40.8
40.4
40
26.4
30
PGA
20
10
0
5'
10'
15'
20'
25'
30'
Waktu
KAFEIN
100
80
Putaran Roda
80
60
50
71.6
67
56.8
68.6
40
KAFEIN
20
0
5'
10'
15'
20'
25'
30'
Waktu
DIAZEPAM
Putaran Roda
50
40
39
32.8
30
30.6
28.2
15.6
20
18.8
DIAZEPAM
10
0
5'
10'
15'
20'
Waktu
25'
30'
Putaran Roda
Kelompok
100
80
60
PGA
40
KAFEIN
20
DIAZEPAM
0
5'
10'
15'
20'
25'
30'
Waktu
VII. Pembahasan
Percobaan kali ini yaitu pengujian aktivitas lokomotor yang bertujuan
untuk mengetahui efek obat terhadap aktivitas lokomotor hewan percobaan
yang dimasukkan ke dalam roda putar (wheel cage) berdasarkan
pengamatan terhadap jumlah putaran. Prinsipnya yaitu pemberian obat
stimulant dan depresan yang mempengaruhi aktivitas lokomotor hewan
percobaan. Digunakan 3 mencit dalam percobaan kali ini dengan fungsi
yang berbeda-beda. Mencit pertama bertugas sebagai hewan control, yaitu
diberikan larutan PGA, mencit kedua dan ketiga sebagai hewan uji yang
masing-masing diberikan obat diazepam (sedatif) dan kafein (stimulant).
Sebagai hewan percobaan mencit yang digunakan harus memenuhi
beberapa persyaratan yaitu: bersifat homogen baik dari segi galur, berat,
umur dan jenis kelaminnya karena akan mempengaruhi dosisnya. Jenis
kelamin mencit yang digunakan pada percobaan ini adalah mencit jantan
karena mencit betina tidak stabil. Mencit betina mengalami menstruasi dan
pada saat menstruasi maka hormonnya akan meningkat sehingga
mempengaruhi kondisi psikologisnya. Kenaikan hormon ini juga akan
berpengaruh pada efek obat. Dengan alasan inilah mencit betina jarang
digunakan sebagai hewan percobaan.
Gerak lokomotor dapat diartikan sebagai gerak memindahkan tubuh
dari satu tempat ke tempat yang lain. Bentuk gerak lokomotor diantaranya
berjalan, berlari, berjingkat melompat dan meloncat, berderap,
merayap
dan motor penggerak. Jadi, lokomotor adalah gerak yang dilakukan oleh
penggerak. Untuk menguji aktivitas lokomotorik digunakan 3 hewan
mencit dengan pemberian obat yang berbeda yang bertujuan untuk
mengetahui perbandingan aktivitas lokomotor dari suatu hewan uji yang
diberikan jenis obat yang berbeda dan tanpa pemberian obat (larutan
PGA).
Diazepam termasuk golongan benzodiazepine yaitu jenis obat yang
memiliki efek sedative atau menenangkan. Sedangkan kafein adalah zat
stimulant untuk system saraf pusat sebagai peransang serta dapat
menangkal rasa kantuk dan mengembalikan kewaspadaan. Sehingga
berdasarkan teori, mencit yang diberikan obat diazepam akan memberikan
aktivitas yang lemah yang ditandai dengan sedikitnya jumlah putaran
sedangkan hewan yang diberikan kafein memiliki aktivitas berlebih yang
ditunjukan dengan banyaknya putaran yang dilakukan mencit.
Mencit pertama berfungsi sebagai hewan control dimana mencit
tersebut diberikan PGA dalam percobaan ini. Mencit control ini
beraktivitas alami tanpa pengaruh obat sehingga mencit control ini dapat
dijadikan sebagai pembanding dengan mencit lain yang diberikan obat.
Jumlah putaran mencit hasil pengamatan yaitu dengan jumlah rata-rata
pada menit ke 5= 48,8; menit ke 10=26,4; menit ke 15= 40,8; menit ke 20=
40,4; menit ke 25= 45,8; dan menit terakhir yaitu menit ke 30= 55,6. Dari
grafik yang didapat, terlihat bahwa mencit control ini menunjukan hasil
yang fluktuatif yaitu naik turun dalam jumlah putarannya. Hal ini
dikarenakan mencit control ini tidak dipengaruhi oleh efek obat sehingga
gerakan yang ditunjukkan alami.
Obat stimulan yang digunakan adalah kafein. Kafein merupakan
senyawa hasil metabolisme sekunder alkaloid. Efek fisiologis kafein
sebagai antagonisme reseptor adenosine. Terdapat empat reseptor
adenosine yang dikenal: A1, A2 (A dan B) dan A3. Reseptor A1 dan A2
merupakan subtipe utama yang terlibat dengan efek kafein karena dapat
berikatan dengan kafein pada dosis kecil, A2B pula berikatan pada dosis
yang tinggi dan A3 tidak sensitif terhadap kafein. Selain memberi efek
yaitu
Penurunan
diazepam
aktivitas
pada
mencit
untuk
ini
dirangsang berkurang.
disebabkan
karena
tersebut masih ada di dalam tubuh mencit. Pada grafik mencit dengan
pemberian diazepam seharusnya terlihat bahwa grafik semakin menurun.
Hal tersebut dapat diartikan bahwa efek sedasi dan hipnosis yng diberkan
diazepam pada mencit semakin meningkat sehingga putaran rodanya
semakin sedikit. Namun berdasarkan hasil pengamatan terjadi fluktuasi
naik turun dari grafik pemberian obat diazepam dikarenakan banyak
mencit yang mati saat pengamatan sehingga mempengaruhi data jumlah
gerakan dari mencit setiap lima menitnya selama 30 menit.
Setelah didapat hasil pengamatan percobaan, dilihat pengaruh
pemberian obat
pada mencit
dengan
Didapatkan
hasil
aktivitas
stimulan
sebesar
52,83 %.
dilihat
bahwa
pemberian
obat
uji. Salah
satunya
yang sangat
mempengaruhi
adalah keseragaman berat badan dari mencit uji yang digunakan. Seperti
yang sudah dijelaskan sebelumnya, adanya metabolisme obat dalam tubuh
dengan
berat
badan
yang
maka luas permukaan daerah absorpsi obat akan semakin besar. Adapun
berat badan mencit uji kontrol adalah 17,6 g, berat badan mencit uji kafein
16,5 g dan berat badan mencit uji diazepam adalah 20 g.
Hal tersebut
mencit. Semakin lama obat dalam mencit akan bekerja sampai puncaknya
dan kemudian lama-lama efeknya akan menurun karena ketersediaan obat
makin berkurang, sehingga efek obat uji yang diberikan baik berupa
depresan (diazepam) maupun stimulan
aktivitasnya.
Maka
dari
itu
mencit
(kafein)
dapat
berkurang
memiliki keseragaman bobot antar mencit yang sama atau tidak terlalu
berbeda agar efek dari obat uji yang diamati dapat diteliti lebih akurat.
Selain itu, pemberian jeda waktu yang diperlukan obat untuk mencapai
efek kerja setelah diberikan sebelum mencit dimasukkan dalam wheel cage
dapat mempengaruhi. Hal ini disebabkan obat uji yang diberikan mencit
yang memiliki bobot berat akan lebih mudah termetabolisme daripada
mencit yang memiliki bobot yang lebih ringan, sehingga efek yang
ditimbulkan
pun
lebih
perhitungan
anava,
diperoleh
nilai
probabilitas
VIII. Kesimpulan
Efek
obat
terhadap
aktivitas
lokomotor
hewan
percobaan
yang dimasukkan ke dalam roda putar (wheel cage) dapat diketahui yang
didasarkan pada persen aktivitas stimulan yaitu sebesar 52,83 % pada
kafein dan
diazepam.
DAFTAR PUSTAKA
2008.
Lokomotor
Mencit.
Dapat
diakses
pada