SKRINING HIPOKRATIK
Dosen Pengampu :
Dr. Azrifitria, M.Si., Apt.
.Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt.
Yardi, M.Si., Ph.D., Apt.
Dimas Agung Waskito W, S.Far.
Marvel, M.Farm., Apt
Disusun Oleh:
Kelompok 6D :
Saif Ahmad Al-Mutaali
11141020000061
Puspitasari
11141020000067
Laela Wulandari
11141020000070
Nada Nursetiyanti
11141020000076
Sri Sumartini`
11141020000079
1111102000008
I.1. Tujuan
1) Memahami dan terampil dalam melakukan skrining farmakodinamik obat
menggunakan teknik skrining hipokratik.
2) Memahami dan mampu menganalisis hasil-hasil skrining farmakologi
obat dan menentukan kategori aktivitas senyawa uji berdasarkan hasil
tersebut.
I.2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana prinsip dan parameter skrining hipokratik dalam menentukan
kategori aktivitas senyawa uji dalam percobaan ini?
2) Bagaimana hasil analisis skrining hipokratik dalam percobaan ini?
3) Apakah kategori aktivitas senyawa uji dari ekstrak dalam percobaan ini?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Skrining Hipokratik
II.1.1. Definisi
Skrining hipokratik adalah salah satu cara untuk menapis aktivitas
suatu obat/ bahan yang belum diketahui sebelumnya baik yang berasal dari
alam maupun senyawa sintesis/ semisintesis. suatu metode untuk
mengetahui aktivitas farmakologik suatu zat. (Nurmeilis, 2016)
II.1.2. Prinsip skrining
Hewan akan memberikan efek tertentu jika diberikan suatu
senyawa. Efek tersebut dapat bersifat tergantung pada dosis atau tidak
tergantung pada dosis. Pada efek yang tergantung dosis, dengan
bertambahnya dosis efek yang diberikan akan bertambah besar. (Adnan,
adek zamrud., et all. 1998)
II.1.3. Tujuan Skrinning Hipokratik
Penapisan atau skrining farmakologi dilakukan untuk mengetahui
aktivitas farmakologi suatu zat yang belum diketahui efeknya. Hal ini
dilakukan dengan melihat gejala-gejala yang timbul pada hewan coba
setelah diberi zat uji. Zat atau obat yang disediakan dalam praktikum ini
antara lain yang memberikan efek depresan SSP, perangsang SSP,
simpatomimetik, parasimpatomimetik, simpatolitik, muscle relaxant,
analgesik, vasokonstriktor, dan vasodilator. Pada percobaan ini akan
dilakukan evaluasi dan pengelompokan efek-efek yang timbul pada hewan
uji (tikus) berdasarkan efek yang dapat ditimbulkan oleh zat atau obat
tersebut. (Narendra, Baskoro Surya., et all. 2011).
Uji ini merupakan tahap awal penelitian farmakologi atau zat-zat
yang belum diketahui efeknya serta untuk mengetahui apakah obat
tersebut memiliki efek fisiologis atau tidak sehingga disebut sebagai
penapisan hipokratik (penapisan awal). Penapisan ini masih merupakan
prediksi (Narendra, Baskoro Surya., et all. 2011)
a. Parasimpatomimetik
Parasimpatomimetika atau kolinergika adalah sekelompok zat
yang dapat menimbulkan efek yang sama dengan stimulasi susunan
kemih
dan
ureter
dengan
efek
dan keringat.
Menurunkan peristaltik usus.
Memperkuat daya dan frekuensi kontraksi jantung.
Bronkodilatasi dan stimulasi metabolisme glikogen dan
lemak (Narendra, Baskoro Surya., et all. 2011).
c. Simpatolitik
Simpatolitika
atau
adrenolitika
adalah
zat-zat
yang
II.1.
Lamk.)
memiliki
efek
antibakteri,
antitumor,
antivirus,
antivirus,
antijamur,
antihiperglikemik,
dan
antihiperkolesterol
Manfaat terapeutik daun kelor didasarkan atas aktivitas antioksidan
yang tinggi. Di antara berbagai bahan fitokimia dalam daun kelor
(Moringa oleifera Lamk.), flavonoid merupakan komponen utama yang
berperan dalam aktivitas antioksidan. Secara biologis, flavonoid diketahui
memiliki
aktivitas
antioksidan
yang
sangat
baik,
namun
jalur
serta
penurunan
aktivitas
malondialdehyde
(MDA)
(Kirisattayakul et. al., 2012). Bubuk ekstrak daun kelor (Moringa oleifera
Lamk.) juga diketahui dapat meningkatkan kadar antioksidan dan aktivitas
SOD otak terutama di hipokampus dan memperbaiki fungsi memori pada
tikus dengan kekurangan energi protein (Illiandri et. al., 2010).
Hasil penelitian lain menunjukkan pemberian ekstrak daun kelor
dapat meningkatkan jumlah sel T CD4+ dan sel T CD8+ (imunostimulan)
pada semua kelompok mencit dan pemberian ekstrak daun kelor dengan
dosis tinggi menyebabkan imunosupresi. Zat aktif yang diduga memiliki
peran sebagai imunostimulan adalah saponin dan flavonoid. Saponin dan
flavonoid diduga mampu menginduksi peningkatan sekresi sitokin yang
terlibat dalam proses aktivitas sel T CD4+. Saponin dan flavonoid
merupakan substansi yang berperan dalam memicu up regulasi sel T helper
dengan cara memacu peningkatan produksi sitokin interleukin 2 (IL-2).
Sitokin IL-2 diperlukan oleh sel T CD4+ untuk berdiferensiasi pada subset
sel T helper 2 (Th2) dan Th1. Sel Th1 memproduksi interferon gamma
BAB III
METODOLOGI
III.1. Alat dan Bahan
1) Hewan percobaan : tikus
2) Obat dari ekstrak daun kelor
10
a.
a. nilai
nilai menurut
menurut bobot
bobot
pada
pada total
total menit
menit
pengamatan
dikumpulkan
pengamatan dikumpulkan
b.
total dihitung
dihitung
b. skor
skor total
dengan mengalikan
skor
dengan
mengalikan skor
dengan
dengan faktor
faktor untuk
untuk
masing-masing
masing-masing parameter
parameter
pada
dosis dan
pada tiap-tiap
tiap-tiap dosis
dan
dibandingkan
dengan
skor
dibandingkan dengan skor
maksimum
maksimum
c.
c. aktivitas
aktivitas senyawa
senyawa uji
uji
ekstrak
ekstrak ditentukan
ditentukan
berdasarkan
faktor
bobot
berdasarkan faktor bobot
pada
pada Tabel
Tabel 4.2
4.2
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil Praktikum
A. Data Pendukung
a) Hewan percobaan
b) BB hewan
: Tikus
: 0,225 kg
11
c) Dosis ekstrak
: 1 ml
d) Pembawa
: Na CMC 1%
e) Konsentrasi ekstrak
: 500 mg/mL
f) Rute
: Per Oral (jarum sonde)
B. Tabel 4.1. Tabel Hasil Pengamatan Respon Kualitatif
No.
Parameter
kualitatif
Tikus
Kontrol
1.
Kelopak
60
Total
(Skor
bobot)
2x1=2
faktor
mata turun
2.
Bulu berdiri
3.
Ekor berdiri
1 x 0,5 = 0,5
4.
Tremor
1x1=1
5.
Aktivitas
1x1=1
meningkat
Rasa
ingin -
2x1=2
1x1=1
1x1=1
motorik
6.
menurun
Aktivitas
motorik
7.
tahu
8.
menurun
Rasa
ingin tahu
9.
meningkat
Paralisis kaki
No.
Parameter
Faktor
Kriteria Aktivitas
1.
Bobot
1
2.
Bulu berdiri
0,5
SIMM / PARASIMM
3.
Ekor berdiri
0,5
ANALG
4.
Tremor
STIM SSP
5.
6.
Aktivitas
7.
meningkat
Rasa ingin tahu menurun
8.
STIM SSP
9.
Paralisis kaki
motorik 1
STIM SSP
IV.2. Pembahasan
Berdasarkan literatur dan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,
diketahui daun kelor memiliki berbagai aktivitas farmakologis diantaranya
sebagai imunostimulan, imunodepresan, memperbaiki status metabolisme
penderita diabetes mellitus, menurunkan kadar kolesterol, antibakteri, antitumor,
antivirus, antihipertensi, dan aktivitas antioksidan. Pustaka lain mengatakan
flavonoid merupakan senyawa marker yang berperan dalam aktivitas antioksidan
dimana quercetin dan kaempferol merupakan flavonol utama dalam daun kelor.
Dari hasil pengamatan parameter yang teramati pada hewan uji yaitu
kelopak mata menurun, ekor berdiri, rasa ingin tahu meningkat, rasa ingin tahu
menurun,
tremor
dan
palisasi
kaki.
Jika
parameter-parameter
tersebut
13
14
aktivitas
SOD
dan
katalase
serta
penurunan
aktivitas
malondialdehyde (MDA) (Kirisattayakul et. al., 2012). Bubuk ekstrak daun kelor
(Moringa oleifera Lamk.) juga diketahui dapat meningkatkan kadar antioksidan
dan aktivitas SOD otak terutama di hipokampus dan memperbaiki fungsi memori
pada tikus dengan kekurangan energi protein.
Jadi berdasarkan literatur dan hasil praktikum dapat ditarik kesimpulan
bahwa hasil yang diharapkan tidak sesuai dikarenakan efek daun kelor yang
terlalu tinggi sehingga menyebabkan hewan percobaan menjadi melemah sistem
kekebalan tubuhnya (imunosupresi).
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dijabarkan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1) Skrining hipokratik farmakologi dilakukan untuk mengetahui aktivitas
farmakologi suatu zat yang belum diketahui efeknya. Hal ini dilakukan
dengan melihat gejala-gejala yang timbul pada hewan coba setelah diberi
ekstrak daun kelor.
2) Daun kelor (Moringa oleifera Lamk.) mengandung 3,2% tanin, 4,65%
saponin, 2,02% total polifenol, dan 20 macam asam amino, diantaranya 19
asam amino -L-amino dan satu asam amino L-amin.
15
3) kandungan tanin dalam ekstrak daun kelor bertanggung jawab dalam efek
antihipertensi, dan aktivitas antioksida. Ekstrak tersebut juga memiliki
efek sebagai imunostimulan namun, dalam dosis tinggi dapat memberikan
eek imunodepresan.
4) Hasil yang diharapkan tidak sesuai dikarenakan efek daun kelor yang
terlalu tinggi sehingga menyebabkan hewan percobaan menjadi melemah
sistem kekebalan tubuhnya (imunosupresi).
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, adek zamrud., et all. 1998. PEMERIKSAAN FARMAKOLOGI
TINOKRISPOSID SENYAWA FURANODITERPEN GLIKOSIDA BARU
DARI BROTOWALI
Aldillah
Nisriana
Putri.
2013.
Skrinning
Hipokratik.
diakses
melalui
https://www.scribd.com/doc/144982469/SKRINNING-HIPOKRATIK
pada 18 Mei pada pukul 11.31
Dewi, Novia Fefti Oktavia. 2015. Naskah Publikasi Efek Antioksidan Ekstrak
Etanol Buah Kurma Sukkari (Phoenix dactylifera) Pada Tikus Jantan yang
Diinduksi dengan Parasetamol. Diakses melalui http://eprints.ums.ac.id/
pada 17 Mei 2016
16
Fathir, Akhmad., Rifai Widodo, , Muhaimin. 2014. Aktivitas Ekstrak Daun Kelor
Terhadap Sel-T Helper dan Sel-T Sitotoksik pada Mencit yang Diinfeksi
Salmonella thypi (ACTIVITY OF AQUEOUS LEAF EXTRACT OF
HORSERADISH TREE ON HELPER T- CELL AND CYTOTOXIC TCELL IN MICE INFECTED WITH SALMONELLA THYPI). Malang:
diakses
melalui
pengetahuan
alam
universitas
indonesia.
diakses
di
NSNUR.
2015.
https://eprints.uns.ac.id/20358/3/11._ISI.pdf.
Diakses
di
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=87497&val=4894).
17
18