Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH PENILAIAN KINERJA

JARINGAN IRIGASI
Oleh kelompok 2
Nama nama kelompok:
1. Albinus Jamal
nim : 1523714651
2. Briantono Rachman
nim : 1523714652
Kelas/Smtr : B/VII
Jurusan/Prodi: Teknik Sipil/Tpipp

POLITEKNIK NEGERI KUPANG


BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kinerja irigasi menjadi suatu indikasi dalam rangka menggambarkan
pengelolaan sistem irigasi, dewasa ini kemajuan perkembangan irigasi
lebih ditujukan pada optimasi penggunaan air agar dapat digunakan
secara lebih efektif dan efisien sebagai jawaban atas semakin
meningkatnya permintaan akan air untuk kebutuhan tanaman maupun
air bagi peruntukan lainnya. Permasalahan yang sering dihadapi dalam
operasional jaringan irigasi yang dapat dijadikan indikasi atas rendahnya
kinerja jaringan tersebut antara lain (Ankum, 1995):
1) Efisiensi distribusi air masih rendah, terutama di tingkat jaringan
tersier sehingga kadang-kadang air tidak sampai ke areal pertanian
paling ujung.
2) Manajemen operasional irigasi kurang tepat penerapannya sehingga
dapat menimbulkan konflik.
3) Biaya Operasi dan Pemeliharaan tidak mencukupi sehingga fungsi
jaringan cepat menurun.
Pengelolaan jaringan irigasi bertujuan untuk memenuhi permintaan
air irigasi bagi daerah layanan. Kebutuhan air irigasi akan ditentukan
oleh umur dan jenis tanaman yang akan ditanam serta cuaca yang terjadi,
sehingga pengelolaan jaringan irigasi akan mengikuti pola dan tata
tanam (Nurrochmad, 2007).
Tujuan Penulisan:
Menjelaskan kinerja sistem penilaian irigasi
 Menjelaskan kriteria Penilaian kondisi fisik
jaringan irigasi
Menjelaskan Identifikasi dan analisi tingkat
kerusakan
 menjelaskan Metode Perhitungan Penilaian
Kondisi fisik Jaringan Irigasi
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Kinerja Sistem Irigasi

Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air


irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi
permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan
irigasi tambak. (UU No. 7/2004 Pasal 41 ayat 1).
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2006 tentang irigasi
pada ketentuan umum bab I pasal 1 berbunyi sistem irigasi meliputi
prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan
pengelolaan irigasi, dan sumber daya manusia.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pengertian kinerja adalah
sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan
kerja, sedangkan pengertian sistem adalah perangkat unsur yang secara
teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas sistem
irigasi melingkupi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi,
kelembagaan pengelola irigasi dan sumber daya manusia (PP No.20
tahun 2006). Jadi kinerja sistem irigasi dapat diartikan sebagi suatu
pencapaian kemampuan kerja dari unsur-unsur pembentuk sistem
irigasi.
Di dalam peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.32 tahun 2007
menjelaskan bahwa kinerja sistem irigasi dinilai berdasarkan 6 (enam)
parameter yaitu :
1) Prasarana Fisik
2) Produktivitas Tanaman
3) Sarana Penunjang
4) Organisasi Personalia
5) Dokumentasi
6) Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)
Untuk penetapan kriteria penilaian kinerja sistem irigasi dengan
bobot maksimal penilaian setiap aspek dan indikatornya, dapat dilihat
Tabel berikut
Penetapan Bobot Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Tiap Aspek dapat dilihat pada
tabel berikut
Penetapan kriteria penilaian kinerja sistem irigasi dalam
monitoring dan evaluasi sebagai berikut:
1) Nilai bobot antara : 80 – 100 Kinerja Sangat Baik
2) Nilai bobot antara : 70 – 79 Kinerja Baik
3) Nilai bobot antara : 55 – 69 Kinerja Kurang dan Perlu Perhatian
4) Nilai bobot antara : < 54 Kinerja Jelek dan Perlu Perhatian
Indeks kinerja sistem irigasi dalam monitoring
dan evaluasi dapat dilihat Tabel berikut
2.2 Kriteria Penilaian kondisi fisik jaringan irigasi:

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 32/PRT/M/2007 Tanggal 11


September 2007 tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan
Irigasi, mengamanatkan dalam rangka mengukur keberhasilan
kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi diperlukan adanya penilaian
kondisi fisik jaringan irigasi. Pedoman penilaian kondisi fisik jaringan
irigasi menggunakan tahun 2010.
1. Komponen yang dinilai
Penilaian jaringan irigasi dibagi beberapa komponen utama, yaitu:
a. Bangunan Utama (Waduk, Bendung, Pengambilan Bebas, dan
Pompa);
b. Saluran Pembawa (Saluran Induk/Primer dan Sekunder);
c. Bangunan pada Saluran Pembawa (Bagi, Bagi/Sadap, Sadap,
dan/atau Corongan).
d. Bangunan Pelengkap: terjun, pelimpah samping/penguras, shypon,
gorong-gorong, talang, jembatan, cross drain, dan lain-lain);
Tiap Komponen utama tersebut dibagi menjadi komponen-komponen
yang lebih kecil dan masing-masing komponen akan dinilai
kondisinya. Tiap komponen akan memberikan kontribusi nilai kondisi
terhadap kondisi fisik jaringan irigasi secara keseluruhan.

2. Penetapan bobot kondisi tiap komponen.


Kontribusi nilai tiap komponen terhadap keseluruhan jaringan
irigasi bobotnya tidak sama, bobot tiap komponen disusun
berdasarkan besarnya pengaruh komponen tersebut terhadap
pelayanan air irigasi.
Apabila dalam penilaian bagian bangunan tidak ada, nilai bobot
ditambahkan kebagian bangunan lain sesuai urgensinya.
3. Identifikasi dan analisi tingkat kerusakan
Berdasarkan hasil inventarisasi dilakukan identifikasi permasalahan
dan tingkat kerusakan/keberfungsian jaringan irigasi guna penentuan
klasifikasi. Adapun penilaian kondisi fisik jaringan irigasi (%)
ditetapkan menjadi 4 (empat) klasifikasi sebagai berikut:

a) Kondisi baik jika nilai kondisi > 90 – 100 % dan nilai tingkat
kerusakan < 10 % dari kondisi awal bangunan/saluran, diperlukan
pemeliharaan rutin.
b) Kondisi rusak ringan, jika nilai kondisi 80 – 90 % dan nilai tingkat
kerusakan 10 – 20 % dari kondisi awal bangunan/saluran, diperlukan
pemeliharaan berkala.
c) Kondisi rusak sedang,jika nilai kondisi 60 – 79 % dan nilai tingkat
kerusakan 21 – 40 % dari kondisi awal bangunan/saluran, diperlukan
perbaikan.
d) Kondisi rusak berat, jika nilai kondisi < 60 % dan nilai tingkat
kerusakan > 40 % dari kondisi awal bangunan/saluran, diperlukan
perbaikan berat atau penggantian.
Penilaian Kondisi Fisik Bangunan pada Jaringan Irigasi
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Metode Perhitungan Penilaian Kondisi fisik Jaringan


Irigasi
Banyaknya jumlah bangunan irigasi dan panjang maupun banyaknya ruas
saluran irigasi dengan tingkat kerusakan yang berbeda-beda, maka
perhitungan penilaian kondisi jaringan irigasi menggunakan metode
sebagai berikut:
Kondisi Jaringan Irigasi dihitung dengan rumus:
KJ = Kbu + Kbbs +Ksbw + Ksbg +Kbsbg
Dengan:
KJ = Kondisi Jaringan(%),
Kbu = Kondisi bangunan utama(%),
Kbbs = Kondisi bangunan bagi atau sadap(%),
Ksbw = Kondisi saluran pembawa (%),
Ksbg = Kondisi saluran pembuang (%),
Kbsbg = Kondisi bangunan sepanjang saluran pembuang (%).
Sedangkan metode perhitungan tiap-tiap kondisi dapat
dihitung menggunkan rumus-rumus sebagai berikut:
1. Kondisi bangunan utama dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Kb( Kbu )1  Kb( Kbu )2  Kb( Kbu )n


Kbu 
n
Dengan:
Kbu = Kondisi bangunan utama (%),
Kb(Kbu )1 = Kondisi rata-rata bangunan utama 1(%),
Kb( Kbu)2 = Kondisi rata-rata bangunan utama 2 (%),
Kb( Kbu) (n ) = Kondisi rata-rata bangunan utama (n) (%),
n = Jumlah bangunan utama.
2. Kondisi bangunan bagi/sadap dihitung dengan rumus
sebagai berikut:

Kb( Kbbs)1  Kb( Kbbs)2  Kb( Kbbs)( n)


Kbbs 
n

Dengan:
Kbbs = Kondisi bangunan bagi/sadap(%),
Kbbs(Kbbs )1 = Kondisi rata-rata bangunan bagi/sadap 1(%),
Kbbs(Kbbs )2 = Kondisi rata-rata bangunan bagi/sadap 2 (%),
Kbbs( Kbbs) ( n) = Kondisi rata-rata bangunan bagi/sadap (n) (%),
n = Jumlah bangunan bagi/sadap.
3. Kondisi saluran pembawa dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Ks( Ksbw)1  Ks( Ksbw)2  Ks( Ksbw)( n)


Ksbw 
n
Dengan:
Ksbw = Kondisi saluran pembawa (%),
Ks(Ksbw )1 = Kondisi rata-rata saluran pembawa 1(%),
Ks( Ksbw)2 = Kondisi rata-rata saluran pembawa 2 (%),
Ks( Ksbw)(n) = Kondisi rata-rata saluran pembawa (n) (%),
n = Jumlah bangunan saluran pembawa.
4. Kondisi saluran pembuang dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Ks( Ksbg )1  Ks( Ksbg )2  Ks( Ksbg )( n)


Ksbg 
n

Dengan:
Ksbg = Kondisi saluran pembuang (%),
Ks(Ksbg )1 = Kondisi rata-rata saluran pembuang 1(%),
Ks( Ksbg)2 = Kondisi rata-rata saluran pembuang 2 (%),
Ks( Ksbg) (n ) = Kondisi rata-rata saluran pembuang (n) (%).
n = Jumlah saluran pembuang.
5. Kondisi bangunan disepanjang saluran pembuang dihitung
dengan rumus sebagai berikut:

Kb( Kbbg )1  Kb( Kbbg )2  Kb( Kbbg )( n)


Kbbg 
n
Dengan:
Kbbg = Kondisi bangunan pembuang (%),
Kb( Kbbg)1 = Kondisi rata-rata bangunan pembuang 1(%),
Kb(Kbbg )2 = Kondisi rata-rata bangunan pembuang 2 (%),
Kb(Kbbg ) (n ) = Kondisi rata-rata bangunan pembuang (n) (%).
n = Jumlah bangunan pembuang.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.1.1. Kesimpulan
Jadi kinerja sistem irigasi dapat diartikan sebagi suatu
pencapaian kemampuan kerja dari unsur-unsur
pembentuk sistem irigasi.
Di dalam peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.32
tahun 2007 menjelaskan bahwa kinerja sistem irigasi
dinilai berdasarkan 6 (enam) parameter yaitu :
1) Prasarana Fisik
2) Produktivitas Tanaman
3) Sarana Penunjang
4) Organisasi Personalia
5) Dokumentasi
6) Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)
4.1.2. Saran
Banyaknya jumlah bangunan irigasi dan
panjang maupun banyaknya ruas saluran
irigasi dengan tingkat kerusakan yang
berbeda-beda, maka harus dilakukan
perhitungan penilaian kondisi jaringan
irigasi

Anda mungkin juga menyukai