Anda di halaman 1dari 61

5

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Aliran Air


Aliran air dalam suatu aliran dapat berupa aliran saluran terbuka (open
chanel flow) maupun aliran pipa (pipe flow). Kedua jenis aliran tersebut sama
dalam banyak hal namun berbeda dalam satu hal yaitui aliran terbuka harus
memiliki permukaan bebas (free surface) sedangkan aliran pipa/tertutup tidak
demikian, karena air harus mengisi seluruh aliran. Permukaan bebas dipengaruhi
oleh tekanan udara. Aliran pipa yang terkurung dalam saluran tertutup tidak
terpengaruh langsung oleh tekanan udara kecuali oleh tekanan hidrolik. Saluran
terbuka adalah saluran yang mengalirkan air dengan suatu permukaan bebas.
Menurut asalnya saluran ini dapat digolongkan menjadi saluran alam (natural) dan
saluran buatan (artficial).
Saluran tertutup/pipa adalah saluran tertutup yang biasanya berpenampang
lingkaran dan digunakan untuk mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh.
Fluida yang dialirkan melalui pipa biasanya berupa zat cair atau gas dan tekanan
bisa lebih besar atau lebih kecil dari tekanan atmosfer. Apabila zat cair dalam pipa
tidak penuh maka aliran termasuk aliran terbuka (Bambang Triatmojo,1993)
Transisi saluran perubahan penampang setempat (dipandang dari segi luas
atau bentuk) menghasilkan variasi dari keadaan seragam ke keadaan lain. Transisi
dapat pula mencakup perubahan dalam arah aliran. Transisi ini biasanya adalah
pendek namun pengaruhnya dirasakan dalam jarak yang sangat besar di hulu dan
hilir.
Tikungan, ekspansi dan penyempitan adalah contoh khas dari transisi
saluran, dengan demikian aliran dalam transisi ini adalah tidak seragam (K.G.
Kanga Raju, 1986)
Penyediaan air yang cukup, baik untuk keperluan domestik atau kegiatan
lainnya tidak hanya mempunyai arti terpenuhinya permintaan dan kebutuhan itu
sendiri, tetapi lebih jauh dari pada itu akan mendukung kemungkinan masyarakat
untuk hidup secara higienis. Bahkan penggunaan air untuk tujuan kesehatan pada
6

dasarnya merupakan alasan utama pengembangan suatu sistem penyediaan air


minum (Babbit, 1989).
Dalam sistem penyediaan air bersih dapat dilihat dari sudut bentuk dan
tekniknya, dibedakan menjadi dua macam sistem antara lain:
1. Penyediaan air minum individual (Individual Water Suplly System) adalah
sistem penggunaan individual dan untuk pelayanan terbatas. Sistem ini pada
umumnya sangat sederhana karena hanya terdiri dari satu sumber saja sebagai
sistem, seperti halnya sumur yang digunakan dalam rumah tangga.
2. Penyediaan air minum komunitas atau perkotaan (Public Water Supply
System) adalah suatu sistem komunitas untuk pelayanan yang menyeluruh
keperluan domestik, perkotaan maupun industri.
Sistem penyediaan air minum pada umumnya merupakan sistem yang
mempunyai kelengkapan komponen yang menyeluruh dan kadang sangat
kompleks, baik dilihat dari sudut teknik maupun sifat pelayanannya, mungkin
merupakan sistem yang mempergunakan satu atau lebih sumber dalam
melayani satu atau beberapa komunitas dengan pelayanan yang berbeda.
2.2. Air Bersih
2.2.1. Pengertian Air Bersih
Air bersih adalah zat cair yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak
berasa. Semua air biasanya tidak bersih sempurna, selalu mengandung senyawa
pencemar. Bahkan tetes air hujan mengandung debu dan karbondioksida (CO2)
waktu jatuh ke bumi. Keberadaan air berhubungan dengan siklus hidrologi. Air
yang bergerak dengan siklus hidrologi akan bersentuhan dengan bahan baku atau
senyawa lain sehingga tidak ada air yang benar-benar murni.
Air tanah yang mengalir ke permukaan tanah membawa zat padat terlarut,
air hujan yang mengalir melalui permukaan tanah membawa zat-zat penyebab
kekeruhan dan zat organik, seperti juga bakteri patogen. Pada air permukaan
partikel-partikel mineral air yang terlarut akan tetap tidak berubah tetapi zat
organik diuraikan secara kimia dan mikrobiologi serta pengendapan di danau atau
sungai-sungai yang mempunyai kecepatan rendah menyebabkan hilangnya zat
padat yang melayang dan bakteri patogen akan mati karena kurangnya makanan.
Walaupun demikian kontaminasi baru terhadap air permukaan akan terjadi akibat
7

adanya air buangan dan pertumbuhan alga yang menjadi sumber makanan untuk
organisme.
Air permukaan terdiri dari air sungai dan air danau. Air sungai adalah air
hujan yang jatuh ke permukaan bumi dan mengalir melewati daerah aliran sungai.
Daerah aliran sungai merupakan daerah yang dianggap sebagai wilayah dari suatu
titik tertentu pada suatu sungai dan dipisahkan dari daerah aliran sungai
sebelahnya oleh suatu pembagi atau punggung bukit yang dapat ditelusuri pada
peta topografi. Air danau adalah air permukaan berasal dari air hujan atau air
tanah yang keluar ke permukaan tanah dan terkumpul pada suatu titik yang relatif
rendah dan cekung.

Gambar 2.1. Siklus Hidrologi


Sumber: Suripin,2004

2.2.2. Sumber-sumber air bersih


Sumber air adalah suatu komponen utama yang harus ada pada sistem
perencanaan air bersih, sebab tanpa sumber air maka suatu penyediaan air bersih
tidak akan berfungsi, ( Sutrisno, dkk 2004 ).
Dalam memilih sumber baku air bersih harus diperhatikan persyaratan
utama yang meliputi kualitas, kuantitas, kontinuitas dan biaya yang murah dalam
proses pengambilan sampai pada proses pengolahannya.
8

Menurut Robert J. Kodoatie, Phd dalam bukunya tentang Pegelolaan


Sumber Daya Air Terpadu menyebutkan bahwa:
1. Air bumi yang mengalami proses evaporasi kemudian bergerak di atmosfir
(udara) dan berubah menjadi cair (from air to liquid state) setelah mengalami
kondensasi. Tetesan air kecil (tiny droplet) ini berbenturan dengan tetesan air
lainnya terbawa oleh gerakan udara turbulen sampai pada kondisi yang cukup
besar menjadi butir-butir air. Setelah cukup banyak dan juga berat sendiri
(secara gravitasi) butir-butir air ini kemudian turun ke bumi yang disebut air
hujan.
2. Secara gravitasi (alami) air mengalir dari daerah tinggi ke rendah. Aliran ini
biasanya akan memasuki daerah tangkapan atau disebut aliran sungai, sistem
danau atau waduk. Aliran air yang mengalir ini disebut air permukaan tanah.
3. Sebagian air hujan yang jatuh ke permukaan tanah akan meresap dalam tanah
dan membentuk filtrasi, perkolasi, kapiler dan akan muncul ke permukaan
sebagai mata air yang disebut sebagai air dari dalam tanah.
Sedangkan menurut PEDC Bandung (Penyediaan Air Bersih, 1983)
menggolongkan menjadi tiga jenis sumber air berdasarkan pemakaiannya yaitu:
1. Air Hujan / Air Atmosfer
Menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada waktu
menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan turun, karena masih
banyak mengandung kotoran yang disebabkan oleh kotoran – kotoran
industri/debu dan lain sebagainya. Air hujan juga mempunyai sifat agresif
terutama pada pipa – pipa penyalur maupun reservoir, sehingga hal ini dapat
mempercepat terjadinya korosi (karatan).
Air hujan yang biasanya digunakan untuk keperluan rumah tangga dengan
kualitas air hujan sebagai berikut:
a) Pada saat uap air terkondensasi menjadi hujan, maka air hujan merupakan
air murni (H2O), oleh karena itu air hujan yang jatuh ke bumi mengandung
mineral relatif rendah yang bersifat lunak.
b) Gas-gas yang ada di atmosfir umumnya larut dalam butir-butir air hujan
terkontaminasi dengan gas seperti CO2, menjadi agresif. Air hujan yang
bereaksi dengan gas SO2 dari daerah vulkanik atau daerah industri akan
9

menghasilkan senyawa asam (H2SO4), sehingga dikenal dengan ”acid


rain” yang bersifat asam atau agresif.
c) Kontaminan lainnya adalah partikel padat seperti : debu, asap, partikel
cair, mikroorganisme seperti virus dan bakteri.
Dari segi kuantitas air hujan tergantung pada tinggi rendahnya curah
hujan, sehingga air hujan tidak bisa mencukupi persediaan air bersih karena
jumlahnya fluktuatif. Begitu pula jika dilihat dari segi kontinuitasnya, air
hujan tidak dapat digunakan secara terus menerus karena tergantung pada
musim.
2. Air Permukaan
Air permukaan adalah air baku biasanya digunakan untuk keperluan air
minum, irigasi, dan industri. Air permukaan berasal dari:
a) Air waduk (berasal dari air hujan dan air sungai)
b) Air sungai (berasal dari air hujan dan mata air)
c) Air danau (berasal dari air hujan, air sungai dan mata air)
Pada umumnya air permukaan telah terkontaminasi oleh zat-zat yang
berbahaya bagi kesehatan, sehingga memerlukan pengolahan terlebih dahulu
sebelum dikonsumsi oleh masyarakat yang ada di Indonesia. Menurut Ditjen
Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum (1984), sumber air terdiri dari:
a) Air permukaan dengan tingkat kekeruhan tinggi.
b) Air permukaan dengan tingkat kekeruhan rendah sampai sedang.
c) Air permukaan dengan tingkat kekeruhan yang temporer.
d) Air permukaan dengan kandungan warna sedang sampai tinggi.
e) Air permukaan dengan tingkat kesadahan tinggi.
f) Air permukaan dengan tingkat kesadahan rendah.
3. Air tanah
Air tanah biasanya diperoleh dari sumur dangkal, sumur dalam atau sumur
pompa dan digunakan untuk keperluan rumah tangga, industri dan
perkebunan. Air tanah banyak mengandung garam dan mineral yang terlarut
pada waktu air melewati lapisan-lapisan tanah. Tetapi tidak menutup
kemungkinan air tanah dapat tercemar oleh zat-zat seperti Ferum (Fe),
Mangan (Mn) dan kesadahan yang terbawa oleh aliran permukaan tanah.
10

Khusus untuk keperluan air minum maka sumber-sumber air yang dapat
digunakan adalah:
a) Mata air
b) Sumur artesis
c) Air tanah dangkal
d) Air permukaan
e) Air hujan
Diantara sumber diatas, dari hasil penelitian secara prioritas lebih banyak
digunakan adalah air sungai karena selain kualitasnya yang lebih baik juga karena
penyediaanya lebih mudah dan ekonomis.
Dalam kegiatan penyediaan air bersih pekerjaan yang sangat penting
adalah mengetahui jumlah air (debit air). Pengukuran debit air sebaiknya
dilakukan pada musim kemarau agar diperoleh debit andalan dari sumber air
tersebut.
Potensi sumber air pada suatu daerah dipengaruhi oleh curah hujan
sehingga dalam proses perencanaan penyediaan air bersih harus memperhatikan:
1. Distribusi curah hujan yang berbeda-beda sesuai dengan jangka waktu dan
tempat yang ditinjau.
2. Intensitas curah hujan.
Selain itu, curah hujan suatu daerah juga dipengaruhi oleh iklim setempat dan
kecepatan angin. Hal ini menyebabkan curah hujan menjadi sangat bervariasi.
Semakin tinggi elevasi suatu daerah maka semakin tinggi angka curah
hujannya.
2.3. Analisis dan Perencanaan Teknik
2.3.1. Analisis Proyeksi Jumlah Penduduk
Perencanaan dari kebutuhan air bersih di Desa Tesbatan, terlebih dahulu
harus ditinjau jumlah penduduk yang ada pada saat ini serta proyeksi jumlah
penduduk untuk menentukan jumlah penduduk pada beberapa tahun mendatang,
sesuai dengan periode perencanaan yang diinginkan. Data yang diperlukan adalah
jumlah penduduk maupun presentase pertambahan jumlah penduduk yang ada
selama 10 tahun terakhir, serta rata-rata kenaikan jumlah penduduk selama 10
tahun terakhir tersebut. Hasil dari analisis perkembangan jumlah penduduk akan
11

digunakan sebagai dasar dalam perhitungan perencanaan perkembangan sistem


jaringan air bersih.
Sedangkan pengelompokkan data dengan deskriptif kuantitatif dipengaruhi
oleh proyeksi jumlah penduduk pada tahun rencana dari tahun 2016 sampai
dengan tahun 2036 yang berpedoman pada data penduduk di Desa Tesbatan pada
tahun – tahun sebelumnya. Untuk mengetahui data perkembanagan jumlah
penduduk yang ada maka penulis dapat memproyeksikan jumlah penduduk untuk
tahun rencana dengan menggunakan beberapa metode sebagai pembanding antara
lain sebagai berikut:
1. Metode Aritmatik
Pn = Po+Ka(Tn-Ta) : Ka= (P2-P1)/(T2-T1) ...................................(2-1)
Keterangan :
Pn = Jumlah Penduduk pada tahun rencana
Po = Jumlah penduduk pada tahun awal
Tn = Tahun rencana
To = Tahun Dasar
Ka = Konstanta Aritmatika
P1 = Jumlah penduduk yang diketahui pada tahun pertama
P2 = Jumlah penduduk yang diketahui pada tahun terakhir
T1 = Tahun pertama yang diketahui
T2 = Tahun terakhir yang diketahui
2. Metode Geometrik
Pn = Po(1+r)n ..............................................................................(2-2)
Keterangan :
Pn = Jumlah penduduk tahun rencana
Po = Jumlah penduduk tahun awal
r = Laju pertumbuhan penduduk
n = Jumlah interval waktu
3. Metode Eksponensial
1 𝑃𝑡
Pn = Poert atau r = 𝑡 𝑙𝑛 (𝑃𝑜) ..................................................(2-3)

Keterangan :
Pn = Jumlah penduduk pada tahun t
12

Po = Jumlah penduduk pada tahun dasar


t = jangka waktu
r = laju pertumbuhan penduduk
e = bilangan eksponensial yang besarnya 2,718281828
4. Metode Least Square
Pn = a + b (Tn-To)................................................................(2-4)
Keterangan:
Pn = Jumlah penduduk tahun rencana
Tn = Tahun rencana
To = Tahun Dasar
a = Konstanta
b = Koefisien arah regresi linier
Adapun persamaan a dan b adalah sebagai berikut:

(ΣY.ΣX2 )-(ΣX.ΣX.Y)
a= ............................................................(2-5)
(N.ΣX2 )-(ΣX)2

(N.ΣX.Y)-(ΣX.ΣY)
b= ...........................................................(2-6)
(N.ΣX2 )-(ΣX)2

bila koefisien b telah dihitung terlebih dahulu, maka konstanta a dapat


ditentukan dengan persamaan lainnya yaitu:
a = Ῡ-b (Tn-To) .....................................................................(2-7)
Untuk memilih proyeksi jumlah penduduk yang akan digunakan dengan hasil
perhitungan yang paling mendekati kebenaran harus dilakukan analisis
dengan menghitung standar deviasi dan koefisien korelasi yang menggunakan
rumus sebagai berikut:
1. Rumus Standar Deviasi
2
Σ(Xi -Ẍ)
s =√ .............................................................(2-8)
n-1
2. Rumus Koefisien Korelasi
n (Σ x.y)−(Σ x).(Σ y)
r= 1/2 1/2 ............(2-9)
2 2 2 2
[n(Σ y ) −(Σ y) ] . [n(Σ x ) −(Σ x) ]

Dimana:
13

r = Koefisien Korelasi
n = Jumlah data
x = Jumlah penduduk sesuai data yang langsung diperoleh
y = Jumlah penduduk sesuai metode proyeksi
Metode dengan perhitungan proyeksi yang paling tepat adalah metode
yang memberikan harga standar deviasi terkecil dan koefisien korelasi yang
paling medekati 1 untuk menghitung kebutuhan air sesuai dengan tahun yang
direncanakan. (Permen PU Nomor 18 Tahun 2007).
2.3.2. Analisis Kebutuhan Air
Yang dimaksud dengan jumlah kebutuhan air adalah banyaknya air yang
dibutuhkan manusia per hari serta banyaknya debit air yang dibutuhkan untuk
melayani jumlah pemakai tersebut.(Lowa, 1991)
Kebutuhan air merupakan jumlah air yang diperlukan secara wajar untuk
keperluan pokok manusia dan kegiatan lainnya yang memerlukan air. Kebutuhan
air menentukan besaran sistem dan ditetapkan besaran pemakaian air. Kebutuhan
air yang diperlukan seseorang untuk minum saja adalah kecil. Kebutuhan
perorangan untuk berbagai kegiatan domestik lainnya seperti untuk mandi,
mencuci, memasak dan peralatan lainnya jauh lebih besar. Kebutuhan yang
demikian akan berbeda dari satu rumah tangga dengan rumah tangga yang
lainnya, tergantung dari fasilitas air minum yang mereka punya. Dilain pihak,
dalam keadaaan surplus air kebutuhan air akan berangsur-angsur meningkat
sampai tercapai pemenuhan kebutuhan yang memuaskan.
Banyaknya kebutuhan air bagi setiap orang tergantung dari beberapa
faktor seperti:
1. Pada daerah panas pemakaian airnya akan lebih banyak dibandingkan di
daerah dingin.
2. Keadaan sosial, dimana semakin tinggi tingkat kebutuhan sosialnya maka
akan semakin tinggi pula kebutuhan akan air. Hal ini terlihat seperti pada
pembuatan pancuran mandi, pancuran di taman, kolam renang, mencuci
mobil dan lain-lain.
3. Tingkat kebiasaan hidup dalam rumah tangga yang lebih tinggi seperti masak,
mandi dan cuci.
14

Dalam perencanaan jaringan air bersih, untuk memperhitungkan jumlah air


yang akan didistribusikan dihitung tidak berdasarkan kebutuhan sekarang tetapi
juga kebutuhan dimasa yang akan datang serta perhitungan berdasarkan umur
bangunan yaitu 15-20 tahun beserta bangunan lainnya. Kebutuhan air didasarkan
atas kebutuhan domestik, kebutuhan non domestik, kehilangan air dan kebutuhan
instalasi.
Kebutuhan domestik berdasarkan jumlah penduduk yang dilayani, kategori
daerah pelayanan dan tingkat pelayanan. Sedangkan kebutuhan non domestik
dihitung secara detail setiap kegiatan yang dianggap turut mempengaruhi
perhitungan jumlah kebutuhan air bersih. Sedangkan untuk daerah yang statis
dihitung berdasarkan prosentase saja.
1) Kebutuhan Air Domestik
Berikut beberapa penjelasan mengenai kebutuhan air domestik antara lain:
a. Merupakan kebutuhan akan air bersih tiap-tiap rumah tangga yang
meliputi kebutuhan memasak, minum, mandi, cuci dan sebagainya yang
digunakan dalam rumah tangga.
b. Kebutuhan akan air bersih tiap orang (liter/orang/hari) tergantung dari
daerah pelayanan berdasarkan kategori wilayah, seperti kota metropolitan
atau kota besar dan sebagainya.
c. Perhitungan kebutuhan air dipengaruhi oleh tingkat pertambahan
penduduk apakah secara aritmatik atau geometrik atau lainnya tentu saja
akan memperngaruhi terhadap proyeksi pertambahan penduduk yang
berkaitan dengan perancangan sistem penyediaan air bersih didaerah
tersebut.
Tabel 2.1 Klasifikasi Kota dan Desa
Jumlah Penduduk Jumlah Rumah
No Kategori Wilayah
(jiwa) (buah)
1. Kota Metropolitan 1.000.000 200.000
2. Kota Besar 500.000 – 1.000.000 100.000 – 200.000
3. Kota sedang 100.000 – 500.000 20.000 – 100.000
4. Kota Kecil 10.000 – 100.000 2.000 – 20.000
5. Desa 10.000 – 20.000 5.000 – 10.000
6. Desa Kecil 3.000 – 10.000 600 – 2.000
15

Sumber : Sularso, Tahara H 2000


Tabel 2.2 Kebutuhan Air Bersih Kota dan Desa (Domestik)
Pemakaian Air
Cakupan Pelayanan
No Jenis Kebutuhan rata-rata perhari
(%)
(liter/orang/hari)
1. Kota Metropolitan 190 100
2. Kota Besar 170 100
3. Kota sedang 150 100
4. Kota Kecil 130 80
5. Desa 100 80
Sumber : Sularso, Tahara H 2000

2) Kebutuhan Air Non Domestik


Kebutuhan air non domestik adalah:
a. Merupakan kebutuhan akan air bersih bagi masyarakat diluar rumah
tangga, yang meliputi kebutuhan untuk sosial, ibadah, industri, rekreasi,
pelabuhan, niaga dan lain-lain.
b. Kebutuhan air bersih bagi tiap orang (liter/orang/hari) tergantung dari
jenis kegiatan yang dilakukan misalnya kebutuhan untuk rumah sakit
akan berbeda dengan sekolah atau di rumah-rumah ibadah begitu juga
dengan tempat rekreasi dengan industri atau pertokoan dan sebagainya.
c. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18 Tahun 2007,
Kebutuhan air bersih non domestik dapat ditentukan 15% dari kebutuhan
domestik, tetapi untuk memperoleh hasil yang lebih tetap diperhitungkan
secara detail berdasarkan data hasil survey dan pengolahan data yang
dilakukan. Sebagai pedoman untuk menghitung kebutuhan tersebut dapat
digunakan data-data dari hasil penelitian para ahli, yang telah
menetapkan kebutuhan tiap orang (liter/orang/hari) pada tiap-tiap
kegiatan seperti kegiatan sosial, industri, niaga dan lain-lain.
16

Tabel 2.3 Kebutuhan Air Bersih Non Domestik


Pemakaian Air
No Jenis Kebutuhan rata-rata perhari Keterangan
(liter/orang/hari)
1. Kantor 100-200 Per karyawan
2. Rumah Sakit 250-1000 Setiap tempat tidur pasien
Pasien Luar = 8 liter
Pegawai = 60 liter
3 Gedung Bioskop 10 Per pengunjung
4. Sekolah dasar/ SLTP 40-50 Per murid, Guru =100 liter
5. SLTA dan lebih tinggi 80 Per murid, Guru =100 liter
6. Laboratorium 100-200 Per karyawan
7. Toserba 3 Per pengunjung
Karyawan = 105 liter
8. Industri/ Pabrik 30 Per orang per sift
9. Stasiun/ Terminal 3 Setiap Penumpang
10. Restoran 30 Penghuni 160 liter
11. Hotel 250-300 Untuk setiap tamu
12. Perkumpulan Sosial 30 Untuk tamu
13. Tempat Ibadah 10 Jumlah jemaah setiap hari
Sumber : Sularso, Tahara H 2000

3) Perkiraan Kebutuhan Air Bersih


Sesuai dengan Millenium Development Goals (MDGs) pedoman yang
perlu diketahui selain proyeksi jumlah penduduk dalam memprediksi jumlah
kebutuhan air bersih adalah:
a. Tingkat pelayanan masyarakat
Cakupan pelayanan air bersih kepada masyarakat rata-rata tingkat
nasional adalah 80% dari jumlah penduduk, dengan rumus:
Cp = 80% x Pn .................................................................(2-10)
Keterangan :
Cp = Cakupan pelayanan air bersih (jiwa)
Pn = Jumlah penduduk pada tahun n proyeksi penduduk (jiwa)
17

b. Pelayanan sambungan rumah


Jumlah penduduk yang mendapat air bersih melalui sambungan rumah
adalah, dengan rumus:
S1 = 80% x Cp ...............................................................(2-11)
Keterangan:
S1 = Jumlah Penduduk pelayanan sambungan rumah (jiwa)
Cp = Cakupan pelayanan air bersih (jiwa)
c. Sambungan tak langsung atau sambungan bak umum
Sambungan tak langsung atau sambungan bak umum adalah sambungan
untuk melayani penduduk tidak mampu dimana sebuah bak umum dapat
melayani kira-kira 100 jiwa atau sekitar 20 keluarga. Jumlah penduduk
yang mendapatkan air bersih melalui sambungan tak langsung atau bak
umum dihitung dengan rumus:
Sb = 20% x Cp ................................................................(2-12)
Keterangan :
Sb = Konsumsi air bak umum (liter/detik)
Cp = Cakupan pelayanan air bersih (liter/detik)
d. Konsumsi air bersih
Konsumsi kebutuhan air bersih sesuai dengan Departemen Permukiman
dan Prasarana Wilayah 2002 diasumsikan sebagai berikut:
a) Konsumsi air bersih untuk sambungan rumah/sambungan langsung
sebanyak 100 liter/orang/hari.
b) Konsumsi air bersih untuk sambungan tak langsung atau bak umum
untuk masyarakat kurang mampu sebanyak 30 liter/orang/hari.
c) Konsumsi air non rumah tangga (kantor, sekolahan, tempat ibadah,
industri, pemadam kebakaran dan lain-lain) ditentukan sebesar 15%
dari jumlah pemakaian air untuk sambungan dan bak umum dengan
rumus:
Kn = 15% x (S1+Sb) ................................................(2-13)
Keterangan:
Kn = Konsumsi air untuk non rumah tangga (liter/detik)
S1 = Konsumsi air dengan sambungan rumah (liter/detik)
18

Sb = Konsumsi air bak umum (liter/detik)


e. Kehilangan air
Kehilangan air merupakan kehilangan air pada pipa distribusi dan tidak
termasuk dalam kategori pemakaian air, akan tetapi dalam perhitungan
akan kehilangan air biasanya berdasarkan prosentase dari total kebutuhan
air (domestik dan non domestik), dan diperhitungkan dalam desain atau
perencanaan sistem penyediaan air bersih. Kehilangan air diasumsikan
sebesar 20% dari total kebutuhan air bersih, perkiraan kehilangan jumlah
air ini disebabkan adanya sambungan pipa yang bocor, pipa yang retak dan
akibat kurang sempurnanya pemasangan, kerusakan water meter, pelimpah
di tangki penyimpanan (reservoir) dan lain-lain. Kehilangan air dapat
dihitung dengan rumus:
L0 = 20% x Pr ..................................................................(2-14)
Keterangan:
L0 = Kehilangan air (liter/detik)
Pr = Produksi air (liter/detik)
f. Analisis kebutuhan air PDAM
Analisis produksi air total yang dibutuhkan oleh PDAM adalah jumlah
konsumsi air sambungan langsung ditambah dengan konsumsi air dari bak
umum dan konsumsi air untuk non rumah tangga kemudian dijumlahkan
dengan kehilangan air akibat kebocoran pipa atau penggelontoran air.
Analisis kebutuhan air PDAM dihitung dengan rumus:
Pr = S1+Sb+Kn+Lo ..........................................................(2-15)
Keterangan:
Pr = Produksi air (liter/detik)
S1 = Konsumsi air dengan sambungan rumah (liter/detik)
Sb = Konsumsi air bak umum (liter/detik)
Kn = Konsumsi air untuk non rumah tangga (liter/detik)
L0 = Kehilangan air (liter/detik)
g. Analisis kebutuhan air harian maksimum
Kebutuhan air harian maksimum adalah banyaknya air yang dibutuhkan
terbesar dalam satu tahun. Kebutuhan air pada harian maksimum
19

digunakan untuk mengetahui berapa kapasitas pengolahan (produksi) dan


dihitung berdasarkan kebutuhan air rata-rata sebagai berikut:
Ss = f1 x Sr ......................................................................(2-16)
Keterangan:
Ss = Kebutuhan harian maksimum (liter/detik)
Sr = Jumlah total kebutuhan air (liter/detik)
f1 = faktor maksimum day : 1,10-1,25.
h. Analisis pemakaian air pada waktu jam puncak
Pemakaian air pada waktu jam puncak adalah pemakaian air tertinggi pada
jam-jam tertentu dalam satu hari. Kebutuhan air pada waktu jam puncak
digunakan untuk mengetahui beberapa kapasitas distribusi dari besarnya
diameter pipa dan dihitung berdasarkan kebutuhan air rata-rata sebagai
berikut:
Qp = f2 x Sr ......................................................................(2-17)
Keterangan:
Qp = Debit waktu puncak (liter/detik)
Sr = Jumlah total kebutuhan air (liter/detik)
F2 = Faktor peak hour : 1,15-2
2.3.3. Sistem Perpipaan Transmisi dan Perpipaan Distribusi Air Bersih
Dalam kriteria perencanaan untuk perpipaan dibedakan dalam dua bagian,
Yaitu:
1. Sistem Perpipaan Transmisi
Sistem transmisi merupakan sistem yang terdiri dari pipa panjang yang
mengalirkan air dari sumber ke jaringan distribusi atau kelokasi konsumen ( bak
reservoir) distribusi. Konsumen tidak diperbolehkan mengambil air secara
langsung dari jaringan pipa transmisi. Pada beberapa lokasi, pipa transmisi harus
dilengkapi dengan bak pelepas tekan, kran penguras dan pelepas udara. Pipa
transmisi harus di pasang didalam tanah. Apabila tidak memungkinkan, pipa
transmisi harus terlindung dengan cara menutupi dengan batu atau ditopang
dengan tiang penyangga. Pipa transmisi menggunakan pipa Galvanis.
20

Tabel 2.4. Kriteria Pipa Transmisi

No Uraian Notasi Kriteria

1 Debit Perencanaan Qmax Kebutuhan Air Maksimum


Qmax = Fmax x Qtotal
2 Faktor hari maksimum Fmax 1,10-1,25
3 Jenis Saluran Pipa atau saluran terbuka
4 Kecepatan Aliran dalam
pipa Vmin 0,3 m/dtk
a. Kecepatan minimum
b. Kecepatan Maksimum Vmax 3,0 m/dtk
1) Pipa PVC, GIP Vmax 6,0 m/dtk
2) Pipa HDPE
5 Tekanan Air dalam Pipa Hmin 10 mwg
Sumber : PPRI No 16 2005
Berdasarkan kondisi tinggi tekan yang tersedia yang merupakan syarat
pengaliran air dalam pipa, maka sistem transmisi dibagi menjadi Sistem
Transmisi Gravitasi dan Sistem Transmisi Pompa.
a) Sistem Transmisi Gravitasi
Pada sistem gravitasi, letak sumber atau bonkaptering lebih tinggi dari
letak reservoir atau lokasi konsumen sehingga air dapat mengalir dengan
prinsip gravitasi oleh karena tersedia tinggi tekan yang cukup. Akan tetapi
tinggi tekan yang tersedia akan lebih banyak hilang karena gesekan pada
pipa transmisi.
Bronkaptering

h0
Q
hf

Z0
Z1

Gambar 2.2. Sistem Transmisi Gravitasi


Sumber: Klaas, Dua 2009
21

Persamaan dasar yang digunakan untuk mendefenisikan sistem transmisi


gravitasi adalah:
8f.L.Q2
Ho + Zo - Z1= ...............................................(2-18)
π2 .g.D5
dan kemudian dijabarkan kembali menjadi :

g.D.hf ε 1,78.ν L
𝑄 = 0,965. 𝐷2 √ ln ( + √g.D.hf)............ (2-19)
L 3,7.D D

Keterangan:
H0 = Tinggi air pada sumber
Hf = Kehilangan tinggi (m)
Z0 = Elevasi sumber
Z1 = Elevasi titik tinjau
 = Koefisien gesek Darcy-Weisbach (faktor gesekan) yang nilainya
ditentukan oleh bilangan Reynold
L = Panjang Pipa
Q = Debit aliran (m/detik)
g = Percepatan Gravitasi (m/detik2)
D = Diamater pipa transmisi
Ε = Kekasaran Pipa
ν = Kekentalan kinematik (m2/detik) yang ditentukan oleh suhu
b) Sistem Transmisi Pompa
Dalam sistem transmisi pompa, elevasi outlet lebih rendah dari elevasi
tangki penyimpanan (reservoir), sehingga jika kehilangan tinggi minor
ditiadakan maka persamaan dasar yang digunakan untuk sistem transmisi
pompa adalah:
8f.L.Q2
Ho + Zo - Z1-H = ......................................(2-20)
π2 .g.D5
22

h0 Q
Pompa

Z1

Z0

Gambar 2.3. Sistem Transmisi Pompa


Sumber: Klaas,Dua 2009

2. Sistem Perpipaan Distribusi


Sistem Perpipaan Distribusi Adalah sistem yang mampu membagikan air
pada setiap konsumen dengan berbagai cara, baik dengan sambungan rumah
(house connection) atau sambungan melalui Hidran umum/kran umum
(public tap). Jaringan pipa distribusi yang berfungsi untuk mengalirkan air
dari reservoir distribusi sampai ke konsumen / sambungan rumah.
Tabel 2.5. Kriteria Pipa Distribusi

No Uraian Notasi Kriteria

1 Debit Perencanaan Qpuncak Kebutuhan Air puncak


Qmax = Fpuncak x Qtotal
2 Faktor jam puncak Fpuncak 1,15-2
3 Kecepatan Aliran dalam pipa
c. Kecepatan minimum Vmin 0,3 m/dtk
d. Kecepatan Maksimum
3) Pipa PVC, GIP Vmax 3,0 m/dtk
4) Pipa HDPE Vmax 6,0 m/dtk
4 Tekanan Air dalam Pipa
a. Tekanan minimum Hmin 10-15 mwg pada titik
jangkauan pelayanan
terjauh (pada titik
sambungan rumah
23

b. Tekanan maksimum terjauh)


1) Pipa PVC atau ACP Hmax
2) Pipa PE Hmax 80 meter
3) Pipa GIP Hmax 100 meter
200 meter
Sumber : PPRI No 16,2005

Pada zat cair ideal sewaktu mengalir didalam pipa tidak ada tenaga yang
hilang, tetapi pada zat cair biasa yang mempunyai kekentalan terjadi gesekan
zat cair dengan dinding pipa atau antara zat cait dengan zat cair itu sendiri
sehingga terjadi kehilangan tenaga.

Gambar 2.4. Sistem Perpipaan Distribusi


Sumber : Observasi Penulis 2016

Perpipaan distribusi menyampaikan air ke konsumen dengan tiga pola


sistem jaringan distribusi yaitu:
1) Sistem cabang (branch)
Sistem jaringan distribusi ini biasa digunakan didaerah pedesaan
yang letak perumahan penduduknya tidak padat. Pada sistem ini
distribusinya dilakukan dari sebuah saluran utama dan didistribusikan ke
tempat konsumsi yang berbeda. Sistem ini kadang menyebabkan aliran
air terhenti pada ujung-ujung pipa yang buntu, sehingga dapat
menyebabkan tekanan balik pada aliran dalam pipa.
24

2
1 5

3 9
8
4

Gambar 2.5. Sistem Distribusi Bercabang


Sumber: Klaas,Dua,2009
2) Sistem distribusi tertutup
Sistem ini biasanya diterapkan didaerah perkotaan seperti perumahan
yang letak rumahnya berdekatan dan tata letaknya telah didesain dengan
baik. Pada sistem ini selain sirkulasi airnya baik juga meminimalisir
kerusakan-kerusakan kecil yang terjadi pada jaringan. Kalaupun ada
kerusakan pada saat perbaikan aliran air pada konsumen lain tidak perlu
dihentikan.

3 6

2 4 7

5 8
1

11 9
13

12 10

Gambar 2.6. Sistem Distribusi Tertutup


Sumber: Klaas,Dua,2009
3) Sistem distribusi campuran
Sistem distribusi campuran merupakan gabungan dari sistem
distribusi bercabang dan sistem distribusi tertutup. Sistem distribusi ini
diterapkan pada daerah dengan pelayanan yang luas dimana sebagian
dipakai pada perumahan yang telah didesain dengan baik dan sebagian
lagi untuk melayani daerah-daerah yang lokasi pelayanannya terpencar.
25

3 4

2 8 5
7 6
1

10 14
9 16
15

17

11 12
13

Gambar 2.7. Sistem Distribusi Campuran


Sumber: Klaas,Dua,2009

3. Tekanan air dalam sistem jaringan distribusi


Tekanan air dalam suatu sistem jaringan distribusi dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu:
1) Kecepatan aliran.
2) Diameter pipa.
3) Perbedaan ketinggian pipa.
4) Jenis dan umur pipa.
5) Panjang pipa.
Dalam pendistribusian air bersih tekanan air juga bisa mengalami penurunan.
Faktor-faktor penyebab penurunan tekanan adalah:
1) Terjadinya gesekan antara aliran air dengan dinding pipa.
2) Jangkauan pelayanan.
3) Kebocoran pipa.
4) Konsumen menggunakan mesin hisap (pompa)
2.3.4. Bagian-bagian Sarana Air Bersih
1. Bak penangkap air (Bronkaptering)
1) Mata Air atau Sumber Air
a. Bak penangkap air berfungsi sebagai perlindungan air
b. Direncanakan sederhana ekonomis dan bebas dari pencemaran
c. Disarankan menggunakan beton campuran 1pc:2ps:3kr karena
bersifat kedap air
26

d. Tinggi maksimal bangunan didasarkan pada tinggi muka air


maksimum ditambah ruang/tinggi bebas minimal 25 cm.
e. Bak penangkap air dilengkapi dengan pipa pengumpul air.
2) Air permukaan
a. Bak penangkap air ditempatkan pada lokasi yang bebas dari
penggerusan aliran air
b. Direncanakan sederhana, ekonomis dan bebas dari pencemaran
c. Disarankan menggunakan beton campuran 1pc:2ps:3kr karena
bersifat kedap air
d. Tinggi maksimal bangunan didasarkan pada tinggi muka air
maksimum ditambah ruang/tinggi bebas minimal 25 cm.
e. Bak penangkap air dilengkapi dengan saringan kasar dan halus.

Gambar 2.8. Sumber Air atau Mata Air


Sumber: Observasi Penulis,2016

2. Tangki Penyimpanan (reservoir)


1) Tangki penyimpanan (reservoir) berfungsi sebagai penampung/
penyimpanan air untuk mengatasi problem naik turunnya kebutuhan air
dan kecilnya sumber air, juga dapat memperbaiki mutu air melalui
pengendapan, serta berfungsi sebagai bak pelepas tekan.
2) Kapasitas reservoir distribusi direncanakan sebesar 20-30% dari
kebutuhan air maksimum harian.
3) Reservoir ditempatkan dilokasi yang relatif paling tinggi di daerah
perencanaan yang bersangkutan dan sebisa mungkin terletak di pusat atau
paling dekat dengan daerah pelayanan.
27

4) Konstruksi reservoir direncanakan berdasarkan standar-standar yang


berlaku di Indonesia. Reservoir ini harus tertutup untuk mencegah
masuknya kotoran ke dalamnya. Semua sudut dinding dibuat lengkung
untuk memudahkan pembersihan.
5) Pada reservoir harus dilengkapi dengan sistem perpipaan yang terdiri
dari pipa masuk (inlet), pipa keluar (outlet), pipa peluap (over flow) dan
pipa penguras (blow out).
6) Pipa keluaran (outlet) ke pipa transmisi harus dipasang kira-kira 5-20 cm
diatas lantai bak dan harus memakai saringan.
7) Pipa lubang peluap (over flow) harus dipasang sedikit lebih tinggi dari
pada pipa masukan (inlet). Pipa peluap sekaligus bisa berfungsi sebagai
lubang hawa dan harus berdiameter cukup besar untuk melayani aliran
maksimum yang sudah diperhitungkan.
8) Atap/plafon reservoir harus mempunyai kemiringan yang cukup,
sehingga air hujan tidak tergenang diatasnya dan harus mempunyai
lubang (manhole) yang besarnya cukup untuk dimasuki orang kedalam
tangki.

Gambar 2.9. Tangki Penyimpanan (reservoir)


Sumber: Observasi Penulis,2016

3. Bak Pelepas Tekan (break presure tank)


Bak pelepas tekan adalah suatu bangunan yang berfungsi untuk
menurunkan tekanan hidrostatis didalam pipa menjadi nol dan ditempatkan
bilamana selisih tinggi (∆H) lebih tinggi dari kekuatan tekan pipa. Misalnya
pipa PVC (poly vinil chloride) dengan nominal pressure (NP) 10 sama
28

dengan 100 mwg, maka seleisih tinggi lebih besar atau sama dengan 100m
harus dibuat bak pelepas tekan.
4. Pipa Transmisi
Pipa transmisi adalah suatu jaringan yang berfungsi membawa air baku
dari sumber ke lokasi pengolahan atau dari bangunan pengumpul ke titik awal
jaringan distribusi.

Gambar 2.10. Jaringan Pipa Transmisi


Sumber: Observasi Penulis 2016
5. Pipa distribusi
Pipa distribusi adalah suatu jaringan perpipaan yang berfungsi
mengalirkan air bersih dari titik akhir pipa transmisi menuju daerah
pelayanan.
6. Jembatan Pipa
Konstruksi jembatan pipa yang biasa digunakan untuk air bersih dapat
memberikan beda ketinggian yang kecil, yang dapat mengurangi tekanan
yang terjadi dalam pipa. Hal ini diharapkan umur konstruksi jaringan pipa
akan semakin tinggi. Dari rumus Hazzen-Wiliams bila I() besar maka debit air
yang ter-suply akan semakin besar. Jenis konstruksi untuk jembatan pipa
adalah:
1) Tiang rangka beton pasangan batu kali.
2) Tiang beton cover pasangan bata.
3) Konstruksi tiang beton
4) Konstruksi tiang pipa
7. Bangunan Pelengkap lainnya untuk Air Bersih
1) Pengolahan air dengan Instalasi Pengolahan Air Sederhana
29

2) Saringan Pasir Lambat (SPL) dan Bahan Kimia


3) Pompa Air
4) Bangunan Perlindungan Mata air
5) Sumur Gali
6) Sumur Pompa tangan
7) Bangunan Penampung air Hujan (PAH)
8. Asesoris Pipa
a) Water Meter
Water meter mempunyai fungsi untuk mengukur besarnya aliran air yang
mengalir dalam pipa. Jenis water meter biasanya ditentukan berdasarkan
penempatan water meter itu sendiri misalnya:
1) Water meter yang dipasang didekat instalasi biasanya disebut water
meter induk.
2) Water meter yang dipasang pada zona pelayanan tertentu biasanya
disebut dengan water meter zoning.
3) Water meter yang dipasang pada sambungan rumah disebut water
meter pelanggan. Pemasangan water meter induk biasanya
dilengkapi dengan chamber guna menghindari gangguan dari luar
dan dilengkapi bypass dengan maksud jika water meter tersebut
rusak atau ada gangguan, air dapat dialirkan melalui bypass.

Gambar 2.11. Water Meter


Sumber: Observasi Penulis 2016
b) Meter Pengukur Aliran (Flow Meter)
Flow meter berfungsi untuk mengukur debit aliran air didalam pipa, flow
meter dipasang pada pipa utama distribusi dan transmisi sebagai
kelengkapan untuk kontrol debit dan kontrol pompa atau dapat juga
dipasang pada sistem dosing dengan maksud alat pelengkap untuk dapat
30

menetukan dosing rate yang akurat. Flow meter dapat dipasang secara
permanen/terus-menerus atau dapat juga dipasang secara temporer
tergantung dari fungsi dan tujuannya.

Gambar 2.12. Flow Meter


Sumber: Observasi Penulis 2016

c) Pressure gauges (manometer)


Pressure gauges berfungsi untuk mengatur tekanan air yang ada didalam
pipa, biasanya dipasang pada:
1) Rumah pompa, untuk kontrol bekerjanya pompa agar sesuai
2) Pada bak pelepas tekan dan perlengkapan kontrol debit lainnya
dengan sistem gravitasi.

Gambar 2.13. Pressure Gauges


Sumber: Observasi Penulis 2016
d) Katup Isolasi
Katup isolasi menggunakan standard gate valve. Katup butterfly
mempunyai katup yang lebih kecil dan mudah dioperasikan, tetapi bila
31

tidak dapat ditempatkan maka gate valve yang dipergunakan. Pada pipa
induk aliran secara gravitasi perlu dilengkapi gate valve dengan
penutupan lambat agar dapat melindungi (mengurangi) gelombang air
(water hammer).

Gambar 2.14. Katup Isolasi


Sumber: Observasi Penulis,2016

e) Regulating Valves
Regulating valves diperlukan bila aliran air atau besarnya tekanan perlu
dikontrol. Katup ini merupakan jenis disc valve atau butterfly valves.
Disc valves dipergunakan dalam mengurangi besarnya tekanan tetapi
pada bak pelepas tekan dipergunakan butterfly valves

Gambar 2.15. Regulating Valves


Sumber: Observasi Penulis 2016
32

f) Air Resease Valve


Asesoris ini dipasang pada belokan pipa yang mengarah kebawah untuk
menghindari terjebaknya udara didalam pipa. Katup yang digunakan
merupakan desain standar (flosing balls)

Gambar 2.16. Air Resease Valve


Sumber: Observasi Penulis 2016

g) Pelampung (Float valve)


Pelampung dipasang pada bak pelepas tekan dan pada reservoir.
Pelampung berfungsi untuk menutup aliran air secara otomatis apabila
bak sudah penuh sehingga air tidak meluap pada bak pelepas tekan atau
reservoir.

Gambar 2.17. Pelampung


Sumber: Observasi Penulis 2016
h) Wash out
Wash out dipasang pada jalur pipa distribusi induk dengan lokasi pada
profil memanjang yang memperlihatkan adanya depresi, seperti
33

perlintasan sungai dan sebelum bak pelepas tekan. Pada sistem distribusi
dipasang pada setiap titik terendah untuk semua diameter pipa distribusi
lebih besar dari 25mm, dengan jarak maksimum 2 km. Manfaat dari wash
out adalah untuk membersihkan pipa dari endapan sedimen.
2.3.5. Perhitungan Kehilangan Tinggi Tekanan Dalam Pipa
Kehilangan tinggi tekanan dalam pipa perlu diketahui Karena dapat
menentukan besarnya tekanan yang terjadi dalam pipa, yang dapat mempengaruhi
kekuatan pipa. Selain itu juga, tinggi tekanan minimum dapat mengakibatkan
adanya kantong udara, dimana kantong udara dapat menurunkan debit dan
menutup aliran dalam pipa, bahkan pada pipa dengan diameter besar sekalipun.
Kantong udara terjadi apabila tinggi tekanan dalam pipa < 5.0 m, dan tinggi
tekanan pipa minimum haruslah > 5.0 m.
Pada aliran gravitasi terdapat kehilangan energi yang diakibatkan oleh
perbedaan ketinggian pada suatu daerah. Kehilangan energi dapat berakibat pada
semakin kecilnya nilai tinggi atau kecepatan yang berkurang dan debit yang
semakin kecil. Pada penerapan praktis teknik sipil, kehilangan energi lebih sering
disebut kehilangan tinggi tekan air.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memperhitungkan kehilangan
tekanan yaitu:
1. Kualitas air yang diperlukan
2. Pipa yang digunakan harus kuat menahan tekanan dari dalam dan luar pipa
3. Pipa yang digunakan harus tahan lama

a
v12
2g Energi
great li hL = hf + hm
ne
P1
 Hidrau
lic gre a'
at kine
v22
v1 2g

P2

h1
v2
h2
b b'

Gambar 2.18. Skema Persamaan Kontinuitas


Sumber: Klaas,Dua 2009
34

Perbedaan ketinggian antara titik a dan a’ merupakan kehilangan tinggi


(head loss) hL antara tampang 1 dan 2. Hubungan energi antara dua tampang
tersebut mengikuti persamaan Bernoulli sebagai berikut:
H1 = H2 atau
v1 2 P1 v2 2 P2
+ +h1 = + +h2+hL ..................................................(2-21)
2g  2g 

Konsep dasar lain yang berlaku dalam aliran yang tidak termampatkan
(incompressible) adalah persamaan “kontinuitas” sebagai berikut:
Q = A.V = A1.V1 = A2.V2 ....................................................(2-22)
Keterangan:
Q = Debit aliran air (liter/detik)
A = Luas penampang pipa (m2)
V = Kecepatan aliran air (m/detik)
Kehilangan tinggi tekan sendiri dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang
secara umum dibagi atas kehilangan tinggi tahanan oleh permukaan pipa (hf) dan
karena tahanan oleh bentuk pipa (hm). Sehingga tahanan total hL adalah :
hL = hf + hm .......................................................................(2-23)
Keterangan:
hL = Kehilangan tinggi total (m)
hf = Gesekan air dengan pipa selama pengaliran (major losses) (m)
hm = Perubahan besar dan arah kecepatan aliran selama perjalanan (minor
loses) (m)
Jenis-jenis kehilangan tinggi tekanan dalm pipa adalah sebagai berikut:
1. Kehilangan Tinggi Besar (Major Losses)
Aliran fluida yang melalui pipa akan selalu mengalami penurunan tinggi
tekanan. Hal ini disebabkan oleh gesekan yang terjadi antara fluida dengan
dinding pipa atau perubahan kecepatan yang dialami oleh aliran fluida.
Penurunan tinggi tekanan akibat gesekan dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan-persamaan berikut:
1) Persamaan Darcy-Weisbach
Darcy-Weisbach membuat sebuah persamaan kehilangan tinggi tekanan
dalam pipa yaitu:
35

L v2
hf = f ......................................................................(2-24)
D 2g

Keterangan :
hf = Kehilangan tinggi karena gesekan (m)
f = Faktor gesekan Darsy-Weisbach yang nilainya ditentukan oleh
bilangan Reynolds
L = Panjang pipa (m)
D = Diameter pipa (m)
v = Kecepatan aliran rerata (m/det)
g = percepatan gravitasi (m/det2)
faktor gesekan (f) dapat ditentukan dengan persamaan:
−16 0,125
64 8 ε 5,74 2.500 6
f = {( 𝑅 ) + 9,5 [ln (3,7xD + R0.9 ) − ( R
) ] } ....(2-25)

Nilai ε adalah tinggi kekasaran mutlak dapat dilihat pada tabel berikut
ini:

Tabel 2.6. Koefisien Kekasaran Mutlak, ε.

Bahan Nilai ε dalam mm


Kuningan, timah, gelas, semen yang diaduk 0,0015
secara sentrifugal, lapisan batubara
Baja yang diperdagangkan atau besi tempa, 0,046
pipa baja yang dilas
Poly vinyl chloride (pvc) 0,05
Besi cor diaspal 0,12
Besi berlapis seng (galvanis) 0,15
Besi cor 0,26
Papan dan Kayu 0,18-0,9
Beton 0,3-3
Baja dikeling 9
Sumber: Klaas,Dua 2009.
Jika diketahui komponen debit (Q) dan Luas penampang pipa (A) maka
persamaan 2-22 menjadi:
36

8f.L.Q2
hf = ..................................................................(2-26)
π2 .g.D5
Dalam penerapan praktis digunakan diagram Station yang dibuat oleh
L.F.Moody 1950 untuk menyelesaikan permasalahan aliran fluida didalam
pipa dengan menggunakan faktor gesekan pipa (f) dari rumus Darcy-
Weisbach. Persamaan dengan kriteria bilangan Reynolds (R) saat aliran fluida
memenuhi saluran, gaya gravitasi tidak memenuhi pola aliran. Parameter
kapilaritas juga dalam penerapannya tidak berpengaruh sehingga gaya yang
diperhitungkan adalah gaya innersia dan gesekan fluida oleh karena
kekentalannya.
Bilangan Reynolds merupakan perbandingan gaya-gaya inersia dengan
gaya-gaya kekentalan. Bilangan ini pertama kali ditemukan oleh Obsone
Reynold.
Pada tahun 1982 yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Load
Rayleigh ditahun 1892. Nilai bilangan tanpa dimensi ini (dimensionless)
ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:
𝑣.𝐷
R=( ) .........................................................................(2-27)
𝜈

Keterangan :
R = Bilangan Reynolds
v = kecepatan aliran (m/det)
D = diameter pipa (m)
ν = Kekentalan kinematik (m2/det)
nilai ν diperoleh dari persamaan:
𝜇
ν = (𝜌) ...........................................................................(2-28)

Keterangan:
ρ = Rapat massa fluida (kg/m3)
μ = Kekentalan absolute (kg/m.det)atau (N.det/m2)
37

Gambar 2.19 Diagram Moody


Sumber: Jack B. Evett, Cheng Liu 1987.
38

Tabel 2.7. Kerapatan, Viskositas Dinamik dan Viskositas Kinematik untuk Air.

Temperatur Kerapatan Massa, r Viskositas Dinamik, m Viskositas Kinematik, n


[ oC ] [ kg/m3 ] [ kg/m.s ] [ m2/s ]
0 999,8 1,787 1,787
4 1000,0 1,562 1,562
10 999,7 1,305 1,307
15 999,1 1,133 1,135
20 998,2 1,002 1,004
25 997,1 0,892 0,895
30 995,6 0,797 0,801
35 994,1 0,721 0,725
40 992,2 0,653 -3
0,658 -6
45 990,2 0,598 10 0,604 10
50 988,1 0,548 0,554
60 983,2 0,467 0,475
70 977,7 0,404 0,413
80 971,8 0,355 0,365
90 965,3 0,315 0,326
100 958,4 0,282 0,295
150 916,9 0,186 0,205
200 864,6 0,136 0,161
150 799,2 0,109 0,140
300 712,4 0,089 0,132

Sumber: Jack B. Evett, Cheng Liu. 1987


39

Dengan bilangan Reynolds ini kita dapat menentukan sifat pengaliran di


pipa dengan aturan sebagai berikut:
Tabel 2.8. Jenis Aliran berdasarkan Nilai Bilangan Reynolds
Jenis Aliran Nilai R
Laminer < 2000
Transisi 2000<R<4000
Turbulen >4000
Sumber: Klaas, Dua 2009.
Swame menjabarkan nilai ν dengan korelasi dengan suhu (T) sebagai berikut:
−1
𝑇 1,165
ν = 1,792 x 10 -6 (1 + [25] ) ................................(2-29)

Keterangan:
ν = Kekentalan kinematik (m2/det)
T = Suhu (0C)
2) Persamaan Hazen Wiliams yaitu:
Persamaan ini umumnya dipakai untuk menghitung kehilangan tinggi
takanan dalam pipa yang relatif panjang seperti jalur pipa penyalur air
minum. Bentuk umum persamaan Hazen Wiliams adalah:
a. Rumus Kehilangan Tinggi Tekanan (hf)
10,666.𝑄1,85
hf = L ................................................... (2-30)
𝑐 1,85. 𝑑4,85

Keterangan :
hf = Kehilangan tinggi karena gesekan (m)
Q = laju aliran dalam pipa (m3/det)
L = Panjang pipa (m)
d = Diameter pipa (m)
c = Koefisien kekasaran pipa Hazen Wiliam
Koefisien c dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 2.9 Koefisien Kekasaran Pipa Hazen Wiliams
Jenis Pipa Nilai Kekasaran
Pipa yang sangat mulus dan halus 140
Pipa besi tuang baru, pipa baja, kuningan, 130
tembaga.
40

Pipa besi tuang sedang, pipa baja baru 110


Pipa besi tuang digunakan beberapa tahun 100
Pipa besi tuang yang dalam keadaan buruk 80
Sumber: Klaas, Dua, 2009.
b. Rumus Kecepatan Aliran (v)
v = 0,85 CHW R0,63 S0,54 .............................................(2-31)
Keterangan:
v = kecepatan aliran rerata (m/det)
S = Garis kemiringan energi (hf/L)
R = Jari-jari hidrolis (m)
A = Luas penampang pipa (m2)
P = Keliling basah lingkaran (m)
D = Diameter pipa (m)
CHW = Koefisien kekasaran pipa Hazen Wiliams
c. Rumus Debit Aliran Dalam Pipa (Q)
Q = 0,2785 c S0,63 d0,54 ..............................................(2-32)
Keterangan:
Q = Debit Aliran (m3/det)
c = Koefisien kekasaran pipa Hazen Wiliams
d = Diamater pipa (m)
S = Kemiringan hidrolis (hf/L)
Secara praktis kehilangan tinggi tekanan dapat ditentukan dengan
diagram Hazen Wiliams (Nomograph).
41

Gambar 2.20 Diagram Hazen Wiliams (Nomograph)


Sumber: Jack B. Evett, 1987.

3) Persamaan Manning
Untuk menghitung kehilangan tinggi tekanan dengan persamaan
Manning dapat kita hitung sebagai berikut:
1
V = 𝑛 𝑅 2/3 𝐼1/2 .................................................................(2-33)

Hf = S x L
𝑛2 𝑣 2
Hf = 𝐿 ....................................................................(2-34)
𝑅 4/3
42

Keterangan:
hf = Kehilangan tinggi karena gesekan (m)
n = Koefisien kekasaran manning
v = Kecepatan aliran rerata (m/det)
R = Jari-jari hidrolis (m)
L = Panjang pipa (m)
S = Kemiringan hidrolis (hf/L)
Tabel 2.10 Koefisien Kekasaran Pipa Manning
Jenis Pipa Nilai Kekasaran
Pipa Besi Tanpa lapisan 0,012 – 0,015
Pipa dengan Lapisan semen 0,012 – 0,013
Pipa berlapis gelas 0,011 – 0,017
Pipa asbestos semen 0,010 – 0,0,15
Saluran pasangan batu bata 0,012 – 0,017
Pipa beton 0,012 – 0,016
Pipa Baja spiral dan pipa kelingan 0,013 – 0,017
Pipa Plastik (PVC) 0,002 – 0,012
Pipa Tanah liat (vitrified clay) 0,011 – 0,015
Sumber: Klaas, Dua, 2009.

2. Kehilangan Tinggi Kecil (Minor Losses)


Kehilangan yang kecil akibat gesekan pada jalur pipa yang terjadi pada
komponen-komponen tambahan seperti katup, sambungan, belokan, reducer dan
lain- lain disebut dengan kehilangan tinggi kecil (minor losses)
Besarnya kehilangan tinggi kecil akibat adanya kelengkapan pipa ada
beberapa macam antara lain:
1) Penyempitan/pengecilan tiba-tiba (sudden contraction)
Kehilangan tinggi akibat pengecilan tiba-tiba sebagai berikut:
(𝑣2 −𝑣1 )2
Hm = Kc [ ] .........................................................(2-35)
2𝑔

Keterangan:
Hm = Kehilangan tinggi pada pengecilan tiba-tiba (m)
V1 = Kecepatan aliran pipa di hulu (m/det)
43

V2 = Kecepatan aliran pipa di hilir (m/det)


g = percepatan gravitasi (m/det2)
Kc = Koefisien kehilangan merupakan fungsi dari D2/D1
sebagaimana dilihat dalam tabel 2.7.
D1 = diameter pipa di hulu (m)
D2 = diameter pipa di hilir (m)

V1 V2

Gambar 2.21. Kehilangan Tinggi karena Penyempitan tiba-tiba


Sumber: Klaas,Dua 2009

Tabel 2.11. Nilai Koefisien Konstraksi Kc.


V2 D2/D1
(m/
0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
s)
0,0
1 0,49 0,49 0,48 0,45 0,42 0,38 0,28 0,18 0,07
3
0,0
2 0,48 0,48 0,47 0,44 0,41 0,37 0,28 0,18 0,09
4
0,0
3 0,47 0,46 0,45 0,43 0,40 0,36 0,28 0,18 0,10
4
0,0
6 0,44 0,43 0,42 0,40 0,37 0,33 0,27 0,19 0,11
5
0,0
12 0,38 0,36 0,35 0,33 0,31 0,29 0,25 0,20 0,13
6
Sumber: Klaas, Dua, 2009.

2) Pembesaran tiba-tiba (sudden expansion)


Kehilangan tinggi pada pembesaran tiba-tiba adalah sebagai berikut:
44

(𝑣1 −𝑣2 )2
Hm = [ ] ...........................................................(2-36)
2𝑔

Keterangan:
Hm = Kehilangan tinggi pada pembesaran tiba-tiba (m)
V1 = Kecepatan aliran pipa di hulu (m/det)
V2 = Kecepatan aliran pipa di hilir (m/det)
g = percepatan gravitasi (m/det2)

Gambar 2.22. Kehilangan Tinggi karena Pembesaran tiba-tiba


Sumber: Klaas,Dua 2009

3) Lubang Masuk Pipa


Kehilangan tinggi pada lubang masuk pipa sebagai berikut:
v2
Hm = Km 2g ......................................................................(2-37)

Keterangan:
Hm = Kehilangan tinggi pada lubang masuk pipa (m)
V = Kecepatan aliran (m/det)
g = percepatan gravitasi (m/det2)
Km = Koefisien kehilangan ditetapkan
a. Lubang masuk ujung persegi f = 0,5

Gambar 2.23. Lubang masuk ujung persegi


Sumber: Klaas,Dua 2009
45

b. Lubang masuk ujung menonjol keluar f = 0,8

Gambar 2.24. Lubang masuk ujung menonjol keluar


Sumber: Klaas,Dua 2009
c. Lubang masuk ujung bulat radius kecil f = 0,04

Gambar 2.25. Lubang masuk ujung bulat radius kecil


Sumber: Klaas,Dua 2009
4) Lubang keluar pipa (outlet)
Bagian keluar pipa outlet juga mengakibatkan kehilangan tingi energi.
Persamaan yang digunakan untuk menentukan kehilangan tinggi pada
bagian ini adalah sebagai berikut:
𝑣2 2 −𝑣1 2
Hc = Kc [ ] ..............................................................(2-38)
2𝑔

Keterangan:
Hc = Kehilangan tinggi pada pengecilan tiba-tiba (m)
V1 = Kecepatan aliran pipa di hulu (m/det)
V2 = Kecepatan aliran pipa di hilir (m/det)
g = percepatan gravitasi (m/det2)
d1 = Diamater pipa di hulu (m)
d2 = Diamater pipa di hilir (m)
Kc = Koefisien kehilangan pada bagian keluar pipa yang ditetapkan
sebagai berikut:
𝐷
Kc = 4,5 [𝑑 ] − 3,5 ........................................................(2-39)
46

D d

Gambar 2.26. Lubang Keluar Pipa


Sumber: Klaas,Dua, 2009
5) Belokan Pipa dan Pipa Lengkung
Perhitungan kehilangan tinggi pada belokan pipa menggunakan rumus:
𝑣2
Hm = Km 2𝑔 ....................................................................(2-40)

Keterangan:
Hm = Kehilangan tinggi pada belokan pipa (m)
V = Kecepatan aliran (m/det)
g = percepatan gravitasi (m/det2)
Km = Koefisien kehilangan pada belokan pipa merupakan jenis dinding
dari α dilihat pada tabel 2.10
α = susudt belokan terhadap sudut horisontal

Gambar 2.27. Belokan Pipa


Sumber: Klaas,Dua 2009

Tabel 2.12. Koefisien Kehilangan pada Belokan Pipa Km.


Α
Dinding
50 150 300 450 600 900
Halus 0,034 0,042 0,130 0,236 0,471 1,129
F
Kasar 0,024 0,062 0,165 0,320 0,684 1,265
Sumber: Klaas, Dua 2009.
6) Perlengkapan Pipa (pipe fittings)
Perhitungan kehilangan tinggi pada perlengkapan pipa menggunakan
rumus:
47

v2
Hm = Km 2g ....................................................................(2-41)

Keterangan:
Hm = Kehilangan tinggi pada Perlengkapan pipa (m)
V = Kecepatan aliran (m/det)
g = percepatan gravitasi (m/det2)
Km = Koefisien kehilangan terlihat pada tabel 2.10.

Tabel 2.13. Koefisien Kehilangan Tinggi pada kelengkapan Pipa


Jenis Perlengkapan Pipa F
Katup terbuka penuh
Bola 1
Pintu 0,2
Swing-Check 2
Sudut 2
Fogt 0,8
Tikungan Balik 1,5
Siku
900 1,5
450 0,4
Bentuk T
Aliran Induk 0,9
Aliran Cabang 2
Sumber: Klaas, Dua 2009.

2.3.6. Pengukuran Debit Air


1. Alat pengukur debit Thomson
Alat ukur debit Thomson adalah pengukur debit yang berdasarkan peluapan
sempurna ambang tipis berbentuk segi tiga siku-siku. Alat ukur ini kecil,
biasanya digunakan pada laboratorium atau di perkebunan.
48

Gambar 2.28. Alat Ukur Debit Thomson


Sumber: Klaas,Dua, 2009

Pengukuran debit Thomson dapat dihitung dengan persamaan sebagai


berikut:
Q = 1,40 H 5/2 ......................................................................(2-42)
Keterangan:
Q = Debit (m3/det)
H = Tinggi Saluran (meter)
α = 900
b = 2.H
C = 0,60
g = 9,81 m/s2
2. Pengukuran Debit Sederhana
Pengukuran debit dengan cara sederhana dapat dibedakan dalam dua macam
metode yaitu:
a. Metode Wadah
Metode ini hanya bisa digunakan bila seluruh aliran air bisa ditampung
dalam wadah tertentu yang sudah diketahui volumenya, misalnya air
yang keluar dari mata air melalui sebuah pipa dapat ditampung dalam
wadah dengan catatan waktu menggunakan stop watch. Langkah-langkah
cara pengukuran sederhana melalui wadah yaitu:
1) Hidupkan stop watch tepat pada saat wadah yang disimpan untuk
menampung air.
2) Matikan stop watch tepat pada saat wadah terisi penuh.
49

Cara perhitungan pengukuran debit dengan wadah adalah sebagai


berikut:
𝑉
𝑄 = ............................................................................(2-43)
𝑡

Keterangan:
Q = Debit (liter/detik)
V = Volume wadah (liter)
t = Waktu (detik)

Level Air Pancuran

Wadah / Ember

Tanggul buatan

Stop Watch

Gambar 2.29. Cara Pengukuran Debit dengan Wadah


Sumber : Analisis Penulis 2016

b. Metode Benda Apung


Pengukuran melalui Metode Benda Apung dapat terjadi jika pada lokasi
yang baik pada beban air dengan lebar, kedalaman dan kecepatan yang
dianggap tetap sepanjang 5 meter. Disamping itu juga harus diperhatikan
agar tidak ada rintangan, halangan atau gangguan lainnya sampai tempat
pengamatan dihilir.
Cara pengukuran debit dengan Metode Benda Apung yaitu pertama
jatuhkan bola pingpong yang diisi air seperempatnya atau ranting kering
ditengah sungai pada bagian hulu bersamaan dengan itu hidupkan stop
watch.
Kemudian hentikan stop watch ketika bola pingpong atau ranting kering
melewati titik pengamatan dihilir, disamping itu juga jarak antara bagian
hulu dan hilir harus diukur. Terakhir ukur lebar dan kedalaman air di
50

beberapa titik penampang aliran. Cara perhitungan pengukuran debit


dengan benda apung adalah sebagai berikut:
Q = A.V ........................................................................(2-44)
Keterangan:
Q = Debit (liter/detik)
A = Luas Penampang (meter)
V = Kecepatan aliran (meter/detik)

Bola Pingpong

b
Saluran yang diketahui dimensinya

5m

Stop Watch

Gambar 2.30. Cara Pengukuran Debit dengan Benda Apung


Sumber : Analisis Penulis 2016

2.4. Jenis-jenis Pipa Air Bersih


Dalam pekerjaan jaringan air bersih jenis pipa yang digunakan dapat
dibedakan berdasarkan bahan baku pembuatan pipa antara lain:
a. Pipa dari Tanah Liat
Pada zaman Kerajaan Majapahit, Pipa air dibuat dari tanah liat dengan bentuk
dasar silinder lurus, lengkung atau huruf ”T”. Pipa ini dibuat langsung dengan
tangan dimana masing-masing ujungnya dibuat sedemikian rupa sehingga
menyambungkan antar pipa.

Gambar 2.29. Pipa air dari tanah liat


51

b. Pipa dari Timbal


Timbal telah dikenal sejak zaman kuno. Hal ini kadang-kadang ditemukan
bebas di alam, tetapi biasanya diperoleh dari bijih galena (PbS), anglesite
(PbSO4), Kerusit (PbCO3) dan minum (Pb3O4).
Timbal adalah, bahan tahan lembut mudah dibentuk dan kuat terhadap korosi.
Timbal digunakan untuk tangki garis yang menyimpan cairan korosif, seperti
asam sulfat (H2SO4).

Gambar 2.30. Alat penyambung pipa dari bahan Timbal

c. Pipa GIP (Galvanised Iron Pipe)


Pipa Galvanis biasanya dikenal dengan nama GIP (Galvanised Iron Pipe)
adalah sebuah pipa yang menggunakan material seng (Zn) sebagai bahan
tambahan maupun sebagai pelapis pipa utamanya dengan menggunakan
metode galvanisasi seperti dijelaksan di atas baik dengan menggunakan
pencelupan panas atau elektrokimia dan lain sebagainya. Panjang pipa GIP
biasanya 6 m dengan kekuatan terhadap tekanan rata-rata 50 mwg. Klasifikasi
pipa GIP terdiri atas tiga bagian yaitu Lights, Medium dan Heavy.

Gambar 2.31. Pipa Galvanis (Galvanised Iron Pipe)


d. Pipa PVC (Polyvnil Cloride)
PVC adalah salah satu material sintetis dengan sejarah industrial yang
panjang. Panjang pipa PVC biasanya 4 m dan 6 m, kuat tekan pipa atau
Nominal Pressure (NP) antara lain 8, 10, 12, dan 16 mwg.
52

Keistimewaan PVC antara lain:


1. Tahan terhadap cahaya
2. Tahan terhadap bahan kimia korosif
3. Tahan terhadap suhu yang cukup ekstrim

Gambar 2.32. Pipa PVC (Polyvinyl Cloride)


Sumber : Babbit, 1989

e. Pipa HDPE (High Density Polyethylene)


Pipa HDPE atau high density polyethylene adalah pipa plastik bertekanan
yang mulai banyak digunakan untuk pipa air dan pipa gas rumah tangga.
Bahan dasarnya adalah polymer minyak bumi, yaitu polyethylene (PE). Pipa
yang dibuat dari bahan (material) poly ethylene dapat menekan biaya
produksi dan pipa HDPE ini sangat efektif digunakan sebagai solusi masalah
perpipaan di kota, industri, Maritim, Pertambangan, Tempat Pembuangan
Sampah, irigasi dan pertanian. Penggunaan pipa HDPE sudah diuji dan
terbukti efektif untuk diletakkan diatas tanah, dikubur, dipasang pada gedung
maupun dipergunakan dilaut. Pipa HDPE (high density polyethylene) dapat
mengalirkan air, lumpur, cairan kimia, limbah berbahaya dan gas bertekanan
rendah. Biaya perawatan polypipe sangat rendah dibandingkan penggunaan
pipa bertekanan lainnya, terutama untuk distribusi gas diperumahan.
Polyethylene sangat kuat, dan tahan lama baik digunakan untuk cairan zat
kimia mapun kegunaan lainnya. Biaya perawatan yang rendah, karena:
a) Tidak berkarat, membusuk atau korosi.
b) Penyambungan pipa HDPE menggunakan pemanasan bertekanan
sehingga hasil sambungan lebih kuat dibandingkan dengan pipanya
sendiri.
53

c) Permukaan yang halus memungkinkan aliran air semakin optimal. Tidak


terjadi turbulansi karena ketahanannya serta memiliki ketahanan terhadap
perkembangan organism dalam pipa. Pipa HDPE memiliki karakteristik
yang bagus dalam menghadapi air balik (water hammer).
d) Pipa HDPE mengurangi kemungkinan pecah karena terjadinya
pembekuan air didalamnya.
e) Perawatan yang sangat rendah, dengan demikian terjadi penghematan
yang luar biasa dalam biaya perbaikan.

Gambar 2.33. Pipa HDPE (High Density Polyethylene)


Sumber : Babbit, 1989

Dalam perencanaan ini akan digunakan jenis Pipa Galvanis (GIP) karena
jarak antara sumber dan permukiman sangat jauh dan jaringan melewati hutan
sehingga tidak terjamin keamanan pipa dari ancaman kebakaran atau perusakan
oleh oknum yang tidak bertanggungjawab.

2.5. Rencana Anggaran Biaya


2.5.1. Pengertian Rencana Anggaran Biaya
Menurut Ervianto Wulfarm I tentang Rencana Anggaran Biaya di
waktu akan membangun bangunan rumah tinggal adalah suatu bangunan
atau proyek adalah perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk
bahan dan upah, serta biaya- biaya lain yang berhubungan dengan
pelaksanaan bangunan atau proyek.
a. Angka Biaya Kasar
54

Sebagai Pedoman dalam menyusun anggaran biaya kasar


digunakan harga satuan tiap meter persegi (m²) luas lantai. Anggaran
kasar dipakai sebagai pedoman terhadap anggaran biaya yang dihitung
secara teliti. Walaupun namanya anggaran biaya kasar, namun harga
satuan tiap m2 luas lantai tidak terlalu jauh berbeda dengan harga yang
dihitung secara teliti.
b. Angka Biaya Teliti
Yang dimaksud anggaran biaya teliti adalah Anggaran Biaya
Bangunan atau proyek yang dihitung dengan teliti dan cermat sesuai
dengan ketentuan dan syarat- syarat penyusunan anggaran biaya.
Pada anggaran biaya kasar sebagaimana diuraiakan terdahulu, harga
satuan dihitung berdasarkan harga taksiran setiap luas lantai m2.
Taksiran tersebut haruslah berdasarkan harga yang wajar dan tidak
terlalu jauh berbeda dengan harga yang dihitung secara teliti. .
Sedangkan penyusunan anggaran biaya yang dihitung secara
teliti, didasarkan atau didukung oleh :
1) Bestek gunanya untuk menentukan spesifikasi bahan dan syarat-
syarat teknis.
2) Gambar bestek gunanya untuk menentukan atau menghitung
besarnya masing- masing volume pekerjaan.
3) Harga Satuan pekerjaan didapat dari harga satuan bahan dan
harga satuan upah berdasarkan perhitungan analisa Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 tahun 2013 tentang Analisa
Harga Satuan Pekerjaan (AHSP).
2.5.2 Perhitungan Volume Pekerjaan
a. Pengertian Volume
Menurut pendapat H.Bachtiar Ibrahim penulis buku Rencana dan
Estimate Real Of Cost volume pekerjaan dalam bidang konstruksi adalah
cara menghitung banyaknya suatu volume pekerjaan dalam suatu satuan.
Volume pekerjaaan dalam arti sesungguhnya bukanlah volume yang
menunjukan isi sesungguhnya, melainkan jumlah suatu volume yang
55

terdapat dalam bagian pekerjaan dalam satu kesatuan dalam bidang


konstruksi.
b. Perhitungan Volume Dalam Satuan Unit Pekerjaan
Dalam melakukan pekerjaan perencanaan anggaran biaya pada suatu
proyek, haruslah dilakukan perhitungan volume terhadap bangunan tersebut
agar dapat menentukan jumlah anggaran yang diperlukan.
2.5.3 Harga satuan Barang dan Upah
Harga satuan bahan adalah menghitung banyaknya volume masing-masing
bahan / material serta banyaknya biaya yang di perlukan untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan konstruksi.
Harga satuan upah adalah menghitung banyaknya tenaga kerja serta berapa
besarnya biaya yang di perlukan untuk menyelesaikan per-satuan pekerjaan
konstruksi. Harga satuan upahpun harus sesuai dengan keterampilan seorang
tenaga kerja dan harus di sesuaikan dengan upah perharinya.
Rekapitulasi adalah tahap akhir di mana hanya di tampilkan item-item
yang pokoknya saja. Sesuai dengan peraturan yang berlaku saat ini persentase jasa
bagi penyedia jasa tidak lebih dari 10%. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar
10% di tambahkan dalam nilai proyek. Setelah semuanya diperhitungkan maka
akan diperoleh besarnya nilai biaya proyek.
56

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Deskriptif Lokasi Penelitian


Pada pelaksanaan penelitian dan penulisan Proposal Tugas Akhir ini,
penulis mengambil lokasi Desa Tesbatan Kecamatan Amarasi sebagai lokasi
penelitian yang terletak di Kabupaten Kupang. Desa Tesbatan Kecamatan
Amarasi merupakan salah satu dari 18 Kecamatan di Kabupaten Kupang yang
terletak antara 10o13’47,2” sampai dengan 10o14’41,6” Lintang Selatan dan
123o51’15,9” sampai dengan 123o51’12,5” Bujur Timur
Desa Tesbatan termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Amarasi
Kabupaten Kupang. Dengan luas wilayah 946 Ha/m2 , dengan Batas-batas wilayah
administratif Desa Tesbatan adalah sebagai berikut:
1) Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Fatukanutu Kecamatan Amabi
Oefeto,
2) Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Nekmese Kecamatan Amarasi
Selatan,
3) Sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Tesbatan II Kecamatan Amarasi,
4) Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Ponain Kecamatan Amarasi.
Jumlah penduduk status pada tahun 2016 adalah 1.603 jiwa atau 387 kk
yang tersebar pada 4 dusun sasaran, yaitu Dusun Koat, Dusun Haubero, Dusun
Taibira, dan Dusun Oebat.
Pada gambar 3.1. dan gambar 3.2. dibawah ini dijelaskan lokasi Mata Air
Oe’sa di desa Tesbatan yang menjadi sumber air Jaringan Desa Tesbatan. Jarak
Desa Tesbatan dari Ibukota Kabupaten Kupang adalah ± 70 km dengan kondisi
jalan aspal dan sedikit berlubang/rusak, dapat ditempuh menggunakan kendaraan
roda dua dan roda empat dengan waktu ± 1,5 jam perjalanan. Sedangkan jarak
dari sumber air ke lokasi pemukiman dusun sasaran adalah ± 2,200 Km, yang
hanya dapat ditempuh dengan jalan kaki saja lewat hutan lindung . Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.3.
57

Koordinat Sumber :

X = 123o51’15.9”

Y = 10o13’47.2”

Elev = 422 m

Gambar 3.1. Peta Administrasi Kabupaten Kupang.


Sumber : BPS Kabupaten Kupang 2015

Koordinat Sasaran :

X = 123o51’12.5”

Y = 10o13’41.6”

Elev = 395 m

Gambar 3.2. Peta Lokasi Penelitian (Desa Tesbatan).


Sumber : BPS Kabupaten Kupang 2015
58

Hutan Lindung
Mata Air
.
U Ke Soe

Arah Amarasi timur


Oe’sa

Arah Lokasi Air Terjun

Resevoir
Rencana

Kantor
Desa

Arah Lokasi Penelitian


Tesbatan

Desa Tesbatan
Pos
Polisi Kantor Camat
Oesao Amarasi Selatan

Ke Amarasi
Pasar Oesao
Jembatan
Oesao

Rumah
Kantor
Warga Camat
Amarasi

Jembatan
Noelbaki

Ke Kupang

Gambar 3.3 Sketsa Lokasi Penelitian Desa Tesbata


Sumber : Observasi Penulis 2016

3.1.1. Populasi Penduduk


Berdasarkan Data Penduduk Tahun 2016, jumlah penduduk yang ada di
Desa Tesbatan adalah 1.803 jiwa dengan rincian 838 jiwa laki-laki dan 965 jiwa
perempuan serta 387 kepala keluarga didalamnya. Mata pencaharian masyarakat
Desa Tesbatan dapat dirinci sebagai berikut, Petani 439 jiwa, PNS/TNI/POLRI
124 jiwa, Pensiunan 119 jiwa, pelajar 915 jiwa, lainnya 206 jiwa. Perilaku hidup
bersih dan sehat masyarakat masih kurang karena tidak tersedianya sarana air
bersih yang memadai. Dari jumlah diatas, tidak semua masyarakat dilayani karena
lokasi permukiman yang sulit dijangkau jaringan sehingga pelayanan diutamakan
kepada masyarakat yang dapat dijangkau oleh jaringan air Desa Tesbatan. Sampai
dengan saat ini, yang menggunakan jaringan air bersih Desa Tesbatan adalah 153
59

kepala keluarga sedangkan lainnya menggunakan sumur gali atau langsung


mengambil air di Kali Oebat.
3.1.2 Data Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi Masyarakat di Desa Tesbatan berdasarkan jumlah
penduduk dan rumah tangga adalah 367 kepala keluarga, dengan tingkat
klasifikasi kesejahteraannya kaya ada 34 kepala keluarga, menengah 84 kepala
keluarga dan yang kategori miskin/kurang mampu 249 kepala keluarga.
Sedangkan sarana dan prasarana yang ada di Desa Tesbatan yaitu 1 unit Mesjid, 3
unit Sekolah Dasar (SD), 1 unit Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan 1 unit
Sekolah Menengah Atas (SMA).

3.2. Metode Pengumpulan Data dan Teknis Analisa Data


3.2.1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan
untuk mengumpulkan data. Dalam penulisan Proposal Tugas Akhir ini
menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
1) Observasi
Melakukan pengamatan langsung dilokasi guna mamperoleh data dan
gambaran yang akurat berkaitan dengan perencanaan Sistem Jaringan Air
Bersih, seperti lokasi mata air, data topografi dan kondisi sosial
masyarakat.
2) Studi Kepustakaan
Maksud dari metode ini adalah untuk mendapatkan data tentang kondisi
fisik daerah, data penduduk, peta lokasi dan lainnya. Dengan metode ini
penulis mendapat data sekunder.
3.2.2. Teknis Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan adalah data primer dan sekunder
diolah dan disajikan dalam bentuk laporan Proposal Tugas Akhir sehingga dapat
membahas masalah dan mencari pemecahan masalah yang terjadi di lokasi
penelitian, yaitu :
1. Menghitung kebutuhan air bagi masyarakat di Desa Tesbatan sampai tahun
2035.
60

2. Merencanakan sistem jaringan air bersih yang sesuai dengan kebutuhan


masyarakat.
3. Menghitung rencana anggaran biaya (RAB) untuk pembangunan jaringan
air bersih.
4. Membuat kesimpulan dan rekomendasi.
3.2.3. Prosedur Penelitian dan Perencanaan
Prosedur Perencanaan dan penulisan proposal Tugas Akhir tentang
Perencanaan Sistem Jaringan Air Bersih di Desa Tesbatan sebagai berikut:
1. Analisis Data Primer dan Sekunder
Data-data yang dikumpulkan adalah:
a. Data Sekunder yaitu:
1) Data penduduk dari tahun 1996-2015 yang bersumber dari Biro
Pusat Statistik Kabupaten Kupang dan Profil Desa Tesbatan. Data
penduduk dibutuhkan untuk menghitung kebutuhan air bersih.
2) Data Sosial Ekonomi yang bersumber dari Biro Pusat Statistik
Kabupaten Kupang. Data sosial ekonomi digunakan untuk
mengetahui cara hidup bersih masyarakat yang dijadikan dasar
pembangunan pembangunan jaringan air bersih.
3) Data Daftar Harga Upah dan Bahan diperoleh dari Harga Standar
Kabupaten Kupang tahun 2016. Data daftar harga Upah dan bahan
dibutuhkan untuk menghitung Rencana Anggaran Biaya.
b. Data Primer yaitu:
1) Data Pengukuran Elevasi (tinggi titik) di peroleh dari hasil
pengukuran langsung oleh penulis di lapangan dengan menggunakan
alat meteran dan GPS. Data ini digunakan untuk mengetahui beda
tinggi antara sumber mata air, lokasi penempatan jaringan Pipa dan
penempatan titik sarana (Bak Reservoir) serta menentukan
kehilangan tinggi tekanan dalam pipa . Data tersebut di atas dapat
dilihat pada gambar 3.4 dibawah ini:
61

L = 2,200 Meter L = 5,230 Meter

SUMBER RESEVOIR KONSUMEN


X = 123o51’15.9” X = 123o51’12.5” X = 123o51’11.8”
Y = 10o13’47.2” Y = 10o13’43.6” Y = 10o13’41.2”
Elev = 422 m Elev = 395 m Elev = 361 m

Gambar 3.4. Sketsa Jaringan Air Bersih Desa Tesbatan


Sumber: Analisis Penulis,2016

2) Data debit air disumber diperoleh dari pengukuran langsung oleh


penulis di lokasi sumber Mata Air dengan menggunakan metode
wadah (ember dan Stop Watch). Data debit air dibutuhkan untuk
menghitung ketersediaan air baku bagi pelayanan kebutuhan
masyarakat.
3) Foto Existing
2. Gambar Desain Jaringan Hasil Perencanaan.
Pada tahapan ini, semua volume hasil perencanaan dituangkan dalam Gambar
Desain berdasarkan hasil analisa data.
3. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Pada tahapa ini maka volume dikalikan dengan harga satuan standar untuk
mendapatkan besar biaya yang dibutuhkan.
Secara singkat prosedur Penelitian dan Perencanaan dituangkan dalam
diagram alir dibawah ini:
62

Gambar 3.5. Diagram Alir Penulisan Tugas Akhir


Sumber: Analisis Penulis, 2016
63

3.3. Waktu Penelitian


Waktu penelitian untuk penulisan Proposal Tugas Akhir sampai dengan
Tugas Akhir disesuaikan dengan jadwal yang dikeluarkan oleh Jurusan
Teknik Sipil Politeknik Negeri Kupang dan dapat dilihat pada tabel 3.1.
dibawah ini:
64

Tabel 3.1. Rencana Jadwal Penulisan Tugas Akhir

Figure 1

Sumber: Jurusan Teknik Sipil PNK,2016


62

2.5.4 Time Schedule


Time Schedule adalah suatu pembagian waktu yang terperinci yang
disiapkan untuk masing – masing pekerjaan, mulai dari pekerjaan permulaan
hingga pekerjaan akhir. Cara penyusunan Time Schedule adalah sebagai berikut :
1. Daftar bagian pekerjaan adalah daftar ini berisi pekerjaan pokok yang ada
dari pembanguna yang akan di laksanakan , termasuk perincian jenis – jenis
pekerjaan dari masing – masing pekerjaan
2. Urutan pekerjaan adalah dari daftar bagian pekerjaan pokok yang disusun
sesuai urutan pelaksanaan pekerjaan berdasarkan penentuan atau pemilihan
dari bagian pekerjaan yang dapat dilaksanakan kemudian. Dalam hal ini
tidak menutup kemungkinan adanya pekerjaan yang dilaksanakan secara
bersamaan.
3. Waktu pelaksanaan pekerjaan adalah jangka waktu pelaksanaan dari
seluruh pekerjaan yang di hitung dari permulaan pekerjaan sampai dengan
seluruh pekerjaan selesai.
Didalam Time Schedule itu sendiri memiliki beberapa kegiatan-kegiatan
yang berhubungan di dalamnya, yaitu :
1. Perhitungan bobot pekerjaan yang terdiri dari :
a. Bobot prestasi.
b. Bobot secara keseluruhan.
2. Perencanaan dimulainya pekerjaan.
3. Perencanaan selesainya pekerjaan.
4. Mencari hasil Prestasi komulatif untuk mendapatkan kurva S.

Anda mungkin juga menyukai