0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
110 tayangan16 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang embriologi tumbuhan gymnospermae khususnya pinus merkusii. Gymnospermae memiliki ciri-ciri tidak memiliki bunga sejati dan reproduksi seksualnya melibatkan strobilus jantan dan betina yang menghasilkan mikrospora dan megaspora. Reproduksi pinus melibatkan serbuk sari yang dibawa angin ke strobilus betina untuk membuahi sel telur. Pembuahan menghasilkan biji yang akan menum
Dokumen tersebut membahas tentang embriologi tumbuhan gymnospermae khususnya pinus merkusii. Gymnospermae memiliki ciri-ciri tidak memiliki bunga sejati dan reproduksi seksualnya melibatkan strobilus jantan dan betina yang menghasilkan mikrospora dan megaspora. Reproduksi pinus melibatkan serbuk sari yang dibawa angin ke strobilus betina untuk membuahi sel telur. Pembuahan menghasilkan biji yang akan menum
Dokumen tersebut membahas tentang embriologi tumbuhan gymnospermae khususnya pinus merkusii. Gymnospermae memiliki ciri-ciri tidak memiliki bunga sejati dan reproduksi seksualnya melibatkan strobilus jantan dan betina yang menghasilkan mikrospora dan megaspora. Reproduksi pinus melibatkan serbuk sari yang dibawa angin ke strobilus betina untuk membuahi sel telur. Pembuahan menghasilkan biji yang akan menum
KELOMPOK : 1. INTAN PERMATASARI 2. NUR HIKMAH 3. KHOIRUN NAJAH 4. FARADISA FAUZI Gymnospermae Ciri – ciri Gymnospermae
• Ciri-ciri gymnospermae tidak mempunyai bunga sejati,
tidak ada mahkota bunganya. • Bunganya berupa strobillus , yang mampu menghasilkan sekret berupa tetes getah yang berrisi sel kelamin jantan pada stroobilus jantan dan sel telur pada strobillus betina • Bakal biji terdapat di luar permukaan dan tidak dilindungi oleh daun buah • Merupakan tumbuhan heterospora yaitu menghasilkan dua jenis spora berlainan • Spora itu berupa megaspora membentuk gamet betina, sedangkan mikrospora menghasilkan serbuk sari, struktus reproduksi terbentuk di dalam strobilus. • Dalam reproduksi terjadi pembuahan tunggal. Pinus merkusii Pinus merkusii Pinus merupakan salah satu contoh Gymnosperamae yang menghasilkan strobilus jantan dan betinanya dalam satu pohon, dengan kata lain berumah satu. Sama halnya dengan pakis, pinus juga memiliki dua macam spora, yaitu mikrospora dan megaspora. Mikrospora dihasilkan di dalam mikrosporangium sedangkan megaspora dalam megasporangium. Megaspora ini bersifat haploid dan berkembang sebagai hasil pembelahan meiosis sel induk spora. Gametofit bersifat endosporik yaitu berkembang di dalam spora. Reproduksi Pinus merkusii Reproduksi Pinus merkusii Pinus memiliki daur hidup yang khas. Pembuahan sel telurnya terjadi di dalam jaringan sporofit induknya. Seperti Gymnospermae pada umumnya, pinus mempunyai tajuk berbentuk kerucut (strobilus). Strobilus tersebut merupakan tempat sporangium (mikrosporangium dan makrosporangium) yang menghasilkan mikrospora dan makrospora. Pada reproduksi seksual, mikrospora (gamet jantan) membelah menghasilkan serbuk sari (bersel 4) yang akan dilepaskan ke udara. Sementara itu, sel telur yang berasal dari pembelahan megaspora juga terbentuk pada strobilus betina. Setelah serbuk sari menempel pada strobilus betina maka terjadi perkecambahan serbuk sari. Serbuk sari membentuk buluh atau tabung serbuk sari yang tipis, dengan membawa inti sperma menuju sel telur (dapat memakan waktu 1 tahun). Selanjutnya, inti sperma bersatu dan melebur dengan sel telur membentuk zigot. Zigot berkembang menjadi embrio dengan mengambil makanan dari endosperm. Pada saat itu, biji membentuk struktur tambahan berupa sayap tipis. Satu tahun kemudian, kerucut betina melepaskan bijinya satu persatu. Biji-biji yang bersayap tersebut menyebar ke tempattempat lain (terbang) dengan bantuan angin. Jika biji sampai pada tempat yang sesuai maka terjadi perkecambahan biji, sehingga akan terbentuk tumbuhan yang baru. PERKEMBANGBIAKAN PINUS Berbeda dengan pakis, pada pinaceae inti mikrospora membelah 2 kali Secara periklinal menghasilkan 2 sel protalus jantan dan sel anteridial. Sel anteridial membelah secara periklinal membentuk sel generative dan sel buluh. Butir polen sekarang mengandung 4 sel, ini merupakan awal gametofit yang endosporik dan pada stadium 4 sel ini butir polen dilepaskan dari sporangium. Sel generative kemudian membelah membentuk sel tangkai sel tubuh (sel spermatogen). Setelah polinasi Maka polen tersebut segera meneruskan perkembangannya. Megasporangium dilindungi oleh beberapa integument, kecuali pada bagian ujung memiliki lubang kecil yang disebut mikropil. Megasporangium dihasilkan pada strobilus betina. Inti megaspore berfungsi mebelah berkali-kali menghasilkan gametofit betina, diawali dengan periode inti bebas. Gametofit betina yang berhadapan dengan mikrofil akan membentuk arkegonium. Arkegonium dengan sel telur yang relative besar. Gametofit jantan dihasilkan dalam mikrosporofil pada strobilus jantan. Setelah butir polen jatuh padamikrofil ditangkap oleh tetes polinasi. Mikrofil kemudian menutup, butir polen berkecmbah. Tabung polen menembus jaringan nuselus dan masuk ke dalam arkegonium membuahi sel telur yang ada di dalamnya. Sel telur yang dibuahi menghasilkan zigot. Inti zigot membelah tanpa diikuti pembelahan dinding. Fase ini disebut periode inti bebas. Setelah terbentuk dinding sel, embrio tumbuh normal. Setelah pembuahan bakal biji menjadi biji dan bila berkecambah biji akan menghasilkan sporofit yang baru. Pada gymnospermae tidak terjadi pembuahan ganda. Endosperm terbentuk sebelum terjadi pembuahan. Pembuahannya disebut sifonogami, karena untuk pembuahan dibutuhkan tabung polen yang membawa gamet jantan