%
2007
100 2008
2013
80
60 59.2
53.8 49.2
41.6
40
33.5
32.1
20
9.1 12.7 8.7
10
Alasan mengapa
Alasan tidak Sibuk/repot
tidak
diimunisasi
diimunisasi
16.3%
Riskesdas, 2013
(%)
Tidak tahu
Tempat
Imunisasi
6.7%
Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
(PD3I)
www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/index.html
Imunisasi Hepatitis B
Komplikasi berat :
Milier TB, Meningitis TB, Tb sendi, dll.
Imunisasi BCG
Vaksin BCG
Vaksin BCG diberikan sebanyak 1
kali pada bayi usia 1 bulan
Cara pemberian: suntikan intra kutan
(IK) pada lengan atas kanan
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Poliomielitis Penyebab : virus Polio. Virus polio
menyerang cornu anterior medula
spinalis atau medula oblongata
minuman (orofecal)
4/25/2019 14
• Diagnosis pasti Virus Polio di tinja
(+)
• Tatalaksana : simptomatik dan
fisioterapi
Cacat
• Pasien dirawat 2 minggu Menetap
dipulangkan jika klinis sedikit
membaik
• Tinja pasien mengandung virus polio
selama 3 bulan diberikan klorin
• Gejala sisa: lumpuh layuh, biasanya
tungkai satu sisi mengecil, dapat
terjadi kontraktur
Rojudin, Campang
Way Handak, lumpuh
tgl 28-05-05
Foto 03-07-’05
2017
*Polio Risk Assessment with WHO Tools Year
Number of 2017
Legend Remark %
Prov Status : HIGH RISK
High Risk 25 73,5 25 provinces in Indonesia
Medium Risk 8 23,5 HIGH RISK for Polio
Low Risk 1 3,0 Published 21 November 2018
Compatible Polio and Hot Cases
Indonesia, 2017 - 2018
2017
Polio Compatible Cases
(Indragiri Hulu / Riau)
Onset Paralysis Polio Compatible
25/07/2017 Cases (Badung / Bali)
Onset Paralysis
01/05/2017
2018
Polio Compatible: Menyerupai polio namun tidak dapat dibuktikan melalui pemeriksaan
laboratorium karena spesimen tinja tidak tersedia/tidak adekuat
Distributions of AFP Cases With Vaccine Polio Virus Positive
Indonesia, 2017 - 2018
VPV 3 Cases
(Kota Batam)
Onset Paralysis VPV 3 Cases
28/02/2018 (Penukal Abab
Published 21 November 2018 Belum Kunjungan Lematang Ilir)
VPV Type 1 Cases
(Kota Bekasi)
Ulang 60 Hari Onset Paralysis
: VPV type 1 : VPV type 2 10/04/2018
Onset Paralysis
02/04/2018
2018 (sudah bOPV)
Belum Kunjungan Belum Kunjungan
: VPV type 3 : VPV Mix Ulang 60 Hari Ulang 60 Hari * Dots are randomly place
Imunisasi Polio
Percikan
ludah
Kolonisasi
di tenggorokan
Terhirup
dan memproduksi toksin
DD/ DIFTERI
Tujuan: Untuk mencegah penularan penyakit dari kontak yang mungkin sudah
terinfeksi dengan kuman Corynebacterium diphtheria dan memberikan kekebalan
jangka menengah dan panjang terhadap penyakit
Melibatkan Peran Masyarakat
i. Perawatan dan
Komunikasi Risiko dan
Pengobatan kasus
secara adekuat
ii. Penemuan dan
Pengobatan kasus
tambahan
iii. Tata laksana kontak
erat
KONTAK ERAT
Semua orang yang pernah kontak (secara fisik: berbicara atau
terkena percikan ludah saat batuk/bersin) dengan kasus suspek
difteri
Sejak 10 hari sebelum timbul gejala sakit menelan sampai 2 hari
setelah pengobatan (masa penularan).
Yang termasuk dalam kategori kontak erat adalah:
Kontak erat satu rumah: tidur satu atap
Kontak erat satu kamar di asrama
Kontak erat teman satu kelas, guru, teman bermain
Kontak erat satu ruang kerja
Kontak erat tetangga, kerabat, pengasuh yang secara teratur mengunjungi
rumah
Petugas kesehatan di lapangan dan di RS
Pendamping kasus selama dirawat
Cara Pencegahan Penularan
Penyakit Difteri
SE 11 Jan 2018
Revisi Pelaksana ORI Luas
SE 21 Des 2017 (85 kab/kota)
Langkah Dasar : SE 9 Feb 2018:
penaggulangan KLB 1.Kasus lab (+) Update
Difteri 2.Difteri dgn kematian Pelaksana ORI
Pelaksana ORI Luas 3.Peningkatan kasus yang Luas (80
(82 kab/kota) signifikan kab/kota)
4.Cakupan imunisasi
Aceh
1.Pidie
2.Aceh Utara
AREA PELAKSANAAN ORI LUAS DI 80 KAB/KOTA
3.Kota Banda Aceh
4.Kota Lhokseumawe Kalimantan Timur
Kalimantan Barat
1.Kota Pontianak 1.Kota Balikpapan
2.Sintang 2.Kutai Kertanegara
3.Kutai Timur
4.Kota Bontang
5.Kota Samarinda
Sumatera Barat
1.Kota Padang
2.Kota Payakumbuh
Lampung
1.Kota Bandar Lampung
2.Lampung Tengah Kalimantan Selatan
1.Kota Banjarbaru
Sumatera Selatan
Jawa Timur
1.Kota Palembang
Seluruh Kab/Kota
Cluster 1
Cluster 2 Jawa Barat
Purwakarta, Karawang, Bekasi, Kota Bekasi, Kota Depok
Cluster 3
Bogor, Garut, Ciamis, Bandung Barat, Cianjur, Sukabumi, Tasikmalaya
Jawa Timur DKI Jakarta
Jakarta Barat, Jakarta Utara
Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Timur
Banten
Tangerang, Serang, Kota Tangerang, Kota Serang, Kota Tangsel
Pandeglang, Lebak, Kota Cilegon
25/04/2019
TATALAKSANA PERTUSIS
• Rujuk ke puskesmas/RS
• Isolasi kasus dari lingkungan anak-anak kecil dan
bayi disekitarnya, khususnya dari bayi yang belum
diimunisasi, sampai dengan penderita diberi paling
sedikit 5 hari dari 14 hari dosis antibiotika yang harus
diberikan.
• Kasus tersangka yang tidak mendapatkan
antibiotika harus diisolasi paling sedikit selama 3
minggu.
• Penderita diberikan antibiotik (eritromicin) dosis 40 -
50 kg/BB/hari mak 2 gram/hari dibagi dalam 4 dosis
diberikan selama 14 hr.
• Kontak diberikan antibiotik yang sama sebagai
profilaksis selama 14 hari.
25/04/2019
Kejadian Kasus Pertusis Di Indonesia
2015 - 2017
14
12
10
8
Kasus
6
Kematian
0
Kalimantan Jawa Barat Sumatera Sumatera Barat Jawa Timur Kalimantan
Tengah Selatan Barat
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
2018: 6 cases
2017: 25 cases
Vaksin DPT-HB-Hib
Vaksin DPT-HB-Hib diberikan sebanyak 3
kali pada bayi usia 2 bulan, 3 bulan dan
4 bulan
Cara pemberian :suntikan intra
muskular (IM) pada paha antero lateral
Vaksin DPT-HB-Hib lanjutan diberikan
pada anak usia 18 bulan
Cara pemberian: suntikan intramuskular
(IM) pada paha antero lateral kanan*
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
dehidrasi, kematian
Campak (morbilli, measles)
Gejala klinis:
• Stadium prodromal
– demam makin tinggi dapat mencapai >38,50C
– batuk, pilek, konjungtivitis dan Koplik spots
• Stadium erupsi/ruam (rash)
– 2-4 hari setelah prodromal
– Ruam makulopapular, dimulai dari muka dan
kepala, berlangsung 5-6 hari
• Stadium penyembuhan: hiperpigmentasi
46
Timeline Manifestasi Klinis
47
Tata Laksana
Garna H.Morbili. Dalam: Garna H,editor. Buku Ajar Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis. Sagung Seto;2012
48
Komplikasi Penyakit Campak
Sering Jarang
• Diare • Encephalitis
• Bronkhopneumonia • Myocarditis
• Pneumonia • Pneumothorax
• Malnutrisi • Pneumomediastinum
• Appendicitis
• Radang telinga
tengah • Subacute sclerosing
• Ulkus mucosa mulut panencephalitis (SSPE)
• Komplikasi mata
KEMATIAN CAMPAK:
Kematian dari seorang penderita campak pasti, yang terjadi
dalam 30 hari setelah timbul rash, biasanya disebabkan komplikasi,
bukan disebabkan oleh hal-hal lain (seperti: trauma atau penyakit
kronik yang tidak berhubungan dengan komplikasi campak)
25/04/2019
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
50
Patogenesa Rubella
• Virus rubella berkembang biak di
nasofaring dan kelenjar getah bening
regional. Viremia terjadi 4 – 7 hari setelah
virus masuk tubuh
• Masa penularan diperkirakan terjadi pada 7
hari sebelum hingga 7 hari setelah rash
• Masa inkubasi rubella berkisar antara 14 –
21 hari
• IgM rubella biasanya mulai muncul pada 4
hari setelah rash dan setelah 8 minggu
akan menurun dan tidak terdeteksi lagi,
dan IgG mulai muncul dalam 14-18 hari
setelah infeksi dan puncaknya pada 4
minggu kemudian dan umumnya menetap
seumur hidup.
51
Manifestasi Klinis
Tata Laksana
Pengobatan yang
diberikan bersifat
suportif
Maldonado Y. Rubella. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, editor. Nelson Textbook of Pediatrics 19th edition.
Saunders; 2012
53
Congenital Rubella Syndrome (CRS)?
Negara dengan
kasus campak
terbanyak di dunia,
2016: Indonesia
ranking 6!!
56
Epidemiologi Rubella
• Tersebar di
seluruh dunia
8274 kasus di
India • Pandemi tiap
6 – 9 tahun
1238 kasus di
sebelum vaksin
Indonesia
www.who.int/mediacentre/factsheets/fs367/en
57
Distribusi Kasus Suspek Campak per Bulan
di Indonesia, 2018
Source:
•Routine report (measles validation &
integrated VPD Surveillance data)
•Outbreak report (integrated VPD surveillance data)
PROVINSI Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep TOTAL
JAKARTA 49 63 73 91 83 14 47 52 19 491
YOGYAKARTA 66 71 57 36 26 33 35 74 25 423
JAWA TENGAH 40 36 63 33 44 22 42 65 16 361
LAMPUNG 55 46 49 54 34 10 23 23 11 305
JAWA TIMUR 62 26 38 38 21 11 42 47 18 303
KALIMANTAN SELATAN 0 10 12 25 14 27 8 62 98 256
SUMATERA SELATAN 40 8 53 53 12 16 24 16 20 242
BALI 35 37 49 47 24 11 20 8 0 231
NUSA TENGGARA BARAT 47 40 43 27 16 14 0 1 4 192
JAWA BARAT 25 15 19 26 27 8 24 25 15 184
SULAWESI SELATAN 36 43 37 33 1 6 6 7 0 169
SUMATERA BARAT 23 16 23 21 19 3 15 11 15 146
RIAU 12 12 44 31 10 3 1 11 6 130
ACEH 12 18 31 26 6 0 3 16 4 116
KALIMANTAN BARAT 12 37 14 14 9 1 1 12 0 100
JAMBI 9 7 17 19 6 8 15 7 0 88
KALIMANTAN TIMUR 6 8 9 6 11 4 7 11 13 75
PAPUA 35 13 14 1 0 0 0 4 0 67
KEPULAUAN RIAU 6 11 13 15 1 3 6 6 0 61
SULAWESI BARAT 2 16 30 2 10 1 0 0 0 61
KALIMANTAN TENGAH 5 5 8 6 6 0 1 9 18 58
NUSA TENGGARA TIMUR 0 5 17 18 8 0 0 0 0 48
SUMATERA UTARA 0 10 0 3 2 0 4 19 6 44
SULAWESI TENGGARA 3 6 11 2 5 6 1 4 0 38
KALIMANTAN UTARA 8 6 0 2 2 0 0 3 14 35
BANTEN 4 4 0 2 7 1 2 1 8 29
GORONTALO 6 0 8 2 2 1 0 1 0 20
BANGKA BELITUNG 3 0 2 4 5 0 3 0 0 17
MALUKU 13 3 0 0 0 0 0 0 0 16
SULAWESI UTARA 0 0 0 2 5 0 0 0 0 7
PAPUA BARAT 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2
BENGKULU 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
SULAWESI TENGAH 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
MALUKU UTARA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Surveilans CRS Sentinel di 13 RS 10 Provinsi
Sumatera
Utara
RS Adam Sulawesi
Malik Utara
RS dr. Kandou
Sumatera
Selatan
RS Moh.
Hoesin
Jawa Barat
DKI Jakarta • RS Hasan Sadikin Sulawesi
• RS Cipto • RS Mata Cicendo Bali Selatan
Mangunkusum RS RS Wahidin
o Sanglah Soedirohusod
• RSIA Harapan o
Kita
Jawa
Tengah Yogyakarta Jawa Timur
RS dr. RS dr. • RS dr.
Kariadi Sardjito Soetomo
• RS Haji
CRS Surveillance provinces
Hospital
Reference Lab
Multiple Mayor Syndrome in Lab-confirmed CRS
2017 - 2018
Total cases with Lab confirmed CRS
2017 2017 : 54 cases 2018
2018 : 38 cases
8 cases; 5 cases;
14,8 % 13,1 %
7 cases; 13 % 9 8 cases; 21 %
3 cases; 5,5 4 1 cases; 2,6
Cases % Cases %
16,7 % 10,5%
Cataract Congenital Hearing Cataract Congenital Hearing
Impairment Impairment
5 cases; 13,9%
3 cases; 4,6 %
https://jdc325.wordpress.com/2011/04/25/european-immunization-
Cara pemberian: suntikan sub
week/
kutan (SK) pada lengan atas (deltoid)
kiri
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Radang Paru, Radang Otak, Bakteriemia (sepsis)
(Invasive Pneumococal Disease)
Di Indonesia, setiap
jamnya 2-3 balita
meninggal karena
pneumonia
The United Nations Children's Fund (UNICEF). Comitting to Child Survival: A Progress Renewed. Progress Report 2015.
UNICEF. September 2015. http://www.unicef.org/publications/index_83078.html. Accessed January 22, 2016
Penyebab Pneumonia pada Anak-anak
S.Pneumonia
(Pneumococcu
s) 50%
H.Influenza tipe B
20%
75
76