Anda di halaman 1dari 76

PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH

DENGAN IMUNISASI (PD3I)


Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD3I) masih mengancam dunia

1. WHO. Global Immunization Data. October 2012;


2. WHO. WHO vaccine-preventable diseases: monitoring system – 2013 global summary
Diperlukan imunisasi berkesinambungan
dengan cakupan tinggi

1. WHO. Global Immunization Data. October 2012;


2. WHO. WHO vaccine-preventable diseases: monitoring system – 2013 global summary
Kelengkapan imunisasi di Indonesia

%
2007
100 2008
2013
80

60 59.2
53.8 49.2
41.6
40
33.5
32.1
20
9.1 12.7 8.7
10

Lengkap Tidak lengkap Tidak diimunisasi

Riskesdas, Kementrian Kesehatan 2013


Anak demam
28.8%

Alasan mengapa
Alasan tidak Sibuk/repot
tidak
diimunisasi
diimunisasi
16.3%

Riskesdas, 2013
(%)
Tidak tahu
Tempat
Imunisasi
6.7%
Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
(PD3I)

Tuberculosis Polio Diphteria

Pertusis Pneumonia Tetanus Measles


Penyakit yang Dapat
Dicegah dengan Imunisasi
Penyakit yang dapat dicegah Penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi rutin dengan imunisasi pilihan
-Hepatitis B -Hepatitis A
-Poliomielitis -Gondongan (mumps)
-Tuberkulosis -Campak Jerman (rubela)
-Difteri -Demam Tifoid
-Pertusis -Radang selaput otak (meningitis)
-Tetanus -Cacar air (varisela)
-Campak --Diare akibat rotavirus
-Rubella -influenza
Imunisasi dalam tahap Demonstration Project
-Invasive Pneumococcal Disease (PCV)
-Kanker leher rahim (kanker serviks/HPV=Human Papiloma Virus)
- Japanese Encephalitis (JE)
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi

Hepatitis Penyebab : virus Hepatitis B dan A


Cara penularan : melalui darah /
suntikan / cairan tubuh (hep B) atau
makanan / minuman tercemar (hep A)

Gejala: bervariasi dari tak bergejala


https://dinkeskebumen.wordpress.com/2012/11/09/ hingga sakit berat, demam tinggi, perut
bengkak, kulit kuning

Komplikasi berat : pengerasan /


sirosis hati, kanker hati, kegagalan fungsi
hati.
Transmisi neonatal
70%-90% dari ibu HBsAg dan HBeAg positif
20% apabila ibu HbsAg positif

Bayi tertular saat dilahirkan


(penularan vertikal)

90% menjadi menahun


Terjadi sirosis hepatis >> kanker hati

www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/index.html
Imunisasi Hepatitis B

Vaksin Hepatitis Vaksin Hepatitis B bayi baru lahir


dianjurkan diberikan segera
dalam waktu 24 jam* sesudah
bayi lahir, diberikan setelah
vitamin K 1
Cara pemberian : suntikan intra
muskular (IM) di paha antero lateral

HBIg pada paha yang berlainan,


untuk bayi dari Ibu yang HBsAg
positif

Dilanjutkan DPT-HB-Hib 1,2 dan 3


pada usia 2,3 dan 4 bulan
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi

TBC Penyebab : bakteri Mycobacterium


tuberculosis

Cara penularan : melalui percikan


ludah dari orang dewasa serumah
kepada anak (terutama < 5 thn)

Komplikasi berat :
Milier TB, Meningitis TB, Tb sendi, dll.
Imunisasi BCG

Vaksin BCG
Vaksin BCG diberikan sebanyak 1
kali pada bayi usia 1 bulan
Cara pemberian: suntikan intra kutan
(IK) pada lengan atas kanan
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Poliomielitis Penyebab : virus Polio. Virus polio
menyerang cornu anterior medula
spinalis atau medula oblongata

Cara penularan : masuk ke dalam


tubuh melalui makanan atau
http://umaza.edu.ar/blog/universidadsaludable/2014/05/08/

minuman (orofecal)

Masa inkubasi: 5 – 35 hari

Gejala : bervariasi dari tidak ada


gejala hingga kelumpuhan

Komplikasi berat : kelumpuhan


dan cacat seumur hidup
Manifestasi klinis
– Abortive (5%): panas, lemas,
anoreksia, sakit kepala
– Non paralytic (1%): kekakuan
leher, refleks menurun
– Paralytic (0,1%): kelumpuhan
asimetris, dapat mengenai saraf
otak, otak dan refleks
menghilang

4/25/2019 14
• Diagnosis pasti  Virus Polio di tinja
(+)
• Tatalaksana : simptomatik dan
fisioterapi
Cacat
• Pasien dirawat 2 minggu Menetap
dipulangkan jika klinis sedikit
membaik
• Tinja pasien mengandung virus polio
selama 3 bulan  diberikan klorin
• Gejala sisa: lumpuh layuh, biasanya
tungkai satu sisi mengecil, dapat
terjadi kontraktur
Rojudin, Campang
Way Handak, lumpuh
tgl 28-05-05
Foto 03-07-’05

• Pemantauan: surveilans lumpuh layuh


akut (Acute Flaccid Paralysis/AFP)
4/25/2019 15
INDONESIA
STILL HIGH RISK AREA for Polio

*Polio Risk Assessment with WHO Tools Year


2016
Status : HIGH RISK

2017
*Polio Risk Assessment with WHO Tools Year
Number of 2017
Legend Remark %
Prov Status : HIGH RISK
High Risk 25 73,5 25 provinces in Indonesia
Medium Risk 8 23,5 HIGH RISK for Polio
Low Risk 1 3,0 Published 21 November 2018
Compatible Polio and Hot Cases
Indonesia, 2017 - 2018

2017
Polio Compatible Cases
(Indragiri Hulu / Riau)
Onset Paralysis Polio Compatible
25/07/2017 Cases (Badung / Bali)
Onset Paralysis
01/05/2017

2018

Published 21 November 2018 : 1 Compatible case, N= 0


: 1 Hot case, N= 0

Polio Compatible: Menyerupai polio namun tidak dapat dibuktikan melalui pemeriksaan
laboratorium karena spesimen tinja tidak tersedia/tidak adekuat
Distributions of AFP Cases With Vaccine Polio Virus Positive
Indonesia, 2017 - 2018

2017 (sudah bOPV)


n = 5 Cases

VPV Mix Cases


(Pesisir
Selatan)
Onset
Paralysis VPV 3 Cases
26/05/2017 VPV Mix Cases
(Dompu)
BUKAN POLIO (Bone) VPV Mix Cases
Onset Paralysis
VPV 3 Cases VPV Type 1 Cases Onset Paralysis (Muna)
VPV Mix Cases 04/05/2017
(Sleman) (Bireuen) 04/01/2018 Onset Paralysis
(Kota Bandar BUKAN POLIO
Onset Onset Paralysis Belum Kunjungan 19/02/2018
Lampung) Ulang 60 Hari
VPV 3 Cases Paralysis 09/03/2018 Belum Kunjungan
Onset Paralysis
(Bandung) 21/05/2017 Belum Kunjungan Ulang 60 Hari
30/11/2017
Onset Paralysis BUKAN Ulang 60 Hari
Belum Kunjungan
24/01/2017 POLIO
Ulang 60 Hari
Belum Kunjungan
Ulang 60 Hari VPV 3 Cases n = 1 Cases
(Kota Batam)
Onset Paralysis
28/02/2018
Belum Kunjungan
Ulang 60 Hari

VPV 3 Cases
(Kota Batam)
Onset Paralysis VPV 3 Cases
28/02/2018 (Penukal Abab
Published 21 November 2018 Belum Kunjungan Lematang Ilir)
VPV Type 1 Cases
(Kota Bekasi)
Ulang 60 Hari Onset Paralysis
: VPV type 1 : VPV type 2 10/04/2018
Onset Paralysis
02/04/2018
2018 (sudah bOPV)
Belum Kunjungan Belum Kunjungan
: VPV type 3 : VPV Mix Ulang 60 Hari Ulang 60 Hari * Dots are randomly place
Imunisasi Polio

Vaksin Polio Vaksin Polio oral (bOPV)


diberikan sebanyak 4 kali yaitu
saat bayi berusia 1 bulan, 2
bulan, 3 bulan dan 4 bulan
Cara pemberian : diberikan secara
per oral sebanyak 2 tetes

Vaksin polio suntik (IPV)


diberikan pada bayi usia 4 bulan
Cara pemberian: suntikan intra
muskular (IM) pada paha
anterolateral kiri
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Difteri Penyebab : bakteri
Corynebacterium diphteriae
Cara penularan : melalui udara
(batuk / bersin)
Gejala : demam, bengkak pada
amandel dan leher, terdapat selaput
putih menutup jalan napas
Komplikasi berat : sumbatan jalan
napas, peradangan jantung,
kelumpuhan, kematian.
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Difteri
Penyebab : Bakteri Corynebacterium Diphtheriae
Cara Penularan: melalui udara (batuk / bersin)

GEJALA KLINIS DIFTERI

Demam atau Munculnya Sakit waktu Leher Sesak nafas


tanpa demam menelan
pseudomembran putih membengkak disertai
 Sebanyak
KOMPLIKASI DIFTERI keabuan, sulit lepas 94% kasus bunyi
dan mudah berdarah Difteri
jika mengenai
tonsil dan
dilepas/dimanipulasi faring
CARA PENULARAN DIFTERI
melalui droplet (percikan ludah) dari dari batuk, bersin, muntah,
melalui alat makan, atau kontak langsung dari lesi di kulit.

SIAPA YANG BISA TERTULAR DIFTERI?


Semua kelompok usia dapat tertular penyakit
ini, terutama yang belum mendapatkan
imunisasi lengkap

MASA INKUBASI DIFTERI KEMATIAN


 antara 1 – 10 hari, rata-rata 2 – 5 hari kelumpuhan otot jantung atau
 Kasus dapat menularkan penyakit ke sumbatan jalan nafas.
orang lain 2- 4 minggu sejak masa Bila tidak diobati dengan tepat
inkubasi angka kematian 5 – 10 % pada
anak usia <5 tahun dan pada
KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DIFTERI dewasa (diatas 40 tahun) dapat
 Suatu wilayah dinyatakan KLB Difteri jika ditemukan 1 mencapai 20 %
(satu) kasus suspek difteri
 dilaporkan dalam 24 jam ke Kementerian Kesehatan
(PHEOC – Public Health Emergency Operation Centre).
Patogenesis Difteria

Percikan
ludah
Kolonisasi
di tenggorokan
Terhirup
dan memproduksi toksin

Nekrosis setempat Terbentuk pseudo


dan terkumpul membran
jaringan mati

Toksin diserap dan masuk Miokarditis,


ke peredaran darah menyebar neuritis
ke otot jantung, ginjal,
syaraf perifer

Mortimer E.A.and Wharton M., in Vaccines, 1999.


Atkinson W. et al., in Epidemiology and Prevention of Vaccine-preventable Diseases, 1996d.
PSEUDOMEMBRAN
Mononucleosis infeksiosa
Strep throat

DD/ DIFTERI

Candidiosis oral Herpangina


APAKAH DIFTERI DAPAT DISEMBUHKAN?
Difteri dapat disembuhkan apabila orang yang
terjangkit tidak terlambat dalam mendapatkan
pertolongan

CARA PENCEGAHAN PENULARAN DIFTERI

 Pencegahan: Imunisasi Lengkap sesuai Usia


Apabila dalam suatu wilayah ditemukan satu kasus difteri maka
dilakukan ORI (Outbreak Response Immunization) pada wilayah dan
kelompok usia yang tepat dengan cakupan yang tinggi dan merata
 Penggunaan masker dan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat)
 Pemberian antibiotika pada kontak erat kasus
 Tatalaksana kasus dengan pemberian Anti Difteri Serum
(ADS) dan antibiotika
STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN

Tujuan: Untuk mencegah penularan penyakit dari kontak yang mungkin sudah
terinfeksi dengan kuman Corynebacterium diphtheria dan memberikan kekebalan
jangka menengah dan panjang terhadap penyakit
Melibatkan Peran Masyarakat

i. Perawatan dan
Komunikasi Risiko dan

Pengobatan kasus
secara adekuat
ii. Penemuan dan
Pengobatan kasus
tambahan
iii. Tata laksana kontak
erat
KONTAK ERAT
 Semua orang yang pernah kontak (secara fisik: berbicara atau
terkena percikan ludah saat batuk/bersin) dengan kasus suspek
difteri
 Sejak 10 hari sebelum timbul gejala sakit menelan sampai 2 hari
setelah pengobatan (masa penularan).
Yang termasuk dalam kategori kontak erat adalah:
 Kontak erat satu rumah: tidur satu atap
 Kontak erat satu kamar di asrama
 Kontak erat teman satu kelas, guru, teman bermain
 Kontak erat satu ruang kerja
 Kontak erat tetangga, kerabat, pengasuh yang secara teratur mengunjungi
rumah
 Petugas kesehatan di lapangan dan di RS
 Pendamping kasus selama dirawat
Cara Pencegahan Penularan
Penyakit Difteri

• Menghentikan transmisi Difteri dengan pemberian prophilaksis


terhadap kontak dan karier
• Tatalaksana kasus dengan pemberian Anti Difteri Serum (ADS) dan
tatalaksana karier yang adekuat
• ORI (Outbreak Response Immunization) pada wilayah dan
kelompok usia yang tepat dengan cakupan yang tinggi dan merata
(cakupan minimal 90%)
• Penguatan imunisasi rutin : perbaikan cakupan dan kualitas
pelayanan imunisasi rutin difteri bagi bayi, anak usia di bawah
dua tahun serta anak usia sekolah dasar di seluruh wilayah di
Indonesia.
• Penggunaan masker dan PHBS
Surat Edaran Dirjen P2P

SE 11 Jan 2018
Revisi Pelaksana ORI Luas
SE 21 Des 2017 (85 kab/kota)
Langkah Dasar : SE 9 Feb 2018:
penaggulangan KLB 1.Kasus lab (+) Update
Difteri 2.Difteri dgn kematian Pelaksana ORI
Pelaksana ORI Luas 3.Peningkatan kasus yang Luas (80
(82 kab/kota) signifikan kab/kota)
4.Cakupan imunisasi
Aceh
1.Pidie
2.Aceh Utara
AREA PELAKSANAAN ORI LUAS DI 80 KAB/KOTA
3.Kota Banda Aceh
4.Kota Lhokseumawe Kalimantan Timur
Kalimantan Barat
1.Kota Pontianak 1.Kota Balikpapan
2.Sintang 2.Kutai Kertanegara
3.Kutai Timur
4.Kota Bontang
5.Kota Samarinda
Sumatera Barat
1.Kota Padang
2.Kota Payakumbuh

Lampung
1.Kota Bandar Lampung
2.Lampung Tengah Kalimantan Selatan
1.Kota Banjarbaru

Sumatera Selatan
Jawa Timur
1.Kota Palembang
Seluruh Kab/Kota

Cluster 1
Cluster 2 Jawa Barat
Purwakarta, Karawang, Bekasi, Kota Bekasi, Kota Depok
Cluster 3
Bogor, Garut, Ciamis, Bandung Barat, Cianjur, Sukabumi, Tasikmalaya
Jawa Timur DKI Jakarta
Jakarta Barat, Jakarta Utara
Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Timur
Banten
Tangerang, Serang, Kota Tangerang, Kota Serang, Kota Tangsel
Pandeglang, Lebak, Kota Cilegon

Cluster 1: 12 Kab/Kota Cluster 2: 24 Kab/Kota Cluster 3: 6 Kab/Kota Jawa Timur: 38 Kab/Kota


i.Putaran I: Desember 2017 i.Putaran I: Februari 2018 i.Putaran I: Februari 2018 i.Putaran I: Februari 2018
ii.Putaran II: Februari 2018 ii.Putaran II: Juni 2018 ii.Putaran II: April 2018 ii.Putaran II: Juli 2018
iii.Putaran III: Agustus 2018 iii.Putaran III: Desember 2018 iii.Putaran III: Oktober 2018 iii.Putaran III: November 2018
Teknis Operasional ORI Luas
(Kabupaten/Kota)
• Sasaran ORI
Anak usia 1 tahun s.d <19 tahun
pemberian 3 kali interval 1 bulan dari dosis pertama ke dosis
kedua, interval 6 bulan dari dosis kedua ke dosis ke tiga tanpa
memandang status imunisasi
• Vaksin yang digunakan :
a. DPT-HB-Hib untuk anak usia 1 tahun s.d <5 tahun
b. DT untuk anak usia 5 tahun s.d <7 tahun
c. Td untuk anak usia 7 tahun s.d <19 tahun
• Imunisasi diberikan secara intramuskular di area deltoid
lengan kiri dengan dosis 0, 5 ml
EDUKASI PETUGAS KESEHATAN
TENTANG DIFTERI KEPADA MASYARAKAT
1. Jelaskan kepada Masyarakat tanda-tanda dini difteri
2. Rujuk ke Rumah Sakit jika ada anggota keluarga atau masyarakat yang menderita
sesuai gejala difteri
3. Jelaskan cara untuk menghindari penularan dengan :
1. Kurangi kontak penderita dengan orang lain
2. Keluarga yang menunggu penderita agar memakai masker dan selalu
mencuci tangan
3. Minum eritomisin 4x500 mg (dewasa) ATAU 50mg/kg BB/4 dosis
(anak-anak) selama 7 hari
4. Jelaskan kenapa keluarga/kontak erat harus minum obat eritromisin dan harus 7
hari.
5. Jelaskan cara minum eritromisin dan efek sampingnya dan harus diminum setelah
makan.
6. Minta keluarga untuk imunisasi difteri lengkap dan jelaskan jadwal imunisasi difteri.
7. Minta keluarga agar penderita diimunisasi 1 bulan setelah pulang dari RS
PERLINDUNGAN UNTUK PETUGAS KESEHATAN

1.Semua petugas medis yang kontak dengan penderita difteri


agar telah melengkapi Imunisasi Difteri.
2.Menggunakan masker saat kontak dengan penderita
3.Cuci tangan setiap kontak dengan penderita
4.Petugas yang kontak dengan penderita tidak menggunakan
APD dan berada lebih 1 jam dengan jarak <1 meter harus
minum profilaksis .
5.Petugas yang kontak dengan penderita tetapi menggunakan
APD serta telah melengkapi imunisasi difteri tidak perlu
minum profilaksis. PEMBERIAN PROFILAKSIS YANG SUKSES
KEPADA KONTAK ERAT AKAN
MEMPERCEPAT PEMUTUSAN PENULARAN
Distribusi kasus difteri per provinsi per bulan s.d mgg 46 Tahun 2018
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi

Pertusis/Batuk Rejan/Batuk 100 hari


Penyebab : bakteri Bordetella
pertussis

Cara penularan :percikan ludah


(droplet infection) yang keluar dari
batuk atau bersin.

Gejala : batuk terus menerus (> 2


minggu), hingga muka kebiruan dan
pendarahan di mata, muntah, sesak
napas.
https://www.cdc.gov/
Komplikasi berat : radang paru,
henti napas, kematian mendadak
Kontak kasus adalah orang serumah, tetangga,
teman bermain, teman sekolah, termasuk guru,
teman kerja yang kontak dengan kasus dalam
periode 20 hari (3 mg) dari mulai timbul gejala
(stadium kataral)

25/04/2019
TATALAKSANA PERTUSIS
• Rujuk ke puskesmas/RS
• Isolasi kasus dari lingkungan anak-anak kecil dan
bayi disekitarnya, khususnya dari bayi yang belum
diimunisasi, sampai dengan penderita diberi paling
sedikit 5 hari dari 14 hari dosis antibiotika yang harus
diberikan.
• Kasus tersangka yang tidak mendapatkan
antibiotika harus diisolasi paling sedikit selama 3
minggu.
• Penderita diberikan antibiotik (eritromicin) dosis 40 -
50 kg/BB/hari mak 2 gram/hari dibagi dalam 4 dosis
diberikan selama 14 hr.
• Kontak diberikan antibiotik yang sama sebagai
profilaksis selama 14 hari.
25/04/2019
Kejadian Kasus Pertusis Di Indonesia
2015 - 2017
14

12

10

8
Kasus
6
Kematian

0
Kalimantan Jawa Barat Sumatera Sumatera Barat Jawa Timur Kalimantan
Tengah Selatan Barat
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi

Tetanus Penyebab : bakteri Clostridium tetani yang


menghasilkan neurotoksin.
Cara penularan : tidak menyebar dari orang ke
orang, tetapi melalui kotoran yang masuk ke
dalam luka yang dalam.
Masuk ke luka yang tak bersih, gigi berlubang,
atau infeksi telinga, pemotongan tali pusat bayi
https://www.immunize.org/ yang tidak steril
Gejala : demam, kaku dan kejang, sulit minum.
Pada bayi terdapat juga gejala berhenti
menetek (sucking) antara 3 sampai dengan 28
hari setelah lahir  Gejala berikutnya adalah
kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku.
https://www.idph.state.il.us./

Komplikasi berat : kejang tak berhenti, henti


napas, kematian
Distribution of Neonatal Cases by Province
Indonesia, 2017-2018

2018: 6 cases

2017: 25 cases

Source: Integrated VPD Surveillance data

Data as received on Central at


: 1 NT case 15 Aug 2018 *Dots are randomly placed within provinces
Neonatal Tetanus Cases and TT2+/TD (PW) Immunization Coverage
Indonesia, 2002 - 2018

Data as received on Central at


15 Jul 2018
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi

Meningitis / Radang selaput otak


Penyebab : bakteri Haemophilus
influenzae, pneumokokus, dan
meningokokus

Cara penularan : percikan ludah


ketika bicara, batuk, bersin
Courtesy of Martin Leman

Gejala : demam, kejang, kaku


kuduk, penurunan kesadaran

Komplikasi berat : kelumpuhan


dan cacat seumur hidup, kematian
Imunisasi DPT-HB-Hib (Pentavalent)

Vaksin DPT-HB-Hib
Vaksin DPT-HB-Hib diberikan sebanyak 3
kali pada bayi usia 2 bulan, 3 bulan dan
4 bulan
Cara pemberian :suntikan intra
muskular (IM) pada paha antero lateral
Vaksin DPT-HB-Hib lanjutan diberikan
pada anak usia 18 bulan
Cara pemberian: suntikan intramuskular
(IM) pada paha antero lateral kanan*
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi

Campak (morbilli, measles)


Penyebab : virus campak
Cara penularan : percikan ludah
dan melalui jalan napas.

Masa inkubasi: 10-12 hari


Gejala : demam, batuk pilek, mata
merah, diare, muncul bercak-bercak
merah pada kulit

Komplikasi berat : radang paru,


radang otak, diare, radang telinga,
https://jdc325.wordpress.com/2011/04/25/european-immunization-
week/

dehidrasi, kematian
Campak (morbilli, measles)

Gejala klinis:
• Stadium prodromal
– demam makin tinggi dapat mencapai >38,50C
– batuk, pilek, konjungtivitis dan Koplik spots
• Stadium erupsi/ruam (rash)
– 2-4 hari setelah prodromal
– Ruam makulopapular, dimulai dari muka dan
kepala, berlangsung 5-6 hari
• Stadium penyembuhan: hiperpigmentasi

46
Timeline Manifestasi Klinis

47
Tata Laksana

Garna H.Morbili. Dalam: Garna H,editor. Buku Ajar Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis. Sagung Seto;2012

48
Komplikasi Penyakit Campak
Sering Jarang

• Diare • Encephalitis
• Bronkhopneumonia • Myocarditis
• Pneumonia • Pneumothorax
• Malnutrisi • Pneumomediastinum
• Appendicitis
• Radang telinga
tengah • Subacute sclerosing
• Ulkus mucosa mulut panencephalitis (SSPE)
• Komplikasi mata

KEMATIAN CAMPAK:
 Kematian dari seorang penderita campak pasti, yang terjadi
dalam 30 hari setelah timbul rash, biasanya disebabkan komplikasi,
bukan disebabkan oleh hal-hal lain (seperti: trauma atau penyakit
kronik yang tidak berhubungan dengan komplikasi campak)
25/04/2019
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi

Rubella Definisi: penyakit infeksi virus akut, sangat menular,


yang biasanya ringan pada anak, ditandai ruam, demam
subfebril, pembesaran KGB suboccipital/
retroauricular

Penyebab : virus Rubella, virus RNA dari genus


Rubivirus, famili Togaviridae

Cara penularan : melalui saluran napas pada saat


batuk atau bersin

Komplikasi berat : bila menulari ibu hamil pada


trimester pertama atau awal kehamilan, dapat
menyebabkan keguguran atau kecacatan pada bayi yang
Courtesy of PGPKT
dilahirkan yang dikenal sebagai Sindroma Rubella
Kongenital atau Congenital Rubella Syndrome (CRS)

50
Patogenesa Rubella
• Virus rubella berkembang biak di
nasofaring dan kelenjar getah bening
regional. Viremia terjadi 4 – 7 hari setelah
virus masuk tubuh
• Masa penularan diperkirakan terjadi pada 7
hari sebelum hingga 7 hari setelah rash
• Masa inkubasi rubella berkisar antara 14 –
21 hari
• IgM rubella biasanya mulai muncul pada 4
hari setelah rash dan setelah 8 minggu
akan menurun dan tidak terdeteksi lagi,
dan IgG mulai muncul dalam 14-18 hari
setelah infeksi dan puncaknya pada 4
minggu kemudian dan umumnya menetap
seumur hidup.
51
Manifestasi Klinis
Tata Laksana

Tidak ada terapi antiviral spesifik

Pengobatan yang
diberikan bersifat
suportif

Maldonado Y. Rubella. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, editor. Nelson Textbook of Pediatrics 19th edition.
Saunders; 2012

53
Congenital Rubella Syndrome (CRS)?

Definisi: sindrom kecacatan pada bayi baru lahir


yang meliputi kelainan pada jantung dan mata,
ketulian dan keterlambatan perkembangan

Penyebab : ibu hamil terutama trimestes 1 yang


terinfeksi virus Rubella
Cara penularan : ibu hamil menulari janin
melalui placenta
Ibu hamil terinfeksi di usia kehamilan <12 minggu
risiko janin tertular 80-90%
Jika infeksi di kehamilan 15-30 minggu, risiko janin
tertular 10-20%
Congenital Rubella Syndrome (CRS)?

• Tidak ada tatalaksana khusushanya bersifat suportif


• Terapi sesuai gejala & kerjasama antardisiplin ilmu 
tatalaksana yang holistik
• Konsul ke bagian terkait
• Tumbuh kembang
• THt: test BERA dan pemasangan ABD
• Mata:memperbaiki visus dan koreksi katarak
• Jantung:koreksi PJB
• Nutrisi
55
Epidemiologi Campak

Negara dengan
kasus campak
terbanyak di dunia,
2016: Indonesia
ranking 6!!

Source: Global MR Initiative.org

56
Epidemiologi Rubella

• Tersebar di
seluruh dunia
8274 kasus di
India • Pandemi tiap
6 – 9 tahun
1238 kasus di
sebelum vaksin
Indonesia

www.who.int/mediacentre/factsheets/fs367/en

57
Distribusi Kasus Suspek Campak per Bulan
di Indonesia, 2018

Source:
•Routine report (measles validation &
integrated VPD Surveillance data)
•Outbreak report (integrated VPD surveillance data)
PROVINSI Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep TOTAL
JAKARTA 49 63 73 91 83 14 47 52 19 491
YOGYAKARTA 66 71 57 36 26 33 35 74 25 423
JAWA TENGAH 40 36 63 33 44 22 42 65 16 361
LAMPUNG 55 46 49 54 34 10 23 23 11 305
JAWA TIMUR 62 26 38 38 21 11 42 47 18 303
KALIMANTAN SELATAN 0 10 12 25 14 27 8 62 98 256
SUMATERA SELATAN 40 8 53 53 12 16 24 16 20 242
BALI 35 37 49 47 24 11 20 8 0 231
NUSA TENGGARA BARAT 47 40 43 27 16 14 0 1 4 192
JAWA BARAT 25 15 19 26 27 8 24 25 15 184
SULAWESI SELATAN 36 43 37 33 1 6 6 7 0 169
SUMATERA BARAT 23 16 23 21 19 3 15 11 15 146
RIAU 12 12 44 31 10 3 1 11 6 130
ACEH 12 18 31 26 6 0 3 16 4 116
KALIMANTAN BARAT 12 37 14 14 9 1 1 12 0 100
JAMBI 9 7 17 19 6 8 15 7 0 88
KALIMANTAN TIMUR 6 8 9 6 11 4 7 11 13 75
PAPUA 35 13 14 1 0 0 0 4 0 67
KEPULAUAN RIAU 6 11 13 15 1 3 6 6 0 61
SULAWESI BARAT 2 16 30 2 10 1 0 0 0 61
KALIMANTAN TENGAH 5 5 8 6 6 0 1 9 18 58
NUSA TENGGARA TIMUR 0 5 17 18 8 0 0 0 0 48
SUMATERA UTARA 0 10 0 3 2 0 4 19 6 44
SULAWESI TENGGARA 3 6 11 2 5 6 1 4 0 38
KALIMANTAN UTARA 8 6 0 2 2 0 0 3 14 35
BANTEN 4 4 0 2 7 1 2 1 8 29
GORONTALO 6 0 8 2 2 1 0 1 0 20
BANGKA BELITUNG 3 0 2 4 5 0 3 0 0 17
MALUKU 13 3 0 0 0 0 0 0 0 16
SULAWESI UTARA 0 0 0 2 5 0 0 0 0 7
PAPUA BARAT 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2
BENGKULU 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
SULAWESI TENGAH 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
MALUKU UTARA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Surveilans CRS Sentinel di 13 RS 10 Provinsi

Sumatera
Utara
RS Adam Sulawesi
Malik Utara
RS dr. Kandou

Sumatera
Selatan
RS Moh.
Hoesin

Jawa Barat
DKI Jakarta • RS Hasan Sadikin Sulawesi
• RS Cipto • RS Mata Cicendo Bali Selatan
Mangunkusum RS RS Wahidin
o Sanglah Soedirohusod
• RSIA Harapan o
Kita

Jawa
Tengah Yogyakarta Jawa Timur
RS dr. RS dr. • RS dr.
Kariadi Sardjito Soetomo
• RS Haji
CRS Surveillance provinces

Hospital

Reference Lab
Multiple Mayor Syndrome in Lab-confirmed CRS
2017 - 2018
Total cases with Lab confirmed CRS
2017 2017 : 54 cases 2018
2018 : 38 cases

Congenital Heart Congenital Heart


Disease Disease

8 cases; 5 cases;
14,8 % 13,1 %

7 cases; 3 cases; 16 cases; 0 cases;


13 % 5,5 % 42,1 % 0%
16 3
29,6 % 7,9 %

7 cases; 13 % 9 8 cases; 21 %
3 cases; 5,5 4 1 cases; 2,6
Cases % Cases %
16,7 % 10,5%
Cataract Congenital Hearing Cataract Congenital Hearing
Impairment Impairment

Data as 15 August 2018


Multiple Mayor Syndrome in Lab-confirmed CRS (Aggregate)
(Data comparison 2016 and 2015)

2015 Total cases with Lab confirmed 2016


CRS
2015 : 36 cases
2016 : 65 cases
Congenital Heart Congenital Heart
Disease Disease

5 cases; 13,9%
3 cases; 4,6 %

13 cases 7 cases; 17 cases; 5 cases;


36,1% 19,4% 26,2% 7,7%
5; 20
13,9% 30,8 %

5 cases; 13,9% 1 cases;


9 cases; 5 5 cases; 7,7%
0 cases; 2,8%
13,8% Cases
0% 7,7%
Cataract Congenital Hearing Impairment Cataract Hearing
Congenital Impairment

Data as 31 December 2017


Imunisasi Campak-Rubella

Vaksin Campak-Rubella (MR)


Vaksin MR diberikan pada bayi
usia 9 bulan
Cara pemberian : suntikan sub
kutan (SK) pada lengan atas (deltoid)
kiri

Vaksin MR dosis lanjutan


diberikan pada bayi usia 18
bulan*

https://jdc325.wordpress.com/2011/04/25/european-immunization-
Cara pemberian: suntikan sub
week/
kutan (SK) pada lengan atas (deltoid)
kiri
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Radang Paru, Radang Otak, Bakteriemia (sepsis)
(Invasive Pneumococal Disease)

Penyebab : bakteri Streptococcus


pneumoniae
Cara penularan : udara (percikan
ludah)
Courtesy of Martin Leman

Gejala : demam, infeksi saluran


napas, kejang, sesak napas

Komplikasi berat : radang paru,


radang otak, sepsis, infeksi telinga,
selulitis,kematian.
Courtesy of Martin Leman
Pneumonia di Indonesia
• Indonesia adalah satu dari 10 negara dengan angka
kematian tertinggi pada balita akibat pneumonia.
• Dan 14% kematian pada balita di Indonesia
disebabkan oleh pneumonia.

Di Indonesia, setiap
jamnya 2-3 balita
meninggal karena
pneumonia

The United Nations Children's Fund (UNICEF). Comitting to Child Survival: A Progress Renewed. Progress Report 2015.
UNICEF. September 2015. http://www.unicef.org/publications/index_83078.html. Accessed January 22, 2016
Penyebab Pneumonia pada Anak-anak

Kasus Pneumonia Berat1


Lainnya
(Jamur, Virus)
30%

S.Pneumonia
(Pneumococcu
s) 50%
H.Influenza tipe B
20%

Streptococcus pneumoniae, penyebab terbanyak terjadinya pneumonia pada anak-anak.2

1. UNICEF; WHO. Pneumonia: The Forgotten Killer of Children. 2006.


2. Pneumonia. Fact Sheet No. 331. Updated November 2014. WHO.
Imunisasi Pneumokokus Konyugasi (PCV)
Vaksin PCV
Vaksin PCV diberikan sebanyak dua kali
pada bayi usia 2 dan 3 bulan

Cara pemberian : suntikan intra muskular


(IM) pada paha anterolateral kiri

Vaksin PCV lanjutan diberikan pada bayi


usia 12 bulan

Cara pemberian : suntikan intra muskular


(IM) pada paha anterolateral kiri

Vaksin PCV diberikan dalam program


demonstrasi PCV di Lombok Barat dan
Lombok Timur pada tahun 2017
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Penyebab : virus Human Papilloma
Kanker Serviks Virus (HPV).* utamanya tipe 16 dan
18, dan biasanya terjadi pada
perempuan usia reproduksi.
Cara penularan : Infeksi HPV yang
menyebabkan Kanker serviks menular
dari orang ke orang melalui vagina,
dubur (anus), mulut, hubungan
seksual dan sentuhan melalui kulit
lainnya

Merupakan kanker penyebab


kematian no 2 terbesar di
Indonesia
Imunisasi HPV
Vaksin HPV diberikan dalam
kegiatan Bulan Imunisasi Anak
Vaksin HPV Sekolah (BIAS) sebanyak 2 kali yaitu
bagi siswi kelas 5 (dosis pertama)
dan kelas 6 (dosis kedua) SD/MI
dan yang sederajat
Cara pemberian : Suntikan intra
muskular (IM) di lengan atas
(pertengahan M. deltoideus)
PD3I
Dalam tahap Demonstration Project

1. Vaksin Pneumococcus Conjugated Vaccine / PCV


• Demonstration project dimulai dengan Provinsi
NTB (sesuai rekomendasi ITAGI: Provinsi NTB
memiliki data serotype Pneumococus yang cukup
lengkap)
• 2017 dimulai di 2 kab (Lombok Barat dan Lombok
Timur)
• 2018 rencana semula akan dikembangkan di
seluruh Pulau Lombok, namun adanya bencana
alam sehingga Lombok Utara ditunda
pelaksanaannya pada tahun 2019 bersamaan
dengan kab/kota di luar Pulau Lombok
PD3I
Dalam tahap Demonstration Project

2. Vaksin Human Papiloma Vaccine (HPV)


• Demonstration project dimulai tahun 2016 di
Provinsi DKI (sesuai rekomendasi ITAGI: Provinsi
DKI merupakan wilayah risiko tinggi untuk kanker
serviks)
• Imunisasi diberikan bagi siswi kelas 5 (dosis
pertama) dan kelas 6 (dosis kedua) SD/MI dan
yang sederajat pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah
(BIAS)
• Tahun 2018 dikembangkan ke Provinsi Sulawesi
Selatan (Kota Makassar) dan Provinsi Sulawesi
Utara (Kota Manado)
PD3I
Dalam tahap Demonstration Project

3. Vaksin Japanese Encephalitis (JE)


• Demonstration project dimulai tahun 2018 di
Provinsi Bali (sesuai rekomendasi ITAGI:
Provinsi Bali merupakan provinsi risiko tinggi
dan memiliki data angka kesakitan & angka
kematian JE yang tinggi)
• Dimulai dengan kampanye untuk usia sasaran 9
bulan – 15 tahun, kemudian diikuti dengan
introduksi vaksin JE pada program imunisasi
rutin pada anak usia 10 bulan di Provinsi Bali
• Pelaksanaan pada sekolah dan luar sekolah
(tempat pelayanan imunisasi yang ditunjuk)
INGAT !!!! 4 pesan penting yg perlu
disampaikan kepada orang tua
 Manfaat dari vaksin yang diberikan
(contoh: BCG untuk mencegah TBC)
 Tanggal imunisasi dan pentingnya KMS
disimpan secara aman dan dibawa
pada kunjungan berikut
 Keluhan yang dapat dialami, cara
mengatasi dan tidak perlu kuatir.
 Tanggal imunisasi berikutnya:
tujuannya minimal 5 kali kontak untuk
Imunisasi Dasar Lengkap sebelum
berusia 1 tahun.

75
76

Anda mungkin juga menyukai