Anda di halaman 1dari 16

By Putri Sarini,S.T.,M.

Pd
Etnosains secara etimologis berasal dari kata:
“Ethnos” (Bahasa Yunani) = “bangsa”, dan
“Scientia” (Bahasa Latin) = “ pengetahuan”
ETNOSAINS :
“Pengetahuan yang ada atau yang dimiliki oleh suatu
bangsa ata lebih tepatnya suatu suku bangsa tertentu atau
subkultur tertentu”
Atau:
“Pengetahuan yang khas dari suatu masyarakat dan
berbeda dengan sistem pegetahuan masyarakat yang lain”
(Sturtevant dalam Ahimsa, 1985)
Cognitive Anthropology L
Lebih menekankan bahwa data yang mereka sodorkan
adalah data kognitif (mental codes) yang mencerminkan betul-
betul apa yang ada dalam kepala orang-orang yang ditelitinya

Descriptive Semantics atau Ethnography Semantics


Istilah ini digunakan oleh mereka yang beranggapan bahwa
apa yang mereka deskripsikan dalam etnografi mereka merupakan
makna-makna yang hidup dalam masyarakat yang diteliti, atau
berdasarkan pada makna yang diberikan oleh orang-orang yang
ditelitinya.

 The New Ethnography


Etnografi : tulisan atau laporan tentang suku bangsa yang ditulis
oleh seorang antropolog atas hasil penelitian lapangan (field work)
selama sekian bulan atau sekian tahun.

*
*

 Etnografi Awal (abad ke-19)


 Etnografi Modern ( Tahun 1915 -1925)
 Etnografi Baru
*
Tipe penelitian etnografi pada masa awal ini adalah “informan
oriented” karena tujuannya adalah mendapatkan gambaran masa
lalu suatu masyarakat. Teknik etnografi awal berupa wawancara
yang panjang, berkali-kali, dengan beberapa informan kunci,
yaitu orang-orang tua dalam masyarakat tersebut yang kaya dengan
cerita tentang masa lampau, tentang kehidupan yang “nyaman” pada
suatu masa dahulu. Orientasi teoritis para peneliti terutama berkaitan
dengan perubahan sosial dan kebudayaan.
*
 Etnografi modern tidak terlalu memandang penting hal-hal
yang berhubungan dengan sejarah kebudayaan suatu kelompok
masyarakat.

 Perhatian utamanya adalah pada kehidupan masa kini yang


sedang dijalani oleh anggota masyarakat, yaitu tentang “way of
life” masyarakat tersebut

 Tujuan etnografi modern adalah untuk mendeskripsikan dan


membangun struktur sosial dan budaya suatu masyarakat.
Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti tidak cukup hanya
melakukan interview dengan beberapa informan tua,
sebagaimana yang dilakukan oleh antropolog etnografi awal,
tetapi yang lebih penting lagi adalah melakukan observasi
sambil berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat
tersebut.
*
 Metode ini bersumber dari satu aliran baru dalam ilmu antropologi, yang
disebut cognitive anthropology, atau ethnoscience, atau etnografi baru.

Perbedaan-perbedaan mendasar antara etnografi


modern dan etnografi baru adalah sebagai berikut:
 Etnografi modern memusatkan perhatiannya pada organisasi
internal suatu masyarakat dan membanding-bandingkan system
sosial dalam rangka untuk mendapatkan kaidah-kaidah umum
tentang masyarakat, sedangkan etnografi baru memusatkan
usahanya untuk menemukan bagaimana berbagai masyarakat
mengorganisasikan budaya mereka dalam pikiran mereka dan
kemudian menggunakan budaya tersebut dalam kehidupan.
 Dalam etnografi modern, bentuk sosial dan budaya
masyarakat dibangun dan dideskripsikan melalui
analisis dan nalar sang peneliti. Struktur sosial dan
budaya yang dideskripsikan adalah struktur sosial dan
budaya masyarakat menurut interpretasi sang peneliti. Di
sisi lain, dalam etnografi baru (etnosains), bentuk
tersebut dianggap merupakan susunan yang ada
dalam pikiran (mind) anggota masyarakat tersebut,
dan tugas peneliti adalah mengoreknya keluar dari
pikiran mereka (Spradley. 2007).
*
KAJIAN PERTAMA:
Memusatkan perhatian kepada kebudayaan, model-
model untuk mengklasifikasikan lingkungan atau situasi
sosial yang dihadapi.
Pengkajian mereka di sini untuk mengetahui gejala-
gejala materi mana yang dianggap penting oleh warga
masyarakat dan bagaimana mereka mengorganisir berbagai
gejala tersebut dalam system pengetahuan mereka.
Bilamana ini dapat diketahui aka akan terungkap pula
berbagai prinsip yang mereka pakai guna memahami
lingkungan yang dihadapi, yang menjadi landasan bagi
tingkah laku mereka (Tyler, 1969 dalam Ahimsa, 1986).
 KAJIAN KEDUA :
Mengarahkan perhatiannya pada bidang rules
atau aturan-aturan. Mereka berpijak pada definisi
kebudayaan yang pertama, yaitu kebudayaan sebagai
hal-hal yang harus diketahui seseorang agar dapat
mewujudkan tingkah-laku (bertindak) menurut cara
yang dapat diterima oleh warga masyarakat di tempat di
berada.
Persoalan kategorisasi masih tetap ada, akan
tetapi perhatian lebih banyak ditujukan pada
kategorisasi-kategorisasi sosial, artinya kategorisasi-
kategorisasi yang dipakai dalam interaksi sosial.
 KAJIAN KETIGA
Penekanannya pada kebudayaan merupakan alat atau
sarana yang dipakai untuk menafsirkan berbagai macam gejala
yang ditemui. Dalam hal ini para ahli antropologi tersebut
beranggapan bahwa tindakan manusia mempunyai berbagai
macam makna bagi pelakunya serta bagi orang lain.
Untuk menjelaskan tingkah laku manusia, makna
tersebut harus diungkapkan. Tanpa memperhitungkan makna
ini maka penjelasan si peneliti tidak akan lengkap dan tidak
mencerminkan hakikat manusia yang sebenarnya (Spradley,
1979 dalam Ahismsa, 1986).
Penekanan si peneliti kemudian adalah pada makna-
makna yang hidup dalam suatu masyarakat atau subkultur
tertentu, dan dari makna-makna inilah diusahakan untuk
diungkapkan tema-tema budaya (cultural themes) yang ada di
dalamnya.
*
Studi tentang bagaimana individu-
individu menciptakan dan memahami
kehidupan sehari-hari mereka, cara mereka
menyelesaikan pekerjaan di dalam hidup
setiap harinya sehingga etnometodologi
mempelajari realitas sosial atas interaksi
yang berlangsung sehari-hari (Sudarmin,
2015).
*
Etnografi (ethnography) berasal dari
kata “ethnos” yang berarti “suku bangsa” dan
“graphein” yang berarti “mengukur, menulis,
menggambar”. Berdasarkan asal katanya,
etnografi dapat didefinisikan sebagai tulisan,
deskripsi atau penggambaran mengenai suku
bangsa tertentu.
Etnografi merupakan suatu deskripsi
dan analisa tentang satu masyarakat yang
didasarkan pada penelitian lapangan,
menyajikan data-data yang bersifat hakiki
untuk semua penelitian antropologi budaya.
*
Etnobotani dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk
mendokumentasikan pengetahuan masyarakat tradisional,
masyarakat awam yang telah menggunakan berbagai macam jasa
tumbuhan untuk menunjang kehidupannya.
Etnobotani mempelajari pemanfaatan tumbuhan secara
tradisional oleh suku bangsa yang primitif. Etnobotani menekankan
bagaimana mengungkap keterkaitan budaya masyarakat dengan
sumber daya tumbuhan di lingkungannya secara langsung ataupun
secara tidak langsung. Penekanannya pada hubungan mendalam
budaya manusia dengan alam nabati sekitarnya. Mengutamakan
persepsi dan konsepsi budaya kelompok masyarakat dalam
mengatur system pengetahuan anggotanya menghadapi tetumbuhan
dalam lingkup hidupnya (Suryadarma, 2008).
*
Etnoekologi adalah ilmu yang membahas
mengenai hubungan yang erat antara manusia, ruang
hidup, dan semua aktivitas manusia di bumi.
Ilmu etnoekologi merupakan sintesis dan
adaptasi dari ilmu geografi, hal ini dikarekana ilmu
geografi cakupannya sangat luas. Karena ilmu geografi
yang memiliki cakupan yang sangat luas, diperlukan
suatu bidang ilmu yang “menspesifikan” ilmu‐ilmu
tersebut yang difokuskan pada fenomena‐fenomena
yang terjadi di ruang aktivitas manusia.
Ilmu etnoekologi merupakan ilmu yang
menjembatani ilmu alam, ilmu sosial, ilmu lingkungan
alam, dan ilmu lingkungan masyarakat yang
memfokuskan manusia sebagai aktor dalam aktivitas
lingkungan alam (Hilmanto, 2010).
*
Etnomedicine merupakan cabang
antropologi medis yang membahas tentang
asal mula penyakit, sebab-sebab, dan cara
pengobatan menurut kelompok masyarakat
tertentu.
Aspek etnomedicine merupakan aspek
yang muncul seiring perkembangan
manusia. Di bidang antropologi medis,
etnomedicine memunculkan termonologi
yang beragam. Cabang ini sering disebut
sebagai pengobatan tradisional, pengobatan
primitif, tetapi etnomedicine terasa lebih.

Anda mungkin juga menyukai