Anda di halaman 1dari 13

TRADISI MASYARAKAT DALAM PENANAMAN DAN

PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT LEKAT DI PEKARANGAN


(COMMUNITY TRADITION IN PLANTING AND USING MEDICINAL PLANT IN SURROUND HOME YARD)
PENELITIAN OLEH:
Ida Diana Sari, Yuyun Yuniar, Selma Siahaan, Riswati, Muhamad Syaripuddin
Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan RI
Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI

PPT Oleh: Yos Suryana 16334009

1
Latar Belakang
Upaya pengobatan dengan
obat-obat tradisonal Salah satu hasil alam
merupakan salah satu yang telah
bentuk peran serta dikembangkan adalah
masyarakat dan sekaligus tumbuh-tumbuhan yang
merupakan teknologi tepat digunakan sebagai obat
guna yang potensial untuk untuk menyembuhkan
menunjang pembangunan berbagai penyakit
kesehatan

Faktor yang mempengaruhi


peng-gunaan TOGA oleh ibu
rumah tangga yaitu Pemanfaatan pekarangan
pengalaman pribadi, usia, sebagai sarana budidaya
pen-didikan, informasi dari tanaman obat telah dikenal
luar (televisi, radio, internet), dalam konsep Tanaman
pendapatan serta faktor Obat Keluarga (TOGA)
sosial dan budaya

2
Tujuan Penelitian
■ Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji implementasi program TOGA serta tradisi
masyarakat dalam menanam dan menggunakan tanaman obat

3
Pengumpulan Data
■ Penelitian kualitatif dilakukan di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan
Bali yang berdasarkan data Riskesdas 2010 merupakan provinsi dengan
persentase penggunaan jamu tertinggi.

■ Data dikumpulkan pada tahun 2011 melalui wawancara mendalam dan diskusi
kelompok terarah dengan pihak yang terkait, serta observasi di lokasi penelitian

■ Wawancara mendalam dilakukan dengan pihak staf Dinas Kesehatan Kabupaten


yang memiliki informasi atau terlibat dalam program TOGA, bidan desa yang
masyarakatnya banyak menanam dan atau menggunakan TOGA, serta aparat yang
tinggal di lokasi desa terpilih dan mengetahui/memiliki informasi tentang
penanaman dan pemanfaatan TOGA

4
Pengumpulan Data
■ Focus Group Discussion (FGD) dilakukan terhadap dua kelompok. Kelompok
pertama terdiri dari kader Posyandu, kader Program Kesejahteraan Keluarga (PKK)
atau kader kesehatan lainnya yang tinggal di desa terpilih, sedangkan kelompok
kedua adalah anggota masyarakat yang tinggal di desa terpilih yang menanam dan
atau menggunakan setidaknya 1 atau lebih TOGA

■ Observasi partisipatif dengan melakukan kunjungan langsung ke lokasi atau rumah-


rumah yang memiliki TOGA, disertai dengan dokumentasi

5
Analisis Data
■ Hasil yang ditulis disini hanya deskriptif berupa hasil wawancara mendalam dan
FGD. Setelah itu, dilakukan verifikasi dan selanjutnya disajikan dalam bentuk
narasi, kuotasi dan tabel untuk membantu pembaca memasuki situasi dan
pemikiran responden secara langsung dan mengkaitkan interpretasi dari peneliti itu
sendiri. Hasil tersebut kemudian dikaitkan dengan teori atau hasil penelitian lain
yang dapat mendukung

6
Hasil Dan Pembahasan
1. Peran Dinas Kesehatan dalam program tanaman obat keluarga masih kurang,
keempat daerah penelitian menyebutkan bahwa dinas kesehatan hanya sebatas
menyarankan dan memantau saja tanpa ada kebijakan khusus mengenai tanaman
obat keluarga. Dinas Kesehatankabupaten Karanganyar pernah melakukan pemetaan
tanaman obat yang ada di masyarakat, tetapi berdasarkan hasil FGD dengan kader
PKK penjelasan tentang manfaat dan khasiat banyak diperoleh dari Dinas Pertanian

7
Hasil Dan Pembahasan
2. Peran Aparat Pedesaan di empat lokasi penelitian sangat besar, bahkan ada aparat
desa dan petugas PKK yang pernah memberikan penyuluhan tentang jenis dan
manfaat tanaman obat bagi kesehatan keluarga. Aparat desa sangat membantu
dalam penyampaian informasi mengenai tanaman obat dan kesehatan pada
umumnya kepada masyarakat. Peranan aparat desa bisa me-lengkapi peranan dari
petugas kesehatan yang terkadang kurang mampu untuk mensosialisasikan program-
program ke-sehatan yang menjadi tugas pokoknya

8
Hasil Dan Pembahasan
3. Peran Tenaga Kesehatan hanya sebatas memotivasi masyarakat yang mempunyai lahan
atau pekarangan di sekitar rumahnya agar menanam tanaman obat-obatan dari tumbuhan
sederhana yang tidak berbahaya bagi kesehatan mereka

4. Pada umumnya, yang menanam TOGA adalah ibu-ibu dengan pengetahuan yang diperoleh
secara turun temurun khususnya dari ibu mereka. Banyak juga masyarakat yang tidak
menanam tetapi hanya meng-gunakan tanaman obat yang didapat dari tetangganya. Ada
juga yang menanam dengan inisiatif sendiri setelah mendapat informasi dari kader atau
tokoh ma-syarakat.

9
Hasil Dan Pembahasan
5. Komoditi tanaman obat

10
Kesimpulan
1. Penanaman tanaman obat merupakan tradisi turun temurun dari nenek moyang yang
biasanya informasi menanam dan memanfaatkan pada umumnya diperoleh dari orang tua.

2. Pengetahuan masyarakat terhadap khasiat dan cara penggunaan tanaman obat yang ada
di sekitar rumah masih kurang memadai. Pada umumnya implementasi program khusus
tanaman lekat pekarangan tidak ada tapi hanya disisipkan pada program lainnya karena
tidak ada seksi atau unit yang khusus menangani masalah di tingkat Dinas Kesehatan
Kabupaten.

3. Sementara itu dari unsur pemerintah yang lebih banyak terlibat dalam pembinaan program
tanaman obat adalah Dinas Pertanian dan aparat desa. Dinas Kesehatan dan Puskesmas
hanya sebatas menyarankan atau memantau masyarakat.

11
Saran
1. Pemerintah perlu meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap manfaat dan
penggunaan tanaman obat yang dapat dihubungkan dengan tradisi masyarakat
setempat agar pengobatan dengan tanaman obat lebih rasional.

2. Peningkatan koordinasi antar-sektor terkait mengenai penanaman dan


pemanfaatan tanaman obat. Perlu adanya dukungan kebijakan pemerintah yang
lebih kuat agar program TOGA dapat menjadi program prioritas atau paling tidak
program rutin yang tidak disisipkan ke program lain

12
Terimakasih..

13

Anda mungkin juga menyukai