Anda di halaman 1dari 26

EPIDEMIOLOGI

KUSTA

by
WIDYA HC
DEFINISI
 Penyakit menahun (kronis), menyerang
syaraf tepi, kulit & organ tubuh lain
(kecuali sistem saraf pusat)
 Gejala awal : seperti panu, berkembang
lambat. Masa tunas : 2-5 tahun
 Kuman kusta bersarang di kulit -> hidung

keropos, kulit anggota gerak rusak, saraf


kulit mati -> tidak merasakan apa2 ->
luka tanpa disadari -> cacat fisik
 Kusta tidak mudah menular
 Kusta menular hanya lewat kontak yg

lama & berulang dengan penderita yg


dalam tahap menularkan (sebagian besar
penderita tidak dalam keadaan
menularkan)
 Kusta dapat sembuh dengan pengobatan

teratur (selama beberapa tahun) ->


pengobatan dini sangat penting
 Kusta bukan penyakit keturunan
 M. leprae pertama menyerang saraf tepi,
selanjutnya dapat menyerang kulit,
mukosa mulut, saluran nafas bagian atas,
sistem retikuloendotelial, mata, otot,
tulang, & testis
 Merupakan 9 penyakit tropis (leprosy,

frambusia, filaria, japanese, encephalitis,


rabies, leptospirosis, plaque, kecacingan)
PENYEBAB
 Bakteri Mycobacterium leprae (ditemukan
oleh GA Hansen tahun 1874) -> Kuman tidak
ganas & berkembang lambat
 Diagnosa : swab sekret hidung & kerokan
kulit penderita
 Dalam sekret hidung : kuman bertahan 9 hari.
Di tanah yg lembab & suhu kamar kuman
bertahan 46 hari
 Dalam sel schann & sistem retikuloendotelial :
masa generasi 1224 hari
DISTRIBUSI
 WHO 1964 : Prevalensi kusta di
Indonesia : 1-1,9% (124.000 orang)
 Case finding (1969) : 55.514 orang

 Tahun 2005 di Indonesia ada 21.537


penderita, 8,74% telah mengalami cacat
tingkat 2; 9,09% adalah penderita anak.
Banyak ditemukan di masyarakat miskin
di NTT, Sulawesi Tenggara, Maluku,
Papua, Irian Jaya Barat
 Tahun 1997 : di Banyusangkah Kec.
Tanjung Bumi Jawa Timur, prevalensi 8,7
/ 10.000
 Tahun 1985 di Indonesia menurut Dit.Jen
PPM & PLP Dit. Pemberantasan kusta :
126.129 penderita. Prevalensi : 0,4-6,99%
di bagian timur, di bagian barat (kecuali
Aceh) lebih rendah. Angka kecacatan
kusta : 23,52%. Penderita lepromatus :
33,69%, Anak-anak 13,4%. Perbandingan
laki-laki & wanita 2,2:1
Penderita kusta di Indonesia :+ 500.000
 Di luar RSK desa/kota : 92,2%

 Tanpa cacat 73,48%

 Dengan cacat 23,52% (cacat ringan :


75,86% ; cacat berat : 4,14%)
 Di RSK/perkampungan 7,8%

 Tanpa cacat 21,66%

 Dengan cacat 78,35% (cacat ringan :


33,17% ; cacat berat : 66,83%)
Tahun 1975:(angka sebenarnya 2 kali lebih
besar dari yg dilaporkan)
Afrika : 3.500.000 ; Amerika, Canada, USA
: 400.000 ; Asia tenggara : 4.510.000 ;
Mediterania timur : 160.000 ; Eropa tidak
termasuk Rusia : 25.000 ; Pasifik Barat
tidak termasuk RRC ; 2.000.000. Prevalensi
: 1,33% (+ 2 milyar penduduk di daerah
endemis kusta). Yg mendapat pengobatan :
2.500.000 orang
TANDA & GEJALA
 Penebalan kulit, berubah warna -> bercak
keputihan (macula hypopigmentasi)
 Hilang rasa (anaesthesia) terhadap rasa
sentuh, rasa suhu, & rasa nyeri
 Bila kena muka -> tampang menakutkan :
facies leonina (muka singa)
 Gangguan saraf : gangguan tropik
terhadap tulang & otot, lumpuh, borok2
karena terganggunya peredaran zat
Penebalan saraf tepi
Dapat disertai rasa nyeri & dapat disertai
atau tanpa gangguan fungsi saraf yg
terkena:
1.Gangguan fungsi sensorik : mati rasa
2.Gangguan fungsi motoris : paresis /
paralisis
3. Gangguan fungsi otonom : kulit kering &
retak, edema, pertumbuhan rambut
terganggu
 Gerakan anggota badan (lengan & kaki)
terganggu -> kecacatan
 Bila menyerang mata : buta

 Bisa menyerang alat2 dalam : paru2,

ginjal dll
KLASIFIKASI
1. Paucibacillary (tipe kering) / PB
Tanda :
 Bercak keputihan seperti panu -> mati /

kurang rasa
 Permukaan bercak kering & kasar

 Permukaan bercak tidak berkeringat


 Batas / pinggir bercak jelas, sering ada
bintil2 kecil
 Calitan toreh negatif

 Tidak menular

 Bila terlambat diobati bisa menimbulkan


kecacatan
 Jumlah bercak putih pada kulit 1-5

 Kerusakan saraf tepi : 1 saraf

 Pemeriksaan skin smear (BTA) : negatif


2. Multibacillary (tipe basah) / MB
Tanda :
 Bercak putih kemerahan tersebar satu2
atau merata di seluruh kulit badan
 Terjadi penebalan & pembengkakan

bercak
 Permkaan bercak sering masih terasa bila
tersentuh kapas
 Pada permulaan, sering terdapat pada

cuping telingan & muka


 Dapat menular ke orang lain. Bila tidak
berobat dengan baik bisa menjadi cacat
 Toreh kulit positif

 Jumlah bercak putih pada kulit > 5


 Banyak terjadi kerusakan saraf tepi

 Pemeriksaan skin smear (BTA) :


positif
KLASIFIKASI
Klasifikasi Internasional (Madrid 1953) :
1.Intermediate (I)
2.Tuberkuloid (T)
3.Borderline (B)
4.Lepromatosa (L)
Klasifikasi Ridley-Jopling (1962) :
1.Tuberkuloid tuberkuloid (TT)
2.Borderline tuberkuloid (BT)
3.Borderline borderline (BB)
4.Borderline lepromatous (BL)
5.Lepromatosa lepromatosa (LL)
Klasifikasi WHO (1981) & modifikasi
WHO (1988) :
1. Pausibasilar (PB) / tipe kering
Yg termasuk : TT & BT ; I & T dengan
BTA negatif
2. Multibasilar (MB) / tipe basah
Yg termasuk : BB, BL, & LL ; B & L &
semua tipe kusta dengan BTA positif
PENULARAN
 Kontak langsung & tidak langsung
melalui kulit luka atau lecet -> kontak
lama & berulang dg penderita kusta basah
 Tidak mudah menular

 Dapat lewat udara yg mengandung

Mycobacterium leprae yg terhirup


manusia
PENGOBATAN
Rekomendasi WHO tahun 1981 : Multi Drug
Therapy (MDT) :
Kusta dengan multibasil

600 mg rifampisin & 300 mg clofazimin per


minggu. 5 mg clozimin & 100 mg dapsone per
hari selama 24 bulan
Kusta dengan pausibasil

600 mg rifampisin tiap 4 minggu, 100 mg


dapsone per hari selama 6 bulan
Angka kekambuhan : 0,1% per tahun
 Pengobatan penderita paucibasil : 6-9
bulan, pengobatan penderita multibasil :
12-18 bulan
 Pengobatan cuma-cuma di puskesmas

 Obat diberi tiap bulan diambil sendiri atau


oleh kader
 Kader mengawasi supaya obat dimakan

teratur
Penanganan penderita dengan ESO yg
mungkin timbul
Konfirmasi kasus sulit oleh petugas
kabupaten
Monitoring kecukupan pengobatan oleh
petugas kabupaten

Kombinasi ofloxacin 50 mg/kg BB ,


rifampisin 0,003% & rifabutin 0,001% :
waktu penyembuhan 1 bulan -> lebih mahal
PENCEGAHAN
 Menjaga kebersihan lingkungan &
membiasakan pola hidup sehat
 Pencegahan pribadi : menghindari kontak.
Bila tidak bisa : hygiene badan
(kebersihan badan, mandi pakai sabun
kebersihan pakaian, hygiene lingkungan,
makanan yg cukup kualitas &
kuantitasnya). Jika luka : diobati & jaga
kebersihannya
 Pencegahan untuk masyarakat :
menghilangkan sumber penularan dengan
mengobati semua penderita, pencatatan &
pelaporan serta penyuluhan bagi
penderita, keluarga, & masyarakat
 Banyak orang yg punya kekebalan alami
terhadap kusta
 Bentuk leproma : kelainan kulit, tersebar
simetris pada tubuh -> menular karena
kelainan kulitnya mengandung banyak
kuman
 Bentuk tuberkuloid : kelainan jaringan

saraf -> mengakibatkan cacat tubuh.


Tidak menular karena kelainan kulitnya
mengandung sedikit kuman

Anda mungkin juga menyukai