Anda di halaman 1dari 24

Gangguan Pendengaran pd bayi dan

anak
• Umumnya seorang bayi atau anak mengalami
gangguan pendengaran, diketahui keluarganya
sebagai pasien yg terlambat bicara (delayed
speech)
• Gangguan pendengaran
Tuli sebagian (bsa pkai ABD atau tdk)
Tuli total (hrs pkai ABD)
Perkiraan adanya gangguan
pendengaran pd bayi n anak
Usia Kemampuan bicara

12 bulan Belum dapat mengoceh(babling) atau meniru


bunyi

18 bulan Tidak dapat menyebutkan 1 kata yang


mempunyai arti

24 bulan Perbendaharaan kata kurang dari 10 kata


30 bulan Belum dapat merangkai 2 kata
Etiologi Ketulian
• Masa Pranatal (Genetik dan Non genetik)
 Pada saat kehamilan, adanya gangguan atau kelainan
pada trimester pertama dpt menyebabkan ketulian pd
bayi.
Infeksi bakteri dn virus pd bumil spt Toksoplasmosis,
rubella, CMV, herpes dn Sifilis (TORCHS)
Obat2 ototoksik dn teratogenik yg mengganggu
proses organogenesis dn rusak sel2 rambut koklea spt
salisilat, kina, neomisin, dihidro streptomisin,
gentamisin, barbiturat, thalidomide.
Adanya malformasi struktur anatomi, spt atresia liang
telinga dn aplasia koklea
• Masa Perinatal
 Prematur, BBLR (<2500gr), hiperbilirubinemia,
asfiksia(lahir tdk menangis)
 Tuli sensorineural bilateral dgn derajat ketulian berat
dn sngt berat akibat faktor pd masa pranatal dan
perinatal.
• Masa Postnatal
 Infeksi bakteri virus atau bakteri spt rubela, campak,
parotis, infeksi otak (meningitis, ensefalitis),
perdarahan pd telinga tengah, trauma temporal
mnybabkn tuli saraf atau tuli konduktif.
Pemeriksaan pedengaran pada bayi
dan anak.
1. BEHAVIORAL OBSERVATION AUDIOMETRY
2. TIMPANOMETRI
3. AUDIOMETRI NADA MURNI
4. OTOACOUSTIC EMISSION (OAE)
5. BRAINSTEM EVOKED RESPONE AUDIOMETRY
1.BEHAVIORAL OBSERVATION
AUDIOMETRY
• Tes berdasarkan respon aktif pasien terhadap
stimulus bunyi.
• Merupakan respon voluntary.
• Behavioral audiometry penting untuk
mengetahui subyektif sistim audiotorik pada
bayi dan anak.
• Bermanfaat untuk penilaian habilitasi
pendengaran (pengukuran alat bantu dengar
“hearing aid fitting”)
Lanjutan...
• Pemeriksaan behavioral dibedakan menjadi:
a. Behavioral Reflex audiometry
b. Behavioral respone audiometry
Behavioral reflex audiometry

• Dilakukan pengamatan respon behavior.


• Yang diamati :
Mengejapkan mata (auropalpebral reflex).
Melebarkan mata (eye widening).
Mengerutkan wajah (grimacing).
Berhenti menyusu (cessation reflex).
Denyut jantung meingkat.
Reflex Moro (paling konsisten)
Lanjutan..
• Reflek auropalpebral dan moro rentan
terhadap efek habituasi (bila stimulus
berulang-ulang dilakukan, bayi menjadi bosan
dan tidak merespon walaupun mendengar).
• Stimulus dengan itensitas sekitar 65-80 dBHL
diberikan melalui loadspeaker.
• Merupakan metode sound field (free field test)
Behavioral response audiometry
• Pada bayi normal (usia 5-6 bulan), stimulus
akustik aka menghasilkan pola respon khas
berupa menoleh atau menggerakan kepala ke
arah sumber bunyi (jika diluar lapang
pandang).
• Pada bayi normal kemampuan melokalisir
sumber bunyi dari segala arah akan tercapi
pada usia 13-16 bln.
Tenik Behavioral response audiometry:
a. Tes distraksi :
Respon terhadap stimulus bayi adalah
menggerakan bola mata atau menoleh ke
arah sumber bunyi.
Bila repon (-), pemeiksaan diulangi sekali
lagi.
Bila tetap tidak berhasil, pemeriksaan
ketiga dilakukan lagi 1 minggu kemudian
Lanjutan...
Seandainya tetap tidak ada respon, harus
dilakukanpemeriksaan audiologik lanjutan
yang lebih lengkap.

b. Visual reinforcement audiometry :


Mulai dapat dilakukan pada usia 4-7 bulan
(dimana kontrol neuromotor berupa
kemampan mencari sumber bunyi sudah
berkembang.
Play audimetry:
• Usian 2-5 tahun.
• Pemeriksaan meliputi teknik melatih anak
untuk mendengar stimulus bunyi disertai
pengamatan respon motorik spesifik dalam
suatu aktivitas permainan.
• Misalnya sebelum dilakukan pemeriksaan
anak dilatih untuk memasukan benda tersebut
ke dalam kotak setelah mendengar bunyi.
Lanjutan.
• Diperlukan 2 orang pemeriksa, yang satu
bertugas memberikan stimulus melalui
audiometer, dan yang lainnya melatih dan
mengamati respons.
• Stimulus diberikan melalui headphone
2. TIMPANOMETRI
• Merupakan pemeriksaan pendahuluan sebelum
tes OAE.
• Bila terdapat gangguan pada telinga tengah tes
OAE harus ditunda sampai telinga tengah normal.
• Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai kodisi
telinga tengah.
• Gambaran yang abnormal (adanya cairan atau
tekanan negatif di telinga tengah) merupakan
petunjuk adanya gangguan pendengaran
konduktif.
3. AUDIOMETRI NADA MURNI
• Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan
audiometer. Hasil pecatatanya disebut
audiogram.
• Dapat dilakukan pada anak usia dari 4tahun
yang koperatif.
• Sumber suara yaitu nada murni (pure tone)
yaitu bunyi yang hanya terdiri dar 1 frekuensi.
Lanjutan..
• Pemeriksaan dilakukan pada ruang kedap suara,
dengn menilai bantaran suaramelalui udara (air
conduction) melaui headphoneb pada frekuensi
125,250,5000,1000,2000,4000 dan 8000 Hz.
• Hantaran suara melalui tulang (bone conduction)
di periksa dengan memasang bone vibrator pada
prosesusmastoid yang dialkukan pada frekuensi
500,1000,2000,4000Hz.
Lanjutan..
• Intensitas yang biasa digunakkan antara 10-
100 dB (masin-masing dengan kelipatan 10).
• Suara dengan intensitas terendah yang dapat
didengar dicatat pada audiogram untuk
memperoleh informasi tentang jenis derajat
ketulian.
4. OTOACOUSTIC EMISSION(OAE)
• Pemeriksaan elektrofisiologik utk menilai fungsi koklea
yg obyektif, otomatis(gunakan kriteria pass/lulus dn
refer/tdk lulus), tdk invasif,mudah, tdk butuh wktu
lama dn praktis shga efektif utk skrining BBL.
• Ada 2 jenis OAE
 Spontaneous OAE (SPOAE)
mekanisme aktif koklea utk prodksi OAE tnpa hrs beri
stimulus.
 Evoked OAE (EOAE)
Timbul jk ada stimulus akustik, ad 2 yaitu:Transient evoked
OAE (TEOAE):stimulus brupa click, sdgkn Distortion
Product OAE(DPOAE):stimulus brupa 2 buah nada murni yg
beda frekuensi dn intensitasx
Lanjutan...
• Pemeriksaan dilakukan diruangan yang
tenang.
• Untuk memperoleh hasil yg optimal
diperlukan pemilihan probe (sumbat liang
telinga) sesuai ukuran liang telinga. Sedatif tdk
diperlukan bila bayi dn anak koperatif.
5. BRAINSTEM EVOKED RESPONSE
AUDIOMETRY

• Istilah lain Auditory Brainstem Response (ABR)


• Pemeriksaan elektrofisiologik utk menilai
integritas sistem auditorik, bersifat obyektif,
dn tdk invasif.
• Dpt memeriksa bayi,anak,dewasa dn
penderita koma.
Terapi
Mikrophone: menangkap
gelombang suara dari udara Receiver: mengirimkan suara yang
dan mengubahnya menjadi sudah diperkeras ke dalam
sinyal elektrik telingan

Pengatur Volume
Earhook:
menghubungkan ABD
dengan earmold

Pintu Baterai Switch On / Off


• Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA)
atau Auditory Brainstem Response (ABR) BERA
menilai perubahan potensial listrik di otak yang
timbul setelah pemberian stimulus suara. ABR
berfungsi untuk menilai integritas saraf
sepanjang jalur pendengaran.
• Pemeriksaan BERA yang dilakukan umumnya
menggunakan stimulus suara jenis click,
pemeriksaan ini tidak frequency spesific artinya
hanya diketahui ambang respons pada frekuensi
rata-rata (2000 - 4000 Hz). Agar dapat
memperoleh ambang pada masing-masing
frekuensi harus ditambahkan pemeriksaan BERA
dengan stimulus tone burst. Pemeriksaan BERA
sebaiknya dilakukan pada ruang kedap suara.

Anda mungkin juga menyukai