PENGENDALIAN
Oleh:
Agoeng H. Rahardjo, M.T.
Sistem Kendali Lup Tertutup
(Lengkap)
Contoh:
Phase shift total = error detector + G + H
= -1800 + G + H
Dynamic gain total = gerror detector x gG x gH
= 1 x g G x gH
y(t) dan e(t) dalam kondisi sustain oscillation jika:
-1800 + G + H = -3600 G + H = -1800 , dan
1 x g G x g H = 1 gG x g H = 1
Koordinat Polar
Pengendali
On-Off
Disebut juga:
Two position controller
Snap Controller
Gap Controller
Output pengendali hanya ada dua kemungkinan keadaan saja, yaitu on
atau off
Contoh: jika diterapkan pada suatu control valve maka kerja valve hanya
ada 2 kemungkinan saja yaitu terbuka penuh (100%) atau tertutup penuh
(0%)
Banyak digunakan karena sederhana dan murah
Ciri khas: selalu terjadi fluktuasi pada besaran yang akan dikendalikan
Besarnya fluktuasi dipengaruhi oleh dead time & dead band
Hanya bisa diterapkan pada sistem yang dapat mentolelir fluktuasi PV
pada batas-batas kerja pengendalian on-off
2 Tipe On-Off
Hasilnya tidak akan sama persis dengan apa yang kita harapkan karena
sifatnya yang mengandung unsur “peramalan”, akan tetapi diharapkan
akan dapat mengurangi gejolak-gejolak terjadi pada suatu sistem karena
telah dilakukan antisipasi sebelumnya.
Tidak dapat diterapkan pada sistem yang banyak derau (noise), karena
tidak mungkin meramalkan suatu kejadian yang berlangsung secara acak
sehingga kalau kita paksakan hasilnya akan kacau.
Pengendali PID
Fungsi KP, KI dan KD :
KP untuk memperkecil rise time.
KI untuk mengeliminasi steady-state error (offset).
KD untuk mereduksi overshoot, undershoot, dan settling
time.
Karakteristik Controlled Variable terhadap
penggunaan pengendali P, PI, & PID (Servo)
Output pengendali (P Only) =
KP e
I
D
Setting
Proportional Band
Contoh respon sistem termal
(controlled variable) terhadap
perubahan set point (25 ke
100) pada 3 macam setting
proportional band (Pb) yang
berbeda jika digunakan
pengendali P-Only.
Setting
Reset (Integral)
Contoh respon sistem termal
(controlled variable)
terhadap perubahan set
point (25 ke 100) pada 3
macam setting nilai reset
(1/TR) yang berbeda jika
digunakan pengendali PI.
Setting
Rate (Derivative)
Contoh respon sistem termal
(controlled variable)
terhadap perubahan set
point (25 ke 100) pada 3
macam setting nilai rate (Td)
yang berbeda jika digunakan
pengendali PID.
Pengendali P
Seringkali digunakan sendiri tanpa digabung dengan pengendali I atau D
Merupakan penguat (amplifier) yang dapat diatur penguatannya
Aksi proportional memberikan input untuk memperbaiki error yang terjadi pada
saat itu
Fungsi utama untuk mempercepat reaksi sistem
Secara khas meninggalkan/menyisakan offset (steady state error)
Offset dapat diatur dengan menggunakan manual reset (bias)
Gain yang semakin besar akan mempercepat respon PV
Nilai gain yang tinggi membuat sistem lebih tidak sensitif terhadap gangguan
yang terjadi pada beban
Nilai gain yang terlalu besar membuat sistem lebih sensitif terhadap derau
(noise) yang terjadi di instrumen
Steady-state error berkurang jika gain dinaikkan
Seringkali terjadi osilasi pada PV yang semakin meningkat jika gain dinaikkan
Pengendali I
Umumnya dikombinasikan dengan pengendali P membentuk pengendali PI
atau dengan pengendali P dan D membentuk pengendali PID
Aksi integral menjamin steady-state error menuju nol melalui pengaturan
secara otomatis terhadap bias atau reset
Fungsi utama untuk menghilangkan offset (memastikan steady state error
menuju nol)
Ki yang terlalu besar seringkali menyebabkan
PV berosilasi, atau
Ketidakstabilan, atau
Saturasi pada aktuator, atau
Integrator windup (aksi pengendali integral dalam kondisi saturasi tanpa membawa
sinyal error ke nol)
Pengendali D
Secara khas dikombinasikan sekurang-kurangnya dengan pengendali P
membentuk pengendali PD atau dengan pengendali P dan I membentuk
pengendali PID
Aksi derivative memberikan antisipasi terhadap perubahan-perubahan yang
akan datang (memperkirakan error yang akan terjadi) dan memperbaiki
kestabilan
Fungsi utama untuk mendapatkan energi ekstra di saat-saat awal perubahan
load dan untuk meminimalkan overshoot dan undershoot serta mengurangi
ringing
Dapat memprediksi output dan mempercepat respon
Derau (noise) dapat menimbulkan masalah pada kendali derivative
Kd yang terlalu besar akan menyebabkan PV berosilasi
Kd yang terlalu kecil akan menyebabkan respon yang lambat pada PV
Tidak pernah digunakan sendirian dan hanya efektif pada periode transient
Dead time yang panjang dapat menimbulkan masalah jika menggunakan
kendali derivative.
Algoritma PID klasik
Bentuk kontinyu
Bentuk diskrit
u = output pengendali
e = error
Kp = gain pengendali
Ti = Waktu integral
Td = Waktu derivative
Ts = perioda sampling
Bentuk PID
Paralel / ”non-interacting” form
U(s)/E(s) = Kp(1 + Ki/s + Kds)
U(s)/E(s) = Kp(1 + 1/Tis + Tds)
P
U(s)/E(s) = Kp
u(t) = Kp.e + u0
PD
U(s)/E(s) = Kp{1+Td.s/(1+Td.s/N)}
u(t) = Kp.e(1+ Vve-N.t/Td) + u0
PI
U(s)/E(s) = Kp{1+ 1/(Ti.s)}
u(t) = Kp.e(1+ t/Ti)
PID
U(s)/E(s) = Kp{1+1/(Ti.s)+Td.s/(1+Td.s/N)}
u(t) = Kp.e(1+ t/Ti + Ne-N.t/Td)
Rangkuman mode
pengendali & respon
a
Pengendali Proportional
u(t) = Kp.e(t) + u0
= 100%.e(t)/Pb + u0
Kp = gain unit control proportional
besarnya tetap, linier di semua daerah kerja dan tidak
tergantung pada fungsi waktu.
Pb = proportional band
merupakan span error (span process variable) yang
menyebabkan perubahan output pengendali dari 0% s.d 100%
menunjukkan daerah dimana pengendali proportional masih
tetap efektif beroperasi secara linier
u0 = bias (manual reset)
fungsinya untuk mempertahankan output pengendali pada saat
error sama dengan nol
Ilustrasi Proportional Band & Bias
Pb = proportional band
u0 = bias
Pb menyatakan rentang error
dimana pengendali proportional
masih tetap efektif beroperasi
pada daerah liniernya
u0 menyatakan besarnya
manipulated variable yang
diperlukan agar error sama
dengan nol, umumnya u0 diset
50%
Reverse Acting & Direct Acting
Sistem termal yang menggunakan pengendali P-Only:
Hitung bias yang diperlukan agar pada setpoint 12 mA tidak terjadi offset.
Solusi contoh-5:
Data:
PVmin = 0 bar , PVmax = 4 bar
SPmin = 0 bar atau 4 mA , SPmax = 4 bar atau 20 mA
Transmitter:
PVin = 0 bar Iout = 4 mA
PVin = 4 bar Iout = 20 mA
Iout =( 4 PVin + 4) mA atau PVin = (0,25 Iout – 1) bar
Electropneumatic:
Iin = 4 mA P = 0,2 bar
Iin = 20 mA P = 1,0 bar
P = (0,05 Iin) bar atau Iin = (20 P) mA
Control valve:
P = 0,2 bar Katup = 0%
P = 1,0 bar Katup = 100%
Katup = (125 P – 25) % atau P = (0,008 Katup + 0,2) bar
Proses:
Katup = 0% PV = 0 bar
Katup = 100% PV = 4 bar
PV = (0,04 Katup) bar atau Katup = (25 PV) %
Solusi contoh-5:
(lanjutan)
Offset = 0 SP = PV = 12 mA (output transmitter)
Output Proses [input transmitter]:
PV = (0,25 x I – 1) bar
= (0,25 x12 – 1) bar = 2 bar
Output Control Valve [input proses] :
Katup = (25 x PV) %
= (25 x 2) % = 50%
Output Electropneumatic [input control valve] :
P = (0,008 x Katup + 0,2) bar
= (0,008 x 50 + 0,2) bar = 0,6 bar
Output Controller [input electropneumatic]:
I = (20 x P) mA
= (20 x 0,6) mA = 12 mA
Ess = R – U.G.H
= R – (Ess.Kp + B)G.H
= R – Ess.Kp.G.H – B.G.H
Ess.(1+Kp.G.H) = R – B.G.H
Ess = (R – B.G.H) / (1+Kp.G.H)
Agar offset (Ess) = 0, maka R – B.G.H = 0 atau dengan
kata lain B = R/GH
Offset dapat dihilangkan/diminimalkan dengan cara
menyetel bias secara tepat (manual reset)
P-Only: Analisis Kestabilan
Proses Orde-1 Self Regulation
G(s) = G0/(1+Ts)
H(s) = H0
R(s) = unit step = 1/s
Phase shift total = error detector + P + G + H
= -1800 + 00 –tan-1 (2T/0) + 00
= -1800 – tan-1 (2T/0)
Phase lag total = 1800 + tan-1 (2T/0)
Proses stabil jika phase lag total <3600
1800 + tan-1 (2T/0) <3600
tan-1 (2T/0) < 1800
Karena T dan 0 selalu positif, maka 0 < tan-1 (2T/0) < 900 sehingga
Sistem/Proses akan selalu stabil untuk KP > 0 berapapun nilainya.
P-Only: Analisis Kestabilan
Orde-1 SR dengan dead time ()
G(s) = G0 e-s /(1+Ts)
H(s) = H0
R(s) = unit step = 1/s
Phase shift total = error detector + P + G + H
= -1800 + 00 + {–tan-1(2T/0)–3600 /0} + 00
= -1800 –tan-1(2T/0) – 3600 /0
Oscillation : 1800 + tan-1 (2T/0) + 3600 /0 = 3600.
3600 /0 = 1800 –tan-1(2T/0)
/0 = 0,5 – {tan-1(2T/0)} / 3600
/0 = 0,5 – { tan-1(2[T/][/0]) } / 3600
Karena T > 0 dan 0 > 0 , maka 0 < tan-1 (2T/0) < 900 , sehingga:
0,25 < /0 < 0,5 atau 4 > 0 > 2
Pada proses Orde-0: T = 0 sehingga 0 = 2
Lanjutan
(P-only, Orde-1 SR, dead time)
Dynamic gain total = gerror detector x gP x gG x gH
= 1 x KP x G0/[1 + (2T/0)2] x H0
= KPG0H0 / [1 + (2T/0)2]
Proses akan stabil jika:
KPG0H0 / [1 + (2T/0)2] < 1
KP < [1 + (2T/0)2] / G0H0
G(s) = G0/(1+Ts)
H(s) = H0
R(s) = unit step = 1/s
Phase shift total = error detector + I + G + H
= -1800 + [-900] + [-tan-1 (2T/0)] + 00
= -2700 – tan-1 (2T/0)
Proses stabil jika: 2700 + tan-1 (2T/0) < 3600
tan-1 (2T/0) < 900
Karena T dan 0 selalu positif, maka 0 < tan-1 (2T/0) < 900
sehingga Sistem/Proses akan selalu stabil untuk KI > 0
berapapun nilainya.
Pengendali I: Analisis Kestabilan
Orde-1 SR dengan dead time ()
G(s) = G0 e-s /(1+Ts)
H(s) = H0
R(s) = unit step = 1/s
Phase shift total = error detector + I + G + H
= -1800 + [-900] + [-tan-1(2T/0) – 3600 /0] + 00
= -2700 – tan-1(2T/0) – 3600 /0
Oscillation : 2700 + tan-1 (2T/0) + 3600 /0 = 3600.
3600 /0 = 900 –tan-1(2T/0)
/0 = 0,25 – {tan-1(2T/0)} / 3600
/0 = 0,25 – { tan-1(2[T/][/0]) } / 3600
Karena 0 < tan-1 (2T/0) < 900 , maka
/0 < 0,25 atau 0 > 4
Pada proses Orde-0: T = 0 sehingga 0 = 4
Lanjutan
(Pengendali I, Orde-1 SR, dead time)
Dynamic gain total = gerror detector x gI x gG x gH
= 1 x (KI 0/2)x G0/[1 + (2T/0)2] x H0
= KI 0 G0H0 / 2[1 + (2T/0)2]
Proses akan stabil jika:
KI 0 G0H0 / 2[1 + (2T/0)2] < 1
KI < 2[1 + (2T/0)2] / 0 G0H0