Dokter Pembimbing
Dr. Rossada Adiarti, Sp.M
Anatomi dan Fisiologi Mata
1. Konjungtiva palpebralis
a. Marginal konjungtiva
b. Tarsal konjungtiva
c. Orbital konjungtiva
2. Konjungtiva bulbaris
3. Forniks
Struktur Histologis dari konjungtiva
1. Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari:
• Marginal konjungtiva
• Tarsal konjungtiva
• Forniks dan bulbar konjungtiva
• Limbal konjungtiva sekali lagi mempunyai banyak lapisan (5-6 lapis)
epitelium stratified skuamous
2. Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid
(superficial) dan satu lapisan fibrosa (profundus)
3. Konjungtiva mempunyai dua macam kelenjar, yaitu:
• Kelenjar sekretori musin.
• Kelenjar lakrimalis aksesorius : - Kelenjar dari Krause
- Kelenjar dari Wolfring
4. Suplai arterial, pembuluh limfe, dan persyarafan konjungtiva
Algoritma
Diagnosis
Konjungtivitis
MEDIKA MENTOSA
• Prinsip terapi dengan obat topical spectrum luas.
Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bacterial tergantung temuan agen mikrobiologiknya.
• Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen akut, saccus konjungtiva harus dibilas dengan
larutan garam agar dapat menghilangkan secret konjungtiva.
PROGNOSIS PENCEGAHAN
• sebelum dan sesudahmembersihkan atau
• Hampir selalu sembuh sendiri,
mengoleskan obat, penderita harus mencuci
dapat berlangsung selama 10-14
tangannya bersih-bersih.
hari jika diobati dengan baik, 1-3
• Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat
hari.
sesudah menangani mata yang sakit.
• kecuali konjungtivitis stafilokokus
• Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-
dan konjungtivitis gonokokus .
sama dengan penghuni rumah lainnya.
Konjungtivitis Gonore
DEFINISI : Radang konjungtiva akut dan hebat disertai dengan sekret purulen.
GAMBARAN KLINIK
• unilateral, kronis, sekretnya mukopurulen
• folikel pada forniks (kasus berat: folikel
banyak pada palpebra superior, limbus
dan konjungtiva palpebra).
• kemosis,
• limfadenopati preaurikular,
• keratitis epitelial marginal, infiltrat
• mikropannus superior.
TERAPI
salep tetrasiklin topikal dan pemberian
sistemik doksisiklin, tetrasiklin dan
eritromisin
Konjungtivitis klamidia
Konjungtivitis Klamidia Trakoma
Et/ Chlamydia trachomatis serotipe A,B,Ba, atau C DIAGNOSIS ::
• kerokan konjungtiva yang diwarnai dengan
PENYEBARAN : pengecatan giemsa
Sekret kotoran mata penderita trakoma atau • Pengecatan antibodi fluoresensi
melalui alat-alat kebutuhan sehari-hari seperti • immunoassay enzim
handuk, alat-alat kecantikan. Penyakit ini
• PCR, telah menggantikan pengecatan
sangat menular dan biasanya menyerang
giemsa pada smear konjungtiva dan isolasi
kedua mata
agen klamidia pada kultur sel.
TATALAKSANA :
GAMBARAN KLINIS : • Azitromisin oral 1g pada anak-anak.
• folikel pada konjungtiva bulbi dan • Ointment topikal atau tetes mata, termasuk
konjungtiva palpebral, preparat sulfonamid, tetrasiklin, eritromisin,
• infiltrasi papil yang difus, dan rifampisin, digunakan 4x sehari selama
• sikatrik konjungtiva, 6 minggu.
• trikiasis
• Herbert’s pits pada kornea. KOMPLIKASI :
- ulserasi kornea - infeksi bakteri korneal
- jaringan parut kornea.
Konjungtivitis Neonatal Konjungtivitis Alergika Akut
(Oftalmia Neonatorum)
• Terjadi dalam 2 pekan setelah kelahiran GAMBARAN KLINIK
sebagai akibat infeksi yang • akut,
ditransmisikan dari ibu ke bayi selama
• gatal,
proses persalinan.
• lakrimasi,
• Belum adekuatnya status imunitas bayi • hiperemia,
dan imaturitas permukaan ocular
• kemosis ringan,
(belum adanya jaringan limfoid dan
lapisan tear film yang relatif buruk). • reaksi papilar yang difus.
• kasus berat: edema palpebra.
• Terdiri dari konjungtivitis klamidia dan
konjungtivits gonokokus.
TERAPI
pemberian stabilisator sel mast topical
yaitu sodium kromoglikat 2% dan
iodoxamin 0,1%.
Konjungtivitis Vernalis
• Kondisi ini bersifat rekuren, bilateral, Ada dua tipe konjugtivitis vernalis:
• Mengenai anak-anak serta dewasa muda. • Bentuk Palpebra
• memiliki riwayat atopi positif – Mengenai konjungtiva tarsal
superior, terdapat pertumbuhan
GAMBARAN KLINIS : papil yang besar atau cobble stone
• gatal, yang diliputi secret yang mukoid.
• lakrimasi, Konjungtiva bawah hiperemi dan
edema.
• fotofobia,
• Bentuk Limbal
• sensasi benda asing,
– Hipertrofi pada limbus superior,
• rasa terbakar,
panus dengan sedikit eosinofil
• secret mucus yang tebal, dan ptosis
(palpebral jatuh dan bisa menutup pupil).
• Palpebra terasa berat bila diangkat dan di
bagian konjungtiva palpebral superior ada
reaksi papilar raksasa
Pemfigoid Sikatrisial
• diawali dengan konjungtivitis kronis non-spesifik
• Konjungtivitis bisa memicu timbulnya jaringan parut, sehingga terjadi simblefaron sehingga
forniks menjadi lebih dangkal atau bahkan tidak ada.
• Jaringan parut juga bisa merusak sel-sel goblet dan menyumbat duktus sekretorius kelenjar
lakrimal sehingga mata kering dan akhirnya menjadi buta.
• Penyakit ini jarang pada usia sebelum 45 tahun. Gejala pada wanita lebih berat daripada pria.
Konjungtivitis Autoimun
Iatrogenic
• Karena pemberian obat seperti dipivefrin, miotika, idoxuridin, neomisin, dan
obat-obat lain yang mengiritasi.
Risiko pekerjaan
• akibat trauma asam, basa, asap, angin dan sinar ultraviolet
Kesimpulan
• Konjungtivitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, maupun karena alergi.
• Mayoritas kasus konjungtivitis adalah disebabkan oleh karena virus, yaitu
adenovirus.
• Penularan adalah bisa melalui traktus respiratorius bila karena virus, sekret mata
serta penggunaan benda yang terkontaminasi oleh virus
• Konjungtivitis tidak akan mengganggu penglihatan, kecuali infeksinya mengenai
media refraksi. Oleh karena itu pengobatan terhadap infeksi mata ini perlu dengan
segera dan adekuat bergantung pada patogen yang menjadi penyebab infeksi.
• Bila penyebab adalah karena virus, maka biasanya tidak diperlukan terapi khusus
karena konjungtivitis virus umumnya dapat sembuh sendiri, asalkan status gizi
penderita cukup baik.
• Apabila karena bakteri maupun jamur maka diperlukan terapi antibakteri maupun
terapi antijamur yang sesuai.