Anda di halaman 1dari 28

▫ Konsulen Penguji : Dr. Gatot Suharto, MH., SpKF., Mkes.

, DFM
▫ Pembimbing : dr. Dadan Rusmanjaya

Anggota Kelompok :
Imelda FK UKRIDA
Fauziah Andiani FK UKRIDA
Ni Nengah Oktaviani FK UKRIDA
Lim Kee Zhen FK UKRIDA
Nur Amira Amalina FK UKRIDA
Fernanda Kristy Oriza FK UKRIDA
Elistia Tripuspita FK UKRIDA

Kepaniteraan Klinik Kedokteran Forensik dan Medikolegal


RSUP dr. Kariadi Semarang
Periode 10 September 2018 - 6 Oktober 2018
PENDAHULUAN
Latar Belakang

-Di Indonesia Agustus-September 2017,


pemerintah melakukan imunisasi campak rubela
dengan sasaran 35 juta anak di Pulau Jawa.
-Di Indonesia, anak di Kabupaten Demak di
duga mengalami Kelumpuhan setelah diberikan
imunisasi campak rubella
Bagaimana vaksin measles rubella dilihat
dari aspek hukum?

Bagaimana vaksin measles rubella dilihat


dari aspek medis?
Perumusan
Masalah Bagaimana vaksin measles rubella dilihat
dari aspek agama?

Bagaimana vaksin measles rubella dilihat


dari aspek etika?
Tujuan Tujuan
Umum Khusus
Mengetahui dan
memahami tentang
aspek hukum vaksin
measles rubella

Mengetahui dan
memahami tentang
aspek medis vaksin
Mengetahui measles rubella
vaskin
measles
rubella dilihat Mengetahui dan
dari aspek memahami tentang
hukum, aspek agama vaksin
medis, agama, measles rubella
dan etika.
Mengetahui dan memahami
tentang aspek etika vaksin
measles rubella
MANFAAT
Bagi mahasiswa Bagi instansi terkait Bagi pemerintah Bagi masyarakat

• Meningkatkan • Menambah bahan • Sebagai dasar • Memberikan


kemampuan dalam referensi bagi dokter pertimbangan untuk informasi dan
penyusunan suatu dalam memahami menegakkan hukum pengetahuan bagi
makalah dari aspek hukum, dan keadilan dalam masyarakat tentang
beberapa sumber agama, medis, dan aspek hukum, aspek medis, hukum,
dan teknik penulisan etika mengenai agama, etika dan agama dan etika
• Melatih kerjasama vaksin measles medis mengenai mengenai vaksin
tim dalam rubella di Indonesia vaksin measles measles rubella di
penyusunan suatu rubella di Indonesia Indonesia.
makalah • Menambah
• Menambah pengetahuan bagi
pengetahuan dokter tentang aspek
mengenai aspek hukum, agama,
hukum, medis, medik dan etika
agama, dan etika mengenai vaksin
pada vaksin measles measles rubella di
rubella. Indonesia
Aspek TINJAUAN PUSTAKA
Medis

Definisi:
Menurut Permenkes RI vaksin adalah produk biologi yang berisi
antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, atau hidup di
lemahkan, utuh atau sebagian, atau berupa toksin
mikroorganisme yang telah diolah menajdi toksoid atau protein
rekombinan
Cara Pemberian Vaksin Measles
Rubella

Menggunakan alat suntik sekali pakai (autodisable syringe/ADS) 0,5 ml.

Pengambilan vaksin yang telah dilarutkan dengan jarum mengarah


ke bawah
Bersihkan kulit tempat pemberian suntikan dengan
kapas kering
Pada otot deltoid, dosis pemberian adalah 0,5 ml
diberikan secara subkutan (sudut kemiringan
penyuntikan 45o.
Jarum ditarik keluar, kemudian ambil
kapas kering baru lalu ditekan pada
bekas suntikan
Manfaat ▫ Mencegah penyebaran penyakit
Pemberian ▫ Melindungi dari risiko kematian dan cacat
▫ Menghemat waktu dan biaya
Vaksin Measles
Rubella
Efek Samping Pemberian
Vaksin Measles Rubella

Pada anak-anak menimbulkan rasa nyeri atau ruam pada kulit di area yang disuntik. reaksi
pasca imunisasi:

Demam Anak
Kemeraha
ringan- Bengkak menjadi
n
tinggi rewel
ASPEK MEDIKOLEGAL PADA PEMBERIAN VAKSINUndang-Undang
Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009

Pasal “Pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap


130
kepada setiap bayi dan anak”

Setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar


Pasal sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk
132 (3) mencegah terjadinya penyakit yang dapat dihindari
melalui imunisasi.

Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis-jenis imunisasi


Pasal dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan
132 (4) dengan Peraturan Menteri
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit
sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak
akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.

Peraturan Menteri Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa
Kesehatan mikroorganisme yang sudah mati atau masih hidup yang
dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, atau berupa toksin
Republik mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid atau protein
rekombinan, yang ditambahkan dengan zat lainnya, yang bila
Indonesia diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan
spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.
Nomor 12 Tahun
2017
Imunisasi Program adalah imunisasi yang diwajibkan kepada
seseorang sebagai bagian dari masyarakat dalam rangka
melindungi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Pada pasal 1 ayat 1-4

Imunisasi Pilihan adalah imunisasi yang dapat diberikan kepada


seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi
yang bersangkutan dari penyakit tertentu
Pasal 4 Pasal 6

(1) Imunisasi Program terdiri atas: (1) Imunisasi dasar sebagaimana


Imunisasi rutin; dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2)
diberikan pada bayi sebelum berusia 1
Imunisasi tambahan; dan (satu) tahun.
Imunisasi khusus
(2) Imunisasi dasar sebagaimana
(2) Imunisasi Program harus diberikan dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
sesuai dengan jenis Vaksin, jadwal atau Imunisasi terhadap penyakit: hepatitis B;
waktu pemberian yang ditetapkan dalam poliomyelitis; tuberkulosis; difteri;
Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi pertusis; tetanus; pneumonia dan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran meningitis yang disebabkan oleh
yang merupakan bagian tidak terpisahkan Hemophilus Influenza tipe b (Hib); dan
dari Peraturan Menteri ini. campak.
Pasal 7
1)(1) Imunisasi lanjutan 1)(3) Imunisasi lanjutan
(2) Imunisasi lanjutan
sebagaimana dimaksud yang diberikan pada Baduta
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (2) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diberikan
merupakan ulangan pada ayat (2) huruf a terdiri
pada:
Imunisasi dasar untuk atas Imunisasi terhadap
mempertahankan tingkat a. anak usia bawah dua penyakit difteri, pertusis,
kekebalan dan untuk tahun; tetanus, hepatitis B,
memperpanjang masa b. anak usia sekolah dasar; pneumonia dan meningitis
perlindungan anak yang dan yang disebabkan oleh
sudah mendapatkan Hemophilus Influenza tipe b
c. wanita usia subur (WUS). (Hib), serta campak.
Imunisasi dasar.

(6) Imunisasi lanjutan yang (5) Imunisasi lanjutan yang


diberikan pada WUS diberikan pada anak usia 1)(4) Imunisasi lanjutan
sebagaimana dimaksud sekolah dasar sebagaimana yang diberikan pada anak
pada ayat (2) huruf c terdiri dimaksud pada ayat (4) usia sekolah dasar
atas Imunisasi terhadap diberikan pada bulan sebagaimana dimaksud
penyakit tetanus dan imunisasi anak sekolah pada ayat (2) huruf b terdiri
difteri.” (BIAS) yang diintegrasikan atas Imunisasi terhadap
dengan usaha kesehatan penyakit campak, tetanus,
sekolah. dan difteri.
Pasal 9
Imunisasi khusus dilaksanakan untuk melindungi
seseorang dan masyarakat terhadap penyakit tertentu pada
situasi tertentu.

Situasi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


berupa persiapan keberangkatan calon jemaah haji/umroh,
persiapan perjalanan menuju atau dari negara endemis
penyakit tertentu, dan kondisi kejadian luar biasa/wabah
penyakit tertentu.

Imunisasi khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


berupa Imunisasi terhadap meningitis meningokokus,
yellow fever (demam kuning), rabies, dan poliomyelitis.

Menteri dapat menetapkan situasi tertentu pada Imunisasi


khusus selain situasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
Pasal 11 ayat 1:

1) Imunisasi Pilihan dapat berupa Imunisasi terhadap penyakit:


pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh pneumokokus;
diare yang disebabkan oleh rotavirus;
influenza;
cacar air (varisela);
gondongan (mumps);
campak jerman (rubela);
demam tifoid;
hepatitis A;
kanker leher rahim yang disebabkan oleh Human Papillomavirus;
Japanese Enchephalitis;
herpes zoster;
hepatitis B pada dewasa; dan
demam berdarah. “
ASPEK HUKUM INFORMED CONSENT

• PEMENKES NO.290/MENKES/PER/III/2008
• Hukum perdata: pasal 1365 kitab Undang-Undang Hukum Perdata
• Hukum perdana: pasal 351 kitab Undang-Undang Hukum Pidana

• Kodeki pasal 5
• Berdasarkan UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 45 dan Pasal 25 huruf d dan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1419/Menkes/Per/X/2005 tentang Penyelenggaraan Praktik Dokter
dan Dokter Gigi Pasal 17

Di Indonesia, yang menjadi dasar hukum dalam persetujuan tindakan medik:


• Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
• Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
• UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
• Permenkes RI Nomor 1419/Menkes/Per/X/2005 tentang penyelenggaraan praktik dokter
• Permenkes RI Nomor 585/Men.Kes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medik
• Permenkes RI Nomor 749a/Men.Kes/Per/XII/1989 tentang Rekam Medik/ Medical Record
Pembahasan contoh kasus 1

Salah satu tokoh yang terkenal karena sikapnya menolak vaksinasi adalah Sherri Tenpenny, dokter
osteopati dari Ohio, Amerika Serikat. Di dalam negeri, berbagai pendapat terkait vaksinasi banyak
disuarakan oleh berbagai lapisan masyarakat, terutama dokter-dokter. Suara-suara tersebut pun
terbelah dengan argumentasinya masing-masing. Salah satu yang cukup mengundang perhatian
masyarakat datang dari dr. Susilorini, M.Si.Med, SpPA,
“jika kuman yang disuntikkan dalam tubuh seseorang dengan daya tahan tubuh yang menurun maka
kuman/virus tersebut menjadi aktif bahkan menginfeksi tubuh yang menerima vaksin tersebut.”
Menolak Vaksin Melanggar Hukum

• Menurut Direktur Surveilens dan Karantina Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemkes),


UUD 1945, UU Perlindungan Anak, dan UU Kesehatan beserta turunannya menjamin hak anak
untuk mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
• Lebih dalam lagi, pada pasal 131 Bab VII UU No. 36 Tahun 2009
• UU No. 4 tahun 1984 pasal 14 tentang penanggulangan wabah
• Permenkes 12/2017 yang menyebutkan bahwa imunisasi program adalah wajib dan
merupakan hak anak.
Penalti bagi Pelanggar Hukum

Dokter yang menjalankan propaganda antivaksin dapat dijerat dengan


berbagai pasal secara hukum. Selain itu, dokter yang bersangkutan juga
dapat diberi sanksi berupa pembekuan surat izin praktek dan surat tanda
registrasi sebagai seorang dokter oleh IDI.
PEMBAHASAN CONTOH KASUS 2

Ada 133 laporan kejadian pasca imunisasi atau efek samping


imunisasi, dari total 86.000 sasaran yang telah diimunisasi MR.
"Dari 125 laporan efek samping ringan mulai dari demam, muntah
dan diare yang cukup diberikan obat, dapat sembuh. Sementara 8
sasaran yang rata-rata balita, terpaksa dirawat di puskesmas atau
rumah sakit karena mengalami penurunan kondisi tubuh.
Dari segi medis
• Pemberian vaksin memiliki efek samping yang dapat menimbulkan ketidaknyaman bagi mereka,
seperti timbulnya rasa nyeri atau ruam pada kulit di area yang disuntik.
• Selain itu, ada pula reaksi pasca imunisasi berupa demam ringan sampai tinggi, bengkak,
kemerahan, dan anak menjadi rewel. Umumnya gejala tersebut akan hilang dalam 3-4 hari,
walaupun terkadang ada pula yang berlangsung lebih lama
Dari segi hukum
• Dijelaskan pada UU Dasar 1945 Pasal 28B (2) “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”
• Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) no. 585 tahun 1989
• Pasal 1 ayat a
• Pasal 4 ayat 1
• Pasal 2 ayat 2
• Pasal 13
• Pasal 14
Pro dan Kontra Permasalahan Vaksin

Aspek
Agama

Kejadian KIPI dihubungkan dengan


kandungan berbahaya pada vaksin

Penyelanggaraan vaksin menghadapi


penolakan berbagai pihak pada
beberapa daerah di Indonesia
Aspek Etika

Kodeki pasal 12 tahun 2012:


“Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter wajib
memperhatikan keseluruhan aspek pelayanan kesehatan
(promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative), baik fisik
maupun psiko-social-kultural pasiennya serta berusaha menjadi
pendidik dan pengabdi sejati masyarakat."
Kesimpulan
• Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme yang
sudah mati atau masih hidup yang dilemahkan, masih utuh atau bagiannya yang
telah diolah dan ditambahkan dengan zat lainnya, yang diberikan kepada seseorang
akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.
• Vaksin MR memiliki aspek hukum yang diatur dalam Undang-undang RI, Peraturan
Mentri Kesehatan Republik Kesehatan Indonesia
• Dokter terikat oleh lafal sumpah dokter dan perkuat oleh pasal 12 pada Kode Etik
Kedokteran Indonesia (Kodeki) Tahun 2012 tentang Pelayanan Kesehatan Holistik,
bahwa dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter wajib memperhatikan seluruh
aspek pelayanan baik fisik maupun psiko-sosial-kultural pasiennya, serta berusaha
menjadi pendidik dan pengabdi sejati masyarakat
• Penggunaan vaksin MR dilihat dari aspek agama khususnya islam masih menuai
banyak pro dan kontra. Majelis Ulama Indonesia (MUI) baru saja mengeluarkan fatwa
yang memutuskan memperbolehkan penggunaan vaksin Measles Rubella (MR)
digunakan meski mengandung babi dalam proses produksinya.
Saran
• Sebelum melakukan vaksinasi MR, masyarakat
hendaknya mengetahui efek samping dan
Bagi manfaatnya

masyarakat • Masyarakat dapat lebih memahami dan berpikiran


lebih terbuka mengenai vaksin MR yang bertujuan
memutus transmisi penularan virus campak dan
rubella

• Tenaga kesehatan diharapkan memberikan


penjelasan dan meminta persetujuan kepada
Bagi pasien yang akan melakukan vaksinasi

tenaga kesehatan • Pemerintah diharapkan dapat mensosialisasikan


program kampanye vaksin MR kepada masyarakat
luas

Anda mungkin juga menyukai