Anda di halaman 1dari 48

KEMENTERIAN KEUANGAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

OVERVIEW
PAJAK PENGHASILAN DI INDONESIA
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

PRINSIP & METODE


Pajak Penghasilan Badan
(The priciple and method of Corporate Income Taxation)
WAJIB PAJAK BADAN
(corporation)

Sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan


baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan
usaha yang meliputi :
Perseroan Terbatas (PT), perseroan komanditer (CV),
perseroan lainnya, badan usaha milik negara (BUMN), badan
usaha milik dearah (BUMD), firma, kongsi, koperasi, dana
pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa,
organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan
bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan
bentuk usaha tetap (BUT).

(Penjelasan Pasal 2 ayat (1) huruf b UU PPh)

Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


Pemajakan atas korporasi

 Orang pribadi (individual) dan badan (corporation) merupakan


dua subjek pajak yang berbeda dan atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh oleh orang pribadi (individual income)
dan korporasi (corporation income) tersebut dikenakan pajak
secara terpisah.

 Dari legal perspective pemajakan terhadap korporasi dan


pemegang sahamnya secara terpisah tersebut dapat dibenarkan
karena secara hukum kedudukan perseroan dan pemegang
saham adalah berbeda (separate legal entity)

Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


No Integration System

Korporasi dipandang sebagai entitas (legal) yang


terpisah dengan pemegang sahamnya, sehingga laba
korporasi dikenakan pajak tersendiri dan terpisah dari
pemegang sahamnya (classical system).
UU PPh tidak memperkenankan :

Keringanan dividen (dividend relief) pada tingkat korporasi


dilakukan dengan cara mengurangkan dividen terhadap
penghasilan kena pajak korporasi.
(dividend-deduction system)

Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


Pengecualian Obyek Pajak atas
intercorporate dividend

 Indonesia, dalam UU PPh yang berlaku, menyediakan fasilitas pengecualian obyek


pajak terhadap dividen antarkorporasi (intercorporate dividend) yang memenuhi
persyaratan tertentu sehingga efek overtaxation sistem klasikal sedikit dieliminasi.
Ketentuan itu terdapat dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f yang mengatur bahwa
“dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai
Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha
milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia dengan syarat:
 dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
 bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah
yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen
paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;”.
 Dengan demikian distribusi dividen kepada pemilik tidak dikenakan pajak di tingkat
pemegang saham dan tidak ada kewajiban pemotongan pajak bagi pihak korporasi
atas pembayaran dividen tadi kepada pemegang saham.

Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


Pengecualian Obyek Pajak atas
bagian laba

Pasal 4 ayat 3 huruf (i) :


bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-
saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk
pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;

Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


Sistem pemajakan dividen
menurut ketentuan UU PPh

 Beberapa poin penting dalam ketentuan UU PPh yang perlu mendapat catatan dalam
kaitannya dengan sistem pemajakan korporasi dan dividen, adalah bahwa: (i) tarif PPh
badan menjadi tarif tunggal (flat rate) dan diturunkan menjadi 28% di tahun 2009 dan
menjadi 25% di tahun 2010; (ii) bagi WP badan berskala kecil (UMKM) diberikan
fasilitas pengurangan tariff sebesar 50% dari tarif normal untuk peredaran bruto
sampai dengan Rp 4.800.000.000,-; (iii) bagi perusahaan yang masuk bursa (go public)
diberikan penurunan tarif sebesar 5% dari tarif normal dengan beberapa persyaratan,
diantaranya minimal 40% sahamnya dimiliki oleh masyarakat; (iv) dividen yang
diterima oleh WPOP diturunkan menjadi setinggi-tingginya 10% dan bersifat final; (v)
pembebasan pajak atas intercorporate dividend dalam kerangka Pasal 4 ayat (3) huruf f
tidak lagi mensyaratkan adanya usaha aktif bagi pemegang saham; dan (vi) penurunan
tarif pajak bagi WPOP menjadi maksimal 30% untuk penghasilan kena pajak di atas Rp
500.000.000,- dan menyederhanakannya menjadi 4 lapisan tarif dari semula 5 lapis.

Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


Sistem pemajakan dividen
menurut ketentuan UU PPh

 Dalam kaitannya dengan pemajakan atas dividen yang diterima dari korporasi kepada
pemiliknya yang berstatus Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP), maka pihak korporasi
hanya berkewajiban untuk melakukan pemotongan pajak sebesar 10% dan bersifat
final. Pengenaan bersifat final memiliki pengertian bahwa pajak yang dipotong
korporasi tadi tidak dapat dijadikan sebagai kredit oleh pemegang saham dan dividen
tersebut tidak perlu lagi digabung (digunggung) pada saat pemegang saham WPOP
tersebut menghitung pajak penghasilan terutangnya di akhir tahun (no combination of
income, no tax credit).
 Akan halnya dengan pemilik korporasi yang berstatus WP badan, fasilitas pengecualian
intercorporate dividend sebagai obyek pajak tetap dipertahankan bahkan diberikan
kelonggaran karena satu persyaratan yang sering menimbulkan konflik dalam praktik
di lapangan, yaitu persyaratan menjalankan usaha aktif bagi pemegang saham, telah
dihapus. Dengan perubahan ini persyaratan pembebasan pajak atas dividen
antarkorporasi menjadi semakin ringan.

Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


Penyajian Laporan Laba Rugi
Single Step Income Statement
 Pendapatan xxx
 Biaya dan beban:
– Beban pokok penjualan xxx
– Beban pemasaran dan administrasi xxx
– Beban bunga xxx
– Penghasilan/beban lain (net) xx
(xxx)
 Laba sebelum pajak xxx
 Pajak (xxx)
 Laba bersih setelah pajak (xxx)

Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


Multiple Step Income Statement
 Pendapatan:
– Segmen A xxx
– Segmen B xxx
Total Pendapatan xxx
 Beban Pokok (Cost):
– Segmen A (xxx)
– Segmen B (xxx)
Total Beban Pokok (xxx)
 Laba kotor xxx
 Beban operasi
– Beban pemasaran, umum dan administrasi xxx
– Beban penelitian xxx
Total Beban Operasi (xxx)
 Laba operasi xxx
 Penghasilan lain xxx
 Beban Bunga (xxx)
 Laba sebelum pajak xxx
 Pajak (xxx)
 Laba bersih setelah pajak (xxx)

Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


Prinsip-prinsip dalam memahami
corporate income tax

Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


Prinsip-prinsip dalam memahami
corporate income tax
 Dalam pembahasan prinsip PPh , digunakan istilah (terminology) dari disiplin ilmu
lain misalnya akuntansi, hal ini akan mempermudah Wajib Pajak dalam menjalankan
kewajiban PPh nya :
A. Prinsip Penghasilan Tambahan Kemampuan Ekonomis (income is in addition to the
economic capacity)
B. Prinsip Domisili (Domicile Principle)
C. Prinsip Penghasilan Global (World Wide Income Concept)
D. Prinsip 3M (Matching Cost Principle)
E. Prinsip Penghasilan Kena Pajak dan Beban (Taxability and Deductibility Principle)
F. Prinsip Satu Kesatuan Ekonomi (Economic Unity Principle)
G. Prinsip Konsolidasi (Consolidation Principle)
H. Prinsip Harga Wajar (Arms Length Principle)
I. Prinsip Integrasi (Integration Principle)
J. Prinsip Pelaporan secara benar, jelas dan lengkap (True, Clear and Complete
Presentation Principle)
Ditjen Pajak__KP2KP Malinau
A. Prinsip Penghasilan Tambahan Kemampuan Ekonomis
(income is in addition to the economic capacity)

Sesuai dengan ketentuan, konsep penghasilan (income) didasari oleh


pendekatan ekonomi dan bukan akuntansi. Pengertian penghasilan menganut
arti yang luas yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis dalam nama dan
bentuk apapun yang diperoleh atau diterima oleh subyek pajak baik yang
bersumber dari dalam negeri (on shore) maupun luar negeri (off shore).

Operasionalisasi konsep penghasilan dijabarkan lebih lanjut di dalam jenis-jenis


penghasilan yang terutang pajak.
Misalnya adalah penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan,
penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta, penghasilan dari laba usaha,
dll.

Pasal 4 ayat (1) UU PPh

Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


B. Prinsip Domisili (Domicile Principle)

 Indonesia menganut prinsip domisili untuk menentukan status penduduk dari


WP. Secara umum dapat dijelaskan bahwa kriteria penentuan status
penduduk di atas adalah tempat tinggal atau domisili (khusus untuk orang
pribadi) dan tempat didirikan atau tempat kedudukan manajemen (khusus
untuk badan).

Diklasifikasikan sebagai WP dalam negeri (resident taxpayer) apabila ia


memenuhi syarat kuantitatif (quantitative) atau kualitatif (qualitative). Yang
dimaksud dengan syarat kuantitatif adalah apabila WP bertempat tinggal atau
berdomisili di Indonesia dalam jangka waktu lebih dari 183 hari dalam 12
bulan maka ia diperlakukan sebagai WP dalam negeri. Syarat alternatif lainnya
adalah syarat kualitatif artinya ia diperlakukan sebagai WP dalam negeri bila
ia berniat untuk tinggal di Indonesia dalam suatu tahun pajak. Apabila kedua
syarat di atas tidak dipenuhi maka WP diklasifikasikan sebagai subjek pajak
luar negeri (non resident taxpayer).

Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


B. Prinsip Domisili (Domicile Principle) –lanjutan

 Penentuan status penduduk dari WP perlu diketahui untuk menentukan apa


yang menjadi kewajibannya. Secara umum dapat dijelaskan perbedaan
kewajiban WP dalam negeri dan Wajib Pajak luar negeri yaitu sebagai berikut:

WP dalam negeri wajib (resident taxpayer):


Mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP
Melaporkan SPT PPh Tahunan;
Melaporkan penghasilan global;

WP luar negeri (non resident taxpayer):


Tidak wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP;
Tidak wajib melaporkan SPT PPh Tahunan;
Hanya penghasilan yang bersumber dari Indonesia yang terutang pajak.

Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


C. Prinsip Penghasilan Global
(World Wide Income Principe)

 Sesuai dengan prinsip sovereignty, suatu negara memiliki kewenangan yang


luas untuk menentukan cakupan pemajakan terhadap penghasilan yang
diperoleh atau diterima oleh penduduknya (resident taxpayer). Cakupan
pemajakan atas seluruh penghasilan baik yang berasal dari dalam negeri (on
shore income) dan luar negeri (off shore income) yang diperoleh atau
diterima penduduknya disebut sebagai pemajakan atas penghasilan global
(world wide income).

Sebaliknya apabila cakupan pemajakan dibatasi hanya atas penghasilan yang


bersumber dari Negara tersebut disebut sebagai pemajakan atas penghasilan
domestic (territorial income).

Sesuai dengan ketentuan peraturan PPh, terhadap penghasilan WP dalam


negeri dikenakan pemajakan atas penghasilan global dan sebaliknya terhadap
WP luar negeri dikenakan pemajakan atas penghasilan domestik.

Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


D. Prinsip 3M
(Matching Cost Principle)

Sesuai dengan prinsip 3M (Mendapatkan,


Menagih dan Memelihara) penghasilan, beban
(expenses) yang dapat dikurangkan atas
penghasilan (deductible expenses) dalam rangka
menentukan penghasilan kena pajak (taxable
income) adalah beban yang timbul dalam
hubungannya dengan penghasilan (match and
link).

Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


E. Prinsip Penghasilan Kena Pajak dan Beban
(Taxability and Deductibility Principle)
 Dalam suatu transaksi akan melibatkan lebih dari satu pihak (parties) dan bila
satu pihak membukukan sebagai penghasilan maka pihak lainnya akan
membukukan sebagai beban. Misalnya, pada transaksi pembayaran gaji, pihak
pemberi kerja akan membukukannya sebagai beban gaji sedangkan
karyawan/ pegawai akan memperlakukan imbalan gaji tersebut sebagai
penghasilan.

Sebaliknya, bila pihak yang satu tidak membukukan sebagai penghasilan kena
pajak maka pihak lawan transaksinya akan membukukan sebagai bukan beban
(non deductible expenses).

Misalnya, pada transaksi pemberian imbalan dalam bentuk natura dan


kenikmatan (fringe benefits) kepada karyawan/pegawai, dianggap bukan
sebagai penghasilan kena pajak (non obyek pajak) bagi karyawan/pegawai
dan tidak dapat dibebankan oleh pemberi kerja.

Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


F. Prinsip Satu Kesatuan Ekonomi
(Economic Unity Principle) PPh OP
Sesuai dengan Prinsip Satu Kesatuan Ekonomi, penghasilan istri
merupakan bagian dari penghasilan suami untuk tujuan
penghitungan penghasilan kena pajak.

Penghasilan istri tidak digunggung dengan penghasilan suami


apabila penghasilan yang diperoleh atau diterima si istri berasal
dari pekerjaan (employment income) dan atas penghasilan
tersebut telah dipotong PPh Pasal 21 oleh pemberi kerjanya
(employer).

Penghasilan yang diperoleh atau diterima oleh anak yang belum


dewasa juga digabungkan dengan penghasilan orang tuanya.

Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


G. Prinsip Konsolidasi
(Consolidation Principle)

Sesuai dengan Prinsip Konsolidasi, hasil usaha cabang (branch)


dapat digunggungkan dengan penghasilan yang diperoleh atau
diterima oleh Kantor Pusatnya untuk menghitung penghasilan
kena pajak. Pengecualian penerapan prinsip ini berlaku apabila :
terjadi rugi usaha yang diderita cabang di luar negeri.

Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


H. Prinsip Harga Wajar
(Arms Length Principle)

Sesuai dengan prinsip harga wajar, transaksi yang terjadi


antara 2 (dua) pihak atau lebih dibukukan berdasarkan
harga wajar yaitu harga yang seharusnya terjadi apabila
transaksi tersebut dilakukan oleh pihak-pihak yang bebas
(independent parties).

Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


Ditjen Pajak__KP2KP Malinau
RELATED PARTIES

Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung


paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain;
hubungan antara Wajib Pajak dengan penyertaan paling rendah 25% (dua
puluh lima persen) pada dua Wajib Pajak atau lebih; atau hubungan
diantara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir

Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


RELATED PARTIES

Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau


lebih Wajib Pajak berada di bawah penguasaan yang sama
baik langsung maupun tidak langsung

Penguasaan
Teknololgi

Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


RELATED PARTIES

Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun


semenda dalam garis keturunan lurus dan/atau ke samping
satu derajat

Hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat


adalah ayah, ibu, dan anak, sedangkan hubungan keluarga sedarah
dalam garis keturunan ke samping satu derajat adalah saudara.
Kemudian, yang dimaksud dengan keluarga semenda dalam garis
keturunan lurus satu derajat adalah mertua dan anak tiri, sedangkan
hubungan keluarga semenda dalam garis keturunan ke samping satu
derajat adalah ipar. Apabila antara suami istri mempunyai perjanjian
pemisahan harta dan penghasilan, maka hubungan antara suami istri
tersebut termasuk dalam pengertian hubungan istimewa

Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


PROBLEM & SOULUSI HUBUNGAN ISTIMEWA

Penghasilan dilaporkan kurang dari semestinya ataupun pembebanan biaya


melebihi dari yang seharusnya

SOLUSI

Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


SOLUSI HUBUNGAN ISTIMEWA

1. Metode perbandingan harga antara pihak yang independen (comparable


uncontrolled price method),
Penentuan Harga Transfer yang dilakukan dengan membandingkan harga dalam transaksi yang dilakukan antara
pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa dengan harga dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak
yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa dalam kondisi atau keadaan yang sebanding.

2. Metode harga penjualan kembali (resale price method),


Penentuan Harga Transfer yang dilakukan dengan membandingkan harga dalam transaksi suatu produk yang dilakukan antara pihak-
pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa dengan harga jual kembali produk tersebut setelah dikurangi laba kotor wajar, yang
mencerminkan fungsi, aset dan risiko, atas penjualan kembali produk tersebut kepada pihak lain yang tidak mempunyai Hubungan
Istimewa atau penjualan kembali produk yang dilakukan dalam kondisi wajar

3. Metode biaya-plus (cost-plus method),


Cost Plus Pricing adalah penentuan harga jual dengan cara menambahkan laba yang diharapkan di atas biaya penuh
masa yang akan datang untuk memproduksi dan memasarkan produk. Harga jual berdasarkan Cost PIus Pricing
dihitung dengan rumus, yaitu : Harga Jual = Taksiran Biaya penuh + Laba yang Diharapkan.
Kondisi yang tepat dalam menerapkan Metode Biaya-Plus (Cost Plus Method) antara lain adalah:
a. barang setengah jadi dijual kepada pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa;
b. terdapat kontrak/perjanjian penggunaan fasilitas bersama (joint facility agreement) atau kontrak jual-beli
jangka panjang (long term buy and supply agreement) antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa;
atau
c. bentuk transaksi adalah penyediaan jasa. Ditjen Pajak__KP2KP Malinau
SOLUSI HUBUNGAN ISTIMEWA

atau metode lainnya seperti


i. Metode pembagian laba (profit split method)
Penentuan Harga Transfer berbasis laba transaksional (transactional profit method) yang dilakukan dengan
mengidentifikasi laba gabungan atas transaksi afiliasi yang akan dibagi oleh pihak-pihak yang mempunyai
Hubungan Istimewa tersebut dengan menggunakan dasar yang dapat diterima secara ekonomi yang
memberikan perkiraan pembagian laba yang selayaknya akan terjadi dan akan tercermin dari kesepakatan
antar pihak-pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa

ii. Metode laba bersih transaksional (transactional net margin method).


Penentuan Harga Transfer yang c dilakukan dengan membandingkan persentase
laba bersih operasi terhadap biaya, terhadap penjualan, terhadap aktiva, atau
terhadap dasar lainnya atas transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai
Hubungan Istimewa dengan persentase laba bersih operasi yang diperoleh atas
transaksi sebanding dengan pihak lain yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa
atau persentase laba bersih operasi yang diperoleh atas transaksi sebanding yang
dilakukan oleh pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa lainnya.

Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


EFEK DER

Terdapat penyertaan modal secara terselubung, dengan


menyatakan penyertaan modal tersebut sebagai utang maka
Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan utang
tersebut sebagai modal perusahaan.
Penentuan tersebut dapat dilakukan, misalnya melalui indikasi
mengenai perbandingan antara modal dan utang yang lazim
terjadi di antara para pihak yang tidak dipengaruhi oleh hubungan
istimewa atau berdasar data atau indikasi lainnya.
Dengan demikian, bunga yang dibayarkan sehubungan dengan
utang yang dianggap sebagai penyertaan modal itu tidak
diperbolehkan untuk dikurangkan, sedangkan bagi pemegang
saham yang menerima atau memperoleh bunga tersebut dianggap
sebagai dividen yang dikenai pajak.
Ditjen Pajak__KP2KP Malinau
I. Prinsip Integrasi
(Integration Principle)
Prinsip integrasi diterapkan terhadap pemajakan atas dividen. Sesuai dengan prinsip ini,
dividen yang dibayarkan oleh perusahaan investee kepada perusahaan investor tidak
terutang PPh karena dividen yang dibayarkan tersebut sebenarnya telah dikenakan pajak
di perusahaan investee. Penerapan prinsip ini dimaksudkan untuk mencegah pengenaan
pajak berganda (double taxation).

Sesuai dengan ketentuan PPh, prinsip ini dapat diterapkan apabila memenuhi 2 (dua)
syarat kumulatif yaitu (i) dividen timbul dari penyertaan sekurang-kurangnya 25% pada
perusahaan investee, (ii) dividen yang dibagikan berasal dari cadangan laba.

Selain itu, prinsip klasik (classical principle) diterapkan apabila kedua syarat kumulatif di
atas tidak dipenuhi. Sesuai dengan prinsip klasik, pembagian dividen kepada pemegang
saham (shareholders) dikenakan pajak.

Exception : Dalam UU PPh , pajak yang dibayar dimuka (prepaid tax) tidak dapat
dikreditkan oleh penerima penghasilan dividen (beneficial owner) terhadap PPh yang
terutang di akhir tahunkarena bersifat final 10 %. (bo-nya ORANG PRIBADI)

Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


J. Prinsip Pelaporan secara benar, jelas dan lengkap
(True, Clear and Complete Presentation Principle)

Sesuai dengan prinsip ini, untuk tujuan perpajakan WP wajib menghitung,


mengisi dan melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) baik Masa dan Tahunan
secara benar, jelas dan lengkap. SPT yang dilaporkan berisikan informasi yang
sebenarnya mengenai keadaan WP untuk tujuan perpajakan. Selain itu,
informasi mengenai keadaan WP disajikan secara transparan dalam SPT.
SPT yang disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pajak harus lengkap yaitu :
(i) pengisian SPT sesuai dengan buku pedoman pengisian SPT,
(ii) SPT yang disampaikan disertai dengan lampiran-lampirannya,
(iii) SPT telah ditandatangani dan
(iv) apabila diwakilkan maka harus disertai dengan surat kuasa (power of
attorney).

Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


Metode Pajak Penghasilan
1. Gross Method
2. Net Method
3. Gross Up Method
4. Ordinary Credit- Per Country Limitation Method
5. FIFO and Average Method
6. Perpetual Method
7. Depreciation Method
8. Loss Carried Forward Method
9. Direct Method and Allowance Method
10. Cost Method and Book Value Method
11. Fixed and Fluctuated Exchange of Rate
12. Deferred and Amortization Method
13. Market Value and Book Value Method

Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


1. Gross Method

Dalam menentukan dasar pengenaan pajak (tax base),


dapat digunakan jumlah bruto (gross method),
misalnya adalah nilai transaksi. Penggunaan gross
method sering dijumpai pada penghasilan yang
dikenakan PPh final (Ps 4 ayat (2) UU PPh). Misalnya :
 PPh atas bunga deposito dan tabungan;
 PPh atas penghasilan sewa tanah dan atau bangunan;
 PPh atas penghasilan dari jasa konstruksi

Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


2. Net Method

 Metode Neto (Net Method) yaitu dasar pengenaan pajak adalah


sebesar jumlah bruto dikurangi dengan beban yang
diperkenankan (deductible expenses). Penggunaan metode
netto ini digunakan di dalam menentukan penghasilan kena
pajak (taxable income).
 Misal :
– PPh Badan
– PPh OP
– PPh Pasal 21

Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


3. Gross Up Method
 Penggunaan Gross up Method dimaksudkan untuk membebankan beban
pajak yang timbul. Pada umumnya terjadi pada transaksi pembayaran bunga
kepada WP luar negeri.

Berhubung sesuai dengan perjanjian pinjaman, WP luar negeri akan


menerima bersih jumlah bunga dan dibebaskan dari segala pungutan
termasuk pajak maka biaya bunga di gross up sehingga jumlahnya sebesar
biaya bunga plus beban pajak. Konsekuensinya biaya bunga yang telah di
gross up merupakan dasar pengenaan pajak.

Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


4. Ordinary Credit- Per Country Limitation Method

 Sebagai imbangan diterapkannya World Wide Income Principle, atas pajak


yang telah dibayar di luar negeri sehubungan dengan penghasilan luar negeri
yang diperoleh atau diterima, dapat dikreditkan dengan PPh yang terutang di
akhir tahun.

Namun jumlah pajak yang telah dibayar di luar negeri yang dapat dikreditkan
(creditable) tidak boleh melebihi batas maksimum yang diperkenankan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Penentuan besarnya batas maksimum
dilakukan per negara.

Pasal 24 UU PPh

Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


5. FIFO and Average Method

Untuk menilai persediaan digunakan salah satu dari


kedua metode penilaian persediaan (FIFO atau
Average) dan dilakukan secara konsisten. Metode ini
diperkenalkan dan diuraikan dalam ketentuan Pasal 10
ayat (6) UU PPh.

Pasal 10 (6) UU PPh :


Persediaan dan pemakaian persediaan untuk penghitungan harga pokok dinilai
berdasarkan harga perolehan yang dilakukan secara rata-rata atau dengan cara
mendahulukan persediaan yang diperoleh pertama.

Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


6. Perpetual Method

Dalam rangka membukukan persediaan digunakan


metode perpetual. Dengan metode ini dapat
menyajikan keterangan mengenai persediaan dan harga
pokok penjualan secara terus menerus tanpa
inventarisasi. Sistem perpetual tidak menggunakan cara
penaksiran dalam menghitung nilai persediaan.

Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


7. Depreciation Method

 Metode alokasi harga perolehan aktiva berwujud (fixed assets)


ke dalam tahun-tahun pajak yang menikmatinya yang
diperkenankan sesuai dengan Undang-Undang PPh adalah garis
lurus (straight line) atau saldo menurun (double declining
balance).
 Khusus untuk aktiva berwujud yang diklasifikasikan sebagai
bangunan, metode penyusutan yang diperbolehkan hanya
metode garis lurus.
 Penerapan metode penyusutan yang dipilih harus dilakukan
secara taat asas (konsisten).

Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


8. Loss Carried Forward Method

 Rugi usaha yang diderita oleh WP dapat dikompensasikan


dengan laba usaha tahun pajak berikutnya. Jangka waktu
kompensasi kerugian adalah selama 5 (lima) tahun sejak tahun
rugi usaha terjadi. Apabila setelah 5 (lima) tahun terdapat sisa
rugi yang belum habis terkompensasi maka sisanya tersebut
tidak dapat lagi dikompensasi ke tahun berikutnya (statutory
limitation).

Pasal 6 ayat (2) UU PPh

Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


9. Direct Method and Allowance Method

 Pada hakekatnya, ketentuan perpajakan tidak menganut metode


pencadangan (allowance method) untuk penyajian Piutang
Usaha pada neraca (balance sheets). Piutang yang benar-benar
tidak dapat ditagih yang diperbolehkan untuk dihapuskan (write
off).
Pemupukan dana cadangan hanya berlaku untuk :
– cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa
guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang;
– usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial;
– penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
– biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
– biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
– biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan limbah
industri,

» yang ketentuan dan syarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
Ditjen Pajak__KP2KP Malinau
10. Cost Method and Book Value Method

 Pada hakikatnya, pembukuan atas suatu transaksi berdasarkan


nilai historis. Misalnya, perusahaan yang melakukan pembelian
mesin akan mencatatnya sebesar harga perolehannya. Harga
perolehan aktiva tetap itu dialokasikan kedalam tahun -tahun
pajak yang menikmatinya. Sehingga pada akhir tahun mesin
tersebut disajikan sebesar nilai bukunya yaitu selisih positif
antara harga perolehan dan akumulasi penyusutan.

Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


11. Fixed and Fluctuated Exchange of Rate

 Dalam rangka membukukan selisih kurs yang timbul akibat perbedaan nilai
tukar awal dan nilai tukar akhir antara rupiah dengan mata uang asing, dapat
dibukukan sesuai dengan metode pembukuan yang dianut yaitu sesuai
dengan kurs tetap atau kurs fluktuasi.

Sesuai dengan metode kurs tetap, pengakuan keuntungan atau rugi selisih
kurs pada saat realisasi. Sedangkan sesuai dengan metode fluktuasi,
keuntungan atau rugi selisih kurs timbul saat akhir tahun dengan
membandingkan kurs tengah akhir tahun dengan kurs awal tahun atau kurs
saat terjadinya bila timbul pada tahun berjalan.

Pemilihan metode pembukuan selisih kurs ini harus dilakukan dengan


konsisten dan taat azas.

Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


12. Deferred and Amortization Method

 Pengeluaran yang memiliki manfaat ekonomis lebih dari 1 (satu)


tahun yang digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan, tidak diperkenankan dibebankan dalam
tahun terjadinya melainkan ditangguhkan terlebih dahulu dan
kemudian dialokasikan ke tahun-tahun berikutnya. Teknis
pengalokasian pengeluaran selain harga perolehan aktiva tetap
dikenal dengan sebutan amortisasi.

Pasal 9 ayat (2) dan Pasal 11 A UU PPh

Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


13. Market Value and Book Value Method

Dalam rangka revaluasi, pertukaran, pengalihan,


penggabungan ataupun merger, yang digunakan
sebagai dasar pembukuan adalah harga pasar yang
berlaku. Namun pengecualiannya berlaku untuk merger
dan penggabungan yang memenuhi syarat. Metode ini
secara fiskal diuraikan dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 43/PMK.03/2008

Ditjen Pajak__KP2KP Malinau


Ditjen Pajak__KP2KP Malinau

Anda mungkin juga menyukai