OVERVIEW
PAJAK PENGHASILAN DI INDONESIA
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
Beberapa poin penting dalam ketentuan UU PPh yang perlu mendapat catatan dalam
kaitannya dengan sistem pemajakan korporasi dan dividen, adalah bahwa: (i) tarif PPh
badan menjadi tarif tunggal (flat rate) dan diturunkan menjadi 28% di tahun 2009 dan
menjadi 25% di tahun 2010; (ii) bagi WP badan berskala kecil (UMKM) diberikan
fasilitas pengurangan tariff sebesar 50% dari tarif normal untuk peredaran bruto
sampai dengan Rp 4.800.000.000,-; (iii) bagi perusahaan yang masuk bursa (go public)
diberikan penurunan tarif sebesar 5% dari tarif normal dengan beberapa persyaratan,
diantaranya minimal 40% sahamnya dimiliki oleh masyarakat; (iv) dividen yang
diterima oleh WPOP diturunkan menjadi setinggi-tingginya 10% dan bersifat final; (v)
pembebasan pajak atas intercorporate dividend dalam kerangka Pasal 4 ayat (3) huruf f
tidak lagi mensyaratkan adanya usaha aktif bagi pemegang saham; dan (vi) penurunan
tarif pajak bagi WPOP menjadi maksimal 30% untuk penghasilan kena pajak di atas Rp
500.000.000,- dan menyederhanakannya menjadi 4 lapisan tarif dari semula 5 lapis.
Dalam kaitannya dengan pemajakan atas dividen yang diterima dari korporasi kepada
pemiliknya yang berstatus Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP), maka pihak korporasi
hanya berkewajiban untuk melakukan pemotongan pajak sebesar 10% dan bersifat
final. Pengenaan bersifat final memiliki pengertian bahwa pajak yang dipotong
korporasi tadi tidak dapat dijadikan sebagai kredit oleh pemegang saham dan dividen
tersebut tidak perlu lagi digabung (digunggung) pada saat pemegang saham WPOP
tersebut menghitung pajak penghasilan terutangnya di akhir tahun (no combination of
income, no tax credit).
Akan halnya dengan pemilik korporasi yang berstatus WP badan, fasilitas pengecualian
intercorporate dividend sebagai obyek pajak tetap dipertahankan bahkan diberikan
kelonggaran karena satu persyaratan yang sering menimbulkan konflik dalam praktik
di lapangan, yaitu persyaratan menjalankan usaha aktif bagi pemegang saham, telah
dihapus. Dengan perubahan ini persyaratan pembebasan pajak atas dividen
antarkorporasi menjadi semakin ringan.
Sebaliknya, bila pihak yang satu tidak membukukan sebagai penghasilan kena
pajak maka pihak lawan transaksinya akan membukukan sebagai bukan beban
(non deductible expenses).
Penguasaan
Teknololgi
SOLUSI
Sesuai dengan ketentuan PPh, prinsip ini dapat diterapkan apabila memenuhi 2 (dua)
syarat kumulatif yaitu (i) dividen timbul dari penyertaan sekurang-kurangnya 25% pada
perusahaan investee, (ii) dividen yang dibagikan berasal dari cadangan laba.
Selain itu, prinsip klasik (classical principle) diterapkan apabila kedua syarat kumulatif di
atas tidak dipenuhi. Sesuai dengan prinsip klasik, pembagian dividen kepada pemegang
saham (shareholders) dikenakan pajak.
Exception : Dalam UU PPh , pajak yang dibayar dimuka (prepaid tax) tidak dapat
dikreditkan oleh penerima penghasilan dividen (beneficial owner) terhadap PPh yang
terutang di akhir tahunkarena bersifat final 10 %. (bo-nya ORANG PRIBADI)
Namun jumlah pajak yang telah dibayar di luar negeri yang dapat dikreditkan
(creditable) tidak boleh melebihi batas maksimum yang diperkenankan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Penentuan besarnya batas maksimum
dilakukan per negara.
Pasal 24 UU PPh
» yang ketentuan dan syarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
Ditjen Pajak__KP2KP Malinau
10. Cost Method and Book Value Method
Dalam rangka membukukan selisih kurs yang timbul akibat perbedaan nilai
tukar awal dan nilai tukar akhir antara rupiah dengan mata uang asing, dapat
dibukukan sesuai dengan metode pembukuan yang dianut yaitu sesuai
dengan kurs tetap atau kurs fluktuasi.
Sesuai dengan metode kurs tetap, pengakuan keuntungan atau rugi selisih
kurs pada saat realisasi. Sedangkan sesuai dengan metode fluktuasi,
keuntungan atau rugi selisih kurs timbul saat akhir tahun dengan
membandingkan kurs tengah akhir tahun dengan kurs awal tahun atau kurs
saat terjadinya bila timbul pada tahun berjalan.