Anda di halaman 1dari 71

DIFTERI

dr. Indyah
FAKTA???
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa sampai
dengan November 2017, ada 95 Kab/kota dari 20 provinsi
melaporkan kasus Difteri. Sementara pada kurun waktu
Oktober November 2017 ada 11 provinsi yang melaporkan
terjadinya KLB Difteri di wilayah kabupaten/kota-nya, yaitu
1) Sumatera Barat, 2) Jawa Tengah, 3) Aceh, 4) Sumatera
Selatan, 5) Sulawesi Selatan, 6) Kalimantan Timur, 7) Riau,
8) Banten, 9) DKI Jakarta, 10) Jawa Barat, dan 11) Jawa
Timur.
DE FINISI

• Difteri adalah suatu penyakit


infeksi akut yang sangat
menular, disebabkan oleh karena
toxin dari bakteri dengan
ditandai pembentukan
pseudomembran pada kulit dan
atau mukosa dan penyebarannya
melalui udara.
ETIOLOGI
Corynebacterium diphtheriae,
dikenal dua macam
Corynebacterium diphtheriae, yaitu:
1. Toxigenic Corynebacterium
diphtheriae
2. Non-toxigenic Corynebacterium
diphtheriae
EPIDEMIOLOGI

Penyebaran difteri :
Udara seperti air ludah, batuk, bersin yang
membawa serta kuman difteri

Eksudat dari lesi kulit yang terinfeksi.

Benda,makanan dan minuman terkontaminasi

Kontak langsung dengan penderita


PATOFISIOLOGI
• Corynebacterium diphteriae masuk ke saluran
pernapasan

• Menempel pada lapisan superficial lesi


kulit atau mukosa pernapasan

• Membentuk pseudomembran dan melepaskan


eksotoksin dan menginduksi reaksi radang lokal

• Kelenjar getah bening membengkak dan


mengandung toksin. Terjadi nekrosis jaringan lokal

• Infeksi saluran pernapasan


GEJALA KLINIS
Bervariasi dari tanpa gejala  fatal
• Lesi khas sebagai suatu membran asimetrik (tak simetri)
keabu-abuan dikelilingi oleh daerah inflamasi
• Tenggorokan sakit (Nyeri telan), Kelenjar limfe membesar &
melunak. Penyumbatan jalan nafas / sesak nafas
• Adanya oedema & pembengkakan di leher pd kasus sedang
& berat (BULLNECK)
Keluhan dan gejala tergantung :
 tempat infeksi
 status imunitas penjamu
 distribusi toksin kedalam sirkulasi
PENULARAN
• Penyakit “ re emerging “ (meningkat kembali)
• Masa Penularan beragam, tetap menular
sampai hilangnya bakteri di lesi. Biasanya
berlangsung 2 minggu atau kurang.
• Carrier kronis ( pengidap tapi tak sakit ) dapat
menularkan penyakit sampai 6 bulan
Manifestasi klinis
1. Difteri hidung
Gejala difteri hidung :
• Pilek ringan tanpa atau disertai gejala
sistemik ringan.
• Sekret hidung.
• Tampak membran putih pada daerah septum
nasi.
Manifestasi klinis
2. Difteri Tonsil Faring
Gejala difteri tonsil faring :
• Nyeri tenggorokan.
• Demam sampai 38,5 °c
• Nadi cepat, tampak lemah, nafas berbau, anoreksia,
dan malaise.
• Edema ringan jaringan lunak leher yang
luas, akan menimbulkan bullneck.
Manifestasi klinis
3. Difteri laring
Gejala klinis difteri laring :
• Stridor yang progresif.
• Suara parau dan batuk kering.
• Demam tinggi, lemah, sianosis,
pembengkakan kelenjar leher.
Manifestasi klinis
4. Difteri Kulit
Gejala difteri kulit :
• Dermatosis yang mendasari,
• Luka goresan, luka bakar atau impetigo
yang telah terkontaminasi sekunder.
• Nyeri, sakit, eritema, dan eksudat khas.
Manifestasi klinis
5. Difteri Vulvovaginal, Konjungtiva, dan Telinga
Gejala difteri Vulvovaginal, Konjungtiva, dan
Telinga :
• Ulserasi
• pembentukan membrane dan
perdarahan submukosa.
Bagaimana dokter mendiagnosis ?
Pengobatan
PENGOBATAN UMUM
1. Isolasi selama 2-3 minggu.
2. Pemeriksaan EKG selama 2 kali berturut-turut.
3. Pemberian cairan serta diet yang adekuat.
PENGOBATAN KHUSUS
1. Antidiphtheriae serum (ADS) : 20.000 Unit / hari selama 2 hari berturut-
turut dengan sebelumnya harus dilakukan uji kulit dan mata.
2. Antibiotik. Penisilin Prokain 50.000 Unit/KgBB/hari sampai 3 hari bebas
demam. Pada pasien yang dilakukan takeostomi ditambahkan
kloramfenikol 75 mg/KgBB/hari dibagi 4 dosis.
3. Kortikosteroid. Komplikasi miokasditis dengan memberikan prednison 2
mg/KgBB/hari selama 3-4 minggu. Komplikasi paralisis atau paresis otot,
dapat diberikan striknin ¼ mg dan vitamin B1 100 mg tiap hari selama 10
hari.
Komplikasi
1.Respirasi : bronkopneumonia, atelektasis.
2.Kardiovaskuler: miokarditis
3.Urinaria : nefritis
4.Sistem saraf : Paralisis/ paresis palatum mole,
Paralisis/paresis otot-otot mata prognosis
difteri
PROGNOSIS
• Umur pasien: Makin muda usianya semakin jelek
prognosisnya
• Perjalanan penyakit: makin terlambat ditemukan
penyakitnya semakin memperparah keadaan
• Letak lesi difteri: bila di hidung tergolong ringan
• Terdapatnya komplikasi miokarditis sangat
memperburuk prognosis
• Pengobatan: terlambat pemberian ADS,
prognosis semakin buruk.
Pencegahan difteri
• Vaksin DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) pada
anak usia diatas 6 minggu sampai 7 tahun.
• Vaksin Td (tetanus dan difteri) pada usia 7 – 18
tahun.
• Vaksin TdaP diberikan 1 kali suntikan ke dalam
otot, vaksin ini dapat diberikan pada usia 11-
65 tahun.
APA ITU VAKSIN...?
• Vaksin adalah sistem kekebalan tubuh yang dirancang
untuk membantu melindungi manusia dari virus dan
bakteri yang mungkin masuk kedalam tubuh dan
menyebabkan penyakit. Ketika suatu bakteri atau virus
masuk kedalam tubuh, maka sistem kekebalan tubuh
mulai memproduksi suatu protein yang disebut
Antibodi.

• Antibodi inilah yang dapat menyerang dan membantu


menghancurkan bakteri dan virus tersebut.
Ada pertanyaan?
TUJUAN VAKSINASI
Campak
Polio
Hib
2015

Hepatitis
B

Tetanus
Cacar
1979

Eradikasi
(Pemusnahan Penyakit Menular)

peningkatan masa dan kualitas hidup manusia


Vaksin VIRUS

Hepatitis B Campak

Influenza Polio
BAKTERI
DTP, TT Td, BCG
TIPE VAKSIN
Mengenal Jenis –jenis Vaksin

12
Vaksin BCG

Untuk mencegah Tuberkulosis atau Vaksinasi


terhadap Penyakit TB(C) Yang menyerang
pernafasan Manuisa oleh Bakteri
Mycobakterium tuberculosis
• Untuk bayi usia 0-2 bulan

13
Mencegah
Penyakit Hepatitis B. Penyakit yg
meyebabkan kerusakan hati /infeksi
Hati/ Kanker Hati Mematikan

Clinical Trial (Bogor, 2000): Seroproteksi 95,79 % (0 bulan) dan 99,07 % (2 bulan)
Mencegah Poliomyelitis
Diberikan pada usia 0,2,3,4 bulan

Polio adalah sejenis penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya


kelumpuhan.

Jika tidak di terapkan pada Manusia akan menyebabkan


kelumpuhan permanen.

Presiden Amerika Serikat, Franklin D Roosevelt Menderita Polio


sehingga harus beraktivitas di kursi roda
Pentabio
Vaksin DTP-HB-Hib
MeenncceeggahDifftteri, Tettaanus, Peerrtusis, HeeppatitisBB,,
pluuss......Haemophylus influenzae tipe b
Untuk Bayi Usia 2,3,4 Bulan dan booster 18 bulan
Komposisi:
Tiap dosis (0,5 ml) mengandung :
• Toksoid Difteri Murni ≥ 30 IU
• Toksoid Tetanus Murni ≥
60 IU
• B . pertusis (inaktif) ≥ 4 IU
• HBsAg 10 µg
• Hib (PRP-TT) 10 µg 16
Sebelumnya :

Difteri (infeksi tenggorokan)


Tetanus (otot saraf kaku dan tegang)
Pertusis (infeksi saluran pernapasan yg
menyebabkan Batuk Rejan )
Diberikan pada usia 9 bulan,
Dilanjutkan booster 24 bulan

Untuk Mencegah Penyakit Campak


VAKSIN UNTUK
ANAK-REMAJA-DEWASA
Mencegah Difteri & Tetanus
Untuk usia dibawah 7 tahun ( booster/ imunisasi ulangan)
Mencegah Tetanus & Difteri
• Diberikan 1x sebagai booster
• Untuk usia diatas 7 tahun
• Komposisi :
Toksoid Tetanus murni 7,5 Lf
• Tiap dosis 0.5 ml mengandung,
Toksoid Difteri murn 2 Lf
Aluminium fosfat 1,5 mg
Clinical Trial
Thimerosal 0,05 mg
Kemasan : 2007, Uji protektivitas dan Seroproteksi Difteri : 99.3 %
Dus@ 10 vial @ 5 ml (10 dosis) keamanan Td pada dewasa Seroproteski Tetanus : 100 %

DT vs Td DT Td
Komposisi per Toksoid tetanus murni 7,5 Lf Toksoid Tetanus murni 7,5 Lf
dosis (0,5 ml) Toksoid Difteri Murni 20 Lf
Toksoid Difteri murni 2 Lf

Indikasi < 7 tahun > 7 tahun


Mencegah
Tetanus
Clinical Trial
1976-1981, Yogyakarta : Efektivitas TT pada wanita hamil Seroproteksi Ibu : 80.76 %
Seroproteksi Bayi : 100 %
2007, TT digunakan sebagai pembanding uji proteksi Td, usia 10-18 Seroproteksi : 100 %
tahun

Untuk Wanita Usia Subur, Calon Pengantin, Wanita Hamil, &


bersamaan dengan ATS saat luka
Komposisi Tiap Dosis (0.5 ml) mengandung :
Toksoid Tetanus yang dimurnikan 10 Lf
Aluminium Fosfat 1.5 mg
Thimerosal 0.05 mg
Kemasan Vial 5 ml (10 dosis)
Flubio ®
Vaksin INFLUENZA HA

Mencegah Influenza
Diberikan 1 tahun sekali
Usia 12 tahun keatas

Kemasan :
Dus @ 2 vial @ 0,5 ml (1 dosis)
Jenis Vaksin Lain
1. Vaksin Rubela : untuk mencegah penyakit Kulit
berupa Bintil Kemerahan
2. Vaksin Rabies : Untuk pencegahan yang
ditularkan oleh Hewan berdarah panas
3. Vaksin Meningitis : untuk pencegahan pada
selaput otak Manusia
4. Vaksin Kanker Serviks : untuk pencegahan
Mulut Rahim, Akibat virus Human Papilloma
Virus.

24
VACCINE
DEVELOPMENT..!

25
How are vaccines
produced?
How are bacterial vaccines produced?

• Bacterial vaccines are produced


in large bioreactors/fermentors
BACTERIAL VACCINE PRODUCTION
Penyesalan selalu datang di akhir
kalau di awal namnya antrian.......

P e r t a n y a a n i n f o r m a s i p r o d u k :
syahri.yusnita@biofarma.co.id, christian.budiman@biofarma.co.id

Saran dan keluhan pelanggan:


I b u J e n n y - b a g QA ( e x t 1 2 5 )
Proses Produksi Vaksin
Penyiapan Media
Enzim tripsin : pemotongan menjadi monosel
Netralisasi dengan bovine calf serum
Pencucian
Penyaringan/ Pemurnian

Inokulasi & Kultivasi (pada media yg sdh dimurnikan)


Penanaman virus pada media yang sudah murni
Berkembangbiak
Panen
Penyaringan
Pemurnian

Inaktivasi
Dilemahkan

Penyaringan/ Pemurnian
Formulasi
Ditambahkan bahan-bahan lain, spt : sukrosa

Filling & Packaging


Final Produk
* Setiap tahap melawati in process control
ANTISERUM
Virus, Bakteri
Parasit, Jamur
Toksin

Respon Kebal via Antisera

spesifik

33
ANTIBODI/IMUNOGLOBULIN

34
Luka beresiko tetanus : patah tulang terbuka, luka tembus, luka yang mengandung benda
asing luka infeksi dan bernanah, luka dengan kerusakan jaringan dalam dan luas, luka bakar
Angkistrodon rhodostoma Naja sputatrix Bungarus fasciatus
(ular tanah) (ular kobra) (ular belang)
DIAGNOSTIKA
Reaksi vaksin yg jarang, interval onset & perkiraan rate KIPI
Vaksin Reaksi vaksin Interval onset Rate KIPI / 1juta Kriteria KIPI

BCG Limfadenitis supuratif 2 – 6 bulan 100 – 1000 Sangat jarang - jarang


Osteitis BCG 1 – 12 bulan 1 – 700 Jarang sekali-sangat
jarang
Infeksi BCG disiminata 1 – 12 bulan 2 Jarang sekali

HiB Belum pernah ada laporan - -

Hepatitis B Anafilaksis 0 – 1 jam 1 –2 Jarang sekali

Campak / MMR Kejang demam 5 – 12 hari 333 Sangat jarang


Trombositopenia 15 – 35 hari 33 Jarang sekali
Reaksi anafilaktoid ~10 Jarang sekali
Syok Anafilaksis 0 – 1 jam 1 – 50 Jarang sekali
Ensefalopati - <1 Jarang sekali

OPV Lumpuh layu berkaitan dg vaksin (VAPP) 4 – 30 hari 1,4 – 3,4 Jarang sekali

Tetanus Neuritis Brakhial 2 – 28 hari 5 – 10 Jarang sekali


Syok Anafilaksis 0 – 1 jam 0.4 – 10 Jarang sekali
Abses steril 1 – 6 minggu 6 - 10 Jarang sekali

Tetanus-difteria Sama dengan tetanus

Pertusis Menangis terus menerus > 3jam 0 – 24 jam 1.000- 60.000 Jarang-sering
Kejang demam 0 – 3 hari 570 Sangat jarang
Keadaan hipotonik-hiporesponsif 0 – 24 jam 570 Sangat jarang
Syok Anafilaksis 0 – 1 jam 20 Jarang sekali
Ensefalopati 0 – 3 hari 0-1 Jarang sekali
Produk Waktu Kadaluarsa
TT (vial) 4 minggu setelah dibuka
DT 4 minggu setelah dibuka

DTP 4 minggu setelah dibuka


DTP-HB/ Pentabio 4 minggu setelah dibuka
BCG 3 jam setelah rekonstitusi
Campak 6 jam setelah rekonstitusi
Polio 4 minggu setelah dibuka
Hepatitis B Uniject Single dose (sekali pakai)
PPD 24 jam setelah dibuka

Sumber : WHO & Uji Stabilitas Bio Farma


VVM:
VACCINE VIAL
MONITOR..!

45
Persyaratan penggunaan vial multidose
yang sudah dibuka (WHO/V&B/00.09) :
Tidakmelewati tanggal kadaluarsa
 Vaksin disimpan dalam kondisi cold chain yang tepat
 Tutup vial belum tercelup kedalam air
 Semua dosis diambil secara aseptis
Vaccine Vial Monitor (VVM), jika berubah tidak mencapai discard
point

Ok to Use Do Not Use Do Not Use

Anda mungkin juga menyukai