Anda di halaman 1dari 57

SHALAT

Oleh: SAIFUDDIN, MA
PENGERTIAN DAN SYARAT
SHALAT
Shalat ialah ibadah yang tersusun
dari beberapa perkataan dan
beberapa perbuatan yang dimulai
dengan takbir dan disudahi dengan
salam dengan memenuhi semua
rukun dan syaratnya.
Syarat shalat itu ada dua macam,
yaitu syarat wajibnya dan syarat
sahnya.
SYARAT WAJIB SHALAT
Shalat wajib yang lima waktu itu
diwajibkan atas orang yang telah
memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
1. Beragama Islam.
2. Baligh (cukup umur/dewasa).
3. Berakal Sehat.
4. Suci dari haid dan nifas (khusus bagi
wanita).
5. Sampai dakwah atau seruan Islam
kepadanya.
6. Mempunyai pendengaran dan
penglihatan.
SYARAT SAH SHALAT
Sebelum mengerjakan shalat,
hendaklah disempurnakan syarat-
syarat sahnya, yaitu :
1. Suci badan, pakaian, dan tempat dari
najis.
2. Berwudu’.
3. Dikerjakan pada waktunya.
4. Menutup aurat (bagi laki-laki antara
pusat dan lutut, dan bagi wanita
seluruh tubuhnya kecuali muka dan
tapak tangan).
5. Menghadap Kiblat (ke Ka’bah).
RUKUN SHALAT
1. Berniat dalam hati, menyengaja shalat
karena Allah.
2. Berdiri bagi yang kuasa.
3. Takbiratul Ihram (membaca Allahu
Akbar) pada permulaan shalat.
4. Membaca surat Al-Fatihah.
5. Ruku’ dengan tuma’ninah (berhenti dan
tenang sebentar.
6. I’tidal (berdiri dari ruku’ dengan
tuma’ninah)
7. Sujud dengan tuma’ninah.
9. Duduk yang akhir. Berdiri bagi
yang kuasa.
10.Membaca tasyahud akhir pada
duduk yang akhir.
11.Membaca shalawat atas Nabi
Muhammad
12.Memberi salam yang pertama
kekanan.
13.Tertib, mengerjakan seperti
urutan tersebut diatas.
YANG MEMBATALKAN SHALAT
Shalat seseorang akan jadi batal dan
harus diulangi kembali jika terjadi hal-
hal berikut :
1.Tertinggal salah satu rukun atau
memutuskan rukun sebelum
sempurna.
2.Tertinggal salah satu syarat shalat.
3.Berkata-kata dengan sengaja atau
tertawa terbahak-bahak.
4.Makan dan minum.
5.Berjalan-jalan atau bergerak tiga kali
berturut-turut.
SHALAT WAJIB LIMA WAKTU
- Shalat merupakan tiang kedua dalam
Rukun Islam setelah pengakuan
Syahadat. Setiap Mukallaf, baligh dan
berakal sehat, wajib melakukan shalat,
kecuali wanita yang sedang dalam
keadaan haid (menstruasi) atau sedang
nifas.
- Shalat yang wajib atas setiap Mukallaf itu
ada lima waktu dalam sehari semalam
dengan waktunya yang berlain-lainan,
yaitu Shalat Zuhur, Ashar, Maghrib, Isya
dan Subuh.
SHALAT JUM’AT

- Pada hari Jum’at, shalat Zuhur diganti


dengan Shalat Jum’at sebanyak dua
rakaat yang sebelumnya dilalui oleh dua
khutbah.
- Shalat Jum’at wajib dilakukan dengan
berjamaah di Mesjid atau ditempat-
tempat yang dapat menampung orang
banyak, dan hukumnya wajib ain atas
Mukallaf laki-laki. Sedang bagi wanita
mengikutinya adalah sunat, tetapi
apabila telah mengikuti/melakukan
shalat Jum’at baik laki-laki maupun
wanita maka tidak wajib lagi melakukan
SUJUD SAHWI
Sujud Sahwi adalah sujud yang dilakukan
karena lupa mengerjakan sesuatu atau
ragu-ragu akan jumlah bilangan rokaat,
apakah tiga atau empat, maka hendaknya
ia tinggalkan keraguan itu dan harus
yakin. Lalu hendaklah sujud dua kali
sebelum salam. Apabila dia shalat lima
rakaat, maka sujud itu .
menggenapkannya, dan jika ia sudah
shalat dengan sempurna, maka kedua
sujud itu sebagai penghinaan terhadap
syetan. (H.R. Muslim).
TATA CARA SUJUD SAHWI
Adapun cara melakukan sujud sahwi
adalah setelah membaca bacaan tahiyat
akhir, sebelum salam sujud dua kali
dengan didahului takbir, sesudah itu
salam. Adapun bacaan sujud sahwi adalah

“Maha suci Allah yang tidak tidur dan


tidak lupa”
SUJUD TILAWAH
Sujud Tilawah adalah sujud yang dilakukan apabila kita
membaca surat/ayat sajdah. Untuk mengetahui adanya surat
atau ayat sajdah dalam Al-Qur’an, terdapat tulisan sajdah
dengan huruf Arab sangat kecil dipinggirnya. Jika kita
menemukan tulisan tersebut, maka sunnah bagi kita
melakukan sujud tilawah.
Cara melaksanakannya adalah :
1. Jika dalam shalat, maka usai membaca ayat sajdah, kita terus
turun untuk sujud. Usai sujud kita berdiri kembali guna
menyempurnakan rokaat.
2. Kalau diluar shalat, usai membaca ayat sajdah maka
lakukanlah sujud tilawah (disertai takbir dan mengangkat
tangan seperti takbirotul ihrom). Aisyah r.a, menuturkan,
“Suatu malam Rasululllah pernah melakukan sujud tilawah
karena membaca Al-Qur’an dengan membaca:
‫َ ُُُُ َِ ََ ْو ِل ِه َو قُ َّوتِ ِه‬
َ ََ ‫س ْْمََهُ َو‬ َ ‫ي ِللَّ ِذ َخلَقَهُ َو‬
َ ُ‫شقَّه‬ َ ‫ش َج َد َو ْج ِه‬
َ
(Telah sujud kepada Dzat yang telah menciptakannya,
dan yang telah membukakan pendengarannya, dan
penglihatannya dengan daya dan kekuatannya) (H.R.
Bukhari Muslim)
SUJUD SYUKUR
- Sujud Syukur adalah suatu sujud yang
dilakukan ketika mendengar kabar gembira
atau memperoleh kenikmatan. Abu Bakar r.a.
menyatakan, “apabila mendapatkan sesuatu
yang menggembirakan, Nabi saw tunduk
bersujud sebagai tanda bersyukur kepada
Allah”. (H.R. Bukhori Muslim).
- Sujud syukur juga boleh dilakukan ketika kita
terbebas dari musibah, sesudah kita
menemukan jalan keluar dari masalah yang kita
hadapi. Adapun cara mengerjakan sujud
syukur, sebagaimana sujud tilawah, dikerjakan
diluar shalat. Adapun bacaan sujud syukur
adalah :
SHALAT ORANG SAKIT
1. Orang yang sakit harus shalat berdiri
tegak sebatas kemampuannya.
2. Siapa yang tidak mampu shalat berdiri,
ia shalat dengan posisi duduk, dan yang
utama adalah bersila di setiap tempat
berdiri.
3. Jika ia tidak mampu shalat duduk, ia
shalat di atas lambungnya sambil
menghadap kiblat dengan wajahnya, dan
yang sunnah adalah di atas lambungnya
yang kanan.
4. Jika tidak mampu shalat di atas
lambungnya, ia shalat bertelentang.
5. Barangsiapa yang mampu berdiri
dan tidak bisa ruku' atau sujud,
kewajiban berdiri tidak gugur
darinya, tetapi ia shalat berdiri lalu
memberi isyarat dengan ruku',
kemudian ia duduk dan memberi
isyarat dengan sujud.
6. Jika ada penyakit di matanya, dan
dokter yang dipercaya berkata: Jika
engkau shalat bertelentang niscaya
7. Barangsiapa yang lemah melakukan ruku'
dan sujud, ia memberi isyarat dengannya
dan menjadikan sujud lebih rendah dari
ruku'.
8. Jika ia hanya tidak bisa sujud, ia ruku'
dan memberi isyarat dengan sujud.
9. Jika ia tidak bisa menundukkan
punggungnya hingga lehernya, jika
punggungnya melengkung, maka jadilah
ia seolah-olah ruku', maka jika ia ingin
ruku', ia menambah tunduknya sedikit
10. Jika ia tidak bisa memberi isyarat
dengan kepalanya, ia bertakbir dan
membaca, berniat dengan hatinya
ruku, bangkit darinya, sujud, bangkit
darinya, duduk di antara dua sujud,
dan duduk untuk tasyahhud serta
membaca zikir-zikir yang mesti
dibaca. Adapun yang dilakukan
sebagian orang yang sakit berupa
isyarat dengan jemarinya maka hal
11. Orang sakit yang tidak mampu melakukan shalat berdiri dan
duduk, cara melakukannya adalah dengan cara berbaring,
boleh dengan miring ke kanan atau ke kiri, dengan
menghadapkan wajahnya ke arah kiblat. Ini berdasarkan
sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dalam hadits
’Imran bin al-Husain radliyallahu’anhu:”Shalatlah dengan
berdiri, apabila tidak mampu maka duduklah dan bila tidak
mampu juga maka berbaringlah.” (HR. Al-Bukhori
no.1117)Dalam hadits ini Nabi shallallahu’alaihi wa sallam
tidak menjelaskan pada sisi mana seseorang harus berbaring,
ke kanan atau ke kiri, sehingga yang utama adalah yang
termudah bagi keduanya. Apabila miring ke kanan lebih
mudah, itu yang lebih utama baginya dan apabila miring ke
kiri itu yang termudah maka itu yang lebih utama. Namun
bila kedua-duanya sama mudahnya, maka miring ke kanan
lebih utama dengan dasar keumuman hadits ’Aisyah
radliyallahu’anha yang berbunyi:”Dahulu Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam menyukai mendahulukan sebelah
kanan dalam seluruh urusannya, dalam memakai sandal,
menyisir dan bersucinya.” (HR. Muslim no.396).Melakukan
ruku’ dan sujud dengan isyarat merendahkan kepala ke dada,
ketentuannya, sujud lebih rendah daripada ruku’.
12. Apabila tidak mampu menggerakkan kepalanya,
maka para ulama berbeda pendapat dalam tiga
pendapat:Melakukannya dengan mata. Apabila
ruku’, ia memejamkan matanya sedikit
kemudian mengucapkan kata ”sami’allahu
liman hamidah” lalu membuka matanya.
Apabila sujud maka memejamkan matanya
lebih dalam.Gugur semua gerakan namun
masih melakukan shalat dengan perkataan.
Gugur kewajiban shalatnya. Inilah adalah
pendapat yang dirajihkan Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah. Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah
merajihkan pendapat kedua dengan
menyatakan, ”Yang rajih dari tiga pendapat
tersebut adalah gugurnya perbuatan saja,
karena ini saja yang tidak mampu dilakukan.
Sedangkan perkataan, tetap tidak gugur,
karena ia mampu melakukannya dan Allah
berfirman”: ‫ست َ َط َْت ُ ْم‬ َ ‫فَاتَّقُوا‬
ْ ‫هللا َْماا‬
“Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut
kesanggupanmu” (QS. At-Taghobun: 16)
13. Orang yang tidak mampu berbaring,
boleh melakukan shalat dengan terlentang
dan menghadapkan kakinya ke arah
kiblat, karena hal ini lebih dekat kepada
cara berdiri. Misalnya bila kiblatnya arah
barat maka letak kepalanya di sebelah
timur dan kakinya di arah barat.
14. Apabila tidak mampu menghadap kiblat
dan tidak ada yang mengarahkan atau
membantu mengarahkannya, maka
hendaklah ia shalat sesuai keadaannya
tersebut, berdasarkan firman Allah
subhanahu wa ta’ala: ‫س‬ ً ‫ف هللاُ نَ ْف‬
ْ ‫سا ِإالَّ ُو‬ ُ ‫الَ يُ َك ِل‬
”Allah tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan
kesanggupannya” (QS. Al-Baqarah/
2:286).
15. Orang sakit yang tidak mampu shalat dengan
terlentang maka shalatnya sesuai keadaannya
dengan dasar firman Allah subhanahu wa ta’ala:
‫ستَ َط َْت ُ ْم‬ َ ‫فَاتَّقُوا‬
ْ ‫هللا َْماا‬
“Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut
kesanggupanmu” (QS. At-Taghobun: 16)
16. Orang yang sakit dan tidak mampu melakukan
shalat dengan semua gerakan di atas (ia tidak
mampu menggerakkan anggota tubuhnya dan
tidak mampu juga dengan matanya), hendaknya
dia melakukan shalat dengan hatinya. Shalat tetap
diwajibkan selama akal seorang masih sehat.
17. Apabila shalat orang yang sakit mampu
melakukan perbuatan yang sebelumnya tidak
mampu, baik keadaan berdiri, ruku’ atau sujud,
maka ia wajib melaksanakan shalatnya dengan
kemampuan yang ada dan menyempurnakan yang
tersisa. Ia tidak perlu mengulang yang telah lalu,
karena yang telah lalu dari shalat tersebut telah
sah.
18. Apabila orang yang sakit tidak mampu
melakukan sujud di atas tanah, hendaknya ia
cukup menundukkan kepalanya dan tidak
mengambil sesuatu sebagai alas sujud. Hal ini
didasarkan hadits Jabir radliyallahu’anhu yang
berbunyi: ”Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
menjenguk orang sakit, beliau melihatnya sedang
mengerjakan shalat di atas (bertelekan) bantal,
beliau pun mengambil dan melemparnya.
Kemudian ia mengambil kayu untuk dijadikan alas
shalatnya, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam pun
mengambilnya dan melemparnya. Beliau
shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: ”Shalatlah di
atas tanah apabila engkau mampu dan bila tidak
maka dengan isyarat dengan menunduk (al-Imaa’)
dan jadikan sujudmu lebih rendah dari ruku’mu.”
19. Apabila orang yang sakit atau selainnya
ketiduran atau lupa shalat, ia harus segera shalat
saat bangun dari tidur atau saat teringatnya, dan
ia tidak boleh meninggalkannya hingga masuk
waktu yang lain untuk melaksanakan shalatnya.

20. Tidak boleh meninggalkan shalat dalam kondisi


apapun. Begitu juga dengan setiap mukalaf, ia
harus bersungguh-sungguh terhadap shalat
dalam segala kondisinya, saat sehat dan
sakitnya, karena ia adalah tiang Islam dan rukun
yang paling penting setelah syahadah. Bagi
seorang muslim, tidak boleh meninggalkan shalat
wajib, sekalipun ia sakit, selama akalnya sehat.
Bahkan ia harus melakukannya tepat waktu
menurut kadar kemampuannya menurut cara
yang telah disebutkan. Adapun yang dilakukan
21. Apabila orang yang sakit merasa susah
menunaikan shalat tepat waktu maka ia
boleh menjama' di antara zuhur dan
ashar, di antara maghrib dan isya secara
jama' taqdim atau ta'khir menurut yang
termudah baginya. Jika ia menghendaki,
ia mendahulukan ashar (dari waktunya)
bersama zuhur dan jika menghendaki ia
boleh mendahulukan isya (dari waktunya)
bersama shalat maghrib. Dan jika ia
menghendaki, ia bisa menunda maghrib
(dari waktunya) bersama shalat isya.
Adapun shalat fajar maka tidak bisa
digabungkan dengan shalat sebelum dan
sesudahnya, karena waktunya terpisah
SHALAT-SHALAT SUNAT
Shalat Sunat ialah shalat selain yang lima waktu,
yang diutamakan pula kaum muslimin
mengerjakannya. Diantara shalat-shalat sunat itu
ialah :
 Shalat Hari Raya. Didalam Islam ada dua shalat
hari raya, yaitu:Hari Raya Idul Fitri pada setiap
tanggal 1 Syawal dan Hari Raya Idil Adha pada
setiap tanggal 10 Zulhijjah
 Shalat Witir. Shalat Witir ialah shalat yang
dikerjakan pada malam hari yang waktunya
antara sesudah shalat Isya dan terbit fajar,
sedang bilangan rakaatnya ganjil dari 1 sampai
11 rakaat. Adapun cara melaksanakannya ialah
tiap 2 rakaat atau 4 rakaat salam dan terakhir
satu atau tiga rakaat salam.
Shalat Sunat Rawatib adalah shalat
sunat yang mengiringi (sebelum atau
sesudah) shalat wajib lima waktu.
Shalat sunat rawatib ini ada dua
macam yaitu:a. Mua’akkad, yaitu
yang diistemawakan, karena Nabi
Muhammad hampir selalu
mengerjakannya, yaitu :
1. Dua rakaat sebelum shalat Zuhur
2. Dua rakaat sesuadah shalat Zuhur
3. Dua rakaat sebelum shalat Maghrib
4. Dua rakaat sesudah shalat Isya
5. Dua rakaat sebelum shalat Subuh
b. Tiadak Mu’akkad (biasa), karena Nabi
tidak selalu mengerjakannya:
1. Empat rakaat sebelum shalat Ashar
2. Dua rakaat sebelum shalat Isya
Shalat Sunat jum’at. Setelah selesai
mengerjakan shalat Jum’at, dianjurkan
shalat sunat 2 rakaat atau 4 rakaat.
Shalat sunat Duha ialah shalat sunat yang
dilakukan waktu matahari naik sampai
sebelum matahari tergelincir, banyaknya
sekurang-kurangnya dua rakaat.
Shalat Tahyatul Masjid, yaitu shalat sunat
dua rakaat setiap masuk masjid, sebagai
pemanfaannya untuk tempat beribadah
kepada Allah Taala.
Shalat Tahajjud (Shalatul Lael), yaitu
shalat yang dilakukan pada malam hari,
dan lebih utama sesudah larut malam.
Paling sedikit dikerjakan dua rakaat,
sedang banyaknya tidak terbatas.
Diantara shalat-shalat sunat, shalat
tahajjud ini mempunyai kedudukan utama
dan istimewa yaitu pada urutan kedua
setelah shalat fardu.
Shalat Istisqa yaitu shalat meminta
hujan apabila terjadi musim kemarau
yang berkepanjangan. Terdiri dari
dua rakaat dilakukan di tanah lapang
dengan berjamaah bersama-sama.
Sesudah selesai shalat dilakukan
khutbah, yang isinya memberikan
penerangan dan menganjurkan
untuk bertaubat dari kesalahan atas
maksiat/dosa yang dilakukan oleh
pribadi maupun kelompok
masyarakat.
 Shalat Istikhara yaitu shalat yang
dikerjakan apabila terjadi keragu-
raguan pada diri seseorang, sedang
dia tidak dapat mengambil keputusan
tentang sesuatu masalah/keadaan
yang berbeda. Untuk ini sunat
hukumnya dia mengerjakan shalat
sunat dua rakaat. Kemudian dia
meminta petunjuk kepada Allah, baik
atau tidak masalah itu pada dirinya
atau manakah diantara dua atau lebih
masalah yang baik diambilnya atau
dilakukannya.
SHALAT JAMAAH
Mengerjakan shalat fardhu diuatamakan dengan
berjamaah yaitu bersama-sama dengan mengikuti
imam. Pahala shalat berjamaah 27 kali lebih besar
dari pahala shalat sendiri/munfarid
Syarat-syarat shalat jamaah:
1. Makmum hendaklah berniat shalat mengikuti
imam.
2. Makmum mengetahui dan mengikuti segala
perbuatan imam.
3. Makmum tidak boleh terkemuka dari Imam.
4. Shalat makmum dan imam harus bersamaan,
seperti sama-sama shalat maghrib, sama-sama
menjama’, qashar dan sebagainya.
5. Makmum laki-laki hendaklah mengikuti imam
laki-laki, sedang makmum perempuan mengikuti
imam laki-laki atau imam perempuan.
8. Imam hendaknya yang baik bacaannya.
9. Tidak boleh berimam kepada yang diketahui
tidak shah shalatnya.
HIKMAH SHALAT
1. Menjaga kebersihan tubuh, pakaian dan
tempat yang mengakibatkan kesehatan,
kebersihan, dan kesegaran karena sebelum
shalat harus berwudu terlebih dahulu.
2. Menjadikan perasaan kita lemah lembut,
rendah hati, mentaati tata tertib, menjaga
waktu, disiplin.
3. Menjadikan kita tunduk dan patuh pada
pimpinan, perasaan sayang terhadap
sesamanya dan ingin kenal mengenal
sesamanya, serta bela membela dalam
menghadapi persoalan hidup.
4. Dengan shalat lima waktu menyebabkan
kita selalu ingat kepada Allah SWT
5. Shalat dapat mencegah kita dari perbuatan
keji dan mungkar.
Pokok Ajaran Darul Arqam (2)
Muhammad Suhaimi diyakini belum mati, tapi ghaib
dan akan muncul sbg Imam Mahdi.
5. Imam Mahdi Arqam akan muncul di Jawa Timur.
6. Ustaz Ashari Muhammad diyakini sebagai
pemimpin dan penyelamat umat ketika umat ini
lemah.
7. Meyakini bahwa apabila disebut nama tertentu
dalam buku Aurad Muhammadiyah akan
mendapat pertolongan.
8. Mewajibkan poligami bagi kaum lelaki, sbg
pengamalan ayat 3, surat An-Nisa’.
9. AL-QIYADAH AL-ISLAMIYYAH
Nama Aliran: Al-Qiyadah Al-
Islamiyyah
Pendiri: Ahmad Moshaddeq alias H.
Salam
Sasaran dan Pengikut
Tempat/Tanggal: Kampung Gunung Sari,
Gunung Bunder, Kecamatan Cibungbulan Bogor
pada tanggal 23 Juli 2006 setelah Ahmad
Moshaddeq bertapa selama 40 hari 40 malam.
Sasaran: Kalangan masyarakat menengah ke
bawah yang berlum mengerti Islam, namun
punya semangat yang tinggi belajar Islam.
Jumlah Pengikut: 41.000 orang tersebar di
sembilan kota di Indonesia. Kebanyakan
kalangan pelajar dan mahasiswa.
Pokok Ajaran:

Nabi Muhammad SAW bukanlah nabi dan rasul


terakhir, masih ada nabi dan rasul setelah beliau.
Ahmad Moshaddeq mengaku dirinya sebagai nabi
dan rasul yang diutus oleh Allah setelah Nabi
Muhammad SAW.
Dalam kitab Ruhul Qudus setebal 192 halaman
dinyatakan bahwa Michael Muhdis menerima
wahyu di Gunung Ijo Bogor, dan dia diangkat
menjadi nabi dengan nama Al-Masih al-Mau’ud.
Syahadat aliran ini adalah: Asyhadu alla ilaha
illallah, wa asyhadu anna al-Masih al-Mau’ud
Rasulullah.
Aliran ini tidak mewajibkan shalat, puasa, dan
haji karena pada zaman ini masih tahap awal
perkembangan Islam, menanti terbentuknya
Khilafah Islamiyah.
10. ALIRAN BAHA`IYYAH
PENDIRI: MUHAMMAD BAHA`ULLAH
TEMPAT: TULUNG AGUNG, JAWA
TIMUR
MUNCUL: TAHUN 2009
POKOK AJARAN
SHALAT 1 x SEHARI
MENGHADAP KE GUNUNG KARAMEL
ISRAEL
KITAB PEDOMAN “AQDAS”
PERNIKAHAN SAH JIKA DILAKUKAN
OLEH IMAMNYA
11. GERAKAN AHMAD BAIDOWI
PENDIRI: AHMAD BAIDOWI
TEMPAT: CIREBON, JAWA BARAT
MUNCUL: AKHIR TAHUN 2009
POKOK AJARAN
AHMAD BAIDOWI MENGAKU DIRI SBG
TUHAN
SHALAT TIDAK DIWAJIBKAN
JAMAAH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
BOLEH TIDUR BARENG, LAYAKNYA SUAMI
ISTRI
IMAM BEBAS MENGGAULI JAMAAH
WANITA YG DISUKAINYA
IMAM DAPAT MENGHAPUS DOSA
DOSA BISA DITEBUS MELALUI IMAM
12. GERAKAN NEGARA ISLAM
INDONESIA (NII)
Sejarah NII
1. Diproklamasikan 7 Agustus 1949 oleh
Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo.
2. Diproklamasikan NII untuk meneruskan
proklamasi 17 Agustus 1945.
3. Nama lain dikenal dengan Darul
Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII)
4. Gerakan di Aceh dipimpin oleh Daud
Beureueh.
5. Gerakan di Sulawesi Selatan dipimpin
oleh Qahhar Mudzakar.
12a. NEGARA ISLAM INDONESIA
(NII) KW 9
Pusat Gerakan: Ma’had al-Zaytun, Mekar Jaya,
Indramayu Jawa Barat. Di Wilayah 9 ada sembilan
daerah, yaitu Bekasi, Tangerang, Jakarta
Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta
Pusat, Jakarta Utara, Banten Utara, dan Banten
Selatan.
Komando: Syekh A.S. Panji Gumilang
Doktrin yang diajarkan:
1. Iman
2. Hijrah
3. Jihad
4. Meyakini periodesasi Makkah dan Madinah---periode
Makkah belum wajib shalat, puasa, dan haji.
DOKTRIN NII KW 9
Prinsip ‘Aqidah: RMU
1. Rubbubiyah----HUKUM
2. Mulkiyyah------TEMPAT
3. Uluhiyyah------UMAT
4. Kombinasi: RMU----NEGARA
Shalat lima waktu diganti dg “Shalat
Aktivitas” dlm menjalankan program
negara.
Menghimpun infaq dan sedekah dg
menghalalkan segala cara.
DOKTRIN NII KW 9
Selain NII adalah kafir, zalim, fasik.
Harta di luar kelompok KW 9 adalah halal dan
boleh dirampas karena termasuk fa’i.
Para pemimpin KW 9 adalah rasul-rasul.
Zakat dan Qurban harus diberikan untuk
pembangunan negara.
Setiap anggota diwajibkan menyetor uang
kepada NII.
Berbai’at kepada pimpinan dan memperbanyak
anggota.
Ma’had al-Zaytun diharapkan menjadi ibukota
(Ummul Qura) NII.
9 Ajaran NII yang Menyimpang
dari Syariat Islam
1. Setiap muslim yang berada di luar gerakan tersebut
dituduh kafir dan dinyatakan halal darahnya.
2. Dosa karena melakukan zinah dan perbuatan maksiat
lainnya dapat ditebus dengan uang dalam jumlah yang
telah ditetapkan.
3. Tidak ada kewajiban meng-qadha saum Ramadan, tetapi
cukup hanya dengan membayar uang dalam jumlah yang
telah ditetapkan.
4. Untuk membangun sarana fisik dan biaya operasional
gerakan, setiap anggota diwajibkan menggalang dana
dengan menghalalkan segala cara, di antaranya menipu
dan mencuri harta setiap muslim di luar gerakan tersebut
termasuk orangtua sendiri.
5. Taubat hanya sah jika membayar apa yang mereka sebut
'Shodaqoh Istigfar' dalam jumlah yang ditetapkan.
9 Ajaran NII yang Menyimpang
dari Syariat Islam
6. Ayah kandung yang belum masuk ke dalam gerakan
tersebut tidak sah menikahkan putrinya.

7. Tidak wajib melaksanakan ibadah haji kecuali telah


menjadi mas’ul atau pimpinan dalam jumlah yang
ditetapkan.

8. Qanun asasi (aturan dasar) gerakan tersebut


dianggap lebih tinggi derajatnya dibadingkan kitab
suci Alquran, bahkan tidak berdosa bila menginjak
Mushaf Alquran.

9. Apa yang mereka sebut salat aktivitas, dalam


pengertian melaksanakan program gerakan dianggap
lebih utama daripada salat fardu.
PROGRAM PEREKRUTAN
TILAWAH: Usaha dakwah untuk
memahamkan prinsip RMU, dengan
mengajak anggota baru.
TAFTISY: pengecekan untuk persiapan
anggota baru untuk hijrah.
MUSYAHADATUL HIJRAH: pindah
kewarganegaraan dan bai’at; tahap ganti
nama (ism tsani) atau nama kanan.
TAZKIYAH: pembinaan setelah menjadi
anggota NII
MODUS PEREKRUTAN
Mengajak dg alasan mencari teman baru,
melalui diskusi dan seminar ttg
kebangkitan Islam.
Mengajak teman dg alasan mencari kerja.
Setiap jamaah memiliki target 10 orang
setiap bulan, umumnya teman sekolah
atau teman kuliah.
Perekrutan bebas di kampus, super
market, toko buku, dll.
MODUS PENCARIAN DANA
Menggunakan seluruh uang yang dimiliki,
uang saku, gaji dan tabungan.
Menjual barang-barang berharga untuk
memenuhi target setoran.
Menipu orang tua untuk meminta uang.
Berhutang, tanpa melunasi.
Mencuri dari kelompok di luar NII.
Dana dimasukkan ke rekening pribadi Abu
Toto atau Panji Gumilang.
PENYELEWENGAN AQIDAH
Menafsirkan al-Qur’an sesuai dengan kepentingan
organisasi.
Membagi shalat menjadi dua: shalat ritual dan
shalat universal.
Melaksanakan haji ke Ibukota Negara,
Indramayu.
Mengkafirkan orang lain, selain anggota NII.
Menyamakan posisi negara dg Allah, dan para
pemimpinnya sebagai rasul.
Menghalalkan segala cara untuk mencapai
tujuan.
‫‪13. MILLATA ABRAHAM (MILLAH‬‬
‫)‪IBRAHIM‬‬
‫‪Menggunakan istilah al-Qur’an, merujuk‬‬
‫‪pada ayat:‬‬
‫‪1. Surat al-Baqarah: 130‬‬
‫ومن يرغب عن ملة إبراهيم إال من سفه نفسه ولقد اصطفيناه في الدنيا‬
‫وإنه في األخرة لمن الصالحين‪.‬‬
‫‪2. Surat al-An’am: 161‬‬
‫قل إنني هداني ربي إلى صراط مستقيم دينا قيما ملة إبراهيم حنيفا وما‬
‫كان من المشركين‪.‬‬

‫‪MILLAH: agama, tradisi, ajaran, jalan hidup.‬‬


KARAKTERISTIK
Pendirinya: Roger Garaudy (seorang muallaf asal
Prancis).
Pengikutnya disebut KOMAR (Komunitas Millata
Abraham).
Ada hubungannya dengan misi Yahudi
menaklukkan dunia Islam.
Tujuan: mempersatukan seluruh umat beragama
di dunia.
Penyebaran misi melalui al-Qiyadah Islamiyyah.
Pendekatan persuasif humanistik.
PRINSIP AJARANNYA
Pluralisme
Inter-Faith
Liberalisme
Feminisme
Demokratisasi
Human Rights
Perdamaian
KIAT MENANGKAL ALIRAN SESAT (1)

Meningkatkan ilmu agama dan wawasan Islam.


Memantapkan aqidah tauhid sejak usia dini.
Menghindari halaqah pengajian tertutup.
Mengenal guru, ustadz, atau kiyai yang
mangajar.
Menanyakan setiap ajaran yang diragukan
kebenarannya.
Mengajak berdiskusi dengan mengemukakan
dalil-dalilnya.
KIAT MENANGKAL ALIRAN
SESAT (2)
Standar kebenaran adalah Al-Qur’an dan
Hadits Shahih.
Mengkaji kembali Sirah Nabawiyah dan
Sahabat secara mendalam.
Selektif dalam mengikuti pengajian
agama.
Jangan cepat terpengaruh oleh aliran
baru.
Menyampaikan kepada orang lain apa
yang dipelajari dalam pengajian.
‫‪RENUNGAN‬‬
‫‪1. Surat Ali ’Imran: 19, 85‬‬
‫إن الدين عند هللا اإلسالم وما اختلف الذين أوتوا الكتاب إال من‬
‫بعد ما جاءهم العلم بغيا بينهم ومن يكفر بايت هللا فإن هللا‬
‫سريع الحساب‪.‬‬

‫ومن يبتغ غير اإلسالم دينا فلن يقبل منه وهو في األخرة من‬
‫الخاسرين‪.‬‬
‫‪2. Surat al-Baqarah: 120‬‬
‫ولن ترضى عنك اليهود والالنصارى حتى تتبع ملتهم‪...‬‬

Anda mungkin juga menyukai