Anda di halaman 1dari 20

VAKSIN

OLEH : FADILAH FAZRIN


APA ITU VAKSIN ???

Vaksin adalah suatu zat yang merupakan suatu bentuk produk biologi yang
diketahui berasal dari virus, bakteri atau dari kombinasi antara keduanya yang
dilemahkan.
FUNGSI VAKSIN

Vaksin diberikan kepada individu yang sehat guna merangsang munculnya


antibody atau kekebalan tubuh guna mencegah dari infeksi penyakit tertentu.
Yang perlu digarisbawahi, imunisasi memberikan perlindungan kekebalan
terhadap penyakit secara spesifik tergantung jenis vaksin yang diberikan
PERBEDAAN VAKSIN DENGAN SERUM

Vaksin Serum
Zat yang merupakan produk biologi yang merupakan produk sebenarnya produk biologi
diketahui berasal dari virus, bakteri atau dari yang sudah mengandung kekebalan terhadap
kombinasi antara keduanya yang dilemahkan, suatu infeksi. Serum diberikan kepada individu
dan diberikan pada individu guna mencegah bila terserang adanya infeksi penyakit, atau
infeksi diduga akan terkena infeksi
Contoh Vaksin Contoh serum
BCG, Folio, BCG, dll. Anti tetanus, anti bisa ular, anti rabies, dll
MACAM – MACAM VAKSIN

• Vaksin Hepatitis B • Rotavirus


• Polio • Influenza
• BCG • Campak
• DTP • MMR
• Hib • Tifoid
• PVC • Hepatitis A
• Varisela
PEMBERIAN VAKSIN (IMUNISASI PADA ANAK)

Imunisasi dasar
Imunisasi Rutin
Imunisasi

Imunisasi
Imunisasi Lanjutan
Imunisasi wajib Tambahan

Imunisasi Khusus

Imunisasi Pilihan
Imunisasi Hepatitis B
Tujuan Pada bayi baru lahir Imunisasi hepatitis B diberikan untuk menimbulkan kekebalan
aktif terhadap penyakit hepatitis B, yaitu penyakit infeksi yang dapat merusak hati.

Waktu harus segera diberikan setelah lahir, mengingat vaksinasi hepatitis B merupakan
Pemberian upaya pencegahan yang sangat efektif untuk memutuskan rantai penularan melalui
transmisi maternal dari ibu kepada bayinya. Vaksin hepatitis B diberikan sebaiknya
12 jam setelah lahir dengan syarat kondisi bayi dalam keadaan stabil, tidak ada
gangguan pada paru-paru dan jantung
Cara secara intramuskular. Pada neonatus dan bayi diberikan di anterolateral paha.
Pemberian
Untuk ibu dengan HbsAg positif, selain vaksin hepatitis B diberikan juga hepatitis
immunoglobulin (HBIg) 0,5 ml di sisi tubuh yang berbeda dalam 12 jam setelah lahir.
Sebab, Hepatitis B Imunoglobulin (HBIg) dalam waktu singkat segera memberikan
proteksi meskipun hanya jangka pendek (3-6 bulan)
Imunisasi Hepatitis B
Bacille Calmette-Guerin (BCG) adalah vaksin hidup yang dibuat dari myobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun
sehingga didapatkan basil yang tidak virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas. Vaksin BCG berisi suspensi myobacterium bovis
hidup yang sudah dilemahkan. Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi resiko terjadi tuberkulosis
berat seperti meningitis TB dan tuberkulosis milier. Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan. Efek proteksi bervariasi
antara 0-80 %, berhubungan dengan beberapa faktor yaitu mutu vaksin yang dipakai, lingkungan dengan Mycobacterium atipik
atau faktor pejamu (umur, keadaan gizi dan lain-lain).

Tujuan menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC) pada anak.

Waktu umur < 2 bulan, Kementerian Kesehatan menganjurkan pemberian imunisasi BCG pada umur 1 bulan dan
Pemberian sebaiknya pada anak dengan uji Mantoux (Tuberkulkin) negatif. Imunisasi BCG ulangan tidak dianjurkan.

Cara Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu. Dosis 0,55 cc untuk bayi kurang dari 1 tahun dan
Pemberian 0,1 cc untuk anak dan orang dewasa. Pemberian imunisasi ini dilakukan secara Intrakutan di daerah lengan kanan
atas. Disuntikkan kedalam lapisan kulit dengan penyerapan pelan-pelan. Dalam memberikan suntikan intrakutan,
agar dapat dilakukan dengan tepat, harus menggunakan jarum pendek yang sangat halus (10mm, ukuran 26).

Efek Samping reaksi lokal yang timbul setelah imunisasi BCG yaitu setelah 1-2 minggu diberikan imunisasi, akan timbul indurasi
dan kemerahan ditempat suntikan yang berubah menjadi pustula, kemudian pecah menjadi luka.
Imunisasi Diphteria Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau Diphteria
Pertusis Tetanus- Hepatitis B-Hemophilus influenza type B (DPTHB-HiB)
Vaksin DPT-HB-Hib berupa suspense homogeny yang berisikan difteri murni, toxoid tetanus, bakteri pertusis inaktif, antigen
permukaan hepatitis B (HBsAg) murni yang tidak infeksius dan komponen Hib sebagai vaksin bakteri sub unit berupa kapsul
polisakarida Haemophillus influenza tipe b (Hib) tidak infeksius yang dikonjugasikan kepada protein toksoid tetanus.
Strategic Advisory Group of Expert on Immunization (SAGE) merekomendasikan vaksin Hib dikombinasi dengan DPT-HB menjadi
vaksin pentavalent (DPT-HB-Hib) untuk mengurangi jumlah suntikan pada bayi. Penggabungan berbagai antigen menjadi satu
suntikan telah dibuktikan melalui uji klinik, bahwa kombinasi tersebut secara materi tidak akan mengurangi keamanan dan tingkat
perlindungan
Tujuan pencegahan terhadap difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), hepatitis B dan infeksi Haemophilus influenza tipe b
secara simultan
Waktu DPT-HB-Hib diberikan sebanyak 3 (tiga) kali pada usia 2, 3 dan 4 bulan, Untuk mempertahankan tingkat
Pemberian kekebalan dibutuhkan imunisasi lanjutan kepada anak batita sebanyak satu dosis pada usia 18 bulan
Cara Cara memberikan vaksin DPT ini adalah secara intramuskular
Pemberian
Efek Samping bengkak, nyeri dan kemerahan pada lokasi suntikan disertai demam dapat timbul.

KontraIndikasi kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahir atau kelainan saraf, riwayat alergi berat dan
ensefalopalopati pada pemberian vaksin sebelumnya. perhatian khusus apabila pada pemberian vaksin
sebelumnya dijumpai riwayat demam tinggi, respon dan gerak yang kurang (hipotonik-hiporesponsif) dalam 48
jam, anak menangis terus selama 2 jam, dan riwayat kejang dalam 3 hari sesudah imunisasi DPT.
Imunisasi Polio
Vaksin polio telah dikenalkan sejak tahun 1950, Inactivated (Salk) Poliovirus Vaccine (IPV) mendapat lisensi pada tahun 1955 dan
langsung digunakan secara luas. Pada tahun 1963, mulai digunakan trivalen virus polio secara oral (OPV) secara luas. Enhanced
potency IPV yang menggunakan molekul yang lebih besar dan menimbulkan kadar antibodi lebih tinggi mulai digunakan tahun
1988. Perbedaan kedua vaksin ini adalah IPV merupakan virus yang sudah mati dengan formaldehid, sedangkan OPV adalah
virus yang masih hidup dan mempunyai kemampuan enterovirulen, tetapi tidak bersifat patogen karena sifat neurovirulensinya
sudah hilang
Tujuan mencegah penyakit poliomielitis.

Waktu Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I, II, III, IV) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio
Pemberian ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat
meninggalkan SD (12 tahun). Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer,
sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibodi sampai pada tingkat
yang tertinggi
Cara Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 ml) langsung kemulut anak. Setiap membuka vial baru harus
Pemberian menggunakan penetes (dropper) yang baru
Efek Samping Vaksin polio pada sebagian kecil orang dapat menimbulkan gejala pusing, diare ringan, dan nyeri otot

KontraIndikasi defisiensi imunitas, demam (>38,5°C), konsumsi obat penurun daya tahan tubuh, kanker, penderita HIV,, dan alergi
pada vaksin polio,
Imunisasi Campak
Tujuan Imunisasi campak ditujukan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak

Waktu diberikan 1 kali pada umur 9 bulan selanjutnya imunisasi campak dosis kedua diberikan pada program school
Pemberian based catch-up campaign, yaitu secara rutin pada anak sekolah SD kelas 1.
Cara subkutan walaupun demikian dapat diberikan secara intramuskuler dengan dosis sebanyak 0,5 ml
Pemberian
Efek Samping demam lebih dari 39,5°C yang terjadi pada 5%-15% kasus, demam mulai dijumpai pada hari ke 5-6 sesudah
imunisasi dan berlangsung selama 5 hari. Ruam dapat dijumpai pada 5% resipian timbul pada hari ke 7-10
sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari. Terjadinya kejang demam, reaksi berat jika ditemukan
gangguan fungsi sistem saraf pusat seperti ensefalitis dan ensefalopati pasca imunisasi.diperkirakan risiko
terjadinya kedua efek samping tersebut 30 hari sesudah imunisasi
KontraIndikasi anak dengan imunodefisiensi primer , pasien TB yang tidak diobati, pasien kanker atau transplantasi organ,
mereka yang mendapat pengobatan imunosupresif jangka panjang atau anak immunocompromised yang
terinfeksi HIV.
Vaksin PCV
Vaksin pneumokokus (atau PCV : Pneumococcal Conjugate Vaccine) adalah vaksin berisi protein konjugasi

Tujuan mencegah penyakit akibat infeksi bakteri Streptococcus pneumoniae atau lebih sering disebut kuman pneumokokus,
ditujukan untuk mereka yang memiliki risiko tinggi terserang kuman pneumokokus. resiko tinggi
terserang pneumokokus (meskipun dari segi usia bukan risiko tinggi), yaitu anak dengan penyakit
jantung bawaan, HIV, thalassemia, dan anak dengan keganasan yang sedang
mendapatkan kemoterapi serta kondisi medis lain yang menyebabkan kekebalan tubuh berkurang
Waktu 3 kali dosis dasar dan 1 kali dosis boosting. Pada dewasa pemberian vaksin dibagi menjadi dua tahapan.
Pemberian Pertama, vaksin pneumokokus jenis konjugasi dan selanjutnya diberikan jenis vaksin pneumokokus polisakarida.
Sedangkan pada anak diberikan pada usia di bawah 1 tahun dengan dosis 3 kali, yaitu pada usia 2, 4 dan 6
bulan. Prinsip pemberian vaksin pneumokokus pada anak adalah vaksin diberikan pada anak usia 2 bulan
dengan interval 4 – 8 minggu dan diberikan selama 3 kali.
Cara Vaksin PCV dikemas dalam bentuk prefilled syringe dengan dosis 5 ml. Cara pemberian imuniasai PCV adalah
Pemberian dengan menyuntikkannya secara intramuskular. Pemberian Dosis pertama tidak dilakukan sebelum umur 6 minggu.
Pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yang kurang dari 1500 gram vaksin baru boleh diberikan
setelah bayi memiliki umur kronologik 6 - 8 minggu, atau dapat diberikan tanpa memperhatikan umur apabila
berat badan bayi telah mencapai lebih dari 2000 gram. Vaksin PCV dapat diberikan secara bersamaan dengan
vaksin lain seperti DPT, TT, HepB, HiB, MMR, atau varisela, dengan syarat harus menggunakan spuit yang terpisah
dengan masing - masing vaksin disuntikkan pada sisi badan yang berlainan.
Efek Samping Efek samping tersebut antara lain demam ringan dengan suhu rata - rata kurang dari 38 derajat celcius,
mengantuk, nafsu makan yang berkurang, muntah, mencret, reewel, dan muncul bercak kemerahan pada kulit.
Vaksin Rotavirus

Tujuan vaksin rotavirus adalah untuk memberikan tingkat perlindungan yang sama dengan perlindungan dari
infeksi alami. Rotavirus adalah penyebab utama gastroenteritis pada anak-anak.

Waktu Rotateq diberikan sebanyak 3 dosis: pemberian pertama pada usia 6-14 minggu dan pemberian ke-
Pemberian 2 setelah 4-8 minggu kemudian, dan dosisi ke-3 maksimal pada usia 8 bulan. Kedua, Rotarix
diberikan 2 dosis: dosis pertama diberikan pada usia 10 minggu dan dosis kedua pada usia 14
minggu (maksimal pada usia 6 bulan). Apabila bayi belum diimunisasi pada usia lebih dari 6-8
bulan.
Cara Diberikan melalui PerOral
Pemberian

Efek Beberapa bayi mengeluarkan rotavirus di kotoran mereka setelah dosis vaksin pertama.
Samping
Vaksinasi Influenza
Vaksin influenza dibuat berdasarkan rekomendasi WHO setiaptahun tentang strain-strain yang diperkirakan akan
dominanpada musim dingin yang akan datang dibelahan bumibersangkutan, perkiraan ini dibuat berdasarkan
surveilansinfluenza global yang diikuti oleh lebih dari 100 laboratorium diseluruh dunia. Untuk belahan bumi sebelah
utara, rekomendasiini dikeluarkan setiap bulan Februari untuk mengantisipasimusim dingin akhir tahun. Pada dewasa
ini, sejak beberapatahun terakhir, WHO merekomendasikan virus influenza 2strain dari subtipe A(H1N1) dan
A(H3N2) serta 1 strain dari tipeB untuk dibuat menjadi vaksin. Virus dibiakkan pada telurayam, oleh karena itu tidak
direkomendasikan untuk penderitaalergi telur

Tujuan Tujuan utama pemberian vaksin influenza pada anak adalah mencegah influenza berat dan komplikasinya.

Waktu Vaksin influenza diberikan pada usia lebih dari 6 bulan, diulang setiap tahun. Untuk imunisasi pertama kali
Pemberian (primary immunization) pada anak usia kurang dari 9 tahun diberi dua kali dengan interval minimal 4 minggu.
Untuk anak 6-36 bulan, dosis 0,25 mL. Untuk anak usia 36 bulan atau lebih, dosis 0,5 mL.
Cara vaksin influenza diberikan secara intramuskular pada paha anterolateral atau deltoid
Pemberian
Efek Samping Untuk mengurangi efek samping pada anak, vaksin influenza yang dianjurkan adalah vaksin split atau subuni

KontraIndikasi alergi terhadap komponan vaksin (misalnya telur) dan penyakit infeksi berat disertai atau tanpa demam.
Vaksin MMR
Tujuan ditujukan untuk mengeliminasi rubela (dan sindrom rubela kongenital), campak, dan gondong

Waktu Apabila sudah mendapatkan vaksin campak pada usia 9 bulan, maka vaksin MMR/MR diberikan pada usia 15
Pemberian bulan (minimal interval 6 bulan). Apabila pada usia 12 bulan belum mendapatkan vaksin campak, maka dapat
diberikan vaksin MMR/MR.
Cara Cara pemberian imunisasi MMR adalah dengan menyuntikan vaksin MMR pada sudut 30 derajat untuk mencapai
Pemberian daerah subkutan (di bawah kulit), dengan dosis penyuntikan vaksin MMR untuk satu orang anak adalah 0,5 mL
Efek Samping Efek samping yang paling sering dan umum terjadi pada anak adalah demam, dan efek samping yang jarang
terjadi diantaranya dapat berupa sakit kepala, muntah, bercak berwarna ungu pada kulit, nyeri di daerah
tangan atau kaki dan leher yang terasa kaku.
Vaksin Tifoid
Vi kapsuler polisakarida. Jenis vaksin ini adalah vaksin tifoid yang dipakai di Indonesia. Vaksin ini mengandung polisakarida Vi dari
kapsul bakteri Salmonella. Level protektif akan dicapai setelah 2-3 minggu dari pemberian vaksin.

Tujuan Mencegah Infeksi Tifus

Waktu Vaksin ini hanya direkomendasikan untuk individu diatas usia 2 tahun, diulang setiap 3 tahun.
Pemberian

Cara Vaksin tersedia dalam bentuk syringe siap pakai 0,5 ml yang berisi 25 mikrogram antigen Vi dalam buffer fenol
Pemberian isotonik. Vaksin diberikan secara intramuskular di deltoid

Efek Samping Efek samping yang bisa muncul pada anak setelah mendapatkan vakin tifoid adalah demam, sakit kepala, dan
muncul kemerahan di area kulit yang disuntikkan vaksin.
Vaksin HPV
Terdapat dua jenis vaksin HPV yang diproduksi yaitu vaksin HPV Bivalen dan ambivalen. Vaksin tersebut ditujukan, terutama
terhadap HPV (human papilloma virus) tipe 16 dan 18. yang selama ini merupakan penyebab terbesar terjadinya kanker serviks.
Vaksin ambivalen memberikan sistem proteksi pada tubuh dari ancaman virus HPV tipe 6, 11, 16 dan 18. Salah satu jenis vaksin
HPV ambivalen adalah gardasil yang sangat efektif untuk mencegah penyakit pada rahim dan kelamin terkait dengan virus HPV.
Tujuan Vaksin HPV atau vaksin untuk kanker serviks adalah vaksin yang dikembangkan untuk melindungi terhadap tipe
Human Papilloma Virus (HPV) tertentu. Vaksinasi HPV merupakan salah satu upaya pencegahan primer untuk
melindungi wanita dari kanker serviks
Waktu Bivalent : 0, 1, 6 bulan, misalnya vaksin ke-1 bulan Januari, vaksin ke-2 bulan Februari dan vaksin ke-3 bulan Juni
Pemberian Ambivalen : 0, 2, 6 bulan, misalnya vaksin ke-1 bulan Januari, vaksin ke-2 bulan Maret dan vaksin ke-3 bulan Juni
Cara vaksin HPV diberikan secara intramuskular pada lengan
Pemberian
Efek Samping demam serta kemerahan, nyeri dan bengkak di tempat suntikan. Efek samping lain yang sering ditemui adalah
berdarah dan gatal di tempat suntikan
TRIMAKASIH
DAFTAR PUSTAKA

• Anda, A., Beberapa, V., Hpv, V., Penelitian, V., & Gardasil, V. H. P. V. (n.d.). Vaksin Human papillomavirus ( HPV ).

• Gunardi, H., Kartasasmita, C. B., Hadinegoro, S. R., Satari, H. I., Soedjatmiko, S., Oswari, H., … Hendrarto, T. W. (2017). Jadwal Imunisasi Anak Usia 0 – 18 tahun
Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia 2017. Sari Pediatri, 18(5), 417. https://doi.org/10.14238/sp18.5.2017.417-22

• Hadinegoro, S. R. S., & Soedjatmiko, S. (2017). Rekomendasi Satgas Imunisasi. Sari Pediatri, 8(1), 84. https://doi.org/10.14238/sp8.1.2006.84-92

• Intervening, A., Arditiyan, A. K., & Suryandari, D. (2016). Influences of Experiences , Competencies , Independence and Professional Ethics toward The Accuracy of Audit
Opinion Delivery through Audito rs ’ Professional. 5(3), 238–247.

• Meningokokal, V., Campak-gondok-, V., Campak-gondok-, V., & Human, V. (n.d.). Efek samping vaksin.

• Moeloek, N. F. (2018). Vaksin Untuk Pencegahan, Serum Untuk Pengobatan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 5–6. Retrieved from www.depkes.go.id

• Pangesti, K. N. A., & Setiawaty, V. (2017). Masa Depan Vaksin Rotavirus Di Indonesia. Media Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, 24(4).
https://doi.org/10.22435/mpk.v24i4.3677.215-220

• Radji, M. (2014). Vaksin kanker. Majalah Ilmu Kefarmasian, VI(October), 109–118.

Anda mungkin juga menyukai