Aplastik
Pembimbing : dr. Andree Kurniawan Sp.PD
Disusun oleh : Fiona Wongkar (NIM:01073170168)
PENDAHULUAN
• Darah merupakan jaringan cair yang memiliki fungsi utama sebagai
transportasi di dalam tubuh kita
• Tiga jenis utama : sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(leukosit) dan keping darah (trombosit)
• Hematopoeisis merupakan proses yang terdiri dari proliferasi, maturasi dan
diferensiasi
leukopenia
• Insidensi diestimasikan lebih tinggi 2-3x lipat lebih tinggi di ASIA diperkirakan karena
paparan zat kimia toksik lebih tinggi
• Ketersediaan Obat yang dapat diperjualbelikan dengan bebas juga menjadi faktor
resiko untuk menjadi anemia aplastik karena beberapa jenis obat dapat mensupresi
sumsum tulang seperti kloramfenikol
• Frekuensi tertinggi anemia aplastik terjadi pada usia 15-25 tahun kemudian frekuensi
kedua tertinggi terjadi pada usia 65-69 tahun
KLASIFIKASI
1. Idiopatik : bila kausanya tidak diketahui dan 50% mencakup kasus
idiopatik
• Paparan radiasi
• Setelah paparan 7-10 hari akan
mencapai titik terendah dan
• Zat kimia
Pada dosis yang akan kembali normal ke titik
Zat buangan pabrik
tinggi dapat
Insektisida
menimbulkan
baseline selama 14-28 hari
Pestisida
kehilangan stem
sel ireversibel
Bahkan pasien
dapat meninggal
Obat-obatan yang
mereduksi sel Darah
• Azathioprine • Carbamazepine
• Kloramfenikol • Fenitoin
• Sulfonamide • Nifedipine
• Felbamate
• Infeksi virus yang diasosiasikan dengan pembentukan antigen yang
mirip dengan agen sumsum tulang (hepatitis, HIV, EBV) pada 5-10%
kasus. Induksi imun sekunder yang menginduksi terjadinya proses
autoimun dan destruksi jaringan stroma penunjang.
- Riwayat Penyakit Dahulu : infeksi virus dalam 6 bulan terakhir misalnya hepatitis
disease
• Pemeriksaan Fisik
- Konjungtiva anemis
- Perbesaran hati, limpa dan KGB umumnya tidak ditemukan, bila ditemukan
harus dicurigai leukimia dan limfoma
- serum Fe meningkat
- Bone Marrow Examination adalah gold standard examination untuk mendiagnosis anemia aplastik.
Biopsi sumsung tulang akan tampak hiposelular, hanya terisi lemak dan jaringan stroma sumsum, sel
hematopoiesis tidak tampak megaloblastik, infiltrasi dari sumsum tulang dengan sel maligna atau fibrosis
tidak tampak.
- FLOW CYTOMETRY Menganalisis antigen sel CD34+ yang ada di sel darah dan di
Anemia Aplastik jumlahnya sudah tidak ada, penting dilakukan sebelum
transplantasi untuk mengetahui kecocokan dari antibodi HLA dan memonitoring
antibodi setelah dilakukan transplantasi
CD34+
• Pemeriksaan Radiologis
Jumlah selular pada sumsum tulang <25% (atau 25% s/d 50% bila
<30% dari sel residual adalah hematopoietik) + setidaknya 2 dari
- infiltrasi sumsum tulang akibat infeksi seperti jamur atau kuman tuberkulosis
dapat menyebabkan pansitopenia
- yang disebabkan kondisi sepsis, infeksi virus akut. Perlu dilakukan pemeriksaan
darah rutin secara serial.
- Hemolisis pada darah akibat defisiensi sekelompok protein pada permukaan sel
Darah karena adanya abnormalitas struktural kromosom X .
Tatalaksana
• Pemilihan terapi didasarkan faktor usia pasien, kondisi
umum dan ketersediaan stem sel (matched sibling donor)
Terapi Konservatif
Trombosit <20.000/mm3
3. Menghindari dan mengatasi infeksi dengan antibiotik spektrum luas
4. Kortikosteroid
Prednisone 1-2 mg/kgBB/hari
Metilprednisolone 1 mg/kgBB/hari
Anti Thymocyte Globulin (ATG) 15-40 mg/kgBB/ hari IV selama 4-10 hari
Anti Lymphocyte Globulin (ALG) 15-40 mg/kgBB/ hari IV selama 4-10 hari
Terapi Kombinasi diberikan selama 2 minggu
Anti Thymocyte Globulin (ATG) 15-40 mg/kgBB/ hari IV selama 4-10 hari
Metilprednisolone 1 mg/kgBB/hari
dengan indikasi:
- anemia aplastik berat dengan usia >20 tahun dan bukan berat
✦ Perdarahan
✦ GVHD / Graft Versus Host Disease yang umumnya lebih sering terjadi pada
pasien lebih tua
PROGNOSIS
✦ Tergantung jumlah neutrofil, trombosit dan ada / tidaknya komorbid
• Schier, S. (2017). Aplastic Anemia: Pathogenesis, clinical manifestations, and diagnosis. [online] UpToDate. Tersedia
dari: https://www.uptodate.com/contents/aplastic-anemia-pathogenesis-clinical-manifestations-and-
diagnosis?csi=4ecacdf9-4787-4758-a27d-f2131f990ec4&source=contentShare
• Alwi, I dan Simon Salim. Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam . Edisi keempat. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2017; 451-54
• StemCell P. Article Detail - Prodia Stemcell Indonesia [Internet]. Prostem.co.id. 2019 [cited 22 June 2019]. Available
from: http://prostem.co.id/articles/view/aplikasi-flow-cytometry-untuk-stem-cells-terapi
• Anemia Aplastik [Internet]. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana; 2016 [cited 22 June 2019]. Available from:
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/48499e8dd124c2ac40269796189dd820.pdf
• Killick SB, Bown N, Cavenagh J, et al. Guidelines for the diagnosis and management of adult aplastic anaemia. Br J
Haematol 2016; 172:187.
• Young NS, Scheinberg P, Calado RT. Aplastic anemia. Curr Opin Hematol 2008; 15:162.
• Issaragrisil S, Kaufman DW, Anderson T, et al. The epidemiology of aplastic anemia in Thailand. Blood 2006;
107:1299.
• Setiati, S dan Idrus Alwi, Hematologi. Paroksisimal Nokturnal Hemoglobinuria. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi keenam.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2015; 2641-43
• Setiati, S dan Idrus Alwi, Hematologi. Sindrom Dismielopoietik. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi keenam. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2015; 2713-16