1
DAFTAR GAMBAR
2
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit Kawasaki adalah sindrom vaskulitik febril akut pada masa kanak-
kanak awal. Kelainan ini juga disebut sindrom nodus limfa mukokutaneus dan
periarteritis nodosa. Penyakit autoimun ini sudah menjadi penyebab utama dari
penyakit jantung didapat disamping demam rematik. Sindrom Kawasaki pertama
kali diperkenalkan pada tahun 1967 oleh Dr. Tomisaku Kawasaki, yang melaporkan
50 kasus penyakit dengan gejala-gejala yang khas pada anak Tokyo Red Cross
Medical Center di Jepang. Anak-anak ini memiliki gejala demam, ruam, injeksi
konjungtival, limfadenitis servikal, inflamasi bibir dan rongga mulut, serta eritema
dan edema pada tangan dan kaki.
jaringan-jaringan tersebut.1
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Definisi
tenggorok.1
2. 2 Etiologi
4
Barr, rubeola, rubella, hepatitis, parainfluenza, Toksin yang diproduksi oleh atau
reaksi imunologik terhadap streptokokus sanguis, treponema pallidum, leptospira,
2. 3 Epidemiologi
Angka kejadian penyakit kawasaki pada anak-anak Asia adalah yang tertinggi jika
dibandingkan dengan ras-ras lain, tapi penyakit ini dapat terjadi pada semua ras
di dunia. Penyakit kawasaki bukanlah penyakit baru, dari hasil otopsi pada anak-
anak dengan periarteritis nodosa sebelum tahun 1960 mengarah pada penyakit
Sindrom ini lebih sering ditemukan di Jepang, Taiwan, dan Korea. Prevalensi
sindrom Kawasaki meningkat dari tahun 1967 sampai pertengahan 1980an dan
meningkat pada 5000-6000 kasus per tahun. Insidens tertinggi sindrom Kawasaki
telah dilaporkan di Jepang, dimana frekuensi penyakit ini 10 sampai 20 kali lebih
tinggi di negara-negara Barat. Kira-kira 5000-6000 kasus dilaporkan tiap tahun di
Jepang. Insidens tahun 2000 adalah 134,2 kasus per 100.000 anak-anak di bawah 5
tahun. Wabah terjadi di Jepang saat tahun 1979, 1982, dan 1985. Tidak ada wabah
terjadi sejak tahun-tahun itu.3 Kejadian tahunan dilaporkan pada populasi kulit
putih di luar Amerika Serikat adalah sama dengan yang dilaporkan dalam populasi
AS, dengan 11,3-14,7 kasus per 100.000 anak berusia kurang dari 5 tahun di
Kanada dan 3,6 kasus per 100.000 anak berusia kurang dari 5 tahun di Australia.
Dari 1999-2000, kejadian di Inggris adalah 8,1 kasus per 100.000 anak. Di
Indonesia, PK masih jarang dilaporkan, sekitar lebih dari 100 kasus terutama sekitar
ini diduga hanya sebagian kecil dari kasus sebenarnya namun tidak terdeteksi.
5
pada laki-laki dibanding perempuan. Perbandingan laki-laki dan perempuan
berjarak sekitar 1,3-1,83:1 tergantung pada negara dimana statistik dilaporkan.
Arthritis tampak lebih sering pada anak perempuan daripada laki-laki. Kematian
dan komplikasi serius lebih sering pada anak laki-laki daripada perempuan.
Kira-kira 85-90% kasus sindrom Kawasaki terjadi pada anak-anak berumur di bawah
5 tahun; 90-95% kasus terjadi pada anak di bawah 10 tahun. Di Amerika Serikat,
insidens memuncak pada anak-anak berumur 6-12 tahun. Anak 1–2 tahun merupakan
kelompok usia yang paling rentan, karena pada periode ini imunitas tubuh belum
sempurna. Bayi <1 tahun masih memiliki antibodi dari ibunya dan anak >2 tahun
telah mengalami perkembangan sistem imun. Jarang pada bayi < 3 bulan tetapi
pernah dilaporkan pasien umur 20 hari maupun 12 hari yang ditemukan di jepang.
Sindrom Kawasaki jarang dilaporkan pada remaja dan orang dewasa, yang
kebanyakan di antara 18-30 tahun. Kurang dari 60 pasien dewasa dilaporkan di
literatur dengan lokasi geografis berbeda, meliputi 25 di Eropa, 23 di Amerika Utara,
bahwa PK lebih sering dijumpai pada status ekonomi tinggi. Waktu tersering
dilaporkan pada saat musim dingin dan musim semi. Angka kekambuhan antara 1–
3%, dengan insidensi tertinggi muncul 2 tahun setelah serangan yang pertama dan
lebih sering pada pasien dengan usia lebih muda dan mempunyai lesi koroner.
2. 4 Patofisiologi
Penyebab pasti pada penyakit kawasaki belum diketahui. Rowley et al. Menemukan
antibody Imunoglobulin A (IgA) yang berikatan dengan struktur spheroid pada
bronkus penderita kawasaki. Antibodi ini merupakan inclusion bodies berisi protein
dan asam nukleat yan merupakan ciri khas infeksi yang disebabkan oleh virus. Dari
hasil temuan ini mereka menduga bahwa penyebab penyakit kawasaki adalah infeksi
virus yang masuk melalui saluran pernapasan.
6
dengan cepat diikuti oleh proliferasi limfosit CD8+ (sitotoksik) dan sel plasma
penghasil IgA. Sel-sel inflamasi mensekresi bermacam-macam sitokin (seperti
tumor necrosing factor (TNF), faktor pertumbuhan endotelial vaskular, faktor
kemotaksis dan aktifasi monosit), interleukin (IL, misal: IL-1, IL-4, IL-6), dan
matriks metaloproteinase (MMP, terutama MMP3 dan MMP9) yang
menargetkan sel-sel endotel dan menyebabkan serangkaian peristiwa yang
menghasilkan fragmentasi lamina elastis internal dan kerusakan vaskular.
7
Gambar 2. 1 Ilustrasi mekanisme terjadinya aneurisma dan stenosis pada KD
Pada pasien KD, terdapat gangguan fungsional dan struktural pada arteri
koroner akibat aktivasi berbagai mediator pro -inflamasi. Gangguan fungsional berupa
gangguan reaktivitas vaskuler yang bergantung pada endotel dan gangguan kapasitas
fibrinolitik. Gangguan struktural berupa penghancuran elastin dan degradasi dinding
pembuluh darah. Penghancuran elastin dinding arteri koroner penderita KD
disebabkan oleh adanya enzim matrix metalloproteinase (penghancur elastin) dan
menurunnya kadar cystatin C (penghambat penghancuran elastin).4 Degradasi dinding
pembuluh darah disebabkan oleh aktivasi TNF-α. Gangguan fungsional dan struktural
ini pada akhirnya berujung pada aneurisma arteri koroner, yang dapat menetap atau
berkembang menjadi stenosis. Stenosis pada fase lanjut akan berujung pada iskemia
atau infark.
Pada penyakit kawasaki yang akut, infiltrat peradangan, termasuk IgA akan
muncul pada jaringan non-vaskular pada penyakit kawasaki, trmasuk pada otot jantung,
saluran nafas atas, pankreas, ginjal, dan saluran billier, sehingga dapat disimpulkan
bahwa agen yang infeksius dapat memacu respon imun pada semua jaringan. Tidak
ada gejala sisa berarti yang muncul pada jaringan-jaringan non vaskular ini setelah
8
Gambar 2. 2 Tunica Media
2. 5 Manifestasi Klinis
Sering kali penyakit ini terlupakan dan baru terdiagnosis setelah anak
menderita demam tinggi berkepanjangan dan pemeriksaan darah terhadap adanya
infeksi yang rutin dikerjakan (seperti infeksi typhus, infeksi hepatitis,
tuberkulosis) menunjukkan hasil yang negatif. Penyakit Kawasaki memiliki
beberapa fase. Gambaran klinis PK tidak bersifat patognomonik. Presentasi klinis
sindrom Kawasaki bervariasi seiring waktu, dengan perjalanan klinis dibagi secara
konvensional menjadi 3 stadium: akut, subakut, dan konvalesen (penyembuhan).
Tahap akut febril : tahap akut dimulai dengan onset tiba-tiba demam dan
berlangsung sekitar 7-14 hari. Demam biasanya tinggi spiking (suhu puncak 39-
40 derajat) atau bisa lebih tinggi. dan remiten tanpa disertai gejala prodromal
seperti batuk, bersin dan pilek. Demam resisten terhadap antibiotik / antipiretik
dan dapat bertahan sampai dengan 3-4 minggu bila tidak diobati. Semakin lama
periode demam berlangsung, semakin besar kemungkinan aneurisma.
9
Gambar 2. 3 Perjalanan gejala pada Kawasaki Disease
10
Gambar 2. 4 Manifestasi Klinis Penyakit Kawasaki
Gambar 2. 5 (A) Injeksi konjungtiva bilateral, (B) Eritema, fisura, dan deskuamasi bibir disertai
strawberry tongue, (C) dan (D) Eritema dan edema pada kaki dan tangan, (E) Eksantema kulit, (F)
Eksantema yang meluas sampai perineum.
Dengan terapi yang tepat, dosis tinggi aspirin, dan imunoglobulin intravena
(IVIG), demam biasanya remisi dalam waktu 48 jam. Setelah 2–5 hari demam,
gejala lain pada kulit dan mukosa akan muncul. Ruam eritema umumnya timbul
dalam 5 hari setelah demam.
Selain demam minimum 5 hari, tanda dan gejala fase ini dapat mencakup sebagai
berikut:
11
• Konjungtivitis bilateral non-eksudatif dan tanpa edema konjungtiva, atau
ulkus kornea. (90%) Mulai 1–2 minggu tetapi dapat berlangsung sampai beberapa
minggu. Injeksi meliputi konjungtiva bulbar dan tidak ditemui pada limbus. Sifat
eksudatif terdapat pada 5% kasus PK.
• Eritema (80-90%) dan edema pada tangan dan kaki ataupun seluruh tubuh,
yang terakhir menghambat ambulasi (pergerakan) dan rasa nyeri (sulit dibedakan
dengan nyeri arthritis. Biasanya, eritema dan bengkak akan berkurang setelah panas
turun. Eritema bersifat tegas, mengenai daerah proksimal ataupun hinga
pergelangan tangan dan kaki. Erupsi diawali dengan eritema pada telapak tangan
dan kaki.
12
• Kelainan mukosa (80-90%) pada orofaring PK dapat bermacam-macam,
termasuk kekeringan dan fisura (celah) bibir, eritema pada bibir, rongga mulut,
mukosa bukal dan mukosa faring, inflamasi noneksudatif pada tenggorokan, dan
strawberry tongue
• Disfungsi hati, ginjal, dan gastrointestinal seperti muntah dan diare (65%
pasien)
13
Gambar 2. 5 Gambaran eritema Gambar 2. 6 Wajah pasien penyakit kawasaki dengan
pada seluruh badan injeksi konjungtiva, bibir pecah-pecah, dan skin rash
14
Gambar 2. 7 Lidah stroberi
15
Gambar 2. 9
Skin rash dan lymphadenopati servikal (sisi kanan, diameter >1.5 cm ).
Tahap subakut dimulai saat demam telah mereda, dan terus sampai minggu
4-6 (hari 11-25). Tanda khas dari tahap ini adalah deskuamasi dari jari-jari,
trombositosis (jumlah platelet dapat melebihi 1 juta / uL), dan pengembangan
aneurisma koroner. Risiko kematian mendadak adalah tertinggi pada tahap ini.
• Deskuamasi jari tangan dan jari kaki yang dimulai dari ujung jari tangan
dan jari kaki adalah khas. Sekitar 10–15 hari setelah awitan penyakit, didapatkan
fisura antara kuku dan ujung jari, kemudian terjadi deskuamasi yang meluas
16
meliputi telapak tangan sampai pergelangan atau telapak (kasus berat).
Deskuamasi tipis dan generalisata terutama pada kulit yang sebelumnya berwarna
merah. Deskuamasi juga bisa didapatkan pada daerah perineal seperti halnya pada
tangan dan kaki.
17
Tabel 1 Skor Harada
18
Gambar 2. 11 Gambaran Beau line pada
kuku
Fase kronis; Tahap ini penting secara klinis hanya pada pasien yang telah
mengalami komplikasi jantung. Durasinya adalah sangat penting seumur hidup
karena aneurisma yang terbentuk di masa kecil mungkin pecah di masa dewasa.
Dalam beberapa kasus aneurisma pecah dalam kehidupan dewasa, review cermat
sejarah medis masa lalu telah mengungkapkan penyakit demam saat anak-anak
dengan etiologi tidak diketahui.
Temuan lain yang mungkin dijumpai antara lain piuria steril (pada 60% kasus),
gangguan fungsi hepar (40%), arthritis sendi besar (30%), meningitis aseptik (25%),
nyeri perut dengan diare (20%), hidrops kandung empedu dengan ikterus (10%).
Artritis dan atralgia pada sendi besar atau kecil dapat timbul pada minggu pertama.
Anak dengan KD umumnya lebih gelisah dibanding anak dengan penyakit demam lain.
Kelumpuhan nervus fasialis dan tuli sensori-neural frekuensi tinggi sementara dapat
terjadi. Pada 1/3 kasus, terdapat keluhan gastrointestinal seperti diare, muntah, dan
nyeri perut. Temuan lain yang lebih jarang antara lain pembengkakan testis, nodul
pulmonal, efusi pleura, hepatomegali, jaundice, dan hidrops kantung empedu.
Kelainan
19
muskulus papilaris, infark, atau valvulitis. Gangguan katup dapat berujung pada
pemulihan, gangguan katup menetap, atau kematian akibat infark miokard.
2. 6 Diagnosis
Pada penyakit Kawasaki tipikal atau tipe klasik, tidak ada cara spesifik
untuk mendiagnosisnya, karena iu diagnosis berdasarkan pada kriteria kliniknya
saja, dimana terdapat demam minimal 5 hari dengan 4 atau lebih kriteria dari 5
gejala klini mayor dan mengecualikan diagnosis lainnya. Penyakit Kawasaki
dapat didiagnosis hanya denga 3 gejala klinik apabila terdapat ketidaknormalan
Kriteria mayor
(Sumber : The Permanente Journal/ Winter 2009/ Volume 13 No. 1):
• Perubahan mukosa oral, termasuk bibir merah atau retak, faring erite, atau
lidah stroberi
20
(500.000-1.000.000 mm3). Nilai ini akan mengalami penurunan pada
minggu ke-4 sampai ke-8.
• Temuan lain yang tidak terlalu spesifik antara lain peningkatan ringan
transaminase, hiperbilirubinemia, hipoalbuminemia, dan peningkatan leukosit
urin. Sebagian penderita mengalami peningkatan troponin I pada fase akut.
21
karena itu kata “inkomplit” dipakai dibanding “atipikal” untuk mendeskripsikan
kasus-kasus ini. Kasus inkomplit biasanya terjadi pada anak berumur di bawah 6
bulan. Pada kondisi ini, demam ditambah hanya 3 gejala dapat menegakkan
diagnosis. Dasar pemikirannya adalah bahwa penatalaksanaan aman dan efektif
dan bahwa kegagalan untuk mendiagnosis sindrom Kawasaki dapat
mengakibatkan prognosis yang buruk. Pada kasus dengan gambaran klinis yang
jelas, diagnosis PK dapat dibuat sebelum hari ke-5 panas. Pada beberapa kasus
gejala klinis penyakit ini muncul secara bertahap, sehingga dengan berjalannya
Jika CRP adalah 3 mg / dL atau lebih tinggi dan LED adalah 40 mm / jam atau
lebih, langkah berikutnya adalah untuk mengukur albumin, alanine
aminotransferase (ALT), trombosit, dan hitung WBC dan menguji air seni untuk
• Albumin ≤3 g/dL
• Peningkatan ALT
22
• Leukosit> 12.000 atau >15.000/mm3
Dengan tidak adanya gold standar untuk diagnosis, algoritma ini tidak
dapat menjadi bukti melainkan mewakili pendapat komite ahli. Konsultasi dengan
23
para ahli harus dicari bila diperlukan. Bayi > 6 bulan demam hari ke-7 tanpa
memiliki kriteria klinis. Salah satu penyebab tersulit dalam diagnosis penyakit ini
adalah gambaran klinisnya dapat muncul secara bertahap dan gambaran yang
2. 7 Diagnosis Banding
Diagnosis banding pada kawasaki sering berkaitan dengan infeksi virus pada
tahap awal pada penyakit. Berikut ini adalah tabel perbandingan antara penyakit
Diagnosis banding berdasar manifestasi kulit dan mukosa antara lain: bibir:
SJS atau eritema multiforme dan S4; kulit: multiforme, erupsi obat, S4, scarlet
24
fever, dan TSS; kelenjar getah bening: infeksi bakteri atau tuberkulosa; mata:
konjungtivitis; lidah: scarlet fever; inguinal: S4 dan infeksi streptokokus; jari-jari:
scarlet fever (deskuamasi). Perlu dipertimbangkan pula pada bibir: keilitis; kulit:
viral exanthem (roseola, rubela) dan Hipersensitivitas terhadap dilantin; mata:
leptospirosis, serta inguinal: kandidiasis.
2. 8 Pemeriksaan Penunjang
25
Beberapa pemeriksaan penunjang medik pada penyakit Kawasaki dapat
menunjukkan hasil sebagai berikut :
• Tes fungsi hati terdapat peradangan hati dan serum albumin rendah.
• Urinalisis terlihat sel darah putih dan protein dalam urin (piuria dan
proteinuria), tanpa disertai pertumbuhan bakteri.
2.8.1 Laboratorium
26
Leukositosis merupakan pemeriksaan laboratorium yang khas selama fase akut,
dengan gambaran dominan granulosit matur dan imatur. Kurang lebih 50%
memiliki nilai leukosit melebihi 15.000/mm, leukopeni jarang terjadi. Anemia
sering ditemukan pada penyakit Kawasaki dengan morfologi sel darah merah yang
normal. Anemia hemolitik berat memerlukan tranfusi, dan biasanya berhubungan
dengan infus intravena imunoglobulin. Peningkatan Laju Endap Darah (LED) dan
CRP ditemukan pada penyakit Kawasaki, biasanya kembali normal 6 sampai 10
minggu setelah serangan dari penyakit. Namun perlu diingat bahwa peningkatan
LED tanpa peningkatan CRP dapat terjadi karena terapi imonoglobulin, sehingga
penilaian LED tidak dianjurkan pada pasien yang mendapatkan terapi
imunoglobulin. Pada fase lanjut ditemukan trombositosis antara 500.000 sampai 1
juta/mm3. biasanya timbul pada minggu kedua, dan mencapai puncaknya pada
minggu ketiga dan kembali normal pada minggu 4 sampai 8 setelah serangan
2.8.2 Radiologi
27
Ekokardiografi adalah studi pilihan untuk mengevaluasi aneurisma arteri koroner
selama tahap akut. Sekuele utama KD berkaitan dengan kardiovaskuler, terutama
sistem arteri koroner (5–15% pasien KD akut) .Dalam urutan tertinggi ke
frekuensi terendah, keterlibatan dari arteri koroner adalah sebagai berikut:
1. Arteri koroner kiri proksimal anterior descending dan a. koronaria kanan
2. Cabang utama arteri koroner kiri
3. Arteri sirkumfleksa kiri
4. Arteri koroner kanan bagian distal
5. Arteri posterior descending
koroner.5
28
Gambar 2. 12 Foto Rontgen polos dada yang menunjukkan aneurisma besar pada arteri
koronaria.
29
2.8.3 Lain-lainnya
2. 9 Penatalaksanaan
Oleh karena penyebab penyakit kawasaki belum diketahui, maka tidak tersedia
terapi spesifik. Pengobatan biasanya bersifat suportif. Terapi untuk keterkaitan
kardiovaskular sangat rumit dan tidak terdapat keseragaman cara tatalaksaanya.
Berbagai regimen dianjurkan untuk pengobatan penyakit kawasaki dengan
kelebihan dan kelemahannya. Untuk mengurangi resiko komplikasi,
penatalaksanaan dilakukan segera setelah kemunculan gejala dan tanda, terutama
apabila masih ada demam. Tujuan penatalaksanaan awal adalah menurunkan
demam dan inflamasi serta mencegah kerusakan jantung.
Terapi KD dengan aspirin dan IVIG dalam 10 hari setelah awitan demam dapat
menurunkan risiko AAK dari 20% menjadi <5%. Namun, 10–20% pasien KD
yang diobati akan mengalami demam dan gejala lain yang menetap (non-
responder), dan berisiko mengalami AAK:
• Gamaglobulin
30
penyakit kawasaki. Di masa lalu, IVIG diberikan sebagai dosis rendah selama 4
hari (400 mg / kg / hari), namun studi baru telah menunjukkan bahwa dosis tunggal
yang tinggi lebih efektif. Dalam prakteknya saat ini, dosisnya adalah 2 g / kg secara
intravena dalam waktu 10-12 jam. Jika mungkin, IVIG paling baik diberikan dalam
7 hari pertama.
• Aspirin:
Aspirin dosis tinggi dapat membantu menangani inflamasi. Aspirin juga bisa
mengurangi rasa sakit dan inflamasi sendi, juga menurunkan demam.
Penanganan sindrom Kawasaki merupakan pengecualian terhadap aturan tidak
boleh menggunakan aspirin pada anak-anak. Sebagian besar ahli menggunakan
dosis tinggi aspirin untuk jangka waktu bervariasi, diikuti dengan dosis rendah
aspirin untuk efek antiplatelet nya. Aspirin dosis tinggi (80-100 mg / kgBB/ hari
secara oral dibagi dalam 4 dosis) diberikan pada fase akut untuk efek anti-
inflamasi dan dikombinasikan dengan IVIG. Hal ini berlanjut sampai hari ke-14
penyakit atau sampai pasien telah afebris untuk 48-72 jam. Institusi lain
menurunkan dosis aspirin jika pasien tidak demam selama 48-72 jam. Setelah
pasien tetap afebris untuk 48-72 jam (saat aspirin dosis tinggi dihentikan), dosis
rendah aspirin dimulai untuk aktivitas antiplatelet nya. Dosisnya Sekitar ~10%
pasien KD mengalami kegagalan terapi dengan IVIG pertama. Kegagalan
pengobatan didefinisikan sebagai demam yang persisten atau kambuh kembali ≥36
jam setelah selesainya pemberian IVIG infus awal. Terdapat beberapa pilihan terapi
untuk kegagalan pengobatan yang memerlukan keahlian lanjut, seperti pengulangan
IVIG kedua atau ketiga, steroid, transfusi tukar, ulinastatin, abciximab, antibodi
monoklonal, serta agen sitotoksik:
31
yang menunjukan adanya angka terjadinya aneurisma pada pemakaian
kortikosteroid.
32
• Pemasangan stent: Prosedur ini menanam alat pada arteri yang
tersumbat untuk membantu membiarkan arteri teap terbuka dan mengurangi
resiko sumbatan ulang. Pemasangan stent dapat menemani angioplasti.
33
• Inflamasi pembuluh darah (vaskulitis), biasanya arteri koronarius, yang
menyuplai darah ke jantung.
dengan perawatan.2 Dengan penanganan tepat dan cepat, prognosis bagus. Data
2. 11 Pencegahan
34
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
1. Rowley AH, Shulmen ST. Kawasaki Disease. In: Behrman RE, Kleigemen RM,
Jenson HB. Nelson text bok of Pediatrics. 18th ed. Philadelphia 2007: 1036-1042.
2. Holmen RC, Belay ED, Christensen KY, Folkema AM, Steiner CA, Schonberger
LB. Hospitalization for Kawasaki Syndrome among children in the United States.
1997-2007. Pediatric Infect Dis J. Jun 2010; 29 (6): 483-8.
35
10. Circulation . (2001) .Diagnostic Guidelines for Kawasaki Disease. Diperoleh
19 Maret 2014, dari http://circ.ahajournals.org/content/103/2/335.full.pdf+html
15. Hay WW, Levin MJ, Sondheimer JM, Deferding RR. Kawasaki Disease. In:
Hay WW, Levin MJ, Sondheimer JM, Deferding RR. Lange Current Diagnosis &
Treatment Pediatrics. 19th ed. USA 2009: 556-7.
16. Rowley AH, Shulmen ST. Kawasaki Disease. In: Behrman RE, Kleigemen
RM, Jenson HB. Nelson text bok of Pediatrics. 18th ed. Philadelphia 2007: 1036-
1042.
36