Anda di halaman 1dari 62

Pleno Pemicu 7

Kelompok 1
Blok Penginderaan
• Tutor : dr. Linda
• Ketua : Albert
• Sekretaris : Silvia Dwi Mustika
• Penulis : Mediana Adrianne Riyanto

• Anggota
• David Johan Varianto
• Yogiswara wiwardhana
• Elsiana Laurecia
• Galuh Eka Tantri
• Alicia Angelina
• Sri sinta
• Mutiara Lirendra
• Dita Prameswari
• Jasen Hutomo
Efloresensi

Lesi
Erirtroskuamosa

Ichtyosis Pitirasis
Etiologi
vulgaris rosea

Genetik Jamur Bakteri


• Psoriasis • Dermatitis seboroic • Erytrasma
• Mikosis superficial • Sifilis
• Morbus Hansen tipe MB
Dermatosis eritroskuamosa
• Penyakit kulit yang terutama ditandai dengan adanya eritema dan
skuama
• Psoriasis
• Parapsoriasis
• Pitiriasis rosea
• Eritroderma
• Dermatitis seboroik
• Lupus eritomatosus
• Dermatofitosis
Mikosis superfisialis
• Dermatofitosis
• Nondermatofitosis
• Pitiriasis versikolor
• Piedra hitam
• Piedra putih
• Tinea nigra palmaris
• Otomikosis
• keratomikosis
Dematofitosis
• Tinea kapitis  kulit dan rambut kepala
• Tinea barbae  dagu dan jenggot
• Tinea kruris  genitokrural, sekitar anus, bokong, kadang-kadang sampai
perut bagian bawah
• Tinea pedis et manum  kaki dan tangan
• Tinea unguium  kuku
• Tinea korporis  selain dari atas

Jamur memecah keratosit


(Mycrosporum, Trychophyton dan Epidemophyton)
TINEA CAPITIS
• Tinea capitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang
disebabkan oleh spesies dermatofita
• Kelainan ini dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-merahan,
alopesia dan kadang-kadang terjadi gambaran klinis yang lebih berat
 karion
Dalam klinik tinea capitis dapat dilihat sebagai 3 bentuk yang jelas (
RIPPON, 1970 dan CONANT dkk.,1971) :
1. Grey patch ringworm
2. Kerion
3. Black dot ringworm
Grey Patch Ringworm
• Biasanya disebabkan Microsporum
• Sering ditemukan pada anak-anak
• Penyakit dimulai dengan papul merah yang kecil disekitar rambut  melebar  bercak  pucat
dan bersisik
• Keluhan adalah rasa gatal, warna rambut  abu-abu & tidak berkilat lagi serta mudah patah &
terlepas dari akarnya  mudah dicabut tanpa rasa nyeri
• Semua rambut didaerah tersebut mudah terserang jamur  terbentuk alopesia setempat  Grey
patch
• Pemeriksaan dengan lampu Wood dapat dilihat fluoresensi hijau kekuning-kuningan pada rambut
yang sakit melampaui batas-batas grey patch
• Pada kasus tanpa keluhan, pemeriksaan lampu Wood banyak membantu dalam diagnosis
• Tinea capitis yang disebabkan Microsporum audouini biasanya disertai tanda peradangan ringan
Kerion
• Merupakan reaksi peradangan yang berat pada tinea capitis, berupa
pembengkakan yang menyerupai sarang lebah dengan sebukan sel radang yang
padat disekitarnya
• Bila penyebabnya :
• Microsporum canis dan Microsporum gypseum  pembentukan kerion ini lebih sering dilihat
• Bila penyebabnya Trichophyton tonsurans  agak kurang
• Bila penyebabnya Trichophyton violaceum  sedikit sekali
• Kelainan ini dapat menimbulkan jaringan parut dan berakibat alopesia yang
menetap, jaringan parut yang menonjol juga kadang dapat terbentuk
Black Dot Ringworm
• Disebabkan Tricophyton tonsurans & Trichophyton violaceum
• Pada permulaan penyakit, gambaran klinisnya menyerupai kelainan yang
disebabkan oleh genus Microsporum
• Rambut yang terkena infeksi patah tepat pada muara folikel dan yang tertinggal
adalah ujung rambut yang penuh spora  ujung rambut yang hitam di dalam
folikel rambut ini memberi gambaran khas yaitu Black dot
• Tinea capitis juga akan menunjukkan reaksi peradangan yang lebih berat, bila
disebabkan oleh Trichophyton mentagrophytes dan Trichophyton verrucosum
yang keduanya bersifat zoofilik
Tinea Barbae
TINEA KRURIS
• Merupakan dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum, dan sekitar anus
• Dapat bersifat akut atau menahun bahkan seumur hidup
• Lokasi : Lesi kulit dapat terbatas pada daerah genito-krural saja, atau meluas ke daerah sekitar
anus, daerah gluteus dan perut bagian bawah atau bagian tubuh lain
• Gejala :
• Kelainan kulit yang tampak pada sela paha merupakan lesi berbatas tegas
• Peradangan pada tepi lebih nyata daripada daerah tengahnya
• Efloresensi terdiri atas macam-macam bentuk yang primer dan sekunder (polimorfi)
• Bila menahun, dapat beruba bercak hitam disertai sedikit sisik
• Erosi dan keluarnya cairan biasanya akibat garukan
• Sering terjadi di Indonesia
Tinea Pedis
Definisi •Dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela-sela jari dan telapak
kaki
•Sering pada orang yg kehidupan sehari-harinya bersepatu tertutup
disertai perawatan kaki buruk, atau kaki yang sering basah.
Etiologi Trichophyton rubrum, T. mentagrophyte, Floccosum
Epidermophyton, Dimidiatum Scytalidium, Hyalinum Scytalidium,
Candida
F/ predisposisi Panas, lembab, occlusive footware
Gambaran •Interdigital tinea pedis
klinik •Chronic hyperkeratotic tinea pedis
•Inflammatory/vesicular tinea pedis
Diagnosa •Pemeriksaan potassium hydroxide (KOH)
•Fungal culture
Pengobatan •Topical imidazoles, allylamines, pyridones, benzylamines
•Oral antimycotics
15
BEBERAPA BENTUK TINEA PEDIS
• Interdigitalis
• Antara jari IV dan V → fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis
• Maserasi → kulit putih dan rapuh
• Moccasin foot
• Seluruh kaki (telapak, tepi, s/d punggung kaki) → kulit menebal dan bersisik;
eritema ringan terutama pada tepi lesi. Bagian tepi lesi dapat terlihat papul /
vesikel. Kronis dan sering resisten
• Subakut / inflamasi
• Mulai dari sela jari kaki → punggung / telapak kaki. Vesikel, vesiko-pustul,
kadang-kadang bula
Pencegahan
• Cuci kaki dan jari-jari kaki setiap hari
• Mengeringkan kulit antara jari-jari kaki dengan bersih setelah dicuci
• Jangan berbagi handuk di ruang ganti komunal
• Ganti kaus kaki setiap hari
• Bergantian antara sepatu yang berbeda setiap 2-3 hari
• Ketika di rumah, tidak menggunakan sepatu dan kaus kaki untuk
membiarkan udara sampai ke kaki

19
Tinea unguium
 Infeksi jamur dermatofita pada kuku
 Sering mengenai orang dewasa dan seiring dengan tinea manus dan pedis
 Kuku terlihat menjadi rusak dan rapuh serta warnanya menjadi suram,
Permukaan menebal, di bawah kuku tampak detritus yang mengandung elemen-
elemen jamur
 Bila infeksi ringan terlihat bercak-bercak putih dan kasar di permukaan kuku
 Diagnosis Banding:
 Onikodistrofi oleh kandidiasis, onikodistrofi oleh trauma dan psoriasis kuku
Tinea korporis
• Suatu infeksi jamur pada kulit halus tanpa rambut (glabrous skin) di daerah leher, wajah,
lengan dan bokong
• Sering dijumpai pada orang dewasa
• Manifestasi klinis:
• Berupa lesi anuler dengan tepi polisiklis
• Pada daerah tepi tampak vesikel-vesikel kecil dengan skuama halus dan aktif dan
dijumpai daerah penyembuhan sentral
• Rasa gatal bertambah pada waktu berkeringat
• Bentuk lain ialah Tinea Imbrikata
• Lesi berupa plakat, polisiklis atau bulat dengan susunan skuama membentuk
lingkaran konsentris tersusun seperti atap genting dan menghadap ke sentral
• Diagnosis Banding
• Pitiriasis rosea, psoriasis vulgaris, pemfigus foliaseus dan eksema numuler
• Tinea imbrikata
• Bentuk khas dari trichophyton concentricum
• Bentuk papul coklat, perlahan jadi besar
• Terbentuk lingkaran skuama yang konsentris
• Pada awal, penderita sangat gatal, tapi bila kronik bisa tanpa keluhan
• Biasanya disertai tinea unguium
• Pada kronik, lesi kadang dpt menyerupai iktiosis
• Kulit kepala biasa terserang tapi rambut tidak
KANDIDIASIS
Definisi Penyakit yang disebabkan infeksi jamur Candida spp → kelainan kulit, kuku, membran
mukosa, traktus GI, atau sistemik
Epidemiologi • Semua usia
• Laki-laki maupun perempuan
• Transmisi → kontak langsung
Etiologi Candida spp (Candida albicans, Candida dubliniensis, Candida glabrata)
Faktor Predisposisi • Perubahan fisiologis → usia, kehamilan, haid
• Faktor mekanik → trauma (luka bakar, aberasi), oklusi lokal, kelembaban, maserasi,
kegemukan
• Faktor nutrisi → avitaminosis, defisiensi Fe, malnutrisi
• Penyakit sistemik → penyakit endokrin, sindrom Down, acrodermatitis enteropatik,
uremia, keganasan, imunodefisiensi
• Iatrogenik
KLASIFIKASI, TANDA, DAN GEJALA KLINIS KANDIDIASIS
Kandidosis oral Oral thrush Pseudomembran putih coklat muda
kelabu menutup lidah, palatum molle,
pipi bagian dalam, permukaan rongga
mulut lain
Perleche / keilitis angular / keilosis kandidal Fisur pada sudut mulut. Mengalami
maserasi, erosi, basah, dan eritematoma
di dasar
Kandidosis kutis & Kandidosis intertriginosa • Di daerah lipatan kulit ketiak,
selaput lendir genital genitokrural, antara jari-jari, umbilikus,
lipatan kulit dinding perut
• Bercak berbatas tegas, bersisik, basah,
eritematosa
Kandidosis perianal • Maserasi
• Pruritus ani
Vulvovaginitis • Penderita DM & perubahan hormonal
• Keluhan gatal daerah vulva
• Hiperemia labia minora, introitus
vagina, 1/3 distal vagina; bercak-
bercak putih kekuningan
• Berat → edema labia minora, ulkus-
ulkus dangkal
Balanitis / balanopostitis Erosi, pustula berdinding tipis
Diaper-rash (Candidal Diaper Dermatitis) Eritema cerah yang berasal dari daerah
perianal ke perineum dan lipat inguinal
Kandidosis kutis granulomatosa Papul kemerahan tertutup krusta tebal
warna kuning kecoklatan dan menempel
erat di basal
Paronikia kandida dan onikomikosis • Kemerahan, pembengkakan tidak bernanah, nyeri
di daerah paronikia, reatraksi kutikula ke proksimal
• Onikolisis → lekukan transversal warna coklat
• Distrofi total kuku dengan mirip onikomikosis
Kandidosis kongenital Vesikel / pustul, dasar eritematosa pada wajah, dada
yang meluas
Kandidosis mukokutan kronis Infeksi kandida superfisial di kulit, kuku, orofaring yang
kronis dan resisten
Reaksi Id (kandidiit) Reaksi alergi terhadap jamur / antigen lain → vesikel
eritematosa yang bergerombol di lateral jari dan
telapak tangan
Diagnosis • Periksa langsung kerokan kulit / usapan mukokutan (+ larutan KOH 20%)
• Pewarnaan Gram
Keduanya → sel ragi, blastospora, hifa / hifa semu
• Biakan agar dekstrosa glukosa Sabouraud
Diagnosis banding • Kandidosis kutis lokalisata → eritrasma, dermatitis intertriginosa, dermatofitosis
(tinea)
• Kandidosis kuku → tinea unguium
• Kandidosis vulvovaginitis → trikomonas vaginalis, gonore akut
Tatalaksana • Hindari / hilangkan faktor predisposisi
• Topikal selaput lendir → larutan gentian violet, nistatin, kotrimazol (bila perlu dapat
diberikan ketokonazol / itrakonazol / flukonazol)
• Topikal kulit → mikonazol, klotrimazol, tiokonazol, bufonazol, isokonazol,
siklopiroksolamin, atau antimikotik lain spektrum luas
• Sistemik → flukonazol / itrakonazol
Prognosis Umumnya baik
Pityriasis Rosea
• Penyakit kulit idiopatik
• Lesi inisial : eritema dan skuama halus.
• Disusul lesi lbh kecil di badan, lengan, dan paha atas yg tersusun
sesuai lipatan kulit.
• Biasanya self limiting dlm 3 – 8 minggu.
• =, predileksi usia >> 15 – 40 tahun
Gejala Klinis
• Herald patch : umumnya di badan, soliter, bentuk oval dan anular, ф
± 3 cm
Gejala Klinis
• Lesi berikutnya muncul 4-10 hr stlh lesi inisial.
• Eksantema : kelainan kulit yang timbul serentak dlm waktu singkat,
umumnya tdk berlangsung lama, disertai demam.
• Susunan lesi  seperti pohon cemara terbalik
• Predileksi pada badan, lengan atas bagian proksimal, paha atas.
Diagnosis Banding
• Drug eruptions (captopril, barbiturates)
• Sifilis sekunder (serologis)
• Psoriasis gutatta (tidak ada koleret marginal)
• Erythema migrans dengan lesi sekunder
• Erythema multiforme
• Tinea corporis (gatal lebih berat)
Pengobatan
Simptomatik
• Gatal : Antihistamin oral bersifat sedativa
• Topikal : bedak asam salisilat + mentol ½ - 1%
• Membaik dgn terapi UVB/sinar matahari, Th/ pada minggu pertama
erupsi.
• Topikal/sistemik glukokortikoid jangka pendek.
Psoriasis Vulgaris Penyakit kulit kronik dan residif karena proses autoimun, ditandai dengan adanya bercak2
eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis lapis dan transparan, disertai
fenomena tetesan lilin, auspitz, dan köbner.

Faktor Pencetus • Stress psikis (pencetus utama).


• Infeksi (infeksi streptokokus dapat menyebabkan psoriasis gutata).
• Trauma (fenomena kobner).
• Obat (lithium, obat antimalaria dan B blocker).
• Alkohol.
• Rokok.
• Gangguan metabolisme (hipokalsemi dan dialisis).

Gejala klinis • Plak/bercak merah, bersisik.


• Skuama tebal, berlapis-lapis, putih mengkilap.
• Gatal ringan.
• Fenomena tetesan lilin  skuama berubah menjadi warna putih ketika digores.
• Fenomena Auspitz  skuama putih meninggalkan bintik perdarahan saat digores.
• Fenomena kobner (respon isomofrik)
• Distribusi plak simetris
Pemeriksaan • Anamnesa
• PF  pemeriksaan dilakukan meliputi seluruh daerah kulit terutama kepala serta kuku.
Dilakukan pemeriksaan auspitz sign dengan melihat timbulnya bercak darah yang ada di
bawah lesi (khas).
• PP  histopatologi: hiperkeratosis, parakeratosis, akantosis.

Komplikasi • Psoriasis pustulosa


Bentuk barber
Bentuk Zumbusch
• Psoriasis artritis
• Psoriasis eritrodermia

DD • Numular ekzema, tinea korporis.


Treatment Pengobatan Topikal:
• Kortikosteroid
• Analog vitamin D (Calcipotriol)
• Ditranol (Anthralin)
• Retinoid (Tazarotene)
• Asam salisilat
• Emolien

Pengobatan oral:
• Methotrexate
• Acitretin
• Cyclosporin A
• Mycophenolate mofetil
• 6-thioguanine
• Hydroxyurea
• Fumaric acid ester
Psoriasis vulgaris
Psoriasis Vulgaris

Psoriasis Gutata

Psoriasis Pustulosa
Fenomena Auspitz Fenomena tetesan lilin

Fenomena Kobner
Dermatitis Seboroik
• Kelainan kulit papuloskuamosa (di daerah kelenjar sebasea, scalp, wajah
dan badan). Gangguan imunologis mengikuti kelembapan lingkungan,
perubahan cuaca, ataupun trauma.
• Epidemiologi: remaja (ketombe), HIV, usia pubertas40th (puncak),
bayikerak kulit kepala(cradle cap).
• Etiopatogenesis:
• lap. Sebum, kulaitas sebum, respons imunologis thd pityrosporum, degenerasi
sebumiritasi kulitmekanisme eksema.
• Lingkunganjml ragi genus malassezia dlm epidermis yg terkelupas, perubahan
imunitas seluler.
• Obat2 yg memicu: buspiron, klorpromazin, simetidin, etionamid, fluorourasil, gold,
griseofulvin, haloperidol, interferon alfa, litium, metoksalen, metildopafenotiazine,
psoralen.
Gambaran klinis
• Didaerah kulit kepala, rambut, alis, lipat nasolabial, side burn, telinga
dan liang telinga, bagian atas tengah dada dan punggung, lipat
gluteus, inguinal, genital ketiak.
• Skuama kuning berminyak, eksematosa ringan, rasa gatal dan
menyengat, ketombe (tanda awal), kemerahan perifolikuler
rangkaian plak eritematosa berkonfluensi bahkan rangkaian plak
disepanjang rambut frontal (korona seboroika).
• Fase kronis: kerontokan rambut
• Keadaan parah eritroderma
DIAGNOSIS DD

• Berdasarkan morfologi khas lesi • Psoriasis


eksema dengan skuama kuning • Dermatitis atopic dewasa
berminyak di area predileksi.
• Dermatitis kontak iritan
• Histopatologi.
• Dermatofitosis
• Rosasea
Tatalaksana
• Sampo yg mengandung mengandung anti malassezia (selenium sulfide, zinc
pirithione, ketokonazol, berbagai sampo yg mengandung ter dan solusio
terbinafine 1%.
• Mencuci wajah berulang dengan sabun lunak. Jamur(krim imidazole)
• Skuama diperlunak dengan krim yg mengandung asam salisilat atau sulfur.
• Kortikosteroid topical potensi sedang, imunosupresan topical (takrolimus
dan pimekrolimus)
• Metronidazol topical, siklopiroksolamin, talkasitol, benzoil peroksida dan
salep litium suksinat 5%.
• Jk diberi terapi konvensional tdk membaik UVB/itrakonazol 100mg/hari
per oral 21hari
• Jika tdk membaik dg smua modalitas terapi prednisolone 30mg/hari
ERITRASMA
Definisi = Infeksi kulit superfisial, ditandai :
• Makula eritematosa s/d kecoklatan, batas tegas (di daerah intertriginosa)
• Fisura dengan maserasi putih (di sela-sela jari)

Etiologi
• Corynebacterium minutissimum (batang pendek gram (+) dengan granula subterminal)

Faktor risiko : iklim lembab dan hangat, higiene buruk, hyperhidrosis, obesitas, DM, usia
lanjut, keadaan imunosupresi

Tanda dan gejala klinis


• Lesi makula eritematosa s/d kecoklatan, berbatas tegas, dengan skuama halus di atasnya
• Predileksi : intertriginosa (terutama aksila dan genitokrural), sela jari kaki ke-4 dan ke-5
• Biasanya asimtomatik, kecuali daerah selangkangan
ERITRASMA
Pemeriksaan tambahan
• Lampu Wood → fluoresensi warna merah coral (e.c. porfirin)
• Pemeriksaan mikroskopik → pewarnaan gram

Tatalaksana
• Bila eritrasma terlokalisir → sabun dan gel benzoil peroksida 5%
• Topikal : klindamisin / eritromisin (solusio 2%) / krim azol
• Lesi luas → eritromisin PO selama 1 minggu / klaritromisin dosis tunggal

Prognosis
• Asimtomatik bertahun-tahun. Dapat juga terjadi eksaserbasi periodik
Penatalaksanaan
• Eritromisin 4x250mg
• Topikal  salep tertrasiklin 3%
Lepra/ Kusta/ Morbus Hansen
Definisi Penyakit infeksi yang kronik
Epidemiologi Masa tunas antara 40 hari – 40 tahun, rata-rata 3-5 tahun
Etiologi Mycobacterium leprae
Gejala
Diagnosis banding Dermatofitosis, Tinea versikolor, Pitriasis rosea, Pitriasis alba, Dermatitis
seboroik, Psoriasis, Neurofibromatosis, Xantomatosis, Skleroderma
Pemeriksaan Bakterioskopik: Ziehl Neelsen
penunjang Histopatologik
Serologi: antibodi spesifik anti phenolic glycolipid-1 (PGL-1) dan antibody
antiprotein 16 kD serta 35 kD
Tatalaksana Diaminodifenil sulfon (DDS)
Rifampisin
Klofazimin
Protionamid
Ofloksasin
Minosiklin
Klaritromisin
Patogenesis Lepra
• TT : Tuberkuloid polar (stabil)
• Ti : Tuberkuloid indefinite
• BT : Borderline Tuberculoid
• BB : Mid Borderline
• BL : Borderline Lepromatous
• Li : Lepromatous indefinite
• LL : Lepromatous polar (stabil)

Widaty S, Budimulja U. Dermatofitosis. Dalam: Menaldi SLSW, Bramono K, Indriatmi W, (ed). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2015; ph 89
Manifestasi klinis
Sifat LL BL BB
Lesi
Bentuk Makul Makula Plakat
Infiltrat difus Plakat Dome-Shaped (kubah)
Papul Papul Punched out
Nodus
Jumlah Tak terhitung, tdk ad kulit Sukar dihitung, masih Dapat dihitung, kulit
sehat ada kulit sehat sehat jelas ada
Distribusi Simetris Hampir simetris Asimetris
Permukaan Halus Berkilat Halus berkilat Agak kasar, agak
berkilat
Batas Tidak jelas Agak jelas Agak jelas
Anestesi Tidak ada smp tdk jelas Tak jelas Lebih jelas
BTA
Lesi Kulit Banyak (ada globus) Banyak Agak Banyak
Sekret hidung Banyak (ada globus) Biasanya Negatif Negatif
Tes Lepromin Negatif Negatif Biasanya negatif
Widaty S, Budimulja U. Dermatofitosis. Dalam: Menaldi SLSW, Bramono K, Indriatmi W, (ed). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2015; ph 90
Manifestasi klinis
Sifat TT BT I
Lesi
Bentuk Makula saja, makula Makula dibatasi Hanya makula
dibatasi infiltrat infltrat, infiltrat saja
Jumlah Satu, dapat bbrp Bbrp atau 1 dg satelit Satu atau bbrp
Distribusi Asimetris Masih asimetris Bervariasi
Permukaan Kering bersisik Kering bersisik Halus, agak berkilat
Batas Jelas Jelas Dapat jelas atau tidak jelas
Anestesi Jelas Jelas Tidak ada sampai tidak jelas
BTA
Lesi Kulit Hampir selalu negatif Negatif atau hanya 1+ Biasanya negatif
Tes Lepromin Positif Kuat Positif Lemah Dapat positif lemah atau
negatif

Widaty S, Budimulja U. Dermatofitosis. Dalam: Menaldi SLSW, Bramono K, Indriatmi W, (ed). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2015; ph 90
TT BT

BL

BB

LL
Sifilis stadium 2
Definisi Penyakit kulit yang sangat kronik, bersifat sistemik, menular
Etiologi Treponema pallidum
Tanda Roseola  eritema makular, berbintik atau bercak, bentuk bulat atau lonjong
Papul  skuama di pinggir, bulat
Pustul
Krusta
Gejala Anoreksia, BB turun, malese, nyeri kepala, demam ringan, tidak gatal, limfadenitis
generalisata
Lokasi Telapak tangan dan kaki, mulut, tenggorokan, rambut yang tipis, kuku, KGB, mata,
hepar, tulang saraf
DD Erupsi obat alergik: roseola, gatal
Morbili: demam, KGB tidak membesar
Pitriasis rosea: skuama halus, lonjong, tidak disertai limfadenitis generalisata
Psoriasis: tidak disertai limfadenitis generalisata, tanda tetesan lilin atau Auspitz
Dermatitis seboroik: skuama berminyak dan kekuningan, tidak disertai
limfadenitis generalisata
Kondiloma akuminatum: permukaan runcing, papul datar serta eksudatif
Tatalaksana Penisilin, Tetrasiklin, Eritromisin, Doksisiklin
Katz KA. Sexually Transmitted Disease. In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller
AS, Leffell DJ, Wolff K, (ed). Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th ed.
New York: McGraw-Hill Medical; 2012; p. 2478
Kesimpulan
• Keluhan bercak merah bersisik putih keperakan di perbatasan
rambut dan dahi, tengkuk, dan rambut  Psoriasis vulgaris
• Keluhan bercak merah saat perubahan musim di depan atau
belakang telinga  Dermatitis seboroik
• Bercak merah oval mengikuti alur kulit  Pitiriasis rosea
• Bercak merah kehitaman di kedua lipat paha serta bokong 
tinea cruris, eritrasma
• Bercak merah di lengan tidak sembuh, terasa baal  Morbus
Hansen
• Bercak merah kecoklatan mengikuti sembuhnya luka koreng
kelamin  Sifilis stadium II
• Luka koreng berubah menjadi keropeng yang melekat 
Eritrasma
Kesimpulan
• Kami telah mempelajari :
• Kelainan kulit dengan lesi eritroskuamosa
• Dermatofitosis
• Dermatitis seboroik
• Psoriasis vulgaris
• Ichtiyosis vulgaris
• Ptiriasis rosea
• Sifilis stadium II
• MH tipe MB
Daftar Pustaka
• ABC of Dermatology, Sixth Edition, 2014
http://www.dermnetnz.org/scaly/ichthyosis-vulgaris.html
http://emedicine.medscape.com
• Ilmu penyakit kulit dan kelamin FKUI

Anda mungkin juga menyukai