Anda di halaman 1dari 35

 Sebagai dasar hukum pembentukan,susunan, dan tugas

Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja ialah


Undang-undang No. 1 Th. 1970 tentang Keselamatan
Kerja pasal 10 ayat (1), (2) dengan peraturan
pelaksanaannya yaitu :

1. Keputusan Menteri Tenaga KerjaNo. KEP-125/MEN/82


tentang Dewan Keselamtan dan Kesehatan Kerja Nasional,
Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Wilayah dan
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yang
disempurnakan dengan keputusan Menteri Tenaga Kerja
No. KEP155/MEN/84.
2. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-04/MEN/87
tentang Panitia Pembina dan Kesehatan serta Cara
Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.
A. SYARAT PEMBENTUKAN
1. Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu, pengusaha
atau pengurus wajib membentuk P2K3.
Kriteria dimaksud ialah :
a. Tempat kerja dimana dipekerjakan 50 ( lima puluh ) orang
atau lebih.
b. Tempat kerja/perusahaan dimana dipekerjakan kurang dari
50 ( lima puluh ) orang dengan tingkat bahaya yang sangat
besar.
c. Kelompok tempat kerja ( centra industri kecil ) dimana
dipekerjakan kurang dari 50 ( lima puluh ) orang tenaga
kerja utuk anggota kelompok tempat kerja/perusahaan.
2. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan dibentuk
oleh pengusaha atau pengurus dan disahkan oleh
Menteri Tenaga Kerja yang ditunjuknya.
1. Keanggotaan Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja terdiri atas unsur pengusaha
an tenaga kerja yang susunannya terdiri atas
Ketua, Sekretaris dan Anggota.
2. Sekretaris Pembina Keselamatan dan Kesehata
Kerja ialah Ahli keselamatan dan Kesehatan
Kerja atau petugas Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di perusahaan.
3. Ketua P2K3 ialah piminan perusahaan atau
salah satu Pimpinan Perusahaan yang ditunjuk
(khusus untuk kelompok perusahaan/ centra
industri).
4. Jumlah dan susnan Panitia Pembina
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja adalah sbb :
a) Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 100 (seratus)
orang atau lebih , jumlah anggota sekurang-kurangnya 12
(duabelas) orang terdiri dari 6 (enam) orang mewakili
pengusaha/pimpinan perusahaan dan 6 (enam) orang
mewakili tenaga kerja.

b) Pengusaha yang mempunyai tenaga kerja 50 ( lima puluh )


orang sampai 100 ( seratus ) orang, jumlah anggota
sekurang-kurangnya 6 (enam) orang terdiri atas 3 (tiga)
orang mewakili tenaga kerja.

c) Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja kurang dari 50


(lima puluh) orang untuk setiap anggota kelompok, jumlah
anggota sesuai dengan butir b tersebut diatas.

d) Kelompok perusahaan yang mempunyai tenaga kerja


kurang dari 50 (lima puluh) orang untuk setiap anggota
kelompok, jumlah anggota sesuai dengan butir b tersebut
diatas yang masing-masing anggota mewakili
perusahaannya.
I. Tahap Persiapan
1. Perusahaan
a) Kebijaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pengusaha lebih dulu menggariskan dan
menjalankan pokok-pokok kebijaksanaan
mengenai keselamatan dan kesehatan kerja
secara umum serta maksudnya untuk
membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
Kebijaksanaan ini biasa disebut SAFETY AND
HEALTH POLICY yang isinya antara lain
menegaskan bahwa :
- keselamatan dan kesehatan kerja merupakan
salah satu faktor yang tidak dapat diabaikan
dalam kelancaran produksi,
- Pimpinan perusahaan bertanggung jawab penuh atas
pelaksanaan usaha keselamatan dan kesehatan kerja,

- Semua karyawan dari eselon atas sampai bawah harus


memahami dan ikut aktif dalam segala kegiatan
keselamatan dan kesehatan kerja,

- Perlu dilakukan pembinaan /pendidikan terus


menerus tentang keselamatan dan kesehatan kerja,

- Pengawasan atas terlaksananya semua ketentuan


tentang keselamatan dan kesehatan kerja,

- Penyediaan anggaran,

- Panitia pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja


sebagai koordinator pelaksana kegiatan keselamatan
dan kesehatan kerja.
b) Kebijaksanaan tentang keselamatan dan kesehatan
kerja ini harus dituangkan secara tertulis karena
sangat penting bagi manajemen dan pihak-pihak
lain yang terkait.

Alasan daripada penuangan kebijaksanaan secara


tertulis adalah sbb :
- kebijaksanaan K3 yang ditetapkan lebih memudahkan
penegakan pelaksanaan dan keadaan yang aman,

- Mempermudah para pengawas pabrik melaksanakan


kebijakan perusahaan,

- Juga mempermudah para pekerja untuk mengikuti


peraturan K3 dan intruksinya,

- Untuk mempermudah perawatan peralatan yang baik.


c) Inventarisasi calon Anggota
- Pimpinan perusahaan menyusun daftar calon anggota
P2K3 yang digariskan oleh unit kerjanya masing-masing
dan memutuskan diantara para calon tersebut yang akan
menjadi calon anggota P2K3,

- Setelah pimpinan perusahaan menyusun keanggotaan


P2K3 masing-masing, maka calon anggota tersebut
dikumpulkan dan diberikan pengarahan singkat tentang
kebijaksanaan pimpinan perusahaan dalam hal
keselamatan dan kesehatan kerja

d) Konsultasi ke Disnaker setempat


Selama dalam tahap menyusun kebijaksanaan tentang
K3 dan pengurus calon anggota P2K3, pimpinan
perusahaan dapat melakukan konsultasi dengan Kantor
Disnaker setempat untuk mendapatkan petunjuk-
petunjuk teknis yang yang diperlukan dan menanyakan
hal-hal yang berkaitan dengan proses pembentukan
P2K3 yang dianggap masih belum jelas.
2. Pemerintah
a) Inventaris Perusahaan
Kantor Disnaker setempat mengadakan inventarisasi
terhadap perusahaan-perusahaan yang menurut
ketentuan sudah harus membentuk P2K3.

b) Pengarahan Kepada Perusahaan


- Terhadap perusahaan yang bersangkutan diberikan
pemberitahuan dan penjelasan tentang latar belakang
dibentuknya P2K3 diperusahaan masing-masing.

- Pemberitahuan/penjelasan/penyuluhan dapat dilakukan


melalui surat menyurat maupun melalui Pegawai
Pengawas/petugas yang mempunyai program di
perusahaan yang bersangkutan.

- Hal ini juga dapat dilakukan melalui penyuluhan


serentak terhadap beberapa perusahaan secara klasikal.
1. Perusahaan
a) Membentuk P2K3
Setelah perusahaan berhasil menyusun calon
anggota P2K3, maka dilanjutkan dengan
pembentukan P2K3 secara resmi oleh Pimpinan
Perusahaan.

b) Melaporkan ke Kandisnaker setempat


Pimpinan perusahaan setelah resmi membentuk
P2K3, kemudian melaporkan hal tersebut kepada
Kantor Disnaker setempat.
Pada Waktu melaporkan telah dibentuknya P2K3 di
perusahaan masing-masing Pimpinan Perusahaan
dapat sekaligus mengajukan permohonan secara
tertulis untuk mendapatkan pengesahan
2. Pemerintah
a) Penerbitan Sk. Pengesahan P2K3
kantor Disnaker setempat setelah menerima
permohonan untuk dapat menerbitkan SK.
Pengesahan Pembentukan P2K3 atas nama Menteri
Tenaga Kerja.

b) Pelantikan / Pengukuhan
Ka. Disnakersetempat menerbitkan SK. Pengesahan
P2K3, dilanjutkan dengan melantik anggota P2K3
secara resmi. Pelantikan/pengukuhan dapat
dilakukan oleh Ka.Disnaker atau Bupati setempat
bertindak atas nama Menteri Tenaga Kerja.
Pelantikan dapat dilakukan secara bersama-sama
diantara beberapa P2K3/perusahaan dan juga
kepada anggota P2K3 yang baru menggantikan
anggota yang lama.
1. Bentuk Organisasi dan Kepengurusan
Suatu organisasi P2K3 dapat mempunyai banyak variasi
tergantung pada besarnya, jenis bidang,bentuk kegiatan dari
perusahaan dan sebagainya.Kepengurusan daripada organisasi
P2K3 terdiri dari seorang ketua, Wakil Ketua, seorang atau
lebih, Sekretaris dan beberapa anggota yang terdiri dari unsur
pengusaha dan pekerja.

a) KETUA
 Memimpin semua rapat pleno P2K3 atau menunjuk anggota
untuk memimpin rapat pleno,
 Menentukan langkah, policy demi tercapainya pelaksanaan
program-program P2K3,
 Mempertanggungjawabkan pelaksanaan K3 di perusahaan
kepada Depnaker melalui pimpinan perusahaan,
 Mempertanggungjawabkan program-program P2K3 dan
pelaksanaannya kepada Direksi,
 Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program-program
K3 di perusahaan.
b) WAKIL KETUA
Sebagai wakil dari ketua dalam melaksanakan tugas-
tugasnya dalam hal Ketua berhalangan.

c) SEKRETARIS
 Membuat undangan rapat dan membuat notulennya,
 Mengelola administrasi surat-surat P2K3,
 Mencatat data-data yang berhubungan dengan K3,
 Memberikan bantuan/saran-saran yang diperlukan oleh
seksi-seksi demi suksesnya program-program K3,
 Membuat laporan-laporan ke Departemen-departemen
yang bersangkutan mengenai adanya Unsafe act dan
Condition di tempat kerja.

d) Anggota
 Melaksanakan program-program yang telah ditetapkan
sesuai dengan seksi masing-masing,
 Melaporkan kepada ketua atas kegiatan yang telah
dilaksanakan
Tugas pokok Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
sebagai suatu badan pertimbangan di tempat kerja ialah
memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak
kepada pengusaha/pengurus tempat kerja yang bersangkutan
mengenai masalah-masalah keselamatan dan kesehatan kerja.
Fungsi Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja ialah
menghimpun dan mengolah segala data atau permasalahan
keselamtan dan kesehatan kerja di tempat kerja yang
bersangkutan, serta mendorong ditingkatkannya penyuluhan,
pengawasan, latihan dan penelitian Keselamatan Kerja.
1. Program Kerja
Pada tahap awal pelaksanaan kegiatan P2K3 maka terlebih
dahulu harus ditentukan sasaran yang ingin dicapai
dengan membuat rencana dan program kerja yang terarah
dan bersifat kontinue.

2. Identifikasi Masalah Kerja


a. Mengidentifikasi dan menginventarisasi sumber bahaya
dan penyakit akibat kerja dalam rangka perlindungan
tenaga kerja.
b. Masalah yang berkaitan dengan upaya untuk
mengendalikan dan mencegah timbulnya kecelakaan
kerja, penyakit akibat kerja untuk meningkatkan
efisiensi dan produktifitas kerja.
c. Masalah yangberkaitan dengan upaya untuk memenuhi
peraturan perundangan.
d. Masalah yang berkaitan dengan upaya untuk
memberikan jaminan akan keselamatan dan rasa aman
terhadap masyarakat umum khususnya yang berdiam di
sekitar tempat kerja/perusahaan.
3.
3. Pendidikan dan Pelatihan

Program Pendidikan dan Pelatihan K3 bagi tenaga


kerja perlu diusahakan agar tenaga kerja
mendengar, memahami dan menghayati K3
dalam usaha menanamkan kesadaran dan
penerapan cara kerja yang selamat, sehat dan
produktif. Pendidikan ini dapat berupa kursus,
ceramah, diskusi, pemutaran film, slide buletin
atau majalah dan dapat dilakukan baik di dalam
maupun di luar, bekerjasama dengan lembaga
dan instansi terkait lainnya.
Materi Pendidikan dan latihan dapat disesuaikan
dengan jenis dan kebutuhan perusahaan
termasuk latihan P3K dan penanggulangan
Kebakaran
4. Sidang-Sidang

Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan


Kerja secara berkala harus mengadakan
pertemuan/sidang untuk membicarakan
masalah-masalah yang berhubungan dengan
keselamatan dan kesehatan kerja. Acara
untuk sidang rutin ini dapat ditentukan
terlebih dahulu disesuaikan dengan program
kerja dan kegiatan yang telah di susun.
Disamping sidang rutin ini , dalam
menghadapi hal mendadak dapat diadakan
sidang khusus, misalnya dalam hal terjadinya
kasus kecelakaan
Materi Pembahasan dalam Sidang :

a. Membahas hasil evaluasi telah dilaksanakan


b. Menyusun rekomendasi cara mengatasi bahaya
potensial yang ditemui.
c. Membahas hasil analisa kecelakaan dan
membuat rekomendasi tentang
penanganannya.
d. Menyusun acara pendidikan/latihan/ceramah
dana sebagainya.
e. Mengadakan perbaikan program pencegahan
kecelakaan yang telah dijalankan
f. Masalah lain yang dianggap perlu. Misalnya
memperingati hari jadi Panitia Keselamtan dan
Kesehatan Kerja dan sebagainya.
Dalam sidang-sidang Panitia ini dapat
diundang para Supervisor atau Pemimpin Unit
lainnya yang berkaitan dengan masalah yang
sedang dibicarakan. Hal ini dapat dimaksudkan
juga agar sebanyak mungkin tanaga kerja
dapat mengetahui dan mengikuti secara
mendalam kegiatan dari P2K3. Hal ini dapat
dimaksudkan juga agar sebanyak mungkin
tanaga kerja dapat memberikan pandangan
yang merupakan tambahan pengetahuan bagi
anggota tentang masalah yang sedang
dibicarakan. Setiap akhir sidang dibuatkan
laporan-laporan dan kesimpulan. Untuk
memudahkan pembuatan laporan hendaknya
dibuatkan kerangka bentuk laporan tertentu,
misalnyaseperti lampiran
5. Rekomendasi
Dalam menyusun suatu rekomendasi perlu
diperhatikan hal-hal sbb :
a) Bahaya potensial yang baik berupa kondisi
yang tak aman maupun perbuatan yang tak
aman.

b) Akibat mungkin timbul oleh perbuatan dan


atau kondisi aman tadi, baik tenaga kerja,
kelancaran proses produksi, kerusakan
peralatan/harta benda maupun bagi
lingkungan hidup.

c) Cara-cara pencegahan yang tepat, ditinjau


dari segi praktis ekonomis dan
efektifitasnya.
Rekomendasi ini ditujukan kepada pimpinan
perusahaan dan jika perlu Panitia dapat
menanyakan tentang Rekomendasi yang telah
diberikan kepada pimpinan perusahaan. Jika
disetujui maka pimpinan perusahaan akan
mengeluarkan keputusan Tanggung Jawab
pelaksanaannya akan diserahkan kepada Kepala
Bagian yang ada kaitannya dengan masalah
tersebut, misalnya :

-Kepala bagian produksi,


-Kepala bagian keselamatan kerja,
-Kepala bagian kesehatan kerja.

 Jikaditolak Panitia harus mengadakan penelitian


lebih lanjut dengan memperhatikan alasan-
alasannya.
Setiap rekomendasi yang dikeluarkan dibukukan
secara baik dengan segala perkembangannya.
6. Audit K3
Audit K3 merupakan suatu penelitian organisasi
yang dilakukan secara mendalam, berkala
berdasarkan suatu metoda tertentu dan
dilaksanakan oleh suatu Team (orang yang
sudah terlatih), dengan menggunakan suatu
daftar dari unsur-unsur yang mencerminkan
pelaksanaan K3 yang baik, guna memberikan
dasar bagi pengambilan keputusan manajemen
yang dapat mempengaruhi program K3 dari
organisasi tersebut.

Untuk mencapai tujuan audit K3 ini maka harus


dibuat rencana penerapannya yang memiliki
sifat-sifat :
a. Keputusan untuk menerapkan audit K3 harus keluar dari
pimpinan teratas yang memiliki wewenang membuat
kebijaksanaan perusahaannya.
b. Sasaran, cakupan,kekerapan, metoda yang digunakan sistem
pelaporannya harus ditentukan secara jelas dan
dikomunikasikan kepada semua pihak yang berkepentingan.
c. Anggota team audit K3, dipilih secara teliti berdasarkan
pengetahuan pengalaman dan daerah pelaksanaan audit.
d. Harus ditentukan tanggal penyelesaian laporan dan penyajian
hasil audit K3 tersebut.
e. Dalam mereview laporan audit harus dilakukan pada saat
pertemuan/diskusi P2K3 untuk mempersiapkan rekomendasi
rencana tindakan perbaikan dan penilaian hasilnya.
f. Harus ada sistem pemantauan untuk memastikan bahwa
pekerjaan dan perubahan yang harus dilakukan tetap
terlaksana.
g. Isi laporan audit K3 harus dikomunikasikan pada semua
personil yang relevan dan diharapkan disampaikan kepada
Disnakertrans setempat,Disnakertrans Provinsi setempat dan
Direktur PNKK Depnakertrans RI Jakarta.

Mengenai unsur-unsur apa yang akan dinilai dalam audit K3 ini


sangat tergantung menurut jenis perusahaan, ukuran perusahaan
dan keluasan dari fungsi yang dilaksanakannya.
1. PEMBINAAN
Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja bahwa “guna
memperkembangkan kerjasama, saling
pengertian dan partisipasi efektif dari
pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja
dalam tempat-tempat kerja untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban bersama di
bidang keselamatan dan kesehatan kerja dalam
rangka melancarkan usaha produksi” maka
salah satu langkah yang diambil oleh
pemerintah adalah mendorong, membentuk
dan meningkatkan kemampuan serta aktivitas
P2K3.
Disamping itu ditegaskan pula bahwa “pengurus
wajib menyelenggarakan pembinaan bagi semua
tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya
dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan
kebakaran serta peningkatan keselamatan dan
kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan
pertama pada kecelakaan”.

Oleh karena itu P2K3 sebagai suatu organisasi atau


wadah bagi unsur pimpinan perusahaan dan unsur
tenaga kerja , yang tugas dan fungsinya melakukan
pembinaan K3 di tempat kerja maka P2k3
mempunyai kedudukan yang strategis dalam
pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja
ditempat kerja
2. PEMBINAAN INTERN
1) Tujuan Pembinaan
Tujuan pembinaan P2K3 ialah lebih
mengerahkan dan mengembangkan
organisasi, personil dan opersional P2K3
agar mampu melaksanakan tugas dan
fungsi serta kewajibannya dengan penuh
pengabdian dan kesadaran untuk
melaksanakan usaha-usaha K3 dalam
melancarkan dan meningkatkan usaha
produksi.

2) Sasaran Pembinaan
Sasaran pembinaan P2K3 meliputi :
a) Pembinaan Personil
Peningkatan kemampuan dan keterampilan
anggot P2K3 melalui berbagai jalur
pendidikan dan latihan sehingga
diharapkan mereka mampu melaksanakan
dan mengembangkan program-program
P2K3 bagi perusahaannya.

b) Pembinaan Program
Dalam penyusunan dan pembuatan
program P2K3 diharapkan agar lebih
praktis dan realitis sehingga dapat diukur
dan dilaksanakan serta dievaluasi
kembali.
Isi Program harus mampu menjangkau dan
menjelaskan berbagai hal kepada pekerja atau
orang lainnya yang meliputi antara lain :
a. Berbagai macam dan bentuk sumber bahaya
yang bertalian dengan :
 Keadaan mesin, pesawat, alat, bahan
 Lingkungan
 Cara kerja
 Proses produksi

b. Pembinaan dan pelaksanaan norma dan


standar keselamatan Dan kesehatan kerja.

c. Inspeksi K3 yang teratur untuk mengetahui


tingkat bahaya potensial.
d. Penyelidikan dan analisa kecelakaan untuk
menentukan sebab musababnya dan
mendapatkan langkah pengendalian.

e. Pendidikan dan pelatihan bagi para tenaga


kerja tentang arti pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja.

f. Alat perlindungan diri dan alat pengaman


lainnya sesuai dengan jenis, sifat pekerjaan.

g. Prosedur dan tata cara menyelamatkan diri,


peralatan dan bahan dalam keadaan darurat.

h. Tata laksana pertanggung jawaban pelaksana


tugas
i. Daftar alat-alat K3 yang diperlukan.
j. Laporan pemeriksaan tata ruang dan
instalasi utility.
k. Laporan pemeriksaan peralatan dan mesin.
l. Data pemeriksaan kesehatan tenaga kerja.
m. Data kecelakaan kerja.
n. Izin kerja di daerah berbahaya.
3. PEMBINAAN EKSTERN
1. Pengawasan pada hakekatnya adalah suatu
pembinaan dengan kegiatan memeriksa,
mengukur, mengevaluasi, dan menetapkan
tindak lanjut dari hasil pelaksanaan suatu
dan tugas yang telah ditetapkan.

2. Dilihat dari fungsi dan tugas yang harus


dilaksanakan oleh P2K3, maka pengawas
dalam arti pembinaan dilakukan oleh dua
pihak, yaitu pengawasan intern oleh
pimpinan perusahaan dan pengawasan
ekstern oleh pemerintah.
3. Pengawasan intern oleh pimpinan perusahaan
ditujukan kepada sejauh mana program-
program keselamatan dan kesehatan kerja
yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan.

4. Sedangkan pengawasan ekstern oleh


pemerintah ditujukan kepada sejauh mana
ketentuan peraturan perundang-undangan
dilaksanakan dilingkungan perusahaan yang
bersangkutan.

5. Adapun peraturan perundang-undangan yan


perlu diketahui dan dilaksanakan dibidang
keselamtan dan kesehatan kerja, dapat
dikelompokkan sbb :
Pembinaan Operasional
Agar supaya semua program dapat dilaksanakan
maka diperlukan berbagai kegiatan yang harus diikuti
antara lain :

a. Jadwal waktu pelaksanaan suatu program apakah


harian, minggu, bulan atau tahunan.
b. Urutan prioritas pencapaian sasaran program.
c. Ukuran atau standar apa yang digunakan untuk
mengukur dan menilai keberhasilan pelaksanaan
program.
d. Siapa penanggung jawab pelaksanaan program,
apakah perorangan anggota P2K3, atau unit kerja
tertentu.
e. Bahan, peralatan apa yang diperlukan dalam
melaksanakan suatu program.
f. Sumber dan besar biaya yang diperlukan,dsb.
Pembinaan Administrasi
Untuk memudahkan pelaksanaan program kerja P2K3,
maka perlu dilengkapi dengan berbagai contoh bentuk
blanko atau isian ( formulir ) antara lain :

a. Jadwal pelaksanaan program tahunan yang dapat


diperinci menjadi bulanan dan mingguan.
b. Daftar Akte Izin dan pemeriksaan.
c. Data proses produksi
d. Daftar alat-alat perlindungan diri
1. Bidang Umum
2. Bidang Mekanik
3. Bidang Konstruksi Bangunan
4. Bidang Listrik
5. Bidang Penanggulangan Kebakaran
6. Bidang Kesehatan Kerja
7. Bidang Uap dan Bejana Tekan ( Pressure Vessel )

Anda mungkin juga menyukai