Anda di halaman 1dari 22

CLIENT

CENTERED
ROGERS

(TEORI-TEORI KONSELING)
Biografi Carl Rogers &
Pandangan tentang
Manusia

Meidita Agnia (1800150)


BIOGRAFI CARL ROGERS
Lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Chicago

Anak ke-4 dari 6 bersaudara

Lahir dari pasangan Walter dan Julia Cushing Rogers

Seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang


berpusat pada klien (client centered)

Seorang tokoh psikolog humanis, aliran fenomenologis-eksistensial


Inti sifat manusia Manusia pada
adalah positif, sosial, dasarnya adalah
dan menuju ke arah kooperatif, konstruktif,
realistik dan dapat dipercaya

Pandangan
tentang
Manusia
Manusia mempunyai
Manusia mempunyai kemampuan dasar
tendensi dan usaha untuk memilih tujuan
dasar untuk dan membuat pilihan
mengaktualisasikan yang benar apabila
diri, berprestasi, dan diberikan kesempatan
mempertahankan diri dan situasi yang bebas
dari ancaman
Pandangan tentang
Manusia &
Tujuan Konseling

Mutia Nur Aini (1803753)


Pandangan Rogers tentang
Struktur Kepribadian
Rogers berpendapat bahwa ada dua konstruk yang sangat
penting dalam teorinya yang berkaitan dengan kepribadian
(Affandi, 2004) yaitu:
Medan fenomena
Organisme ini merupakan Self (Diri)
Organisme disini merupakan seluruh Rogers juga mengatakan bahwa
makhluk hidup dengan pengalaman ‘diri’ merupakan suatu
susunan suatu sistem, manusia dari lahir keseluruhan proses psikologis
dengan fungsi fisik serta hingga wafat atau yang menguasai tingkah laku dan
psikologis dan tempat dari sepanjang penyesuaian diri. Rogers dalam
seluruh pengalaman. hidupnya (suryabrata, 2003) mengemukakan
sebagaimana
Keseluruhan pengalaman ini, bahwa diri adalah bagian dari
persepsi yang
baik yang disadari maupun sifatnya medan phenomenal yang
tidak disadari merupakan subjektifnya dan terdeferensiasikan dan terdiri dari
medan fenomena. dapat membentuk pola-pola pengamatan dan
tingkah laku. penilaian sadar atas “I” atau “me”.
Rogers (dalam Suryabrata, 2003) mengemukakan sifat-sifat organisme
yaitu sebagai berikut:
 Organisme bereaksi sebagai keseluruhan terhadap medan phenomenal, dengan tujuan memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya.
 Organisme mempunyai satu motif dasar yaitu: mengaktualisasikan, mempertahankan, dan mengembangkan
diri.
 Organisme mungkin melambangkan pengalamannya, sehingga hal itu disadari atau mungkin juga organisme itu
mengabaikan pengalaman-pengalamannya.

Sifat-sifat diri (self) yaitu sebagai berikut:


 Self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungannya.
 Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam
cara (bentuk) yang tidak wajar.
 Self menginginkan consistency ( keutuhan/kesatuan, keselarasan).
 Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras dengan self.
 Pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan struktur self diamati sebagai
ancaman.
 Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan (maturation) dan belajar.
Konsep diri menurut Rogers adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang
berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku (Schultz, Duane: 1991
dalam Ratu).
Konsep diri, terbagi menjadi 2:

Diri Real

Diri Ideal

Untuk menunjukkan kedua konsep tersebut sesuai atau tidak

Congruence Incongruence
Individu akan memiliki penyesuaian yang
baik, matang, dan berfungsi sepenuhnya
apabila pengalaman-pengalaman organisme.
Individu tersebut akan menerima
Organisme pengalaman seluruh organismiknya tanpa
merasa cemas atau teranca. Hal itu
& menjadikan individu berpikir secara realistis.
Tingkah laku individu menjadi tidak
Diri defensif dan pemikirannya tidak kaku
(rigid). Sebaliknya, individu akan menjadi
lebih terbuka pada pengalaman-
pengalamannya dan memiliki pemikiran
yang terbuka serta fleksibel (Rogers, 1959
dalam Hall & Lindzey, 1993)
TUJUAN KONSELING

Membantu mengembangkan semaksimal mungkin


feeling self-nya sehingga lebih luas memadai, dan sesuai
dengan perasaan dan pengalaman-pengalaman
organismisknya.
Dengan demikian konseli dapat lebih kongruen, otentik,
dan terbuka. Mampu menjadi pribadi yang kuat, unik, dan
ekspretif. Mampu mengatasi masalah-masalahnya sendiri
secara mandiri, menentukan hidupnya sendiri, berfungsi
lebih efisien, memiliki rasa percaya diri yang lebih tinggi.
(Sunardi, permanarian, & M, 2008)
Tujuan Konseling &
Proses Konseling
Client Centered Roger’s

Yuni Nur Rohman (1800400)


Singkatnya tujuan konseling itu mampu mewujudkan
suatu pribadi yang berfungsi sepenuhnya atau fully
functioning person. Sifat khas yang terdapat pada setiap
pribadi yang berfungsi sepenuhnya (fully functioning
person), yaitu :

Terbuka Pada Pengalaman

Hidup Secara Eksistensial

Percaya Pada Dirinya Sendiri

Perasaan Bebas

Kreativitas
TAHAPAN KONSELING
Individu atas Situasi terapeutik Konselor mendorong/
kemauannya sendiri ditetapkan/dimulai sejak memberanikan klien agar ia
situasi permulaan telah mengemukakan/
datang kepada disadarkan, bahwa yang mengungkapkan perasaannya
konselor/terapis untuk bertanggung jawab dalam secara bebas berkenaan dengan
meminta bantuan hal ini adalah klien. masalah yang dihadapinya.

Ungkapan-ungkapan perasaan
Konselor menerima dan negatif yang meluap-luap dari Konselor menerima,
memahami perasaan- klien itu biasanya disertai mengenal dan memahami
perasaan positif yang ungkapan-ungkapan perasaan perasaan-perasaan negatif
diungkapkan klien positif yang lemah/samar- yang diungkapkan klien;
sebagaimana adanya samar, yang dapat kemudian meresponnya.
disembuhkan.
Klien memilih dan Klien mencoba
Klien memahami dan
menentukkan pilihan sikap memanifestasikan/mengaktua
menerima dirinya sendiri lisasikan pilihannya itu dalam
dan tindakan mana yang
sebagaimana adanya sikap dan tingkah lakunya
akan diambil

Tingkah laku klien makin


Klien merasakan kebutuhan Perkembangan sikap dan
bertambah terintegrasi dan
akan pertolongan mulai tingkah lakunya itu adalah
pilihan-pilihan yang dilakukan
berkurang dan akhirnya ia sejalan dengan
makin adekuat; kemandirian
berkesimpulan bahwa terapi perkembangan tilikan tentang
dan pengarahan dirinya makin
harus diakhiri dirinya
meyakinkan
Teknik Konseling
Client Centered Rogers

R. Muhammad Firman (1803669)


Unconditional Positive
Regard (UPR)

SIKAP UTAMA Congruence &


willingness (Kesesuaian
KONSELOR dan keaslian)

Empathy &
Understanding
Accurate Empathy
UNCONDITIONAL POSITIVE REGARD

Sikap konselor harus Tujuan


menunjukkan akan unconditional
Suatu kondisi kepedulian yang mendalam
dimana konselor dan tulus terhadap klien positive regard
akan menerima sebagai pribadi manusia, ini adalah untuk
klien apa adanya tanpa syarat atau kondisi membuat klien
tanpa syarat tertentu. Konselor harus cukup nyaman
maupun kondisi- menghargai dan menerima dalam proses
kondisi tertentu. klien dengan hangat tanpa
menempatkan ketentuan terapi (Rogers,
pada penerimaan mereka. 1959).
CONGRUENCE & WILLINGNESS

Seorang konselor Tujuan dari ini


yang kongruen atau adalah untuk
Keadaan konselor
genuine akan secara
dimana ia mampu membuat klien
spontan
hadir seutuhnya cukup nyaman
menyampaikan
sebagai seorang
manusia tanpa
kepada klien tentang untuk menjadi asli
kualitas-kualitas dan sepenuhnya
memberikan kesan
keaslian dan mengekspresikan
berbohong atau tidak
transparansi —
jujur –keaslian. dirinya (Rogers,
keinginan untuk
diketahui. 1959).
EMPATHY &
UNDERSTANDING ACCURATE EMPATHY

Empati mampu membantu klien


untuk : Pemahaman empatik
Kemampuan konselor yang akurat adalah
untuk memahami apa 1) menilai pengalaman mereka,
pemahaman empatik
yang dirasakan klien. 2) melihat pengalaman sebelumnya yang lebih mendalam
Ini berarti bahwa dengan sudut pandang yang baru,
dari sebelumnya.
konselor memahami 3) mengubah persepsi mereka
secara akurat pikiran,
Pemahaman empatik
tentang dirinya sendiri, orang lain, ini akan mengenali
perasaan, dan makna dan lingkungan, dan
klien dari sudut perasaan dari yang
4) meningkatkan rasa kepercayaan jelas hingga yang
pandang klien sendiri. diri untuk memutuskan suatu pilihan
(Corey, 2005 hal. 175).
tidak tampak.
Metode Wawancara Konseling

Mendengarkan aktif dan pasif, menyimak apa


yang diungkapkan oleh klien

Refleksi pikiran dan perasaan, mengulangi apa


yang telah dibagikan klien tentang perasaannya
Klarifikasi, dengan klarifikasi, apa yang
dikemukakan semakin jelas dan semakin
dipahami oleh konselor maupun pasien
Metode Wawancara Konseling
Peringkasan, teknik ini adalah teknik dengan
mengungkapkan peringkasan tentang ide dan perasaan yang
diungkapkan klien

Konfrontasi, teknik ini digunakan untuk membuka hal-hal


yang baru dalam hubungan antara pasien dan konselor.

Paraphrasing, konselor dapat memberi tahu klien bahwa


mereka memahami apa yang klien katakan kepada mereka
dengan mengulangi apa yang mereka katakan kepada mereka
dengan kata-kata konselor sendiri
Sekian Presentasi
dari kami 

Apakah ada yang ingin ditanyakan?

Anda mungkin juga menyukai