Virus
campak, gondongan, rubela,
polio, rotavirus, demam kuning
Bakteri
BCG dan tifoid oral
Vaksin Inactived
Bakteri/virus dibuat tidak aktif
Vaksin fraksi berbasis protein atau
polisakarida
Tidak membuat sakit, tidak mutasi
Tidak dipengaruhi antibodi, respons
humoral perlu booster
Sel virus : influensa, hep B, pertusis aselular,
tifoid Vi, lyme’d, hepatitis A, rabies
Toksoid : difteria, tetanus, botulinum
Polisakarida murni: pneumokok, meningokok, Hib.
Gabungan polisakarida : Hib dan pneumokok
Vaksin rekombinan: rekayasa genetik (hepatitis B)
Jenis-jenis Vaksin
Vaksin Bakteri Vaksin Virus
•Campak
• BCG • Parotitis
Vaksin • OPV
• Rubela
hidup • Yellow
• Typoid Oral • Varisela
Fever
• Rotavirus
• Difteria • Meningo • Influenza
Vaksin • Tetanus • Pneumo • IPV
inaktif • Pertusis • Hib • Rabies
• Kolera • Tifoid inj • Hepatitis B
• Hepatitis A
Vaksin Relatif Baru
Pertussis acelluler (DTaP)
Vaksin kombinasi
Vaksin influenza
Vaksin polisakarida:
– Haemophylus influenzae (Hib),
– Salmonella typhi,
– Pneumokokus,
– Meningokokus,
– Hepatitis A
In-active (injectable) polio vaccine
(IPV)
Penyediaan vaksin dan alat-alat
Vaksin & pelarut khusus
Termos, ice-packed, es batu
Peralatan vaksinasi (cuci tangan, pemotong
ampul, alat suntik sekali pakai, kapas alkohol,
plester, kotak limbah)
Alat penanganan kedaruratan
– adrenalin,
– kortikosteroid,
– oksigen
– selang dan cairan infus,
Pencatatan : buku KIA,KMS,blangko, dll
Anamnesis / KIE
– Cek identitas, vaksinasi yang telah
didapat
– Umur, jark dgn vaksinasi sebelumnya
– Informed consent : manfaat dan KIPI
– Indikasi kontra, perhatian khusus,
penyakit, obat
– KIPI vaksinasi sebelumnya
– Penanggulangan KIPI seandainya
terjadi
– Rutin pediatrik
• Asupan nutrisi, miksi, defekasi, tidur
• Pertumbuhan dan perkembangan
– Jadwal vaksinasi berikutnya
Informed consent (1)
Di Amerika, Australia : belum ada ketentuan
pasien atau keluarganya harus menanda
tangani pernyataan mengerti dan
menyetujui
Tempat
sampah
Kursi pasien
Kursi vaksinator
1 inch = 2,54 cm
Ukuran jarum
Intradermal
Oral BCG
e.g. polio
Pencatatan Vaksinasi
Nama dagang, produsen,
Nomer lot / seri vaksin,
Tanggal penyuntikan
Bagian tubuh yang disuntik
(deltoid kiri, paha kanan)
Safe injection : mengapa ?
Estimasi WHO : 30 % suntikan imunisasi tidak
aman (WHO bull. Oktober, 1999)
Imunisasi rutin (Soewarta,1999: 4 propinsi):
– tidak disterilkan : spuit 38%, jarum 23 %
– alat suntik pakai ulang
• krn tidak ada jarum (18%),
• tidak ada spuit (4%)
Bulan Imunisasi Anak Sekolah
(Soewarta,1999)
– 45 % alat suntik tidak disterilkan
– alat suntik pakai ulang :
• krn tidak ada sterilisator (39%),
• tidak ada jarum (28 %)
• tidak ada alat suntik (6%)
Safe Injection
Suntikan dapat menularkan :
hepatitis B, hepatitis C, HIV,
jamur, parasit, bakteri,
menyebabkan abses
Penyebaran melalui suntikan
lebih cepat daripada melalui
udara, mulut atau seks
Aman bagi
Disuntik
Penyuntik
Lingkungan
Aman bagi yang disuntik
Tujuan
Bayi / anak mendapat kekebalan
dari vaksin
Suntikan tidak menularkan
penyakit lain
Mencegah / minimalkan KIPI
Tidak aman yang disuntik (1)
Vaksin
– Suhu > 8°C atau VVM telah terpapar
panas
– Botol vaksin bocor, retak, atau
terpasang jarum
– Ada partikel dalam larutan
– Telah dilarutkan lebih dari 6 jam
– Beku : DPT, DT, TT, hepB, Hib (tidak
boleh beku)
– Uji kocok tetap menggumpal (kecuali
hepB atau Hib)
Tidak aman bagi yang disuntik (2)
Alat suntik
– Spuit disposable dipakai ulang
– Hanya mengganti jarum
– Tidak dibersihkan dulu langsung
disterilkan
– Hanya dengan desinfektan
– Membakar jarum di api
– Merebus dalam panci terbuka
– Menyentuh ujung jarum
Tidak aman bagi yang disuntik (3)
Melarutkan / pengambilan vaksin :
– Cairan pelarut untuk vaksin lain atau >
8°C
– 1 spuit diisi beberapa dosis sekaligus
– jarum ditinggalkan menancap di vial
– mencampur isi 2 vial
Umur
Cara pemberian Rantai vaksin
Interval Safety injection
Imunisasi ulangan Pencacatan KIPI
(booster)
Jadwal IDAI 2004
Endemisitas
Karier kronik
Transmisi maternal
Epidemiologi
infeksi Hepatitis B
•350 juta
karier kronik
•1 juta
Yaoundé kematian
declaration per tahun
Oct 1991
•Penyebab
1st at 2nd
kanker hati
rendah < 2%
Prevalensi HBSAg intermediate 2-7% 1997
tinggi > 8%
Penularan Infeksi VHB
Perinatal/vertikal: ibu ke bayi saat
lahir
– 70-90% bayi yang terinfeksi menjadi
kariers 25% diantaranya meninggal
Horizontal: bayi ke bayi/anak ke
dewasa
Parenteral, perkutan: unsafe
injection, transfusi darah
Sexual transmission
Infeksi kronis HBV
Perjalanan penyakit
Infeksi kronis
HBV*
25% mortality rate apabila kronisitas terjadi pada masa anak-anak * 15%
mortality rate apabila kronisitas terjadi pada masa dewasa
Kariers : mempunyai risiko terjadi KHP 230 kali lipat
Bayi lahir dari ibu HbsAg negatif atau
tidak diketahui atau negatif
HB-1 diberikan vaksin rekombinan
HB 10 mg intramuskular, dalam
waktu 12 jam setelah lahir
HB-2 diberikan umur 1 bulan dan
dosis ketiga umur 3-6 bulan
Apabila pada pemeriksaan
selanjutnya diketahui ibu HbsAg-
nya positif, segera berikan 0,5 ml
HBIG (sebelum 1 minggu)
Bayi lahir dari ibu HBsAg
positif
Dalam waktu 12 jam setelah lahir
– diberikan 0,5 ml HBIG dan vaksin
rekombinan HB secara bersamaan
– intramuskular di sisi tubuh yang
berlainan
HB-2 diberikan umur 1 bulan dan
dosis ketiga umur 3-6 bulan
Global Commitment
Program Pengembangan Imunisasi
Niger
Nigeria
Endemic countries
Re-established transmission countries
Case or outbreak following importation In HQ as of 4 May 2005
Strategi
Memutuskan rantai penularan melalui:
– Outbreak response immunization (ORI)
– Mopping up
…di daerah KLB dan sekitarnya
Mopping up
– Waktu : segera (dlm 1 bulan)
– Lokasi : Co: Prov Jabar, Prov DKI, Prov Banten
(termasuk lokasi outbreak response)
– Sasaran : sda
– Vaksin : OPV 2 dosis, interval 1 bulan
(lokasi outbreak : total 3 dosis)
Meningkatkan Herd Immunity
Backlog Fighting
90
80
70
60
%50
40
30
Imunisasi dasar, 4 dosis,umur < 1tahun
20
10
Umur 18 17 16 15 14 13 12 11 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
BIAS POLIO
1999
PIN 1995
PIN 1996
PIN 1997
SUB PIN 1998
PIN 2002
OPV
Keuntungan Kerugian
Diperoleh imunitas Risiko VAPP, resipien
humoral dan lokal dan kontak
Imunitas mukosa Risiko cVDPV
usus
Kontraindikasi pd
Pemberian mudah
imunokompromais
Murah
Kegagalan vaksinasi
Herd immunity
(pada diare, muntah)
Contact immunity
Diperlukan cold chain
Menimbulkan
pencemaran
IPV
Keuntungan Kerugian
Tidak ada risiko terjadi
VAPP dan cVdPV
Imunitas intestinal
Imunitas konstan, tinggi,
sedang
menetap
Tidak ada contact
Direkomendasi untuk
immunity
pasien imunokompromais
Mahal / single dois
Ada kemasan kombinasi
Produksi baru
Menimbulkan herd
immunity
Termostabil Melnick J. Bull Who 1978;56:21-38
Tetanus
• Filamentous hemagglutinin
(FHA)
PRN
• Pertactin (PRN) or 69 kD*
protein
• Follow-up (periodik)
– Umur 1-4 tahun, tiap 4 tahun
– Mempertahankan pemutusan transmisi
PAHO
Reported measles cases by month
Cuba, 1971-1998
Reported cases (thousands)
M-M-R vaccine coverage (%)
6 100
5
80
Keep-up
vaccination
4
60
3
Catch-up Follow-up 40
2 vaccination vaccination
20
1
0 0
1971 1972 1973 1974 1975 1976 1977 1978 1979 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998
BCG
HepB 1 2 3
Polio 0 1 2 3
DTP 1 2 3 4 5
Campak 1 2
Hib 1 2 3 4
MMR 1 2
Balita
1-4th
Imunisasi ulangan, Non-PPI
Catch-up immunization
Usia sekolah
5-12 th Catch-up immunization
antibodi transfer
injection 4 8 12 16 20minggu
of Igs
Vaksinasi
antigen
(vaksin)
diberikan pada
seorang imunisasi aktif,
telah divaksinasi
produksi Abs
Vaksinasi
Kadar antibodi
• Proteksi
jangka lama
• murah
• aman
4 8 12 16 20 minggu
Suntikan
vaksin
Imunitas pasif & aktif
Vaccine Classification
VACCINE
KILLED =
INACTIVATED
1 LIVE =
ATTENUATED
VACCINE
VIRAL 2 BACTERIAL
VACCINE VACCINE
Jenis Vaksin
Bacterial Viral
• WHOLE CELL : • WHOLE VIRUS :
BCG Measles
Pertussis Mumps
Cholera Rubella
Live typhoid
Varicella
• TOXOID :
Tetanus Poliomyelitis IPV
Diphtheria OPV
Pertussis toxin Yellow Fever
• SURFACE Ag : Rabies
Acellular pertussis Hepatitis A
• POLYSACCHARIDE : SPLIT VIRUS
Meningo Influenza
Pneumo
RECOMBINANT
Typhim Vi
• CONJUGATE SURFACE Ag :
POLYSACCHARIDE : Hepatitis B
Hib
Vaccine Classification
Bacterial Vaccines Viral Vaccines
Vaccine
Ag presenting
cell
TH
Cytokines
TTc
C
B
memory
P
cell
Respon tubuh terhadap
vaksin
Th2 cell
T cell
B cell
Vaksin
Respon tubuh
terhadap vaksin
Respon Bayi
Prematur
terhadap vaksin
RENDAHNYA
KAPASITAS: BELUM
-KEMOTAKTIK BERKEMBANGNYA:
-ADHESI -SISTEM KOMPLEMEN
-FAGOSITOSIS -IMUNITAS HUMORAL
Th-1 Th-2
SELULER HUMORAL
Vaksinasi
pada bayi prematur dan BBLR
Dosis penuh
Sesuai jadwal vaksinasi yang
ditetapkan menurut umur
kronologis
Kecuali untuk vaksin Hepatitis B
Imunoprofilaksin Hepatitis B pada
bayi prematur dan berat lahir rendah*
bila hasil
pemeriksaan HBsAg
ibu positif Periksa HBsAg ibu
segera, bila tidak
Periksa HBsAg ibu dapat dilaku kan
segera dalam 12 jam,
berikan HBIg
Skema Imunoprofilaksin Hepatitis B pada
bayi prematur dan berat lahir rendah*
Berat lahir ≥2000 g Berat lahir < 2000 g
Imunodefisiensi Sekunder
Kelainan imunitas karena pengobatan
Imunosupresi dan kemoterapi
Protein-losing enteropathy
HIV/ AIDS
Imunisasi pada anak imunodefisiensi
Genetik Infeksi Obat Keganasan
1 2 1
2
3 4
4
6
6 7 9
3
8
Defisiensi sel B
(Bruton’s
agamma-globulinemia)
gangguan produksi
antibodi
gangguan aktivitas
kekebalan
risiko infeksi
Defisiensi
imunoglobulin
predominan (2)
Defisiensi sel T
(Wisskott-Aldrich)
gangguan
produksi antibodi
gangguan aktivitas
kekebalan
risiko infeksi
Defisiensi sel T (2)
Defisiensi sel T
(Ataxia-telangiectasia)
gangguan
produksi antibodi
gangguan aktivitas
kekebalan
risiko infeksi
Defisiensi sel T (3)
Defisiensi sel T
(Di George syndrome)
gangguan
produksi antibodi
(+/-)
gangguan
aktivitas kekebalan
risiko infeksi
Defisiensi Kombinasi
Defisiensi sel B dan T
(berat)
gangguan produksi
antibodi
gangguan aktivitas
kekebalan
resiko infeksi
Keadaan Imunodefisiensi
Imunodefisiensi primer
Lokasi Jenis K.I Efektivitas
Sel T Severe Semua vaksin Jelek pada semua vaksin
(humoral & combined hidup yang berespon humoral
seluler) dan seluler
Komplemen C1, C4, C2, C3, Tidak ada Semua vaksin rutin
C5-C9 mungkin efektif.
properdin, faktor Tidak ada Vaksin pneumokok dan
B meningokok
Fagosit Chronic Vaksin bakteri Semua vaksin rutin
granulomatous hidup mungkin efektif.
disease Vaksin influensa
Leukocyte direkomendasikan
adhesion defect
Myeloperoxidas
e deficiency
Keadaan Imunodefisiensi
Imunodefisiensi primer
Lokasi Jenis Kontra Efektivitas
indikasi
HIV/AIDS OPV, BCG, MMR, Mungkin efektif :
varisela untuk anak MMR, varisela &
yang sangat semua vaksin tak
imunokompromais aktif, termasuk
influensa
Kanker Vaksin bakteri & Efektivitas
ganas, virus hidup tergantung pada
transpantasi,t tergantung status status imun
erapi dan imun
radiasi
imunosupre
sif
Vaksinasi Anggota Keluarga Pasien
Imunodefisiensi
Antigen Antigen
mikrobial environmental
1. Telur
2. Antibiotik
3. Merkuri
4. Gelatin,
toksoid
ALERGI
Vaksinasi & Alergi
Komponen
environmental
vaksin
Komponen
environmental
vaksin
Komponen
mikrobial
vaksin
Imunisasi & risiko alergi
Alergen Vaksin Reaksi Catatan
Telur Campak, Gondong, Rubela, Alergi ringan Bila ada riwayat anafilaksis
MMR, Yellow Fever, Influensa sampai setelah makan telur, perlu uji
anafilaksis kulit pra-vaksinansi
Rantai Vaksin
Vaksin = produk biologis
Batas Efisiensi
Jangka
Waktu
Batas
Saat Pembuatan
Kadaluwarsa
Penyimpanan vaksin harus dijaga sepanjang rantai
perjalanan dari pabrik sampai saat
melaksanakan vaksinasi
Distribusi & Penyimpanan
Vaksin harus disimpan dan
ditransport sebaik mungkin
Udara panas akan mengurangi
potensi vaksin
Klasifikasi Vaksin
Vaksin Bakteri Vaksin Virus
Vaksin
OPV
• BCG
Vaksin hidup
Sensitif Suhu
Panas Campak
Vaksin MMR
Sensitif Suhu Varisela
Dingin Yellow Fever
Campak
Hep B
Penyimpanan vaksin
di tingkat propinsi
Kondisi Umum Kamar Dingin dan Beku
– Suhu kamar dingin: +2 s/d +8
– Suhu kamar beku: -15 s/d -25
Penyusunan vaksin dalam kamar dingin
– Untuk menyimpan vaksin sensitif dingin
– Jarak menyusun 1-2 cm atau satu jari antar dos
vaksin
Penyusunan vaksin dalam kamar beku
– Untuk menyimpan vaksin sensitif panas
– Jarak menyusun 1-2 cm atau satu jari antar dos
vaksin
Penyimpanan Vaksin di tingkat
Kabupaten dan pelayanan primer
Kondisi Umum Lemari es
Jarak lemari es dengan dinding belakang 15 cm
Lemari es tidak terkena sinar matahari langsung
Sirkulasi ruangan cukup
Penyimpanan di lemari es
Penyimpanan di freezer
– Untuk menyimpan vaksin Sensitif Panas
– Jarak menyusun 1-2 cm atau satu jari antar dos
vaksin
Penyimpanan di lemari es
– Untuk menyimpan vaksin Sensitif Dingin
– Jarak menyusun 1-2 cm atau satu jari antar dos
vaksin
Penyimpanan
dan distribusi
Vaksin bakteri/ virus inaktif
Vaksin yg sangat sensitif thd panas/sinar
dibuat berupa bubuk ( freeze-dried
powders)
Vaksin (yang bukan cairan) dapat disimpan
di freezer atau pd +2°C sampai +8°C
Setelah dicampur segara disuntikkan;
buang setelah 6 jam atau setelah selesai
Vaksin OPV simpan beku
Penyimpanan dan Distribusi
Ajuvan Vaksin
Berupa suspensi yg Ag diadsorbsi
oleh garam Aluminium (Al salts)
Tidak perlu dicampur (kecuali
komponen Hib )
o o
Simpan pada suhu +2 C sp + 8 C
JANGAN
DIBEKUKAN
Masa simpan vaksin
Vademicum Bio Farma Jan.2002
Vaksin Hepatitis B
Suhu lingkungan Imunogenitas
hilang dalam
45oC 1 jam
37oC 1 minggu
21oC 2 minggu
Contoh Vaksin PPI
Vaksin Polio Oral (OPV)
Penyimpanan
– suhu minus 20 º C potensi sampai 2
thn
– suhu 2 – 8 º C potensi hanya 6 bulan
Setelah dibuka : dlm suhu 2 – 8º C
potensi hanya sampai 7 hari.
Tidak beku, ada sorbitol
Bubuk vaksin.
Vaksin BCG kering
Vaksin kering
boleh disimpan di freezer
Cara mengetahui vaksin yang
rusak dalam penyimpanan
Untuk menguji
apakah vaksin
sudah pernah
beku atau
belum
Vaksin yang tidak boleh tersimpan
beku
DTP
Hib (kecuali PRP-T)
Hepatitis B
Hepatitis A
Vaksin influenza
Pneumokokus (polisakarida & konjugasi)
Meningokokus (polisakarida & konjugasi)
Japanese encephalitis
Semua vaksin rekonstitusi
Semua vaksin kombinasi
Pelarut vaksin
Vial Vaccine Monitor
(VVM)
Vial Vaccine
Monitor
(VVM)
Cara menguji
vaksin yang
sudah
pernah
terpapar
panas > 8°C
Vaksin sensitif/ labil pada
suhu ruangan
BCG
MMR
OPV
Varisela
Yellow fever
Semua vaksin rekonstitusi
Check list menjaga keamanan proses
transportasi dan penyimpanan
vaksin
No Ya/ Tindakan yang dilakukan
tidak
1 Ada seorang petugas yang bertanggung jawab
melakukan proses transportasi dan
penyimpanan vaksin
2 Ada petugas lain yang dapat menggantikan,
bila petugas utama berhalangan
3 Catatan inventarisasi vaksin
- Nama vaksin dan jumlah yang diterima
- Tanggal vaksin yang diterima
- Keadaan vaksin saat diterima
- Nomer lot vaksin dari pabrik
- Tanggal kadaluwarsa vaksin
Check list menjaga keamanan proses
transportasi dan penyimpanan vaksin
5 Kulkas tidak digunakan untuk menyimpan
makanan/ minuman
6 Vaksin tidak disimpan di pintu kulkas
Kombinasi, Yg dilarutkan dan Stabil Tidak tahan Tidak tahan Tidak tahan
DtaP-Hep.B- kering rusak.
Hib-IPV
Hib Rusak, tidak boleh Stabil Stabil sampai 24 bulan Tidak ada Tidak ada informasi
PRP-T digunakan pada 25°C informasi
Pelarut Kering, stabil
Tidak boleh
Hep.A Rusak, tidak boleh Stabil beberapa Stabil 15 bln Stabil 15 bln Tidak ada informasi
digunakan bulan-36 bln
Hep.B Rusak, tidak boleh Stabil 2 tahun Stabil 30 hari Stabil 7 hari Stabil 3 hari
digunakan
Ketahanan Potensi Vaksin Dalam
Keadaan Suhu Yang Berbeda.
VAKSIN 0°C 2 - 8°C 22-25°C 35-37°C >37°C
Kombinasi, Yg dilarutkan dan Stabil Tidak tahan Tidak tahan Tidak tahan
DtaP-Hep.B- kering rusak.
Hib-IPV
Hib Rusak, tidak boleh Stabil Stabil sampai 24 bulan Tidak ada Tidak ada informasi
PRP-T digunakan pada 25°C informasi
Pelarut Kering, stabil
Tidak boleh
Hep.A Rusak, tidak boleh Stabil beberapa Stabil 15 bln Stabil 15 bln Tidak ada informasi
digunakan bulan-36 bln
Hep.B Rusak, tidak boleh Stabil 2 tahun Stabil 30 hari Stabil 7 hari Stabil 3 hari
digunakan
Ketahanan Potensi Vaksin Dalam
Keadaan Suhu Yang Berbeda.
VAKSI 0°C 2 - 8°C 22-25°C 35- >37°C
N 37°C
IPV Rusak, tidak Stabil 2 tahun Berkurang 20 hari Berkurang Tidak ada
boleh digunakan 20 hari informasi
Influenza Rusak, tidak Stabil Tidak tahan Tidak Tidak tahan
boleh digunakan tahan
MMR Stabil Stabil 2 tahun Stabil 1 bulan Stabil 1 Berkurang
kering Tidak boleh minggu 50% dalam 2-
Pelarut 3 hari pada
41°C, 80%
pada 54°C
MMR Rusak, tidak Terlindung Berkurang 50% Labil Inaktif dalam
terlarut boleh digunakan dari cahaya dalam 1 jam, 70% dalam 2-7 1 jam
stabil dalam 8 dalam 3 jam. jam.
jam. Sensirif pada sinar. Sensirif Sensitif pada
Sebaliknya pada sinar. sinar.
hanya tahan 1
jam.
Ketahanan Potensi Vaksin Dalam
Keadaan Suhu Yang Berbeda.
VAKSI 0°C 2 - 8°C 22-25°C 35-37°C >37°C
N
Meningo Kering dan Kering Tidak tahan Tidak tahan Tidak tahan
kok terlarut rusak stabil,
terlarut hrs
Segera
digunakan.
OPV Stabil 2 tahun Stabil Stabil 1 Tidak ada Masih poten
minggu informasi dalam 24 jam.
dalam 20-25°C
Pneumo- Rusak, tidak Stabil Tidak tahan Tidak tahan Tidak tahan
kok Boleh
digunakan
Varisela Rusak, tidak Langsung Tidak tahan Tidak tahan Tidak tahan
terlaru Boleh digunakan,
t digunakan stabil dalam
90 menit.
Varisela Stabil 2 tahun Stabil dalam Tidak tahan Tidak tahan Tidak tahan
Kering Tidak boleh 90 hari
Pelarut Stabil
Prinsip utama
Tercatat
Modul 5a
Vaksinasi
Penyakit
berhenti
INCIDENCE
KIPI
Eradikasi
MATURITY
Klasifikasi KIPI
Klasifikasi Lapangan
(Field Classification, WHO 1999)
Klasifikasi Kausalitas
(Evidence Bearing on Causality, IOM
1991&1994)
Klasifikasi Lapangan, WHO 1999
Reaksi Vaksin
Kesalahan Program / Teknik
Pelaksanaan Imunisasi
Reaksi Suntikan
Kebetulan
Tidak diketahui
Klasifikasi lapangan
dipakai pd pencatatan &
pelaporan KIPI
KIPI Reaksi Vaksin
Tetanus/DT/Td ~ 10 % ~ 10 % ~ 25 %
– abses subkutan
– regional limfadenopati
– supuratif limfadenitis
KIPI Vaksinasi BCG
KIPI berat
– Osteitis epifisis tulang panjang, bisa
terjadi beberapa tahun setelah BCG
( 0,1 – 30 per 100 000 vaksinasi)
– Menyebar dan fatal
2 dari 1 juta penerima vaksin
(imuno-kompromais)
28 kasus BCG-itis generalisata
(24 imunokompromais, 9 AIDS)
HIV simtomatik (AIDS):
tidak diberi vaksin BCG
KIPI Vaksinasi Difteria &
Tetanus
KIPI ringan
– Reaksi lokal
• Ringan sp sedang kemerahan, rasa sakit &
pengerasan di tempat suntikan (11 – 38 %)
• Abses steril 6 – 10 kasus per 1 juta vaksinasi
– Reaksi sistemik
• umumnya pd vaksinasi booster (0.5 –10%)
demam, lesu, badan pegal, sakit kepala
KIPI Vaksinasi Difteria & Tetanus
KIPI berat
– Reaksi alergi
• urtikaria generalisata dan reaksi anafilaksis (1–6
kasus / 1juta)
• reaksi hipersensitif tipe Arthus hipersensitif thd
kompleks imun
• reaksi lokal berat pd yang hiperimun titer antibodi
sudah amat tinggi saat vaksinasi
– Neuritis brakhial
• Disfungsi lengan bagian atas (N. plexus) tanpa
terkena struktur SSP dan perifer lainnya (0.5 – 1
kasus per 100 000 vaksinasi). Biasanya berkaitan
dg dosis multipel
– Sindrom ‘Guillain-Barre’
• Timbul dl kurun waktu 6 minggu pasca vaksinasi.
Studi pd 306 kasus menyimpulkan bahwa kalaupun
berhubungan kausal hal itu sangat langka
KIPI Vaksinasi Pertusis
Reaksi lokal & sistemik
• Kemerahan, edema, indurasi, nyeri di tempat
suntikan, rewel, anoreksia, muntah, menangis,
demam ringan sp sedang. Terjadi beberapa jam
setelah vaksinasi dan sembuh spontan tanpa
gejala sisa
Kejang
– Kejang dlm 48 jam DPwT estimasi 1 per 1750
suntikan: kejang demam sederhana
– Faktor predisposisi : riwayat kejang baik
individu maupun di keluarga, berlatar belakang
penyakit dg kejang
Temperatur 40.5 º C
– 0.3 % penerima vaksin dl 48 jam
– Pd DPaT jauh lebih kecil
KIPI Vaksinasi Pertusis
Episod hiporesponsif-hipotonik (HHE)
– Kolaps atau keadaan spt renjatan (shock-like
state) terjadi pd 1 per 1750 pemberian DPwT.
Rate 3.5 – 291 kasus per 100 000 vaksinasi
– Pada DPaT belum diketahui
Pada penelitian efikasi : secara signifikan
kurang daripada DPwT
– Pd studi follow up tidak terbukti ada
kecacatan nerologis atau gangguan
intelektual pd episode hipoitonik
hiporesponsif
Menangis berkepanjangan
– Menangis kuat atau berteriak terus menerus
selama 3 jam lebih dalam waktu 48 jam
setelah vaksinasi DPwT (1 dari 100 vaksinasi)
– Pd DPaT secara signifikan kurang dari itu
KIPI Vaksinasi polio
KIPI ringan & sedang : tidak ada
KIPI berat
– Lumpuh layu akibat virus vaksin (VAPP)
• Lumpuh layu akut 4 – 30 hari setelah OPV
• Lumpuh layu akut 4 – 75 hari set kontak
dg penerima OPV
defisit neurologik 60 hari setelah
onset
meninggal
• Rate 1 kasus per 1.4 – 3.4 juta dosis
vaksin kasus lebih banyak setelah dosis
pertama
KIPI berat
Reaksi alergi
– Reaksi hipersensitivitas: urtikaria di daerah
suntikan akibat komponen isi vaksin, jarang,
ringan
– Anafilaksis jarang
– Riwayat alergi telor : risiko anafilaktik vaksin yg
mengandung campak (MMR) rendah
KIPI Vaksinasi Campak
KIPI berat
Trombositopenia (transient):1/25000–
500.000
– MMR ada hubungannya dg trombosito
penia 2 bulan pasca vaksinasi: 2-3
mgg
– Lebih sering terjadi pada mereka yang
pernah mengalami trombositopenia
– Tidak pernah ada laporan kematian
diakibatkan trombositopenia pasca
vaksinasi MMR
KIPI Vaksinasi Campak
KIPI berat
Ensefalitis & ensefalopati < 1 per 1 juta dosis
– Ensefalomielitis infeksi campak alami: 1
dari 1000 pasien, 50% mengalami
kerusakan SSP permanen.
– Dipengaruhi reaksi imunologik, ditakutkan
reaksi yg sama terjadi pada virus vaksin.
Komda
PP-KIPI DinKes Propinsi
Propinsi
Komda
PP-KIPI DinKes Kab/Kota Rumah
Sakit
Kabupaten
Puskesmas
Masyarakat
KIPI yang Perlu
Dilaporkan
Dalam 24 jam Anafilaktoid Anafilaksis
Teriak-teriak ≥ 3 jam Hipotonik- hipo-Sindrom
syok toksik responsif
Dalam 5 hari Reaksi lokal hebat Sepsis
Abses di daerah suntikan
Dalam 15 hari Kejang
Ensefalopati
Dalam 1-3 Lumpuh layu Neuritis brakhial
bulan Trombositopenia
1-12 bln Limfadenitis Infeksi BCG diseminata
pasca BCG Osteitis/Osteomielitis
Tidak terbatas Kematian, rawat inap, kejadian yg langka & berat
waktu diperkirakan berkaitan dg imunisasi
Isi Laporan KIPI
Identitas
Jenis vaksin
Penanggung jawab
Gejala klinis & pengobatan
Saat imunisasi : jam, hari, tanggal.
Saat terjadinya KIPI : jam, hari,
tanggal.
Riwayat imunisasi terdahulu
Pemeriksaan penunjang
Prognosis
Aspek hukum
Kronologis (cara penyelesaian KIPI)
Langkah-langkah
pelacakan KIPI
1. Pastikan informasi
Catatan medik pasien
dari laporan
Periksa yg jelas data pasien, data kejadian dari
catatan medik, dan data informasi
Lengkapi kekurangan yg ada pd formulir
2. Pelacakan & laporan KIPI
kumpulkan data
• Ttg pasien
Riwayat imunisai
Riwayat medis sebelumnya, reaksi yg sama
sebelumnya, reaksi alergi lain
Riwayat keluarga dg kejadian yg sama
• Ttg kejadian
• Riwayat kejadian, deskripsi klinis, hasil laborat
yg relevan dg KIPI, diagnosis kejadian
Tindakan, apakah dirawat, hasilnya bagaimana
Langkah-langkah
2. Pelacakan &
kumpulkan data pelacakan KIPI
• Ttg tersangka Catatan medik pasien
vaksin Vaksin dikirim dl keadaan bagaimana,
kondisi penyimpan-an, keadaan vaccine vial
monitor, catatan suhu lemari es
Pengelolaan vaksin dilevel rantai pendingin
lebih atas, kartu suhu
Analisis Kausatif
Dilakukan oleh KOMNAS PP
KIPI Pusat yang beranggotakan
pakar multidisiplin
Tindak lanjut
Penanganan kasus (sederhana sulit)
diagnosis, pengobatan, kapan merujuk
kasus berat
Komunikasi dg orang tua & anggota
masyarakat untuk meredakan kecemasan
Pelaporan : KIPI berat harus segera
dilaporkan & pd saat yg sama dilakukan
investigasi
Melakukan perbaikan apabila sudah
dideteksi apa yg harus dilakukan
Koreksi thd masalah logistik, pelatihan,
supervisi
Tindak Lanjut
(setelah investigasi selesai)
Reaksi vaksin
Bila angka kejadian reaksi vaksin / lot tertentu lebih tinggi
daripada yang diprediksi, perlu informasi dari produsen
vaksin & konsultasi dg WHO
- melenyapkan lot vaksin tadi
- merubah spesifikasi pembuatan atau
kontrol kualitas vaksin
- menyediakan vaksin dari produsen lain
Kesalahan program
Memperbaiki penyebab kesalahan
Memperbaiki logistik penyediaan vaksin
- memperbaiki prosedur pelayanan kesehatan
- melatih tenaga kesehatan
- mengintesifkan supervisi
Tindak Lanjut
(setelah investigasi selesai)
Reaksi suntikan
Ciptakan lingkungan kerja yg nyaman,
perhatian khusus utk anak yg ketakutan
Koinsidens
Ciptakan komunikasi yang baik, untuk
mempengaruhi masyarakat bahwa yg
terjadi adalah faktor kebetulan
Muncul masalah apabila sudah beredar
kepercayaan bahwa kejadian itu akibat
imunisasi
Tidak diketahui
Memang ada yang tidak bisa diketahui
Diperlukan tenaga ahli untuk meneliti lebih
lanjut
Evaluasi
Tata laksana & pemantauan
– Pelaporan
• waktu
• kelengkapan
• ketepatan
– Kecepatan investigasi di lapangan
– Tindakan adekuat yang diambil
untuk menghindari terjadinya lagi
program eror
– KIPI tidak mengganggu program
imunisasi
Evaluasi
Laporan kemajuan survailens KIPI
Laporan tahunan (annual report)
• Jumlah laporan KIPI yg diterima
• Jumlah KIPI berdasar antigen
yang diberikan
• Klasifikasi lapangan KIPI
• KIPI berat yg sangat jarang
• Kejadian langka lainnya
Pencegahan Terjadinya KIPI
Mencegah KIPI akibat reaksi vaksin
– Teknik penyuntikan
– Suasana tempat penyuntikan
– Atasi rasa takut yg muncul pada anak yg lebih
besar
Pencegahan Terjadinya KIPI
KIPI Kebetulan (koinsidens)
Kejadian kebetulan sudah bisa
diperkirakan
• jumlah populasi
• insidens penyakit
• insidens kematian (angka kematian
bayi)
• cakupan imunisasi & jumlah episode
imunisasi
Kesimpulan
KIPI adalah risiko program
imunisasi
Diperlukan pengetahuan
imunisasi yang mendalam