Anda di halaman 1dari 65

CASE REPORT

SPACE OCCUPYING
LESION
Disusun Oleh:
Michelle Sabatini Siregar
1765050271

Pembimbing:
dr. Chyntia M. Sahetapy, SpS

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf


Periode 17 Juni – 20 Juli 2019
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
Jakarta
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S

Jenis Kelamin : Laki - laki

Usia : 62 tahun

Pekerjaan : Pensiunan

Agama : Islam

Tgl. Masuk : 12/6/19


Tgl. Keluar : 18/6/19
Alloanamnesis tanggal : 12-06-2019

Keluhan utama : Lemah separuh badan kanan

Keluhan Tambahan : Pusing, nyeri kepala, mual dan muntah

ANAMNESIS
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien laki-laki datang ke IGD dengan keluhan
lemah separuh badan kanan. Keluhan sudah
dirasakan pasien sejak kurang lebih 2 hari SMRS.
Lemah separuh badan dirasakan hingga
mengganggu aktivitas pasien. Pasien merasakan
lemah saat sedang duduk dirumahnya. Pasien
ANAMNESIS juga mengeluh nyeri kepala sejak 2 hari SMRS,
nyeri tidak dapat dilokalisir oleh pasien. Pasien
juga saat ini mengeluh pusing namun tidak
berputar, mual (+) dan muntah (+) 1x berisi
cairan. Penglihatan ganda (-), penglihatan buram
(-), sesak (-) telinga berdenging (-), rasa kebas
disekitar mulut (-), kesemutan di tangan dan kaki
disangkal. BAB dan BAK Normal.
Riwayat Penyakit Terdahulu

• Pasien sebelumnya pernah dibawa ke UGD dengan


keluhan lemah separuh badan kanan sekitar 6 bulan
yang lalu.
• Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, dan kolesterol
tinggi disangkal. Riwayat alergi dan asma disangkal.
• Riwayat stroke disangkal.
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
• Riwayat stroke, hipertensi, diabetes mellitus, asma dalam anggota keluarga
disangkal.
• Keluarga pasien tidak mengetahui ada atau tidaknya diabetes mellitus, dan
kolesterol tinggi (tidak pernah diperiksa).

Riwayat Kebiasaan Pribadi


• Pasien suka makanan yang tinggi lemak seperti makan makanan asin dan
gorengan.
• Pasien merokok 1 bungkus sehari (rokok filter) sejak kurang lebih 20 tahun.
• Pasien tidak minum alkohol.
• Pasien memiliki kebiasaan jarang olahraga.
PEMERIKSAAN FISIK

• Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang ANTROPOMETRI


• Kesadaran : GCS (E4M6V5)
Berat badan : 66kg
• Tekanan Darah : 140/80mmHg
Tinggi badan : 158 cm
• Nadi : 83x/menit IMT : 26,43kg/m2
• Pernafasan : 23x/menit Kesan : Overweight
• SpO2 : 99%
• Suhu : 36,8° C
STATUS GENERALIS
Kepala : Normocephali Thoraks
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), -Inspeksi : Pergerakan dinding dada
sklera ikterik (-/-). Arcus Senilis (+/+) simetris, retraksi dinding dada (-)
Leher : JVP 5-2 cmH20, KGB tidak -Palpasi : Vocal fremitus simetris
teraba membesar. -Perkusi : Sonor-sonor
-Auskultasi : BND Vesikuler, rhonki
(+/+), wheezing (+/+)

Abdomen
Inspeksi : Perut tampak mendatar
Auskultasi: bising usus (+) 4x/menit Ekstremitas
Palpasi : nyeri tekan (-), supel Atas : hangat (+/+), edema (-/-),
Perkusi : nyeri ketok (-), timpani CRT < 2 detik
Bawah : hangat (+/+), edema (-/-),
.
CRT < 2 detik
RANGSANGAN MENINGEAL

Dextra Sinistra
Kaku kuduk - -
Brudzinski I - -
Brudzinski II - -
Kernig - -

Laseque >70 derajat >70 derajat


NERVUS KRANIALIS

Nervus Olfactorius (N.I) Nervus Opticus (N.II)


Dextra Sinistra Dextra Sinistra

Penciuman Normosmia Normosmia Visus 1/60 1/60

Lihat warna Baik

Lapang Luas
pandang
Funduskopi Tidak dilakukan
Nervus Okulomotorius, Trokhlearis, Abdusen (N. III, IV, VI )
Dextra Sinistra

Sikap bola mata Simetris


Ptosis Tidak ada
Strabismus Tidak ada
Nistagmus - -
Eksoftalmus Tidak ada
Enoptalmus Tidak ada
Diplopia - -
Deviasi Konjugee Tidak ada
Pergerakan bola mata Baik ke segala arah
Lateral kanan Baik
Lateral kiri Baik
Atas Baik
Bawah Baik
Berputar Baik
Nervus Okulomotorius,Trokhlearis, Abdusen (N. III, IV,VI)

Pupil
Bentuk Bulat, letak ditengah / Bulat, letak ditengah
Isokor Isokor 3mm / 3mm
Refleks cahaya +/+
Langsung
Refleks cahaya Tak +/+
Langsung
Refleks akomodasi +
Nervus Trigeminus (N.V)
Motorik
Membuka dan menutup Mulut Baik

Gerakan rahang Baik

Sensorik
Rasa raba Normoestesi
Rasa nyeri Normoestesi
Rasa suhu Tidak dilakukan
Refleks
Refleks kornea + +
Refleks maseter (+)
Nervus Fasialis (N.VII)
Sikap wajah (dalam Simetris
istirahat)
Dextra Sinistra
Mengangkat alis (+)
Kerutan dahi (+)
Kembung pipi (+)
Menyeringai Sinus Nasolabialis mendatar kanan
Daya kecap lidah 2/3 depan Tidak dilakukan
NervusVestibulochoclearis (N.VIII)
Dextra Sinistra

Nistagmus (-)
Vertigo (-)
Suara berbisik Tidak dilakukan
Gesekan jari (-)
Tes rinne Hantaran udara lebih baik dari tulang
Tes weber Tidak ada lateralisasi
Tes swabach Sama dengan pemeriksa
Nervus Glosofaringeus (N.IX) dan Nervus Vagus (N.X)

Arkus Faring Sulit Dinilai


Palatum mole Intak
Disartria (-)
Disfoni (-)
Rinolali (-)
Disfagi (-)
Batuk (+)
Menelan (+)
Refleks faring Tidak dilakukan
Refleks sinus karotikus Tidak dilakukan
Refleks okulokardiak Tidak dilakukan
Nervus Assesorius (N.XI)
Dextra Sinistra
Menoleh (kanan, kiri, (+) (+)
bawah)

Angkat bahu (+) (+)

Nervus Hipoglossus (N.XII)


Sikap lidah dalam mulut Di tengah
Julur lidah Di tengah
Atrofi (-)
Tremor (-)
Fasikulasi (-)
Tenaga otot lidah Baik
MOTORIK
Dextra Sinistra

Derajat kekuatan otot 3333 5555


3333 5555
Trofi otot Eutrofi Eutrofi

Tonus otot Normotonus Normotonus

Gerakan spontan abnormal Tidak ada


Refleks Fisiologis Refleks Patologis
• Babinski : +/-
• Biseps : ++/++
• Chaddok : -/-
• Triceps : ++/++ • Oppenheim : -/-

• Brachioradialis : ++/++ • Gordon : -/-


• Schaeffer : -/-
• Brachioulnaris : ++/++
• Rossolimo : -/-
• KPR : ++/++
• Mendel Bechtrew : -/-
• APR : ++/++ • Hoffman Tromner : -/-
• Gonda : -/-
• Klonus lutut : -/-

• Klonus kaki : -/-


KOORDINASI
STATIS DINAMIS
Hasil Hasil
Duduk Tidak bisa dilakukan Telunjuk – telunjuk Normometri
Telunjuk – hidung Normometri
Berdiri Tidak bisa dilakukan
Test romberg Tidak bisa dilakukan Tremor intensi (-)
Disdiadokinesis (-)
Test romberg Tidak bisa dilakukan Dismetri (-)
dipertajam Rebound fenomen (-)
Tumit lutut Normometri
SENSIBILITAS

Penilaian
Eksteroseptif
Rasa raba Normoestesi
Rasa nyeri Normoestesi
Rasa suhu Tidak dilakukan

Propioseptif
Rasa getar Baik, simetris
Rasa sikap Baik, simetris
Vegetatif Fungsi luhur
• Miksi : Inkontinensia urin (-) • Memori : Baik
• Defekasi : Inkontinensia alvi (-) • Bahasa : Baik
• Sekresi keringat : normohidrosis • Kognitif : Baik
• Salivasi : normosalivasi • Afek dan Emosi : Serasi
• Fungsi seks : tidak dilakukan
• Visuospasial : Tidak dilakukan
• Eksekutif : Tidak dilakukan
Tanda – tanda regresi Palpasi saraf tepi
• Refleks menghisap : tidak ada • Nervus ulnaris : tidak teraba membesar
• Refleks menggigit: tidak ada • Nervus aurikularis magnus : tidak
• Refleks memegang : tidak ada teraba membesar
• Snout refleks : tidak ada
Pemeriksaan Laboratorium (12/06/19)

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal


Natrium 139 mmol/L 136 – 145
Kalium 3.5 mmol/L 3.5 – 5.1
Clorida 105 mmol/L 99 – 111
Hemoglobin 12.8 g/dl 14 – 16
Leukosit 10.4 ribu/uL 5 – 10
Hematokrit 38.1 % 40 – 48
Trombosit 337 ribu/uL 150 – 400
Gula darah sewaktu 100 mg/dl <200
Ureum 32 mg/dl 15 – 45
Creatinin 0.94 mg/dl 0.70 – 1.10
EKG
CT-BRAIN
TANPA
KONTRAS
Diagnosis

• Diagnosis Klinis : Hemiparese Dextra


• Topis : Hemisfer serebri sinistra
• Etiologi : Stroke Non-Hemoragik

• Diagnosa Banding : Space Occupying Lesion


TERAPI IGD
• Non-medikamentosa
• Medikamentosa
• Pro rawat inap
• Aspilet 1x80mg (PO)
• Diet : Lunak
• RL 20 Tpm /24 jam
Prognosis
• Ad Vitam : Dubia ad bonam
• Ad Sanationum : Dubia ad malam
• Ad Functionam : Dubia
TINJAUAN PUSTAKA
S.O.L
Space occupying lesion (lesi desak ruang) didefinisikan sebagai neoplasma, jinak atau ganas,
primer atau sekunder, serta setiap inflamasi yang berada di dalam rongga tengkorak yang
menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial dan menempati ruang di dalam otak. Space
occupying lesion meliputi tumor, hematoma, dan abses

Suatu lesi yang meluas atau memenuhi ruang dalam otak termasuk massa (tumor), hematoma dan
abses
ETIOLOGI SOL
Tumor intrakranial
Konstusio serebri
Hematoma
abses
EPIDEMIOLOGI TUMOR INTRACRANIAL
Di USA : 16,5 per 100.000 populasi per tahun
Laki-laki > perempuan
Insidens tumor otak primer bervariasi sehubungan dengan kelompok umur
penderita
Klasifikasi
Klasifikasi menurut lokasi
KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasi tumor:
 Tumor intradural:
 Ekstramedular
 Meningioma
 Astrocytoma
 Oligodendroglioma
 Hemangioblastoma

 Tumor ekstradural : metastase dari lesi pertama


KLASIFIKASI
Berdasarkan Jaringan asal:
PATOFISIOLOGI
Pertumbuhan sel abnormal pada daerah central nervous system (CNS) 
mendesak jaringan otak di sekitarnya  terjadi gangguan neurologis (gangguan
fokal akibat tumor dan peningkatan tekanan intrakranial)
MANIFESTASI KLINIS

Nyeri kepala Papil edema

Nyeri bersifat dalam, Ketajaman


terus – menerus, tumpul penglihatan
dan bersifat hebat sekali projectile vomiting berkurang karena
bisa menyertai titik buta membesar
peningkatan TIK

Nausea dan vomiting


GEJALA LAIN
Kejang parsial-umum (>> tumor yang dekat korteks motorik)
Pembesaran kepala
Bradikardi dan tensi meningkat
Gejala Lokal Tumor
1. Tumor di lobus frontalis / kortikal
• Gangguan mental
• kemunduran intelegensi, ditandai dengan gejala “Witzelsucht”
• Kejang
• refleks memegang dan anosmia
• disartri, kelumpuhan kontralateral, dan afasia
2. Tumor di daerah presentralis
• kejang pada sisi kontralateral
• hemiparesis kontralateral

3. Tumor di lobus temporalis


• gangguan fungsi penciuman
• halusinasi auditorik dan afasia sensorik
• disfungsi traktus kortikospinal kontralateral, defisit lapangan pandang homonim, perubahan kepribadian,
disfungsi memori dan kejang parsial kompleks
4. Tumor di lobus parietalis
• astereognosia dan ataksia sensorik
• thalamic over-reaction
• Agnosia
• afasia sensorik
• Apraksia
• Kurangnya konsentrasi
5. Tumor pada lobus oksipitalis
• sakit kepala di daerah oksiput
• gangguan medan penglihatan
• hemianopsia homonym yang kongruen
• persepsi kontralateral episodik terhadap cahaya senter, warna atau pada
bentuk geometri
6. Tumor pada korpus kalosum
• gangguan mental
• cepat lupa
• kejang
7. Tumor pada Ventrikel Tiga dan Regio Pineal
• Hidrosepalus
• sakit kepala berat pada daerah frontal dan verteks, muntah dan kadang-kadang pingsan
(perubhan posisi)
• gangguan ingatan
• amenorea
• galaktorea dan gangguan pengecapan dan pengaturan suhu

8. Tumor Batang Otak


• disfungsi saraf kranialis
• defek lapangan pandang
• nistagmus
• ataksia dan kelemahan ekstremitas

9. Tumor Cerebellum
• Muntah berulang
• sakit kepala di bagian oksiput
• Pusing, vertigo dan nistagmus
DIAGNOSIS KERJA
Pemeriksaan Fisik Anamnesis
Keluhan utama : penurunan
kesadaran, kejang, perubahan emosi
Kesadaran: CMKoma dan kepribadian
Penurunan visus, pembesaran
Riwayat: sakit kepala berat
kepala, parese ekstremitas, sebelumnya
ataksia
Neurological examination: Pemeriksaan Penunjang
funduskopi  papiledema
Diagnosis

• Anamnesis
• Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan Penunjang:
• Elektroensefalografi (EEG)
• Foto rontgen
• Computerized Tomografi (CT Scan) dengan kontras
• Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Anamnesis yang didapat:

Gejala TIK: nyeri kepala muntah, papiledema


Nyeri kepala: intermiten, tumpul, berdenyut, berlokasi di
frontal/oksipital. Bayi&anak2: pembesaran lingk. Kepala yg
progresif
Kejang: khususnya di supratentorial  kejang umum, psikomotor,
atau kejang fokal
Gejala neurologis fokal
Perubahan tanda vital pada kasus space occupying
lesion intrakranial

Denyut nadi • relatif stabil selama stadium awal dari peningkatan ICP

• Perubahan pada pola pernafasan adalah hasil dari


Pernapasan tekanan langsung pada batang otak

• Selama mekanisme kompensasi dari peningkatan tekanan


intrakranial berlangsung, suhu tubuh akan tetap stabil
Suhu Tubuh • mekanisme dekompensasi berubah, peningktan suhu tubuh
akan muncul akibat dari disfungsi dari hipotalamus atau
edema pada traktus yang menghubungkannya
Reaksi • Reaksi pupil yang lebih lambat dikarenakan
adanya penekanan pada n.okulomotorius
• Penekanan ini menjepit n.okulomotorius di antara

Pupil tentorium dan herniasi dari lobus temporal


• mengakibatkan dilatasi pupil yang permanen
Pemeriksaan Penunjang
• Computed Tomography Scan (CT- Scan)
- Tanpa Kontras: Mendeteksi massa di daerah Orbita,Pitutary dan Fossa posterior saja
- Memberi informasi spesifik mengenai jumlah, ukuran, kepadatan, jejas tumor, dan meluasnya
edema serebral sekunder serta member informasi tentang sistem vaskuler
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
• Kelebihan dari MRI dari pada CT-Scan adalah MRI memberikan garis batas
tumor lebih akurat dibandingkan dengan CT Scan, Pergeseran struktur-
struktur garis tengah dan penipisan daripada dinding ventrikel lateralis di sisi
tumor dapat terlihatdan MRI Scan yang teratur dapat dilakukan sebagai
kontrol pasca penatalaksanaan.
Foto Polos Dada X-Ray
• Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari
suatu metastasis yang akan memberikan gambaran nodul
tunggal ataupun multiple pada otak
Pemeriksaan LCS

• Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Apakah
infeksi sampai ke LCS,untuk mengetahui etiologi nya, Tetapi pemeriksaan ini
tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak yang besar.
Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi
anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-
proses infeksi (abses cerebri).
Biopsi Stereotaktik
• Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang
dalam, membedakan jenis tumor atau massa lain nya dan untuk
memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
Penatalaksanaan

Terapi Suportif Terapi Definitif


 Antikonvulsan • Pembedahan
 Kortikosteroid • Radiasi
• Kemoterapi
• Imunoterapi
Penanganan tumor
Terapi Operatif

Prinsip penanganan  pengambilan tumor total, sementara pada tumor ganas tujuannya
dekompresi untuk pengobatan selanjutnya.
Terapi Konservatif (non operasi)

Radioterapi
• Radioterapi ini untuk tumor kebanyakan menggunakan sinar X dan sinar gamma
• Tujuan: menghancurkan tumor dengan dosis yang masih dpt ditoleransi oleh jaringan normal yang
ditembusnya.
Kemoterapi
Obat : HU (hidroksiurea), 5-FU (5-fluorourasil), PCV (Prokarbazin, CCNU, Vincristine),
Nitrous urea (PCNU, BCNU/Karmustin, CCNU/lomustin, MTX (metrotreksat), DAG
(Dianhidrogalaktitol) dan sebagainya.

Immunoterapi
• Tumbuhnya suatu tumor disebabkan oleh adanya gangguan fungsi immunologi tubuh
sehingga diharapkan dengan melakukan restorasi sistem immun dapat menekan
pertumbuhan tumor
• Diterapkan untuk kasus-kasus tumor jenis glioma (dimana sistem imunnya menurun)
• Obat-obat yang sering digunakan sebagai immuno-modulator antara lain adalah:
BCG/Levamizole, Visivanil, dan PS/K
Prognosis
• Tergantung jenis tumor spesifik, tipe tumor, lokasi/letak, ukuran, usia
• Angka ketahanan hidup 5 tahun (5 years survival) berkisar 50-60% dan angka ketahanan hidup
10 tahun (10 years survival) berkisar 30-40%.
• Prognosis di Indonesia masih buruk.
KESIMPULAN
• SOL merupakan istilah yang digunakan untuk generalisasi masalah tentang adanya lesi di otak
• Gejala klinis tergantung pada ukuran, jenis, dan lokasi SOL
• Gejala klinis dapat dibagi atas gejala umum dan gejala fokal
• Pemeriksaan penunjang yang paling mendukung diagnosis  CT Scan dan MRI
• Penatalaksanaan bertujuan untuk menghilangkan etiologi dan menurunkan TIK dengan segera
• Prognosis bergantung pada seberapa luas lesi dan kerusakan jaringan disekitarnya, ukuran lesi,
letak lesi serta tergantung pada kemampuan untuk menghilangkan etiologinya

Anda mungkin juga menyukai