Anda di halaman 1dari 40

Referat

Laringoscopy Surgery

Dosen Pembimbing :

dr Eleazar Permana SpAn. MSc.

Nama Mahasiswa :

Merien Stephanie Siregar 1865050014

KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANESTESI


PERIODE 24 AGUSTUS-18 SEPTEMBER 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
Pendahuluan

Pada anestesi umum tindakan intubasi endotrakea dan penatalaksanaan jalan napas merupakan suatu
keterampilan pokok yang harus mampu dilakukan setiap ahli anestesi dalam melakukan tindakan anestesi.
Pemberian jenis anestesi pada pasien yang menjalani pembedahan dapat dilakukan dengan anestesi umum
(general anestesi), dan dengan anestesi pada suatu bagian tubuh tertentu (regional anestesi). Komponen obat
anestesi ideal (trias anestesi) terdiri dari hipnotik, analgesia dan relaksasi otot, didapatkan dengan
menggunakan obat obatan yang berbeda secara terpisah. Teknik ini sesuai untuk proses pembedahan tertentu
untuk mengendalikan pernafasan.

Tindakan laringoskopi dan intubasi endotrakea adalah suatu Tindakan untuk menjaga jalan nafas dengan cara
memasukkan pipa endotrakea ke dalam trakea melalui mulut atau hidung dengan bantuan laringoskop. Intubasi
diperlukan untuk menjaga patensi jalan napas pada pasien dengan resiko aspirasi, jika sungkup muka sulit
dipergunakan untuk memelihara jalan napas, pasien yang memerlukan ventilator dan untuk tindakan
pembedahan yang spesifik seperti bedah thorak, bedah kepala dan leher atau bedah abdomen.
Anatomi Respirasi
Intubasi Endotrakeal
Intubasi Endotrakheal
Tindakan memasukkan pipa
trakea ke dalam trakea melalui
rima glotis dengan
mengembangkan cuff, sehingga
ujung distalnya berada kira-kira
dipertengahan trakea antara pita
suara dan bifurkasio trakea.
(Petunjuk Praktis Anestesiologi
FKUI)
Tujuan Intubasi Endotrakheal
Mempermudah pemberian anestesia.

Mempertahankan jalan nafas agar tetap bebas dan


mempertahankan kelancaran pernafasan.
Mencegah kemungkinan terjadinya aspirasi isi
lambung (pada keadaan tidak sadar, lambung penuh
dan tidak ada refleks batuk).
Mempermudah pengisapan sekret trakheobronchial.

Pemakaian ventilasi mekanis yang lama.


Indikasi Intubasi

1 2 3

menjaga mempermu mencegah


patensi dah aspirasi dan
jalan napas; ventilasi regurgitasi.
positif dan
oksigenasi;
Kesulitan Intubasi

1. Gigi depan depan menonjol


2. Mandibula menonjol
3. Uvula tidak terlihat
4. Gerak sendi temporo-mandibular
terbatas
5. Gerak vertebra servikal terbatas
Klasifikasi Malampati
Soft palate

Uvula
Gambaran Laryngoscopic  grade 3,4 sulit untuk di
intubasi
Peralatan
STATICS:

• Scope: Laryngoscope, Stethoscope


• Tube: siapkan 3 nomor ukuran
• Airway: Bagging, Face mask, OPT/NPT
• Tape: plester
• Introducer: Stylet, Magill forceps
• Connector: konektor Oksigen
• Suction: peralatan suction yang berfungsi baik.
Prosedur
• Alat-alat diatur:

• Kiri pasien      : laringoskop (pasang blade pada gagang)


• Kanan pasien  : AMBU Bag, ET (Endotrakeal Tube), OPA (OroPharyngeal
Airway), Spuit, Plester

Sebelum melakukan intubasi WAJIB dilakukan Ventilasi Tekanan Positif (VTP)


O2 100% selama 2 menit dengan tujuan untuk mencegah HIPOKSIA, caranya
dengan:
• 2 jari berada di atas sungkup muka, menekan sungkup muka ke bawah
• 3 jari lain berada di Ramus Mandibula, mengangkat mandibula ke atas
• Dengan gerakan yang lembut, kantung AMBU Bag ditekan sampai dada
terangkat
Prosedur
• VTP dilakukan sampai pasien TIDAK HIPOKSIA lagi yang
bisa dilihat dari Saturasi O2 yang baik atau tidak ada tanda
sianosis di sentral maupun perifer
• Apabila dada tidak terangkat maka dilakukan manuver jalan
nafas kembali untuk membuka nafas
Prosedur
• Laringoskop dinyalakan
• Buka mulut dengan tangan kanan, gerakan
jari menyilang (ibu jari menekan mandibula
ke bawah, jari telunjuk menekan maksila ke
atas)
• Pegang laringoskop dengan tangan kiri
• Masukkan mulai dari sisi kanan
• kemudian menyingkirkan lidah ke kiri
• Cari epiglotis. Tempatkan ujung bilah
laringoskop di valekula (pertemuan epiglotis
dan pangkal lidah)
Prosedur
• Angkat epiglotis dengan elevasi laringoskop ke atas (jangan
menggunakan gigi seri atas sebagai tumpuan) untuk melihat plica
vocalis
Prosedur

• Masukkan ET sampai ujung


proksimal cuff ET melewati plica
vocalis
• Kembangkan cuff ET secukupnya
(sampai tidak ada kebocoran udara)
• Cek dengan cara memberikan VTP.
Pada pasien cek dengan auskultasi
menggunakan stetoskop,
bandingkan suara nafas paru kanan
sama dengan paru kiri
Prosedur
• Setelah pasti diletakkan di trakea, pasang OPA supaya tidak
tergigit oleh pasien
• Fiksasi supaya tidak lepas = mulai dari sisi sebelah atas
kemudian memutar dan menyilang ke sebelah bawah.
Peralatan
Intubasi
Pipa Endotracheal

umur (tahun)
Ukuran ETT  4 
4
Oro-pharyngeal tube

• Masukkan bagian cekung ke arah atas, setelah mencapai


pertengahan, diputar 180o, kemudian seluruhnya
dimasukkan. Jangan membuka mulut secara paksa!
• Dapat memancing refleks muntah, yang kemudian diikuti
dengan batuk, muntah, laringospasme, atau bronkospasme.
Tenik Insersi OPT
Naso-pharyngeal tube
• Panjang yang sesuai ± lubang hidung sampai lubang telinga.
• Diolesi jelly, masukkan secara tegak lurus (bukan mengikuti
arah hidung)
• Tidak terlalu merangsang jalan nafas.
• KI: fraktur nasal, basis cranii, koagulopati, infeksi/tumor hidung
ARAH TUBE
naso-pharyngeal
Teknik Insersi NPT
Alat-alat Untuk Intubasi
• Stilet atau forsep intubasi
Komplikasi Intubasi Endotrakheal

• Trauma gigi geligi


• Laserasi bibir, gusi, laring
• Merangsang saraf simpatis 
Selama (Hipertensi / Takikardi)
• Malposisi intubasi
Intubasi • Intubasi bronkus
• Intubasi Esofagus
• Spasme bronkus
• Aspirasi
Komplikasi Intubasi Endotrakheal.

• Spasme laring
• Gangguan fonasi
• Edema dan stenosis glotis,
subglotis / trakea
Setelah • Infeksi laring, faring ,
Ekstubasi trakea
ANESTESI UMUM

Menghilangkan nyeri
secara sentral, hilang
kesadaran dan bersifat
pulih kembali (reversible)

- Analgesia
TRIAS ANESTESI
- Hipnosia
- Relaksasi otot
KLASIFIKASI NILAI MORTALITAS
(GOLDMAN)
I 0-5 0.9%
II 6-12 7%
III 13-25 13%
IV ≥ 26 78%

KELAS NEW YORK HEART ASSOCIATION


I Tidak ada pembatasan aktifitas
II Aktifitas berat terbatas : dapat naik tangga, jalan jauh
III Terbatas dalam aktivitas rutin : naik tangga/jalan jauh
→ sesak
IV Dalam keadaan biasa → sesak
INDUKSI ANESTESI
Tindakan utk
membuat pasien STATICS
dari sadar mjd tdk S = Scope ===== > stetoskop,
sadar. laringoskop
T = Tubes ===== > pipa trakea
A = Airway =====> pipa mulut &
faring
• Induksi IV : T = Tape ====== > plester
I = Introducer ==> mandrin / stilet
tiopental, propofol, C = Connector ==> penyambung
ketamin pipa dgn alat anestesi
• Induksi IM : S = Suction ==== > penyedot
ketamin
• Induksi Inhalasi :
halotan, sevofluran.
PREMEDIKASI
Pemberian obat 1. Meredakan kecemasan
dan ketakutan
1-2 jam sblm induksi 2. Memperlancar induksi
anestesi anestesi
3. Mengurangi sekresi kel
ludah dan bronkus
4. Meminimalkan jml obat
anestesi
• Elektif : ½ jam -3/4 jam 5. Meminimalkan mual
pre operasi muntah pasca anestesi
6. Menciptakan amnesia
• Cyto : langsung saat 7. Mengurangi isi cairan
mau induksi lambung
• Setelah PM : Harus 8. Mengurangi refleks yang
membahayakan
dinilai kembali hasilnya
OBAT-OBAT PREMEDIKASI
GOLONGAN OBAT-OBATAN
Belladona SA,Scopolamin/Hyocyamin

Narkotik analgetik Morfin, pethidin


Anti histamin Penenang, anti emetik, anti alergi

Tranquilizer Midazolam, diazepam

Neuroleptik Anti emetik dan penenang


(Droperidol 1-2 cc)

Barbiturat Pentobarbital

Antikolinergik Atropin
RUMATAN ANESTESIA

Tindakan pemeliharaan
anestesi sampai
tindakan pembedahan
selesai

• Rumatan IV : Fentanil
1-2µg/kgBB
• Rumatan Inhalasi :
N2O : O2 (3:1)
ditambah halotan 0.5-2
vol%
KESIMPULAN
Salah satu tanggung jawab seorang ahli anestesi adalah memberikan pernafasan yang
adekuat kepada pasien. Upaya yang sering dilakukan adalah dengan melakukan
laringoskopi dan intubasi. Laringoskopi merupakan tindakan memvisualisasi laring
dengan menggunakan laringoskop. Intubasi endotrakea adalah suatu tindakan
memasukkan pipa kkhusus kedalam trakea sehingga jalan nafas bebas hambatan dan
nafas mudah dikendalikan. indikasi endotrakeal intubasi antara lain: menjaga patensi
jalan nafas dan memproteksi jalan nafas, pada pasien dengan kegagalan ventilasi dan
oksigenasi.
Walaupun tindakan laringoskopi dan intubasi aman namun bukan tanpa resiko.
Tindakan laringoskopi dan intubasi dapat menyebabkan penekanan pada saraf laryngeus
superior dan saraf recurrenlaryngeus sehingga meningkatkan rangsang simpatis.
Dengan meningkatnya rangsang simpatis maka dapat muncul komplikasi maupun efek
samping yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
 

1. Baker PA, Timmermann A. Indication for endotracheal intubation. Dalam: Hagberg CA, penyunting. Benumof and Hagberg’s airway
management. Edisi ke-3. Philadelphia: Saunders; 2013. hlm. 340–5.

2. Henderson J. Airway management in adult. Dalam: Miller RD, Eriksson LI, WienerKronisch JP, Young WL, penyunting. Miller’s
anesthesia. Edisi ke-7. New York: Churchill Livingstone; 2009. hlm. 1573–610.

3. Abdallah M. Endotracheal tubes cuffs. Durban, South Africa: Departement of Anaesthetics, University of Kwazulu-Natal. 2011.

4. Sultan P, Carvalho B, Rose BO, Cregg R. Endotracheal tube cuff pressure monitoring: a review of the evidence. J Perioper Pract.
2011;21(11):379–86.

5. Efrati S, Deutsch I, Gurman GM. Endotracheal tube-small important part of a big issue. J Clin Monit Comput. 2012; 26(1):53–60.
6. Morgan JE, Mikhail MS, Murray MJ. Airway management. Clinical anesthesiology; 2013. hlm. 309–401.

7. Mort TC, Keck Jr JP, Meisterling L. Endotracheal tube and respiratory care. Dalam: Hagberg CA, penyunting.
Benumof and Hagberg’s airway management. Edisi ke-3. Philadelphia: Saunders; 2013. hlm. 957–80.

8. Ozer AB, Demirel I, Gunduz G, Erhan OL. Effects of user experience and method in the inflation of
endotracheal tube pilot balloon on cuff pressure. Niger J Clin Pract. 2013;16(2):253–7.

9. Ghafouri HB, Saeeidi H, Yasinzadeh M, Famaori S, Modirian E. Excessive endotracheal tube cuff pressure: Is
there any difference between emergency physicians and anesthesiologists? SigVitae. 2012;7(2):17–20

10. Liu, Zhang. X., Gong,W., Li.S., Wang, F., Fu. S., Hang,Y., 2010 Corellation between controlled endoracheal
tube cuơ pressure and post procedure complication: A Multicenter study. Anesth-analg, 111(5): 1133-37
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai