Laringoscopy Surgery
Dosen Pembimbing :
Nama Mahasiswa :
Pada anestesi umum tindakan intubasi endotrakea dan penatalaksanaan jalan napas merupakan suatu
keterampilan pokok yang harus mampu dilakukan setiap ahli anestesi dalam melakukan tindakan anestesi.
Pemberian jenis anestesi pada pasien yang menjalani pembedahan dapat dilakukan dengan anestesi umum
(general anestesi), dan dengan anestesi pada suatu bagian tubuh tertentu (regional anestesi). Komponen obat
anestesi ideal (trias anestesi) terdiri dari hipnotik, analgesia dan relaksasi otot, didapatkan dengan
menggunakan obat obatan yang berbeda secara terpisah. Teknik ini sesuai untuk proses pembedahan tertentu
untuk mengendalikan pernafasan.
Tindakan laringoskopi dan intubasi endotrakea adalah suatu Tindakan untuk menjaga jalan nafas dengan cara
memasukkan pipa endotrakea ke dalam trakea melalui mulut atau hidung dengan bantuan laringoskop. Intubasi
diperlukan untuk menjaga patensi jalan napas pada pasien dengan resiko aspirasi, jika sungkup muka sulit
dipergunakan untuk memelihara jalan napas, pasien yang memerlukan ventilator dan untuk tindakan
pembedahan yang spesifik seperti bedah thorak, bedah kepala dan leher atau bedah abdomen.
Anatomi Respirasi
Intubasi Endotrakeal
Intubasi Endotrakheal
Tindakan memasukkan pipa
trakea ke dalam trakea melalui
rima glotis dengan
mengembangkan cuff, sehingga
ujung distalnya berada kira-kira
dipertengahan trakea antara pita
suara dan bifurkasio trakea.
(Petunjuk Praktis Anestesiologi
FKUI)
Tujuan Intubasi Endotrakheal
Mempermudah pemberian anestesia.
1 2 3
Uvula
Gambaran Laryngoscopic grade 3,4 sulit untuk di
intubasi
Peralatan
STATICS:
umur (tahun)
Ukuran ETT 4
4
Oro-pharyngeal tube
• Spasme laring
• Gangguan fonasi
• Edema dan stenosis glotis,
subglotis / trakea
Setelah • Infeksi laring, faring ,
Ekstubasi trakea
ANESTESI UMUM
Menghilangkan nyeri
secara sentral, hilang
kesadaran dan bersifat
pulih kembali (reversible)
- Analgesia
TRIAS ANESTESI
- Hipnosia
- Relaksasi otot
KLASIFIKASI NILAI MORTALITAS
(GOLDMAN)
I 0-5 0.9%
II 6-12 7%
III 13-25 13%
IV ≥ 26 78%
Barbiturat Pentobarbital
Antikolinergik Atropin
RUMATAN ANESTESIA
Tindakan pemeliharaan
anestesi sampai
tindakan pembedahan
selesai
• Rumatan IV : Fentanil
1-2µg/kgBB
• Rumatan Inhalasi :
N2O : O2 (3:1)
ditambah halotan 0.5-2
vol%
KESIMPULAN
Salah satu tanggung jawab seorang ahli anestesi adalah memberikan pernafasan yang
adekuat kepada pasien. Upaya yang sering dilakukan adalah dengan melakukan
laringoskopi dan intubasi. Laringoskopi merupakan tindakan memvisualisasi laring
dengan menggunakan laringoskop. Intubasi endotrakea adalah suatu tindakan
memasukkan pipa kkhusus kedalam trakea sehingga jalan nafas bebas hambatan dan
nafas mudah dikendalikan. indikasi endotrakeal intubasi antara lain: menjaga patensi
jalan nafas dan memproteksi jalan nafas, pada pasien dengan kegagalan ventilasi dan
oksigenasi.
Walaupun tindakan laringoskopi dan intubasi aman namun bukan tanpa resiko.
Tindakan laringoskopi dan intubasi dapat menyebabkan penekanan pada saraf laryngeus
superior dan saraf recurrenlaryngeus sehingga meningkatkan rangsang simpatis.
Dengan meningkatnya rangsang simpatis maka dapat muncul komplikasi maupun efek
samping yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Baker PA, Timmermann A. Indication for endotracheal intubation. Dalam: Hagberg CA, penyunting. Benumof and Hagberg’s airway
management. Edisi ke-3. Philadelphia: Saunders; 2013. hlm. 340–5.
2. Henderson J. Airway management in adult. Dalam: Miller RD, Eriksson LI, WienerKronisch JP, Young WL, penyunting. Miller’s
anesthesia. Edisi ke-7. New York: Churchill Livingstone; 2009. hlm. 1573–610.
3. Abdallah M. Endotracheal tubes cuffs. Durban, South Africa: Departement of Anaesthetics, University of Kwazulu-Natal. 2011.
4. Sultan P, Carvalho B, Rose BO, Cregg R. Endotracheal tube cuff pressure monitoring: a review of the evidence. J Perioper Pract.
2011;21(11):379–86.
5. Efrati S, Deutsch I, Gurman GM. Endotracheal tube-small important part of a big issue. J Clin Monit Comput. 2012; 26(1):53–60.
6. Morgan JE, Mikhail MS, Murray MJ. Airway management. Clinical anesthesiology; 2013. hlm. 309–401.
7. Mort TC, Keck Jr JP, Meisterling L. Endotracheal tube and respiratory care. Dalam: Hagberg CA, penyunting.
Benumof and Hagberg’s airway management. Edisi ke-3. Philadelphia: Saunders; 2013. hlm. 957–80.
8. Ozer AB, Demirel I, Gunduz G, Erhan OL. Effects of user experience and method in the inflation of
endotracheal tube pilot balloon on cuff pressure. Niger J Clin Pract. 2013;16(2):253–7.
9. Ghafouri HB, Saeeidi H, Yasinzadeh M, Famaori S, Modirian E. Excessive endotracheal tube cuff pressure: Is
there any difference between emergency physicians and anesthesiologists? SigVitae. 2012;7(2):17–20
10. Liu, Zhang. X., Gong,W., Li.S., Wang, F., Fu. S., Hang,Y., 2010 Corellation between controlled endoracheal
tube cuơ pressure and post procedure complication: A Multicenter study. Anesth-analg, 111(5): 1133-37
TERIMA KASIH