Anda di halaman 1dari 36

KEDARURATAN

GINEKOLOGI

dr. Glondong S, SpOG

Bagian Kebidanan dan Penyakit Kandungan


RSUD dr. Moewardi Surakarta
Tujuan Instruksional umum:

Peserta diharapkan mampu mengenal,


mengetahui :

1. Pengertian kegawat daruratan dibidang


ginekologi
2. Diagnosis dan pengelolaan awal pada
kegawat daruratan dibidang ginekologi
Tujuan Instruksional khusus :
Peserta akan mampu :
1. Mengenal dan melakukan pengelolaan awal
pada kegawat daruratan dibidang ginekologi
2. Mengenal dan mengidentifikasi kegawat
daruratan dibidang ginekologi
3. Mengenal indikasi untuk melakukan konsultasi
dan intervensi ginekologik
PENDAHULUAN
Pengertian
A. Kedaruratan ginekologi adalah keadaan gawat akibat
kelainan gineklogi yang memerlukan tindakan /
penanganan segera untuk menyelamatkan jiwa.

A. Klasifikasi penyebab berdasarkan gejala utama,


I. Perdarahan
1. Abortus incomplit
2. Abortus insipien
3. Missed abortion
4. Mola hidatidosa
5. Menorrhagi
6. Menometrorrhagi
7. Robekan fornik posterior
8. Trauma alat genital
9. Proses keganasan pada traktus genital (Ca cervix, Ca
endometrium, chorio carsinoma)
II. Nyeri akut perut bawah
1. KET akut
2. Torsi kista
3. Ruptur kista dan tuboovarial abses
4. Retensi urin
5. Ruptur Tubo Ovarial Abses

III. Sepsis
1. Abortus provokatus krlminalis
2. Tubo ovarial abses pecah

IV. Kecelakaan akibat tindakan diagnostik


dalam ginekologi ataupun kegagalan
1. Perforasi rahim
2. Laparoskopi atau kuldoskopi
3. Dehisensi
Diagnosa dan penanganan
1. Anamnesa, meliputi:
• keluhan utama
• riwayat menarche
• riwayat haid
• riwayat kontrasepsi
• adanya kelainan perdarahan
• penyakit-penyakit menahun
• penyakit-penyakit endokrin
• stress
2. Pemeriksaan fisik, meliputi :
• pemeriksaan fisik secara umum dan pemeriksaan ginekologi

1. Pemeriksaan penunjang meliputi :


• Laboratorium, USG, laparoskopi, hormonal, dan lain-lain
1. Abortus Inkomplet
Definisi :
Abortus inklompet adalah pengeluaran
sebagian hasil konsepsi sebelum mencapai
usia 20 minggu
Pathofisiologi :
terjadinya abortus adalah secara spontan
yang disebabkan oleh beberapa faktor.
Etiologi :
1. faktor genetic
2. kelainan anatomi
3. Infeksi
4. faktor immunologi
5. kelainan endokrin
6. idiopatik
Diagnosa :
➢ Adanya perdarahan per vaginam yang disertai jaringan plasenta
yang disertai rasa mules
➢ adanya riwayat amenorrhea
➢ tes kehamilan positif

Pemeriksaan ginekologis :
➢ portio terbuka
➢ teraba jaringan atau sisa plasenta di OUE
➢ rahim lebih kecil dari umur kehamilan
➢ dari hasil USG tampak jaringan di rongga rahim lebih kecil, GS
tidak ada

Penanganan :
Prinsip menghentikan perdarahan:
- perbaikan KU penderita
- infus NaCl, RL
- periksa lab (Hb, AL, Hct, golongan darah, CT, BT)
- evakuasi kavum uteri bila Hb lebih dari 10 gr %
- transfusi bila Hb kurang dari 10 gr
- uterotonika bila perut (methergin 1 ampul)
2. Abortus Insipiens
a. Definisi : Adalah abortus yang sedang
bedangsung.
b. Patofisiologi : Sama dengan abortus inkomplet
c. Etiologi : Sama dengan abortus inkomplet
d. Diagnosa:
a. Perdarahan per vaginam; encer yang disertai dengan
adanya rasa mules oleh karena adanya kontraksi
otot rahim.
b. Adanya riwayat amenorrhoe
c. Tes kehamilan positif
d. Pemeriksaan ginekologis:
a) Portio terbuka atau tertutup
b) Kadang teraba jaringan (selaput ketuban, janin, plasenta)
apabila OUE terbuka
c) Rahim sesuai umur kehamilan
i. Pemeriksaan USG
ii. Rahim sesuai umur kehamilan, GS positif
e. Penanganan:
1. Prinsipnya mengeluarkan secara
cepat hasil konsepsi apabila
suclah tidak dapat dipertahankan
2. Perbaiki KU
3. Transfusi bila HB kurang dari 10 gr
%
4. Berikan sintocinon drip dalam
Dextrosa 5 % atau RL
5. Kuret bila inkomplet
3. Missed Abortion
a. Definisi :
Retensi produk kehamilan dalam waktu lebih dari 8
minggu setelah janin mati

b. Patofisiologi dan etiologi :


belum begitu jelas, diduga penggunaan preparat
progesterone untuk menangani abortus imminens sebagai
penyebab keadaan ini.

c. Diagnosa:
1. Perdarahan per vaginam, biasanya sedikit-sedikit
berwarna kehitaman
2. Rahim tidak sesuai umur kehamilan
3. Amenorrhoe
4. Tes kehamilan negatif
5. Gerakan janin negatif
6. DJJ negatif
7. Pemeriksaan lab hipofibrinogenemia
8. USG: rahim tidak sesuai umur kehamilan, anak ada, mati,
spalding sign positif, DJJ negatif
d. Penanganan:
Pada missed abortion perlu diperiksa
kadar fibrinogen karena sering disertai
adanya hipofibrinogenemia yang dapat
menyebabkan DIC.
1. Bila kadar fibrinogen : ≤ 150 mg %,
transfusi hingga kadar fibrinogen menjadi
200 mg %. Bila perlu.ditambah anti
fibrinolitik.
2. Lakukan induksi dengan oksitoson atau
prostaglandin, bila inkomplet dilakukan
kuretase.
3. Jika induksi gagal dilakukan histeroktomi
4. Mola Hidatidosa
a. Definisi :
Adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di
mana tidak seluruh atau sebagian villi choriales mengalami
degenerasi hidropik dengan atau tanpa janin.
b. Patofisiologi :
1. Teori missed abortion
2. Teori neoplasma
c. Etiologi :
belum diketahui secara pasti , diduga disebabkan defisiensi
nutrisi
d. Diagnosa:
1. Uterus lebih besar dari usia kehamilan
2. Perdarahan per vaginam, biasanya merah tua kadang
disertai jaringan mola
3. Pada palpasi tidak teraba bagian janin
4. DJJ negatif
5. Amenorrhoe
6. PP tes positif
7. Pada sondase tidak ada tahanan
8. Pada doppler tidak terdengar suara jantung janin
9. Pada USG badai salju
e. Penanganan:
1. Pada mola hidatidosa dapat terjadi perdarahan yang hebat maka sebelum
evakuasi perlu disiapkan darah minimal 2 kolf

1. 12 jam sebelum dilakukan evakuasi dipasang laminaria stick (3 batang)

1. Kuretase mola bisa dengan suction curettage atau dengan sendok kuret
biasa yang besar dan tumpul

1. Kuretase pada mola harus hati-hati karena uterus lembek sehingga mudah
terjadi perforasi, oleh karena itu dalam kuretase mola harus dalam
perlindungan infus

1. Kuretase ulangan atau kedua dilakukan 7 - 10 hari kemudian

1. Follow up tiap 2 minggu sekali dengan memeriksa titer kadar β HCG, hingga
kadar HCG negatif dalam 3 minggu berturut-turut, kemudian tiap 1 bulan
sekali hingga kadar HCG negatif dalam 3 bulan berturut-turut

1. Bila selama masa follow up terjadi peningkatan kadar HCG atau menetap
berarti prognosa buruk → dirujuk

1. Kontrasepsi yang baik adalah pil KB

1. Histerektomi bila penderita berumur 40 tahun ke atas, cukup anak


5. Menorrhagi
a. Definisi:
Adalah perdarahan haid yang banyak dan atau berlangsung lebih
dari 1 minggu.
Metrorrhagi adalah perdarahan diantara 2 siklus haid yang banyak
b. Penyebab metrorrhagi dan menorrhagi adalah:
1. Gangguan hormonal
2. Tumor uterus (myorna uteri)
3. Polip servix
4. Polip endometrium
5. Erosi portio yang berat
6. Proses kegananasan
7. Kelainan hematologi

c. Diagnosa:
1. Perdarahan per vaginam kadang disertai stolsel atau bekuan
2. PP tes negatif
3. Laboratorium pada yang kelainan hematologi ditemukan kelainan
koagulasi atau masa perdarahan memanjang
4. Pemeriksaan ginekologik ditentukan; ada kelainan organik atau
tidak ditemukan kelainan organik
5. USG
d. Penanganan:
1. Pada menorrhagi dan metrorrhagi perlu dicari penyebab yang
mendasarinya sehingga penanganan sesuai dengan penyebab.

1. Pada yang gangguan hormonal dapat diberikan:


a.Obat anti fibrinolitik: transamin 3xI
b.Prostaglandin inhibitor sintetase (obat penghambat sintesa
prostaglandin) seperti asam mefenamat 3 x 500 mg
c.Hormonal : pil KB kombinasi

1. Apabila terjadi perdarahan berulang dilakukan dilatasi dan


kuretase kemudian dikirim ke lab PA

1. Pada perdarahan per vaginam non organik yang berat diberikan


estrogen dosis tinggi yaitu conjugated estrogen 25 - 40 mg IV tiap
6 jam atau tablet oral 2,5 mg tiap 6 jam. Apabila perdarahan dapat
dikontrol dilanjutkan dengan pemberian progesteron oral untuk
setiap hari

1. Pada penyebab perdarahan oleh karena kelainan organik tetapi


sesuai dengan kelainannya.
6. Robekan Fornix Posterior
– Biasanya terjadi post coital karena :
foreplay yang kurang, vagina pendek,
post radiasi
– Terapi :
• dijahit dengan teknik tertentu
• perbaikan keadaan umum dengan cairan
transfusi

7. Tauma alat genital


Penanganan seperti di atas.
Proses keganasan pada traktus genital

Umumnya yang sering ditemukan adalah :


– Ca portio
– Chorio carsinoma.
A. Ca Portio
a. Diagnosa:
1. Kontak bleeding, kadang terjadi perdarahan
yang hebat yang dapat mengancam jiwa
penderita.
2. Pada perneriksaan ginekologi portio
berubah menjadi masa tumor seperti
kembang kol, rapuh, mudah berdarah.
3. Dinding vagina dan dinding panggul kaku
bila sudah terinfiltrasi masa tumor.
4. Biopsi dan pemeriksaan PA.
b. Penanganan:
Apabila terjadi perdarahan yang
mengancam jiwa dilakukan usaha-usaha
untuk menghentikan perdarahan dengan
1. Perbaikan KU penderita
2. Pasang infus dan transfusi
3. Pemberian obat-obat anti perdarahan
4. Kauterisasi dengan iodium dan
tampon vagina. Tampon vagina
diambil 24 jam kemudian.
B. Chorio Carsinoma
a. Pengertian :
Merupakan tumor ganas yang berasal dari trofoblas yang
merusak stroma uteri dengan akibat perdarahan dan nekrose
jaringan

b. Asal :
➢ mola hidatidosa 50%
➢ kehamilan ektopik 2-5%
➢ Abortus 25%
➢ hamil normal 22 %

a. Diagnosa:
1. Perdarahan per vaginam
2. Uterus membesar dan lunak
3. Kadar P-HCG tinggi (lebih dari 100.000 unit)

d. Penanganan:
1. perbaiki KU transfusi bila Hb kurang dar 10 gr %
2. histerektomi untuk yang cukup anak
3. histerotomi untuk yang belum punya anak
4. kemoterapi
1. KET Akut.
a. Pengertian
➢ Kehamilan ektopik yang mengalami
gangguan (abortus atau robek) dari tempat
implantasi di luar rongga rahim.

b. Patofisiologi
➢ Proses implantasi ovum pada tuba bernidasi
secara kolumner atau interkolumner
c. Diagnosa:
1. Gejala-gejala yang timbul karena adanya iritasi peritoneum
2. Amenorrhoe
3. perdarahan pervaginam, biasanya sedikit dan tidak teratur
4. Nyeri akut perut bagian bawah sehingga penderita pingsan
5. Pekak beralih, defans muskuler positif, nyeri lepas tekan perut,
anemia, pre syok sampai syok.
6. Pada perneriksaan ginekologi ditemukan cavurn douglas
menonjol, teraba massa di adnexa, slinger pain positif.
7. Pemeriksaan laboratodurn Hb serial menurun.
8. Kuldosintesis positif (darah kehitaman dengan stolsel kecil-kecil
yang akan memberikan gambaran halo apabila disemprotkan di
kasa)
9. Pemeriksaan USG, adanya GS di luar cavurn uteri atau adanya
darah atau cairan bebas di retro uteri.

d. Penanganan:
1. Prinsip menghentikan perdarahan dan mempertahankan
hemostasis.
2. Perbalkan KU
3. Pasang infus RL, NaCl
4. Transfusi
5. Laparotomi eksplorasi
2. Torsi Kista
Adalah terpuntimya tangkai tumor, tumor yang sering mengalami
torsi adalah :
1. kista dermoid
2. kista adenoma pseudomusinosurn
3. kista techa lutein

a. Diagnosa:
1. Nyeri akut perut bagian bawah atau intermitten
2. Mual, muntah, sinkope atau syok
3. Nadi cepat nyeri tekan perut biasanya unilateral, defans muskuler
lokal, bising usus normal, teraba masa tumor kistik
4. USG tampak tumor kistik

b. Penanganan:
1. Perbaikan KU penderita
2. Analgetik untuk mengurangi rasa sakit
3. Lakukan laparotomi dan pengangkatan tumor
3. Ruptur Kista
a. Pengertian :
Pecahnya dinding kista sehingga cairan kista keluar,
hal ini akan mengiritasi peritoneum sehingga
memberikan gejala-gejala peritonitis.

b. Diagnosa :
1. Nyeri akut perut bagian bawah
2. Defans muskuler positif, pekak beralih positif, bising
usus menurun sampai menghilang, cavum douglas
menonjol, douglas pungsi ditemukan cairan
3. USG cairan bebas positif.

c. Penanganan :
laparotomi
4. Retensi Urin
a. Pengertian
a. Tertahannya urin di dalam kantong kemih lebih dari 350 cc
yang menimbulkan keluhan.

b. Penyebab:
1. Obat-obatan seperti fenotiazin, narkotik, diazepam, dil.
2. Tumor
3. Kehamilan
4. Infeksi uretra

c. Diagnosa :
1. Tidak bisa kencing
2. Teraba masa tumor kistik di atas SOP
3. Sakit tekan-

d. Penanganan:
1. Kateterisasi
2. Terapi kausa
5. Ruptur Tubo Ovarial Abses
a. Pengertian :
Pecahnya abses pada adnexa

b. Diagnosa:
1. Keadaan umurn penderita jelek, delirium hingga koma
2. Leukositosis
3. Nyeri akut abdomen yang berat, konstan dan difus di abdomen bagian bawah
4. Perdarahan per vaginam kadang ada
5. Demam, mengiggil, anorexia, mual sampai muntah
6. Adanya riwayat infeksi panggul
7. Adanya riwayat abortus provokatus kriminalis
8. Tanda-tanda peritonitis
9. Nadi cepat, bising usus menurun
10. Pemeriksaan ginekologi : teraba masa di adnexa, riyeri dengan batas tidak
tegas.

c. Penanganan:
1. Antibiotik masive, posisi fowler
2. Bila telah tenang (bebas panas 3 hari)
• → laparotorni → pengangkatan abses → drainase/pasang drain.
Sepsis
a. Definsi :
Sepsis didefinisikan sebagai respon sistemik tubuh terhadap
infeksi disertai adanya systemic inflammatory response syndrome
(SIRS) dan adanya infeksi.

b. Etiologi :
➢ Abortus
➢ Tubo Ovarial Abses yang pecah

c. Pathofisiologi
1. Pada abortus sepsis :
Infeksi biasanya dimulai dari endometritis akibat sisa jaringan
endometrium dan produk kehamilan . Jika tidak diterapi infeksi akan
menyebar melalui miometrium dan parametrium. Parametritis dapat
terjadi peritonitis. Akibatnya akan terjadi bakteremia dan sepsis.
2. Pada Tubo Ovarial Abses yang pecah :
Infeksi menyebar secara langsung ke peritoneum, sehingga terjadi
peritonitis, dan dapat terjadi sepsis
d. Diagnosa
1. Gejala - gejala peradangan yang lebih nyata
2. Nyeri abdominal yang akut pada ruptur tubo ovarial abses
3. Leukore yang berbau pada abortus sepsis
4. Adanya 2 tanda - tanda dari gejala dibawah ini
1) Temperature lebih dari 38oC
2) Heart rate lebih dari 90 kali per menit
3) Respiratory rate lebih dari 20 kali per menit
4) Leukositosis(AL yang lebih dari 12.OOO/mm3
e. Terapi :
1. Terapi yang pertama dilakukan adalah mamperbaiki fungsi
pernafasan dan sirkulasi dengan pemberian : oksigen (
bila perlu ventilasi secara mekanik ) dan pemberian cairan
secara infus
2. Perbaiki keseimbangan elektrolit dan asam basa
3. Pemberian antibiotika → sensitivitas test
4. Mengurangi distensi abdominal
5. Mengontrol proses inflamasi dan nyeri
6. Pemberian diet yang sesuai
IV. Kecelakaan
Tindakan/Kegagalan
1. Perforasi rahim :
Terjadi pada waktu kuretase, sondase pada
pemasangan AKDR
Terapi :
Kecil : Uterotonika dan observasi
Besar : Laparotomi
2. Perdarahan / perlukaan pada laparoskopi /
kuldoskopi :
Terapi :
Laparotomi, tindakan selanjutnya tergantung
perlukaan yang timbul.
3. Dehisensi
a. Pengertian :
Terbukanya luka jahitan post operasi
b. Macam:
1. Total : Kulit s/d peritoneum terbuka sehingga organ perut
tampak /keluar
2. Subtotal : Terbuka dari kulit s/d fascia
c. Penyebab:
1. Infeksi
2. Anemia berat
3. Bahan benang tidak baik/tepat
4. Teknik penjahitan tidak benar
5. Penyakit: DM (Diabetes Mellitus)
d. Diagnosa :
1. Infeksi bila terdapat pus, AL meningkat, demam
2. Anemia berat, kurang gizi: Hb rendah
3. DM : gula darah tinggi
e. Penanganan:
1. Jahit ulang : peritoneum jahit jelujur, fascia s/d kulit dengan
benang baja atau sutera yang besar dijahit jadi satu, bila perlu
ditutup"Amsterdam verband“
2. Terapi infeksi/anemianya DM nya
sekian

Anda mungkin juga menyukai