Anda di halaman 1dari 36

PEMICU 2

KELOMPOK D
NAMA KELOMPOK:
1. Ummu Halimatus Sa’diyah A.
2. Hidya Ihza Aulia
3. Rita Aulia
4. Miftah Dwi Indriani
5. Golda Natalia
6. Muhammad Indra Rahman
7. Putri Hagalang Sinta
8. Adelia Hanny Tiara

• Tutor UPR : dr. Anna Marthea Veronica


• Tutor UI : dr. Imelda Rosalyn Sianipar
KASUS
Seorang perempuan berusia 55 tahun datang ke poliklinik
untuk kontrol. Ia mengeluhkan nyeri kedua lutut berulang sejak 5
tahun tearkhir. Menurut pasien, ia pernah didiagnosis sebagai
penderita rematik. Pemeriksaan fisik: BB 80 kg, TB: 160 cm, status
generalis dalam batas normal, hanya terdapat nyeri ulu hati.
Status lokalis: genu varum, nyeri tekan (+), krepitasi (+), nyeri
gerak (+), lingkup gerak sendi terbatas, pada palpasi tidak panas
dan tidak ada efusi. Pasien mengkonsumsi rutin obat nyeri baik
dari resep dokter maupun yang dijual bebas, termasuk jamu.
Riwayat penyakit darah tinggi, sakit jantung, diabetes, dan sakit
paru-paru disangkal. Pasien tidak memiliki riwayat alergi.
Kata Kunci
• Status lokalis:
• Identitas pasien : perempuan berusia 55 tahun • Genu varum
• Keluhan utama : nyeri kedua lutut berulang • nyeri tekan (+)
sejak 5 tahun tearkhir. • krepitasi (+)
• Keluhan Penyerta : hanya terdapat nyeri ulu hati • nyeri gerak (+)
• Keterangan tambahan : didiagnosis sebagai • lingkup gerak sendi terbatas
penderita rematik. • pada palpasi tidak panas dan tidak ada
• Pemeriksaan Fisik : efusi
• Antropometri : • Riwayat pengobatan :
• BB 80 kg • Pasien mengkonsumsi rutin obat nyeri baik
• TB: 160 cm dari resep dokter maupun yang dijual
• Status generalis : dalam batas normal bebas, termasuk jamu.
• Riwayat penyakit dahulu :
• Darah tinggi
• Sakit jantung
• Diabetes
DAFTAR PERTANYAAN

1. Jelaskan patofisiologi nyeri pada artritis


2. Jelaskan diagnosis banding pada kasus artritis
(osteoarthritis, rheumatoid arthritis, gout, septic
arthtritis)
3. Dasar penatalaksanaan nyeri pada artritis secara
farmakologis dan non-farmakologis
1. Jelaskan Patofisiologi Nyeri pada Arthritis
2. Jelaskan Diagnosis Banding Pada
Kasus Artritis (Osteoarthritis,
Rheumatoid Arthritis, Gout, Septic
Arthtritis)
a. Osteoarthritis
Patogenesis
b. Rheumatoid Arthritis
Patogenesis
c. Artritis Gout
Definisi Artritis gout merupakan salah satu penyakit metabolik
(metabolic syndrom) yang terkait dengan pola makan diet tinggi
purin dan minuman beralkohol. Penimbunan kristal
monosodium urat (MSU) pada sendi dan jaringan lunak
merupakan pemicu utama terjadinya keradangan atau
inflamasi pada gout artritis.
Etiologi Usia
Jenis kelamin
riwayat medikasi
Obesitas
konsumsi purin dan alkohol.
Kriteria diagnosis artritis gout akut dapat menggunakan kriteria menurut American College of
Rheumatology (ACR)/European League against Rheumatism (EULAR)
d. Septic arthritis
Septic arthritis ( Artritis septik)
Septic arthritis: Inflamasi pada ruang sendi, disebabkan infeksi mikroorganisme (termasuk
bakteri, virus, mycobacteria dan jamur).

Artritis septik o/ infeksi bakterial cepat merusak katilago hyalin artikular, kehilangan fungsi
sendi yang ireversibel.

Septik arthriris -> bentuk akut arthritis -> paling berbahaya -> kasus kegawatdaruratan ortopedi

Terlambat mendiagnosa + memberikan terapi -> kerusakan sendi menetap, morbiditas nyata,
kematian.
3. Dasar penatalaksanaan nyeri pada artritis secara
farmakologis dan non-farmakologis
a. Osteoarthritis
Non-Farmakologi Farmakologi
1. Edukasi Analgetik atau Obat Anti Inflamasi
2. Terapi fisik Non Steroid (OAINS)
- Terapi manual 1. nyeri ringan:
- Latihan fleksibilitas asetaminophen 4 gram per hari
- Latihan kekuatan merupakan pilihan pertama.
- Latihan Aerobik 2. nyeri sedang - berat, atau ada
3. Diet inflamasi:
OAINS yang selektif COX-2
merupakan pilihan pertama
Latihan fleksibel
Latihan Kekuatan
Tatalaksana
Penyakit
Non-Farmakologi Farmakologi
1. DMARD
a. Metotreksat
Dosis: 7,5-15 mg/minggu
b. Sulfasalasin
• Edukasi proteksi sendi. Dosis: 2x500 mg/hari ditingkatkan
• Stadium akut -> decker sampai 3x100 mg
c. Hidroksiklorokuin
Dosis: 6,5 mg/kg bb/hari
d. Leflunomide
Dosis: 20 mg/hari
2. OAINS
Rheumatoid Arthritis a. Diklofenak (dosis: 50-100 mg
• Diet (sayuran, buah, ikan, kurangi 2x/hari)
konsumsi lemak/daging merah) b. Meloxicam (dosis: 7,5 – 15
• Terapi komplementer mg/hari)
c. Celecoxib dan rofecoxib (dosis: 200
– 400 mg/hari)
• Latihan atau program rehabilitasi 3. Agen Biologik
GOUT
Terapi Non-Farmako Farmakologi

Edukasi pasien tentang penyakitnya, penyakit Pengobata pada fase akut maupun kronik dengan
radang sendi karena induksi kristal bersifat kronis pemberian kolkisin dosis rendah u 0,6 mg/ 2x
dan berulang. dianjurkan kepada penderita untuk sehari, dapat digunakan untuk pencegahan
menghindari trauma pada sendi. Termasuk aktivitas serangan.
yang membebani sendi.
Pemberian indometasin pada pseudogout dosis 75-
Istirahat/tirah baring dapat dilakukan pada 150 mg/hari.
penderita dengan serangan akut dan latihan fisik
Apabila deposit kalsium demikian besar dan nyeri
Rehabilitasi kronik dan gengguan gerak, maka disarankan
tindakan operatif

Pemberian oral kortikosteroid jika ada mikrokristal


synovitis.
Septic Arthritis
Terapi non-farmakologi Farmakologi

pasien disarankan untuk mengistirahatkan sendi Secara umum rekomendasi pemberian antibiotika
yang terkena. Pada fase akut, fase supuratif, pasien intravenus paling sedikit selama 2 minggu, diikuti
harus mempertahankan posisi fleksi ringan sampai dengan pemberian antibiotika oral selama 1-4
sedang yang biasanya cenderung membuat minggu.
kontraktur.

Rehabilitasi

Drainase yang tepat dan adequat.


SUMBER:
• Davey P., 2006. At a Glace Medicine. Alih bahasa oleh, Rahmalia A., Novianti C. Jakarta: Erlangga. 374-5
• Patel P. R., 2007. Lecture Notes: Radiologi Edisi ke 2. Erlangga
• Alwi, I. e. (2015). Osteoartritis. Penatalaksanaan Di Bidang Ilmu Penyakit Dalam Panduan Praktis Klinis
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia.
• khanna, S., Sagar, K., Gupta, B. Managing Rheumatoid Arthritis with Dietary Interventions. Disease Biology
Laboratory, School of Biotechnology, KIIT University, Bhubaneswar, Odisha, India. Published Online First: 8
November 2017 Volume 4: 52.
• Heidari, Behzad. 2011. Rheumatoid Arthritis: Early Diagnosis and Treatment Outcomes. Caspian Journal
Intern Med. 2(1): 161-170.
• Tanto, C. (2014). kapita selekta kedokteran: edisi 4 jilid 2. jakarta: media aesculapius.
• Adhiputra IKAI. OSTEOARTRITIS. 2017.
• Laksmi R, Peran Latihan Fisik dalam Manajemen Terpadu Osteoartritis Abstrak. :1–17. Dosen Jurusan
Pendidikan Kesehatan dan FIK UNY
• Darya, I. W dan Tjokorda Raka Putra. 2017. DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN ARTRITIS SEPTIK. Denpasar:
SMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud
SUMBER:
• Husna U. Rheumatoid Arthritis. 2012;1–16.
• Setiawi S, Alwi I, Sudoyo AW, K MS, Setiayohadi B, Syam AF. Ilmu
penyakit dalam. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
• IDI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer. Menteri Kesehat Republik Indonesia. 2017;

Anda mungkin juga menyukai