Anda di halaman 1dari 214

BIOSTATISTIK

( 2 SKS  16 x Pertemuan )
Oleh :
Dr.Rika Handayani, SKM.,M.Kes
( S1 Jurusan : Biostatistik/Kesehatan Keluarga Berencana FKM – UH)
(S2 Konsentrasi Kesehatan Reproduksi/Pasca-UH)
(S3 Prodi Ilmu Kedokteran/Pasca-UH)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


UNIVERSITAS MEGAREZKY

1
Materi perkuliahan
1. PENGANTAR
2. PENDAHULUAN
3. PENGUMPULAN DATA
4. PENGOLAHAN DATA
5. PENYAJIAN DATA
6. ANALISIS DATA
7. UJI HIPOTESIS

BIOSTATISTIK-UNIMERZ 2
Pengasuh Mata Kuliah
Dr. Rika Handayani, SKM.,M.Kes

UNIVERSITAS MEGAREZKY

90
80
70
60
50 East
40 West
30 North
20
10
0
1st Qtr 2nd Qtr 3rd Qtr 4th Qtr

3
Penilaian mata kuliah

1.Kehadiran dan Perilaku : 10 %

2.Tugas,Kuis dan Praktek : 40 %

3.Mid Test : 20 %

4.Final Test : 30 %

Jumlah : 100 %

PENGANTAR 4
TUJUAN MATA KULIAH

Tujuan Instruksional Umum


Memberikan wawasan dan kemampuan
pada mahasiswa untuk dapat menjelaskan
dan menerapkan proses dan fungsi
Biostatistika pada bidang Keperawatan
dan penerapannya dalam bidang
penelitian keperawatan serta program
pelayanan kesehatan

5
REFERENSI
1. Metode Statistika (Sudjana)
2. Pengantar Statistika (Ronald E.Walpole)
3. Pengendalian Kualitas Statistik (Douglas C.
Montgomery)
4. Pengantar Analisis Statistik (Wilfrid J. Dixon)
5. Statistical Process Control (Vincent Gaspresz)
6. Metode Statistik Non Parametrik Terapan (P.
Sprent)
7. Statistik Non Parametrik (Sidney Siegel)

6
WAKTU PERKULIAHAN  Biostatistik

HARI KELAS JAM RUANGAN KODE


KULIAH MA
SENIN PERAWATAN 7A 08.00-10.00

SENIN PERAWATAN 7B 10.00-12.00

SELASA PERAWATAN 7C 08.00-10.00

7
Jadwal ujian
1. MASA PERKULIAHAN :
* Awal 12 Sept 2019
* Akhir 15 Jan 2020
2. MID. TEST = 29 Okt. 2019
3. FINAL TEST = 23 Jan – 5 Febr. 2019
4. LIBURAN =
* Idul Fitri :
* Natal & Thn Baru :

PENGANTAR 8
Terima kasih  Lanjut Ke
kuliah Pendahuluan
9
Definisi
Ialah KONSEP dan METODE yang
digunakan untuk mengumpulkan dan
interpretasi data mengenai suatu
bidang kegiatan tertentu dan menarik
kesimpulan dalam situasi dimana ada
KETIDAK PASTIAN dan VARIASI

PENDAHULUAN 10
Pengertian
KONSEP

BIOSTA Teori
TISTIC
matematika
VARIA
STATIS BEL
METODE
TICS

* Pengumpulan Deskriptif Parametrik


• Pengolahan
• Analisis Inferensial
• Kesimpulan Non
Parametrik
PENDAHULUAN 11
Pengertian
Skala
Pengukuran

VARIABEL DATA INFORMASI

Pengolahan
data

PENDAHULUAN 12
Variabel
Adalah suatu “ SIMBOL “ yang berisi
HIMPUNAN GEJALA yang memiliki
berbagai aspek atau unsur serta
bervariasi menurut beberapa keadaan
seperti :

* Cara pengukuran
• Waktu pengukuran
• Subyek.

PENDAHULUAN 13
Skala pengukuran Variabel
Dasar yang digunakan untuk membentuk skala memiliki
tiga ciri yakni :
1. Bilangannya berurutan.
2. Selisih antara bilangan- bilangan adalah berurutan.
3. Deret bilangan mempunyai asal mula yang unik yang
ditandai dengan bilangan nol.
4. Kombinasi ciri-ciri urutan, jarak, dan asal mula
menghasilkan pengelompokan skala ukuran yang
dipakai secara umum .

PENDAHULUAN 14
Skala pengukuran Variabel
Pengertian Dan Prinsip skala pengukuran variabel

SIFAT SKALA PENGUKURAN


JENIS SKALA Kategori Urutan Interval Kelipatan
Nominal + - - -
Ordinal + + - -
Interval + + + -
Rasio + + + +

PENDAHULUAN 15
Data
Apabila variabel dikumpulkan akan terbentuk
suatu data sehingga, Data tidak lain dari
kumpulan variabel.

Data Primer
Data Sekunder
Data Kuantitatif
Data Kualit atif
Data Intern
Data Ekstern
Data Crossectional
Data Berkala
Data Diskret
Data Kontinu
Data literal
Data Observasional

PENDAHULUAN 16
Data
Syarat data yang baik
1.Relevant
2.Obyektif.
3.Representatif (valid &
Reliable)
4.Standar deviasi kecil
5.Tepat waktu

PENDAHULUAN 17
Prinsip Pengumpulan

Dalam pengumpulan data perlu diketahui :


Pengertian Data
Tujuan pengumpulan Data
Unit Observasi  Elemen atau obyek
yang akan dikumpulkan
Unit analisis  Karakteristik yang
melekat pada unit observasi

PENGUMPULAN DATA 18
Jenis Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data dikenal dua Jenis:
Sensus.
Ialah apabila pengumpulan data dilakukan terhadap
seluruh elemen populasi satu persatu.
Data yang diperoleh  disebut data sebenarnya, (true
value) atau sering disebut dengan “ Parameter “.

Sampling.
 Ialah apabila data yang dikumpulkan hanya sebagian
dari populasi.
 Data yang diperoleh merupakan data perkiraan
(estimate value).

PENGUMPULAN DATA 19
Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data adalah:
Cara Kuesioner.
Enumerator dan responden tidak terjadi komunikasi pada
saat pengisian kuesioner (komunikasi satu arah)
Keuntungan :  mudah dan murah
Kelemahan :  Ancaman drop out tinggi.

Interview (wawancara).
 Enumerator dan responden terjadi komunikasi pada saat
pengisian kuesioner.(komunikasi dua arah
 Keuntungan :  tidak ada ancaman drop out.
 Kelemahan :  Susah dan mahal

PENGUMPULAN DATA 20
Kuesioner Pengumpulan Data
Kuesioner adalah salah satu bentuk alat ukur yang digunakan
untuk mengumpulkan semua informasi yang diinginkan dalam
suatu penelitian atau pengumpulan data.

Kuesioner berisi :
Identitas wilayah
Identitas umum responden
Identitas Khusus responden

Bentuk Kuesioner :
 Terstruktur :
- Close ended
- Open ended
 Terbuka / bebas

PENGUMPULAN DATA 21
Contoh Kuesioner
DAFTAR PERTANYAAN
LAMA HARI RAWAT PASIEN RAWAT INAP DI RS PELAMONIA

A IDENTITAS WILAYAH KODE


1 Nomor Responden : …………………………………………….
2 Propinsi : ……..........................................
3 Kabuptaen : …………………………………….........
4 Kecamatan : ……………………………………………
5 Kelurahan/Desa : ……………………………………………
6 Lingkungan : …………
7 Rukun Tetangga (RT) : …………
B IDENTITAS UMUM RESPONDEN
8 Nama :
9 Umur : ……. Tahun
10 Jenis Kelamin :
1. laki-laki
2. Perempuan
11 Suku bangsa :
1. Bugis
2. Makassar
3. Mandar
4. Tator
5. Lainyya 22
Contoh Kuesioner
DAFTAR PERTANYAAN
LAMA HARI RAWAT PASIEN RAWAT INAP DI RS PELAMONIA

C IDENTITAS KHUSUS RESPONDEN KODE


LAMA PERAWATAN dan KEPUASAN PASIEN
12 Sejak ibu masuk RS sampai sekarang telah mejalani hari
rawat selama ……. Hari
13 Selama ibu di RS maka perawatan yang ibu terima :
a. Sangat puas 1
b. Puas 2
c. Biasa-biasa saja 3
d. Kurang puas 4
e. Sangat tidak puas 5

SIKAP PERAWAT
14 Selama ibu dirawat di RS ini, maka kesan pelayanan yang
diberikan oleh para perawat adalah :
a. Sangat ramah.
b. Ramah
c. Kurang ramah
d. Tidak ramah
e. Lainnya (tulis) ………………………………………………..
………………………………………………………………………

23
Prinsip dan langkah-langkah
Penyuntingan data (Editing)
- Dilapangan
- Pengolahan
Pengkodean (Coding).
-. Koding kuesioner
- Buat daftar variabel
- buat daftar koding
- Pemindahan hasil koding
- Buat program entry / tabulasi data

PENGOLAHAN DATA 24
Contoh daftar variabel
DAFTAR VARIABEL
No KODE LABEL VARIABEL TIPE DIGIT DESIMAL
(Nama variabel)
1 NOMOR Nomor urut responden Numerik 2 0
IDENTITAS WILAYAH
2 LURAH Kelurahan. String 1 0
1. Tamalanrea
2. Daya
IDENTITAS UMUM RESPONDEN
3 UMUR Umur responden Numerik 2 0
4 SEX Jenis kelamin responden String 1 0
1. laki-laki
2. perempuan
5 SUKU Suku bangsa responden String 1 0
1. Bugis
2. Makassar
3. Mandar
4. Tator
5. Lainnya
IDENTITAS KHUSUS RESPONDEN

6 HRAWAT Lamanya pasien dirawat di ruang rawat Numerik 3 2


inap
25
Contoh daftar koding

DAFTAR KODING

01= 01= 01= 01= 01= 01= 01= 01=


02= 02= 02= 02= 02= 02= 02= 02=
03= 03= 03= 03= 03= 03= 03= 03=
04= 04= 04= 04= 04= 04= 04= 04=
05= 05= 05= 05= 05= 05= 05= 05=
06= 06= 06= 06= 06= 06= 06= 06=
07= 07= 07= 07= 07= 07= 07= 07=
08= 08= 08= 08= 08= 08= 08= 08=
09= 09= 09= 09= 09= 09= 09= 09=

10= 10= 10= 10= 10= 10= 10= 10=

26
Prinsip dan langkah-langkah

Entry data ( Pemasukan data )


Pembersihan data ( Cleaning )
Analisis data
Penyajian data
Penyimpulan hasil.

PENGOLAHAN DATA 27
Bentuk Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dalam
tiga bentuk yakni :

Tabel (Tabular presentation)


Grafik (Grafical presentation)
Narasi (Textular presentation)

PENYAJIAN DATA 28
Penyajian Dlm bentuk Tabel
Pengertian :
Tabel adalah salah satu bentuk penyajian data,
yang tersusun secara sistematis dalam bentuk
baris dan kolom, serta bertujuan untuk
membandingkan data dalam bentuk:
Baris dengan baris
Kolom dengan kolom
Baris dengan Kolom.

PENYAJIAN DATA 29
Komponen Tabel

Tabel. 1 Penjelasan tentang bagian-bagian dari pada


suatu tabel di STIK GIA, Tahun 2004

STUB BOX HEAD TOTAL


Sub box head Sub box head

Sub stub Sel tabel * Sel tabel Marginal Baris

Sub stub Sel tabel Sel tabel Marginal Baris

JUMLAH Marginal
kolom
Marginal
kolom

Sumber : Data primer


Keterangan : * perlu penjelasan

PENYAJIAN DATA 30
Komponen Tabel

Judul tabel :
Judul tabel hendaknya berisi tentang isi dari pada
suatu tabel seperti :
Unsur Apa ( Apa isi dari pada tabel )
Unsur Dimana ( Tempat dimana dilakukan )
Unsur kapan ( Waktu kapan dilakukan )

PENYAJIAN DATA 31
Jenis-Jenis Tabel
Pembagian tabel:
Secara umum tabel terdiri dari dua
jenis yakni :

Tabel Induk=Master table=tabel referensi.


Adalah tabel yang berisi seluruh informasi
tentang hasil penelitian atau pengumpulan
data, sifatnya sangat umum, dan belum dapat
ditarik suatu kesimpulan.

PENYAJIAN DATA 32
Contoh tabel Induk
Tabel 2 Data umum perawat di rumah sakit (x) tahun 2004

No DATA UMUM RESPONDEN


Ur U Sex Suku Agama Pendidikan DLL
ut m L P 1 2 3 4 5 I K H B SD SLP SLA D3 S1 S2
ur
1 14 x

2 30 X

3 60 X

4 45 X

5 25 X

6 70 X

Sumber : Rumah Sakit (x)

PENYAJIAN DATA 33
Jenis-Jenis Tabel

Pembagian tabel:

Tabel Anak=Special table.


Adalah tabel yang digunakan untuk
kepentingan analisis khusus tentang variabel
dari hasil suatu penelitian, sifatnya sangat
spesifik, dapat ditarik kesimpulan, dan
terdiri dari : tabel satu arah, dua arah dan
tiga arah.

PENYAJIAN DATA 34
Jenis-Jenis Tabel

Jenis tabel special

Tabel satu arah


Tabel dua arah
Tabel tiga arah

PENYAJIAN DATA 35
Jenis-Jenis Tabel

Tabel satu arah


Adalah tabel yang memuat
keterangan mengenai
karakteristik dari satu
variabel tunggal.

PENYAJIAN DATA 36
Contoh Tabel satu arah
Tabel 3 Distribusi jenis penyakit yang dirawat di
Rumah Sakit ( X ) tahun 2004

Frekuensi Persen
Jenis Penyakit (n) (%)

ISPA 30 13,3
DBD 45 20,0
TYPHOID 50 22,2
TBC 25 11,1
DIARE 75 33,4
JUMLAH 225 100,0

Sumber : Rumah Sakit (x)

PENYAJIAN DATA 37
Jenis-Jenis Tabel

Tabel Dua arah


Adalah tabel yang memuat
keterangan mengenai
karakteristik dari dua
variabel dalam satu tabel.

PENYAJIAN DATA 38
Contoh Tabel dua Arah
Tabel 4 Hubungan kualitas pelayanan dirumah Sakit (X)
menurut komitmen kerja perawat tahun 2004

Kualitas pelayanan
Komitmen keperawatan RS (X) TOTAL
kerja perawat Baik Kurang
Jml Persen Jml Persen Jml Persen
Baik 19 76,0 6 24,0 25 100,0
Kurang 5 20,8 18 78,3 23 100,0

JUMLAH 24 50,0 24 50,0 48 100,0

Sumber : Data primer

PENYAJIAN DATA 39
Jenis-Jenis Tabel

Tabel Tiga Arah


Adalah tabel yang memuat
keterangan mengenai
karakteristik dari tiga
variabel dalam satu tabel.

PENYAJIAN DATA 40
Contoh tabel tiga arah
Tabel 5 Distribusi karakteristik tenaga perawat menurut rumah sakit
pada Dinas kesehatan Kota Makasar tahun 2004

Karakteristik tenaga perawat


Rumah Sakit TOTAL
Masa kerja Golongan Status kawin
1-5 6-10 11-> II III IV Tdk kawin Kawin Janda
RS RSW

RS Stellamaris

RS Pelamonia

JUMLAH

Sumber : DKK Makassar

PENYAJIAN DATA 41
Penyajian Dlm bentuk Grafik

Pengertian :
Grafik adalah salah satu bentuk
penyajian data dalam bentuk garis
atau gambar-gambar dengan tujuan
utama untuk memberikan kesan
visual pada data:

PENYAJIAN DATA 42
Penyajian Dlm bentuk Grafik
Jenis-jenis Grafik:
1. Grafik Garis (Line Chart)

2. Grafik batang (Bar chart)

3. Grafik Lingkaran (Pie Chart)

4. Grafik peta (Cartogram)

5. Grafik Gambar (Pictogram)

PENYAJIAN DATA 43
Penyajian Dlm bentuk Grafik

Grafik Garis.
Adalah salah bentuk penyajian data
dengan menggunakan garis, serta
bertujuan untuk :
Mempermudah penarikan kesimpulan
Melihat perkembangan sesuatu
Dasarnya adalah sistem salib sumbu.

PENYAJIAN DATA 44
Penyajian Dlm bentuk Grafik
Jenis Grafik Garis.
Grafik garis tunggal (single line chart)
Grafik garis berganda (multiple line chart)
Grafik garis komponen beganda (multiple
compnent line chart)
Grafik garis persentase komponen berganda
(multiple persentage componen line chart)
Grafik garis berimbang netto (net balance
line chart)

PENYAJIAN DATA 45
Contoh Grafik garis tunggal

Grafik. 1 Perkembangan kunjungan bumil sejak tahun 1983-


1997 di RS (x)

160

140

120

100

80

60

40

20

0
1997 1978 1979 1980 1981 1982 1983

1997 1978 1979 1980 1981 1982 1983

Sumber : RS (x)

PENYAJIAN DATA 46
Contoh Grafik garis berganda

Grafik. 2 Perkembangan kunjungan bumil dan anak sejak


tahun 1997-2001 di RS (x)

1400

1200

1000

800

600

400

200

0
1997 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001

Bumil Anak

Sumber : RS (x)

PENYAJIAN DATA 47
Contoh Grafik garis komponen berganda

Grafik. 3 Perkembangan kunjungan penyakit DBD dan non


DBD sejak tahun 1997-2001 di RS (x)

8000

7000

6000

5000

4000

3000

2000

1000

0
1997 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001

DBD Non DBD

Sumber : RS (x)

PENYAJIAN DATA 48
Contoh Grafik garis persentase komponen berganda

Grafik. 4 Perkembangan persentase kunjungan yang meninggal, luka


berat dan ringan sejak tahun 1997-2001 di RS (x)

100%

90%

80%

70%

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003

Meninggal luka ringan luka berat

Sumber : RS (x)

PENYAJIAN DATA 49
Contoh Grafik garis berimbang netto

Grafik. 5 Selisih perbedaan kunjungan pasien masuk dan


keluar sejak tahun 1997-2002 di RS (x)

20

15

10

0
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002

-5

selisih

Sumber : RS (x)

PENYAJIAN DATA 50
Penyajian Dlm bentuk Grafik

Grafik Batang.
Adalah salah bentuk penyajian data
dengan menggunakan batang / balok
sebagai pengganti garis.

PENYAJIAN DATA 51
Penyajian Dlm bentuk Grafik
Jenis Grafik Batang
Grafik batang tunggal (single bar chart)
Grafik batang berganda (multiple bar chart)
Grafik batang komponen beganda (multiple
compnent bar chart)
Grafik batang persentase komponen berganda
(multiple persentage componen bar chart)
Grafik batang berimbang netto (net balance
bar chart)

PENYAJIAN DATA 52
Contoh Grafik batang tunggal

Pace of Disease Gene Discovery


1981 - 2000

175
150
125
100
75
50
25
0
1981

1983

1985

1987

1989

1991

1993

1995

1997
PENYAJIAN DATA 1999
53
Contoh Grafik batang tunggal

Grafik. 1 Perkembangan kunjungan bumil sejak tahun 1997-


1983 di RS (x)

1983

1982

1981

1980

1979

1978

1997

0 20 40 60 80 100 120 140 160

1997 1978 1979 1980 1981 1982 1983

Sumber : RS (x)

PENYAJIAN DATA 54
Contoh Grafik batang berganda

The Observed Prevalence of CYP2C19 genotype


within Geographically Dispersed Populations

100
90 Caucasian
80 Saudi Arabian
70 African
Korean
60
Japanese
50
Chinese
40 Philippine
30 Aboriginal Australia
20 Indonesia
10 Thailand
Vanuatu
0
EM IM PM

PENYAJIAN DATA 55
Contoh Grafik batang berganda

Grafik. 2 Perkembangan kunjungan bumil dan anak sejak


tahun 1997-2001 di RS (x)

1400

1200

1000

800

600

400

200

0
1997 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001

Bumil Anak

Sumber : RS (x)

PENYAJIAN DATA 56
Contoh Grafik batang komponen berganda

Grafik. 3 Perkembangan kunjungan penyakit DBD dan non


DBD sejak tahun 1997-2001 di RS (x)

100%

80%

60%

40%

20%

0%
1997 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001

DBD Non DBD

Sumber : RS (x)

PENYAJIAN DATA 57
Contoh Grafik batang komponen berganda

Grafik. 3 Perkembangan kunjungan penyakit DBD dan non


DBD sejak tahun 1997-2001 di RS (x)

100%

80%

60%

40%

20%

0%
1997 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001

DBD Non DBD

Sumber : RS (x)

PENYAJIAN DATA 58
Contoh Grafik garis persentase komponen berganda

Grafik. 4 Perkembangan persentase kunjungan yang meninggal, luka


berat dan ringan sejak tahun 1997-2001 di RS (x)

100%

90%

80%

70%

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003

Meninggal luka ringan luka berat

Sumber : RS (x)

PENYAJIAN DATA 59
Contoh Grafik garis persentase komponen berganda

Grafik. 4 Perkembangan persentase kunjungan yang meninggal, luka


berat dan ringan sejak tahun 1997-2001 di RS (x)

100%

90%

80%

70%

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003

Meninggal luka ringan luka berat

Sumber : RS (x)

PENYAJIAN DATA 60
Contoh Grafik batang berimbang netto

Grafik. 5 Selisih perbedaan kunjungan pasien masuk dan


keluar sejak tahun 1997-2002 di RS (x)

20

15

10

0
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002

-5

selisih

Sumber : RS (x)

PENYAJIAN DATA 61
Contoh Grafik batang berimbang netto

Grafik. 5 Selisih perbedaan kunjungan pasien masuk dan


keluar sejak tahun 1997-2002 di RS (x)

20

15

10

-5
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002

selisih

Sumber : RS (x)

PENYAJIAN DATA 62
Contoh Grafik Pie

Grafik. 1 Perkembangan kunjungan bumil sejak tahun 1997-


1983 di RS (x)

1997 1978 1979 1980 1981 1982 1983

Sumber : RS (x)

PENYAJIAN DATA 63
Contoh Grafik Pie

Grafik. 1 Perkembangan kunjungan bumil sejak tahun 1997-


1983 di RS (x)

BUMIL, 80
BUMIL, 150
BUMIL, 97.5

BUMIL, 125
BUMIL, 100

BUMIL, 115 BUMIL, 110

1997 1978 1979 1980 1981 1982 1983

Sumber : RS (x)

PENYAJIAN DATA 64
Contoh Grafik Pie

Functional Distribution of Known Genes in The


Cardiovascular System

20% 6% 7%
Cell division
10% Cell defense
Cell structure
Metabolism
Cell signaling
Protein expression

23% 16% Unclassified

18%

PENYAJIAN DATA 65
Contoh Grafik Peta

Estimated Numbers of TB Cases, 2002

< 1 000
1 000 to 9 999
10 000 to 99 999
100 000 to 999 999
1 000 000 or more
No Estimate

PENYAJIAN DATA 66
Contoh Grafik Peta

Estimated TB Incidence Rates, 2002

per 100 000 population


< 10
10 to 24
25 to 49
50 to 99
100 to 299
300 or more
No Estimate

PENYAJIAN DATA 67
Contoh Grafik Gambar

= 2000

= 1500

= 1000

= 500

Keterangan : 1 = 500

PENYAJIAN DATA 68
Penyajian dalam bentuk teks (Narasi)

Penyaian dalam bentuk narasi :


Dimaksudkan untuk memberikan pejelasan suatu hasil laporan
baik berupa hasil penelitian, atau yang lainnya, dengan
sistematika sebagai berikut :
1. Topik / judul
2. Latar belakang
3. Tujuan
4. Metodologi
5. Ulasan Hasil yang dicapai
6. Kesimpulan

PENYAJIAN DATA 69
Terima kasih sampai jumpa
pada kuliah berikutnya

70
Jenis Analisis Data

Analisis data dilakukan dalam dua


bentuk yakni :
Analisis Deskriptip
Analisis Analitik

ANALISIS DATA 71
Hasil Pengolahan Data

Hasil pengolahan data dapat


disusun dalam dua bentuk yakni :

Bentuk Row Data


Array Data

ANALISIS DATA 72
Contoh Row Data
Data disusun menurut urutan nomor observasinya sebagai
berikut :  Data hasil pengukuran 35 orang Berat Badan Bayi

5,6 6,6 11,7 6,0 4,4


7,5 6,8 2,7 4,9 6,7
6,0 4,9 4,0 6,0 7,3
4,2 7,6 8,4 5,9 6,4
6,6 7,4 5,2 5,1 5,2
7,6 7,2 10,2 3,6 7,5
10,3 5,9 7,3 4,8 3,7

ANALISIS DATA 73
Contoh Array Data
Data disusun menurut urutan besar kecilnya nilai pengukuran
Contoh  Data hasil pengukuran 35 orang Berat Badan Bayi

2,7 4,9 5,9 6,7 7,5


3,6 4,9 6,0 6,8 7,6
3,7 5,1 6,0 7,2 7,6
4,0 5,2 6,0 7,3 8,4
4,2 5,2 6,4 7,3 10,2
4,4 5,6 6,6 7,4 10,3
4,8 5,9 6,6 7,5 11,7

ANALISIS DATA 74
Keuntungan Array Data
Dengan array data dapat diketahui :
Nilai terendah :  2,7
Nilai tertinggi :  11,7
Nilai Range :  11,7 – 2,7 = 9
Nilai Frekuensi :  (4,9 ; 4,9 dsl )
Petunjuk pengelompokan data.

ANALISIS DATA 75
Pengelompokan Data

Tujuannya untuk memproleh


INFORMASI yang lebih
banyak serta
MEMPERMUDAH perhitungan
dan PENYAJIAN data

ANALISIS DATA 76
Pengelompokan Data
Tabel 1 Distribusi frekuensi berat badan dari 35 bayi (Kg )
di Puskesmas Daya Makassar tahun 2003

No Berat Badan bayi (kg) Frekuensi

1 1,0 – 2,99 1
2 3,0 – 4,99 8
3 5,0 – 6,99 14
4 7,0 – 8,99 9
5 9,0 – 10,99 2
6 11,0 – 12,99 1

JUMLAH 35
Sumber : Data primer

ANALISIS DATA 77
Terminologi dalam pengelompokan Data

Class Interval  ( 1,0 – 2,99 )


Class limit
Lower class limit ( bkb)  ( 1,0 )
Upper class limit ( bka)  ( 2,99 )

Class size
( Bka – Bkb = 2.99 – 1,0 = 2 unit )

Class Mark = Mid point class  (bkb+bka/2)

ANALISIS DATA 78
Terminologi dalam pengelompokan Data

BESARNYA KELAS
Antara 6 - 20 kelas
Dengan rumus Sturgers
K = ( 1 + 3,3 log n )
Keterangan :
K = Jumlah kelas
n = Jumlah observasi

ANALISIS DATA 79
Jenis Analisis Data
ANALISIS DESKRIPTIP
Data Kategori
Univariat ANALISIS ANALITIK
Bivariat
Data Kategori
Data Numerik Univariat
Univariat
Bivariat
Bivariat
Data Numerik
Univariat
Bivariat

ANALISIS DATA 80
Bilangan Relatif  Rasio
Adalah besaran hasil perbandingan antara dua angka.
Sifatnya relatif dan tidak merupakan indikator besarnya angka
yang dibandingkan.
Menyatakan besarnya tiap unit angka kedua terhadap unit
angka pertama
Bila diperkalikan dengan suatu Konstanta ( K ) ia berarti “
Besarnya unit angka pertama per 100 atau 1000 unit angka
kedua”.
Contoh :
“ 50 laki-laki terhadap 40 perempuan “ berarti 125 laki-laki setiap
100 perempuan.
Atau : 50/40 x 100.  ( index )

ANALISIS DATA 81
Bilangan Relatif  Proporsi
Adalah rasio yang menunjukkan bagian relatif dari angka total.
Dinyatakan dengan rumus :
a
----------
a+b

Keterangan :

a = laki-laki
b = perempuan
(a+b) = Total

Nilainya tidak pernah mencapai nilai 1 tetapi hanya berkisar antara


0.0 – 0.99.

ANALISIS DATA 82
Bilangan Relatif  Persen
Adalah proporsi yang diperkalikan dengan bilangan konstanta.
( K = 100 atau 1000 )

Dinyatakan dengan rumus :


a
---------- x 100
a+ b

Contoh :
Diantara laki-laki dan perempuan terdapat 5 % perempuan

Sifat persen
1. Sebagai kesimpulan
2. Sebagai standarisasi
3. Perbandingan

ANALISIS DATA 83
Bilangan Relatif  Rate
Adalah rasio yang menunjukkan bagian relatif dari angka total
dimana angka total ini adalah mereka yang termasuk mengalami
resiko.

Dinyatakan dengan rumus :


a
---------------------
(a+b)R

Keterangan :
a = laki-laki
b = perempuan
(a+b) = Total
R = Risk factor

Nilainya tidak pernah mencapai nilai 1 tetapi hanya berkisar


antara 0.0 – 0.99.

ANALISIS DATA 84
Analisis Deskriptip Nilai tengah
Ialah suatu nilai yang
terletak paling
ditengah dari suatu
sebaran nilai dan
merupakan wakil dari
nilai-nilai yang ada Jenisnya :
didalam sebaran 1.Mean
tersebut.
2.Median dan
3.Modus.
ANALISIS DATA 85
Analisis Deskriptip Nilai tengah
Untuk data kategori hanya ada dua nilai
tengah yakni : MEDIAN dan MODUS.
Sedangkan untuk data numerik ada tiga
nilai tengah yakni : MEAN, MEDIAN dan
MODUS
Pada perhitungan nilai tengah untuk data
numerik dikenal data yang tidak
dikelompokkan dan data yang
dikelompokkan.

ANALISIS DATA 86
Analisis Deskriptip  Mean
Adalah nilai yang terletak DITENGAH-
TENGAH dari pada suatu distribusi
angka-angka.
merupakan nilai yang REPRESENTATIF
untuk suatu data dan paling sering
digunakan
Merupakan PENJUMLAHAN nilai-nilai
pengamatan dibagi dengan banyaknya
pengamatan yang dilakukan

ANALISIS DATA  Nilai tengah 87


Analisis Deskriptip  Mean

Rumus umum
Data tanpa frekuensi variabel

Σ Xi
Mean = ------------
n
Keterangan : Xi = Nilai observasi
n = Banyaknya observasi

ANALISIS DATA  Nilai tengah 88


Analisis Deskriptip  Mean
Contoh :
Hasil pengukuran nilai ujian mata kuliah biostatistik
untuk 5 orang mahasiswa STIK-GIA sebagai berikut
: 70; 69; 45; 80; dan 56
Perhitungan :

70 + 69 + 45 + 80 + 56
Mean = ------------------------------------ = 64
5

ANALISIS DATA  Nilai tengah 89


Analisis Deskriptip  Mean

Rumus umum
Data dengan frekuensi variabel
Σ fi (xi)
Mean = ------------
n
Keterangan : Xi = Nilai observasi
n = Banyaknya observasi
fi = Frekuensi Xi

ANALISIS DATA  Nilai tengah 90


Analisis Deskriptip  Mean
Contoh :
Hasil pengukuran nilai ujian mata kuliah biostatistik untuk 16
orang mahasiswa STIK-GIA sebagai berikut : 5 orang memperoleh
70; 6 orang 69; 3 orang 45; 1 orang 80; dan 1 orang 56
Perhitungan
( xi ) Frkuensi ( fi ) fixi
70 5 350
69 6 414
45 3 135
80 1 80
56 1 56
Jumlah 16 ∑ fixi = 1035

ANALISIS DATA  Nilai tengah 91


Analisis Deskriptip  Mean
Sifat-sifat Mean
Jumlah selisih nilai pengamatan dengan mean
adalah nol  ∑ ( Xi - Mean ) = 0
Contoh : Hasil pengukuran nilai 5 orang mahasiswa
( xi ) ( xi - Mean ) Hasil
70 70 - 64 +6
69 69 - 64 +5
45 45 - 64 - 19
80 80 - 64 + 16
56 56 - 64 -8
Mean = 64 0

ANALISIS DATA  Nilai tengah 92


Analisis Deskriptip  Mean
Sifat-sifat Mean
Jumlah selisih nilai pengamatan dengan mean
adalah nol  ∑ ( Xi - Mean ) = 0
Dipengaruhi oleh nilai ekstrim
Nilai mean dari beberapa kelompok data yang
masing-masing mempunyai nilai mean adalah :
n1(m1) + n2 (m2) + ……. nk(mk)
Mean Gab = --------------------------------------------------
n1 + n2 ……. nk
Keterangan :
N = Kelompok data
M = Mean kelompok data

ANALISIS DATA  Nilai tengah 93


Analisis Deskriptip  Mean
Data Berkelompok
Nilai observasi tidak dipertimbangkan satu persatu,
tetapi dalam bentuk nilai tengah kelompok kelas.
Langkah-langkah perhitungan sebagai berikut :

1. Sususn data dalam bentuk kelas dengan interval tertentu.


2. Tentukan titik tengah kelas.
3. Hitung frekuensi masing-masing kelas.
4. Perkalikan frekuensi kelas dengan titik tengah kelas.

ANALISIS DATA  Nilai tengah 94


Analisis Deskriptip  Mean
Contoh penyelesaian : Data hasil pengukuran 35 orang berat
badan bayi dengan  tabel penyelesaian sbb :
Kelas (BB Bayi = kg) Titik tengah (xi) Frek (fi) xi.fi
1.0 - 3.0 2 1 2
3.0 - 5.0 4 8 32
5.0 - 7.0 6 14 84
7.0 - 9.0 8 9 72
9.0 - 11.0 10 2 20
11.0 - 13.0 12 1 12
JUMLAH 35 Σ XI.fI = 222

Σ fi (xi)
Mean = ------------ = 6,34
n

ANALISIS DATA  Nilai tengah 95


Analisis Deskriptip  Median

Adalah nilai pengamatan yang terletak


ditengah-tengah dari pada suatu distribusi
angka-angka apabila pengamatan disusun
dalam bentuk “ Arry “
Membagi dua hasil pengamatan yang
telah di array, sebagian dibawah median
dan sebahagian lagi diatas median.

ANALISIS DATA  Nilai tengah 96


Analisis Deskriptip  Median
Rumus Umum untuk Data Yang Ganjil
n+1
Median = X ( ----------- )
2
Keterangan :
X = pengamatan yang ke x

Rumus lain
Median  n = 2k + 1
Keterangan :
n = bilangan ganjil
k = bilangan konstan

ANALISIS DATA  Nilai tengah 97


Contoh Array Data
Contoh  Data hasil pengukuran 35 orang Berat Badan Bayi

2,7 4,9 5,9 6,7 7,5


3,6 4,9 6,0 6,8 7,6
3,7 5,1 6,0 7,2 7,6
4,0 5,2 6,0 7,3 8,4
4,2 5,2 (Md) 7,3 10,2
4,4 5,6 6,4 7,4 10,3
4,8 5,9 6,6 7,5 11,7
6,6

ANALISIS DATA  Nilai Tengah 98


Analisis Deskriptip  Median
Rumus Umum
35 + 1
Median = X ( ----------- ) = 18
2
Keterangan :
X = pengamatan yang ke 18

Rumus lain Median  35 = 2k + 1


Median  35 = 2k + 1 2k = 35 -1  = 34
Keterangan :
n = bilangan ganjil K = 34/2 = 17
k = bilangan konstan
Md = k+1  17 + 1 = 18

ANALISIS DATA  Nilai tengah 99


Analisis Deskriptip  Median
Rumus Umum untuk Data Yang GENAP
x (n/2) + x (n/2+1)
Median = ----------------------------
2
Keterangan :
X = pengamatan yang ke x

Contoh :
Row Data : n = 8  4; 12; 5; 7; 8; 10; 10; 9
Array Data 4; 5; 7; 8; 9; 10; 10; 12

x 8 / 2 ) + x (8 / 2+1) 9
Median untuk n = 8 = ---------------------------- = ----- = 4,5
2 2
Md terletak pada pengamatan yang ke 4,5 atau pada nilai
pengamatan = 8,5

ANALISIS DATA  Nilai tengah 100


Analisis Deskriptip  Median
Rumus Umum untuk Data BERKEOLOMPOK

N / 2 - fb
Md = ----------------- x c
f(Md)
Keterangan :
N = Jumlah observasi
Fb = jml frek. interval kelas dibawah kls median
F(md) = Jumlah frekuensi kelas median
C = Ukuran kelas

ANALISIS DATA  Nilai tengah 101


Analisis Deskriptip  Median
Tabel 1 Distribusi frekuensi berat badan dari 35 bayi (Kg )
di Puskesmas Daya Makassar tahun 2003

No Berat Badan bayi (kg) Frekuensi

1 1,0 – 2,99 1
2 3,0 – 4,99 8
3 5,0 – 6,99 14 *  f (Md)
4 7,0 – 8,99 9
5 9,0 – 10,99 2
6 11,0 – 12,99 1

JUMLAH 35
Sumber : Data primer

ANALISIS DATA  Nilai tengah 102


Analisis Deskriptip  Median
Penyelesaian :
N = 35 35 / 2 - 9
fb = 9  Md = --------------- x 2 = pd nilai 6,21
f(md) = 14 14
C=2
Dengan menggunakan rumus untuk data tidak
berkelompok :
35/2 - 9
Median untuk n = 35 = ---------------- x 2 = 18
14
Md terletak pada pengamatan yang ke 18 atau pada nilai
pengamatan = 6, 21

ANALISIS DATA  Nilai tengah 103


Analisis Deskriptip  Modus
Adalah nilai pengamatan yang
mempunyai frekuensi terbanyak.
Dapat digunakan untuk mendeskripsikan
data kualitatif.
Tergantung dari keadaan pengukuran,
maka suatu distribusi data dapat
mempunyai : satu modus ( bimodal ),
atau lebih dari dua modus (multimodal).

ANALISIS DATA  Nilai tengah 104


Analisis Deskriptip  Modus
Adalah nilai pengamatan yang mempunyai frekuensi
terbanyak.
Dapat digunakan untuk mendeskripsikan data kualitatif
Tergantung dari keadaan pengukuran, maka suatu
distribusi data dapat mempunyai : satu modus, (unimodal,
dua modus (bimodal) atau lebih dari dua modus (
multimodal )
Data tidak berkelompok

Contoh : 2, 3, 8, 9, 8, 8,  Mo = 8

ANALISIS DATA  Nilai tengah 105


Analisis Deskriptip  Modus
Data berkelompok
Rumus
Sa
Mo = Bkb + ( --------------- ) x c
Sa + Sb
Ket.
Bkb = batas kelas bawah dimana modus berada
Sa = selisih frek. Kelas modus dengan kelas diatasnya
Sb = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas dibawahnya
c = ukuran kelas

ANALISIS DATA  Nilai tengah 106


Analisis Deskriptip  Modus
Contoh :
Pengelompokan dari 35 berat badan bayi (kg) menurut
kelas sebagai berikut :
Kelas (BB Bayi = kg) Frek.(fi)
1.0 – 2.9 1
3.0 – 4.9 8
5.0 – 6.9 14 ( Kelas Modus) *
7.0 – 8.9 9
9.0 – 10.9 2
11.0–12.9 1
JUMLAH 35

ANALISIS DATA  Nilai tengah 107


Analisis Deskriptip  Modus
Penyelesaian
Kelas Mo = Kelas ke 3  f = 14
Sa = 14 – 8 = 5
Sb = 14 – 9 = 5
s = 2
Bkb = 5

6
Mo = 5 + (-------) x 2 = 6,1
6 + 5

ANALISIS DATA  Nilai tengah 108


Arti dan Manfaat
Mean
Meng-asumsikan keberadaan dari nilai numeric :
X1, X2,…. Xn dari pengamatan, sehingga jarak
antara pasangan pengamatan dapat diketahui
dengan jelas.
Dapat digunakan untuk melakukan pengelompokan
atau pengkategorian data yang diukur menurut
skala interval atau rasio kedalaman kategori-
kategori.

Sebagai parameter untuk kepentingan uji statistic


parametric

ANALISIS DATA  Nilai tengah 109


Arti dan Manfaat
Median
Cocok untuk data yang diukur dengan
skala ordinal, karena cara perhitungannya
hanya didasarkan pada urutan data nilai
pengamatan.
Tidak sensitive terhadap jarak setiap nilai
pengamatan atau tidak dipengaruhi oleh
nilai ekstrim.

ANALISIS DATA  Nilai tengah 110


Arti dan Manfaat
Median
Sangat baik digunakan apabila
distribusi data sangat miring ( higly
skewed )
Sangat bermanfaat untuk digunakan
pada penentuan batas nilai
pengelompokan kategori data.

ANALISIS DATA  Nilai tengah 111


Arti dan Manfaat
Median
Cocok untuk data yang diukur dengan
skala ordinal, karena cara
perhitungannya hanya didasarkan pada
urutan data nilai pengamatan.
Tidak sensitive terhadap jarak setiap
nilai pengamatan atau tidak
dipengaruhi oleh nilai ekstrim.

ANALISIS DATA  Nilai tengah 112


Arti dan Manfaat

Modus
Adalah nilai pengamatan yang
mempunyai frekuensi terbanyak.
Dapat digunakan untuk
mendeskripsikan data kualitatif.

ANALISIS DATA  Nilai tengah 113


Arti dan Manfaat
Modus
Tergantung dari keadaan pengukuran, maka
suatu distribusi data dapat mempunyai : satu
modus ( unimodal ), dua modus ( bimodal ),
atau lebih dari dua modus ( multimodal ).
Sangat baik digunakan untuk data yang
diukur dengan skala nominal.

ANALISIS DATA  Nilai tengah 114


Arti dan Manfaat

Mean, Median, dan Modus.


Berfungsi menentukan keadaan distribusi
data hasil pengukuran yakni : apabila
nilai mean, median dan modus berimpit
pada satu titik atau mendekati satu titik
maka distribusi data dapat didekati
dengan distribusi normal.

ANALISIS DATA  Nilai tengah 115


Terima kasih sampai
jumpa pada kuliah berikutnya
116
Pengertian
Dikenal juga dengan istilah “
UKURAN VARIASI “ yang berarti
sejauh mana variasi hasil
pengukuran yang ada didalam
suatu distribusi kekiri dan kekanan
dari niali tengahnya tetapi masih
dapat dipercaya sebagai nilai-nilai
normal.

ANALISIS DATA  Nilai Sebar 117


Pengertian
Ukuran variasi ini memberikan arti
mengenai naik turunnya hasil pengukuran
atau variabilitas pengukuran yang
dilakukan.
Apabila nilai ini meningkat berarti hasil
pengukuran yang dilakukan sangat
bervariasi atau heterogen sebaliknya bila
nilainya mendekati titik tengah atau nol
berarti hasil pengukuran yang dilakukan
homogen.

ANALISIS DATA  Nilai Sebar 118


Jenis Nilai sebar
Untuk data Numerik

1.Range
2.Mean Deviasi ( simpangan rata-rata )
3.Variance
4.Standard Deviasi.

Untuk data kategori


1.Kuartil
2.Desil
3.Persentil.

ANALISIS DATA  Nilai Sebar 119


Range
Ialah selisih antara nilai tertinggi dengan nilai
terendah didalam distribusi hasil pengukuran.
Contoh : → 2, 102, 107, 110, 111, 120, 139, 145, 150, 1202.
Range : → 1202 – 2 = 1200

Sifat Range
1. Dipengaruhi nilai ekstrim.
2. Nilai lain yang ada didalam hasil pengukuran tidak
berpengaruh dalam penentuan range.
3. Tidak sempurna sebagai ukuran penyebaran.

ANALISIS DATA  Nilai Sebar 120


Mean Deviasi
Ialah penyimpangan nilai masing-
masing hasil pengukuran ( Xi ) dengan
nilai rata-ratanya.
Keuntungan
Nilai setiap hasil pengukuran (xi) tetap
diperhatikan
Menggunakan nilai mutlak untuk
menghilangkan nilai negatifnya.

ANALISIS DATA  Nilai Sebar 121


Mean Deviasi

Rumus
Data tidak berkelompok
SR = (1/n ) Σ (Xi – Ā)
Contoh : Hasil pengukuran berat badan
5 orang dewasa dalam kg sebagai
berikut : 70, 30, 45, 65, 40,

ANALISIS DATA  Nilai Sebar 122


Mean Deviasi
Contoh : Hasil pengukuran berat badan 5 orang dewasa dalam
kg sebagai berikut : 70, 30, 45, 65, 40,

Hasil Pengukuran ( Xi - Ā ) SR Nilai mutlak


( kg ) SR
70 70 – 50 +20 +20
30 30 – 50 -20 +20
45 45 – 50 -05 +05
65 65 – 50 +15 +15
40 40 – 50 -10 +10
Ā = 50 0 70
SR = (1/5) (70) = 14

ANALISIS DATA  Nilai Sebar 123


Mean Deviasi
Data berkelompok
SR = (1/n ) Σ ( Xi – Ā). f
Contoh : Data hasil Pengukuran berat badan 35 bayi dalam kg setelah dikelompokkan

Kelas ( BB Bayi = Titik Frek. SR ( Xi – Ā ) ( Xi – Ā ).f


kg )
tengah (fi )
1,0 – 3,0 2 1 02 – 6,34 = - 4,34 4,34
3,0 – 5,0 4 8 04 – 6,34 = - 2,34 18,72
5,0 – 7,0 6 14 06 – 6,34 = - 0,34 4, 76
7,0 – 9,0 8 9 08 – 6,34 = + 1,66 14,94
9,0 – 11,0 10 2 10 – 6,34 = + 3,66 7,32
11,0 – 13,0 12 1 12 – 6,34 = + 5,66 5,66
Mean = 6, 34 - 35 - Σ = 55, 74

SR = ( 1/n ) Σ ( Xi – Ā ) .f
SR = ( 1/35 ) ( 55,74 ) = 1.592

ANALISIS DATA  Nilai Sebar 124


Variance

Ialah penggunaan pangkat dua


dari simpangan rata-rata untuk
masing-masing hasil pengukuran
(xi) baik untuk data tidak
berkelompok maupun data
berkelompok.

ANALISIS DATA  Nilai Sebar 125


Variance

Rumus
Data tidak berkelompok
Variance = ( 1/n ) Σ ( Xi – Ā )²
Contoh : Hasil pengukuran berat badan
5 orang dewasa dalam kg sebagai
berikut : 70, 30, 45, 65, 40

ANALISIS DATA  Nilai Sebar 126


Variance
Contoh Data tidak berkelompok : Hasil pengukuran berat badan
5 orang dewasa dalam kg sebagai berikut : 70, 30, 45, 65, 40
Hasil pengukuran (kg) (Xi - Ā ) SR (Xi - Ā )²

70 70-50 +20 400


30 30-50 -20 400
45 45-50 -5 25
65 65-50 +15 225
40 40-50 -10 100
Mean = 50 0 Σ = 1150

Variance = ( 1/n ) Σ ( Xi- Ā )²


Variance = ( 1/5 ) (1150) = 230

ANALISIS DATA  Nilai Sebar 127


Variance
Data berkelompok
Variance = ( 1/n ) Σ (Xi- Ā )².f
Contoh : data hasil pengukuran berat badan 35 bayi dalam kg
setelah dikelompokkan
Kelas Titik Frek. SR
(BB Bayi = kg) tengah ( fi ) ( Xi – Ā ) ( Xi – Ā )² (Xi –Ā)².f
01.0–03.0 2 1 02 - 6,34 = - 4,34 18,8 18,8
03.0–05.0 4 8 04 - 6,34 = - 2,34 5,5 44
05.0–07.0 6 14 06 - 6,34 = - 0,34 0,12 1,68
07.0–09.0 8 9 08 - 6,34 = + 1,66 2,75 24,75
09.0- 11.0 10 2 10 – 6,34 = + 3,66 13,4 26,8
11.0–13.0 12 1 12 – 6,34 = + 5,66 32,0 32

Mean ( Ā ) = 6,34 - 35 - - 148.03


Variance = ( 1/n ) Σ ( Xi – Ā )² . f
Variance = ( 1/35 ) (148.03 ) = 4,229

ANALISIS DATA  Nilai Sebar 128


Standard Deviasi
Disebut juga dengan “ Ukuran
penyebaran titik pusat “.
Diperoleh dengan mengakarkan
variance.
Notasi : - s = Standard Deviasi
Sampel
- δ = Standard Deviasi
Populasi

ANALISIS DATA  Nilai Sebar 129


Standard Deviasi
Rumus
Data tidak berkelompok
σ = √ (1/n) Σ ( Xi – Ā )²
Rumus lain → Merupakan koreksi dari rumus diatas
( ΣXi )²
σ = √(Σ Xi² -------------- )
n
Rumus ini dikenal dengan “ Unbiased estimate dari “ σ²

ANALISIS DATA  Nilai Sebar 130


Standard Deviasi
Contoh : Hasil pengukuran berat badan 5 orang
dewasa dalam kg sebagai berikut : 70, 30, 45, 65, 40.
σ = √ (1/n) Σ ( Xi- Ā )²
σ = √ ( 1/5 ) ( 1150 )
σ = √ 230 = 15,16

Data berkelompok
σ = √ ( 1/n ) Σ ( Xi–Ā )². f
σ = √ ( 1/35 ) (148.03 ) = 4,229
σ = √ 4,229 = 2,05

ANALISIS DATA  Nilai Sebar 131


Sifat standard Deviasi

1. Mean pada rumus standard Deviasi dapat


diganti dengan nilai “ median atau modus “

σ = √ ( 1/n ) Σ ( Xi – Md / Mo )²

2. Petunjuk luas daerah penerimaan dibawah


kurva normal ( Mean + SD )

ANALISIS DATA  Nilai Sebar 132


Sifat standard Deviasi
Contoh Petunjuk luas:

- 3 SD - 2 SD -1 SD Mean +1 SD +2SD + 3 SD

- Mean ± 1 SD → luas daerahnya = 68,27 %.


- Mean ± 2 SD → luas daerahnya = 95,45 %.
- Mean ± 3 SD → luas daerahnya = 99,73 %.

ANALISIS DATA  Nilai Sebar 133


Sifat standard Deviasi

3. Standard deviasi beberapa buah distribusi yang


masing-masing mempunyai standar deviasi
adalah.
n1s1² + n2s2² + …….nmsm²
σ = √ -----------------------------------------
n1 + n2 + ……… nm
Ket : - s1² → varians distribusi 1 dst.
- n1 → jumlah sampel distribusi 1 dst.

ANALISIS DATA  Nilai Sebar 134


Sifat standard Deviasi

4. Rumus koreksi perhitungan standard


deviasi adalah sbb :


Varians = -------- → s = interval kelas.
12
5. SR = 4/5 Standard Deviasi semi interquartile
range = 2/3 SD

ANALISIS DATA  Nilai Sebar 135


Standard Error
Adalah perbedaan nilai sampel dengan nilai
populasinya.
Rumus :
SD
SE = -------
√n
Ket : SE → Standard error
: SD → standard deviasi
: n → besar sampel

ANALISIS DATA  Nilai Sebar 136


Koefisien Variasi
Gunanya :
1. Membandingkan variasi dari dua nilai kelompok data
2. Melihat mana yang lebih bervariasi dibandingkan
dengan yang lain.
Rumus :
- Populasi - Sampel
σ s
KV = ----- x 100 % KV = --------- x 100 %
µ mean

ANALISIS DATA  Nilai Sebar 137


Kuartil

Adalah nilai sebar yang


digunakan untuk mengetahui
penyebaran suatu distribusi
data yang berbentuk
kategori ( diukur menurut
skala nominal atau ordinal )

ANALISIS DATA  Nilai Sebar


Inter quartile range
138
Kuartil
Nilai yang membagi suatu data
menjadi 4 bahagian yang sama, dan
nilai tersebut adalah Q1, Q2, dan
Q3,
Q1 Q2 Q3

Q1=25%

Q2=50%

Q3 = 75%

Inter quartile range

ANALISIS DATA  Nilai Sebar 139


Kuartil

Q1 = Kuartil pertama
Artinya 25 % data nilainya ≤ dari Q1

Q2 = Kuartil kedua
Artinya 50 % data nilainya ≤ dari Q2

Q3 = Kuartil ketiga
Artinya 75 % data nilainya ≤ dari Q3

ANALISIS DATA  Nilai Sebar 140


Kuartil
Apabila suatu kelompok data / nilai telah
dilakukan array maka kuartilnya dapat
dihitung sebagai berikut :
Rumus umum :
i(n+1)
Qi = --------------
4
Ket. i → pengukuran ke 1, 2, 3, …..dst.

ANALISIS DATA  Nilai Sebar 141


Kuartil
Contoh :

Hasil pengukuran data BB karyawan RS sebanyak


13 orang sebagai berikut : ( n = 13 )
40, 30, 50, 65, 45, 55, 70, 60, 80, 35, 85, 95, 100.

Hasil Array data

X1 = 30 X6 = 55 X11 = 85
X2 = 35 X7 = 60 X12 = 95
X3 = 40 X8 = 65 X13 = 100
X4 = 45 X9 = 70
X5 = 50 X10 = 80

ANALISIS DATA  Nilai Sebar 142


Kuartil
Penyelesaian
1( 13 + 1 ) 14
Q1 = nilai yang ke ----------------- → ---- = 3,5
4 4
= pengamatan yang ke 3,5 → 40 + 45 / 2 = 42,5

2 ( 13 + 1 ) 28
Q2 = nilai yang ke ------------------ → ----- = 7
4 4
= pengamatan yang ke 7 → 60

3 ( 13 + 1 ) 42
Q3 = nilai yang ke ------------------ → ------ = 10,5
4 4
= pengamatan yang ke 10,5 → 80 + 85 / 2 = 82, 5

ANALISIS DATA  Nilai Sebar 143


Desil

Adalah nilai sebar yang


digunakan untuk mengetahui
penyebaran suatu distribusi
data yang berbentuk kategori (
diukur menurut skala nominal
atau ordinal ).

ANALISIS DATA  Nilai Sebar 144


Desil
Nilai ini membagi suatu set data
menjadi 10 bagian yang sama, dan
nilai tersebut adalah :
D1, D2, D3, ………. D9

Nilai tersebut masing-masing


bernilai 10 % dari keseluruhan set
data.

ANALISIS DATA  Nilai Sebar 145


Desil
D1 = Desil pertama Artinya 10 % data nilainya ≤ dari D1
D2 = Desil kedua Artinya 20 % data nilainya ≤ dari D2
D3 = Desil ketiga Artinya 30 % data nilainya ≤ dari D3
D4 = Desil keempat Artinya 40 % data nilainya ≤ dari D4
D5 = Desil kelima Artinya 50 % data nilainya ≤ dari D5
D6 = Desil keenam Artinya 60 % data nilainya ≤ dari D6
D7 = Desil ketujuh Artinya 70 % data nilainya ≤ dari D7
D8 = Desil ke delapan  Artinya 80 % data nilainya ≤ dari D8
D9 = Desil ke sembilan  Artinya 90 % data nilainya ≤ dari D9

ANALISIS DATA  Nilai Sebar 146


Desil

Contoh : Hasil pengukuran karyawan BB


karyawan RS sebanyak 13 orang sebagai
berikut : ( n = 13 )
40, 30, 50, 65, 45, 55, 70, 60, 80, 35, 85,
95, 100.

Penyelesaian : → Prinsip sama dengan


Quartil

ANALISIS DATA  Nilai Sebar 147


Desil
1 ( 13 + 1 ) 14
D1 = nilai yang ke ----------------- → ------- = 1,4
10 10

= Pengamatan yg ke X1 + 4 / 10 ( X2 – X )
= 30 + 4 / 10 ( 35 – 30 ) = 31

D2 = dan selanjutnya → prinsip perhitungan


sama dengan diatas.

ANALISIS DATA  Nilai Sebar 148


Kemiringan

Apabila didalam perhitungan


nilai tengah, Mean = median =
modus memberikan nilai sama
atau mendekati pada satu titik
maka terbentuk suatu kurva yang
dikenal dengan “ Kurva Normal”.

ANALISIS DATA  Nilai Sebar 149


Kemiringan = Skewness
Bentuk kurva:
1.Normal
2.Miring ke kanan
3.Miring ke kiri

- 3 SD - 2 SD -1 SD Mean +1 SD +2SD + 3 SD

BENTUK KURVA NORMAL

ANALISIS DATA  Nilai Sebar 150


Kemiringan

Apabila didalam perhitungan nilai


tengah, Mean = median = modus tidak
memberikan nilai sama atau saling
menjauhi maka terbentuk suatu kurva
yang dikenal dengan “ Kurva yang
skewness atau miring”.

ANALISIS DATA  Nilai Sebar 151


Skewness negatif
• Apabila didalam perhitungan nilai tengah, Mean <
median < modus maka terbentuk suatu kurva yang
dikenal dengan “ SKEWNESS NEGATIF “.

Mean < Md < Mo

Rumus : ( Mean – Mo ) = ( - ) atau Mean < Mo

ANALISIS DATA  Nilai Sebar 152


Skewness positif
Apabila didalam perhitungan nilai tengah, Mean > median >
modus maka terbentuk suatu kurva yang dikenal dengan “
SKEWNESS POSITIF “.

Mean > Md > Mo

Rumus : ( Mean – Mo ) = (+) atau Mean > Mo

ANALISIS DATA  Nilai Sebar 153


Koefisien Skewness
Koefisien Skewness Pearson
Koefisien Skewness Pearson 1. (SKP-1)
Rumus :
Mean – Mo
SKP-1 = ---------------------
S
Ket : → Mean = Rata-rata hitung
Mo = Modus
S = Standard Deviasi

ANALISIS DATA  Nilai Sebar 154


UKURAN KEMIRINGAN (Koefisien
Skewness)

Koefisien Skewness Pearson


• Koefisien Skewness Pearson 2. (SKP-2)

Rumus :

3(Mean – Mo)
SKP-2 = ---------------------
S
Ket : → Mean = Rata-rata hitung
Mo = Modus
S = Standard Deviasi
155
UKURAN KERUNCINGAN (Kurtosis)

Manfaat
● Menentukan bentuk kurva
• Menentukan apakah suatu distribusi dapat
didekati dengan fungsi normal atau tidak.
Jenis :
Lepto kurtis.
Platy kurtis
Meso kurtis
156
UKURAN KERUNCINGAN (Kurtosis)
Lepto kurtis.
Sebahagian besar frekuensi tertumpuk
pada interval yang pendek sekitar nilai
mean.
Contoh :

Mean 157
UKURAN KERUNCINGAN (Kurtosis)
Platy kurtis
Frekuensi data tersebar merata pada seluruh kelas,
kecuali kelas pertma dan terakhir.
Contoh :

Mean

158
UKURAN KERUNCINGAN (Kurtosis)
Meso kurtis
Frekuensi data tersebar mendekati distribusi
normal
Contoh :

Mean

159
UKURAN KERUNCINGAN ( Perhitungan
keruncingan kurtosis )
• Menggunakan moment ke 4 sekitar mean ( α 4 ).
Rumus :

M 1/n Σ fi ( Mi – x )
α4 = ------------- = --------------------------------
S S
Ket : - α1, α2, α3 → dihitung lebih dahulu
- Mi → titik tengah kelas

160
UKURAN KERUNCINGAN ( Perhitungan
keruncingan kurtosis )
• Menggunakan Quartile koefisien of Kurtosis ( QCK )
Rumus :

Ket : - Q → Quartile
½ ( Q3 – Q1 )
QCK = ---------------------- - P→ Persentil
P90 – P10

• Penilaian :
α4 = 3 → Normal
α4 ≥ 3 → Lepto kurtis
α4 ≤ 3 → Platy kurtis

QCK = 0,263 → Normal ( Dapat didekati dengan distribusi normal )


161
“ Terima kasih “ Dilanjutkan
pada kuliah Non Parametrik
162
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
(Tujuan Analisis)
• Menilai kelayakan suatu variabel untuk
dimasukkan dalam analisis statistic.
• Menilai keadaan distribusi data untuk variabel
yang akan dianalisis, dengan parameter : nilai
tengah dan dispersi.

Jenis Analisis
Analisis Univariat.
Analisis Bivariat.
Analisis Multivariat.
163
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
(Analisis Univariat)
Jenis Analisis
1. Analisis distrbusi frekuensi
2. Analisis deskriptip

Sifat

1.Tergangtung dari tujuan studi / masalah penelitian


yang akan dijawab.
2.Jumlah variabel yang terlibat.
3.Skala pengukuran variabel dan metode statistic yang
akan digunakan.
164
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
(Analisis Univariat)
Tujuan

Memperlihatkan / menjelaskan distribusi data dari


variabel yang terlibat dalam penelitian.

Parameter yang digunakan


• Nilai tengah.
• Nilai Sebar.
• Ukuran Kemiringan.
• Distribusi data. 165
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
(Analisis Univariat)
Analisis Distribusi Frekuensi
Deskripsi tipe distribusi dan skala pengukuran data

Deskripsi Skala Pengukuran


Distribusi Data
Nominal Ordinal Interval-Rasio

Frekuensi Proporsi ( Nilai Mutlak Nilai Mutlak


Persentase ) dan Proporsi dan Proporsi
Nilai tengah Modus Median Mean

Dispersi - Interquatile Standard


Deviasi

166
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
(Contoh Frekuensi Distribusi Data)
Frekuensi Univariat Dgn Skala Nominal
Tabel.1 Distribusi Tempat Berobat Responden Pada Saat Sakit Di Wilayah Kerja Puskesmas
Bantimurung Kec. Bantimurung Kab. Maros Tahun 2002

TEMPAT BEROBAT PADA SAAT JUMLAH PERSEN


SAKIT

Bides / Pustu / Manteri 72 46,8


Puske smas 47 30,5
Dokter praktek 5 3,2
Berobat sendiri 22 14,3
Lainnya 8 5,2
JUMLAH 154 100.0
Sumber : Data primer

Apabila dilihat distribusi tempat berobat pada responden sakit maka tabel 3 memperlihatkan
sekitar 80,4 persen dari responden memilih tempat berobat pada sarana kesehatan modern
yang terdiri dari Bindes / Pustu / Manteri, Puskesmas, dan dokter praktek. Selebihnya memilih
berobat sendiri dan tidak berobat 167
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
(Contoh Frekuensi Distribusi Data)
Frekuensi Bivariat Dgn Skala Nominal
Tabel 2 Distribusi Kejadian diare 3 bulan terakhir Menurut sumber pencemaran Di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros Tahun 2002

Sumber Kejadian diare 3 bulan terakhir Total


Pencemaran
Ada Tidak ada
Jml Persen Jml Persen Jml Persen
Septik tank 19 50,0 19 50,0 38 100.0
WC Cemplung 5 26,3 14 73,7 19 100.0
P’mukaan tanah 14 73,7 5 26,3 19 100.0
Tdk ada 31 39,7 47 60,3 78 100.0

Jumlah 69 44,8 85 55,2 154 100.0

Sumber : data primer

Dari tabel 2 diatas diperlihatkan kejadian diare menurut sumber pencemaran. Dari tabel
tersebut terlihat kejadian diare terbanyak terjadi melalui permukaan tanah yg
terkontaminasi,selanjutnya melalui septic tank. Ada sebanyak 39,7 persen yg sesungguhnya
tdk ada sumber pencemaran tetapi terjadi diare utk 3 bulan terakhir.
168
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
(Contoh Frekuensi Distribusi Data)
Frekuensi Bivariat Dgn Skala Ordinal
Tabel 3 Distribusi status kesehatan gigi dan mulut mnurut pengetahuan kesehatan gigi murid SD UKGS
di kecamatan Bantimurung kab. Maros tahun 2002

Pengetahuan STATUS KESEHATAN GIGI DAN MULUT Total


kes. gigi
SEHAT TDAK SEHAT
Jml Persen Jml Persen Jml Persen
Kurang tahu 36 40.0 54 60.0 90 100.0
Tahu 49 50.5 48 49.5 97 100.0
Sangat tahu 50 41.7 70 58.3 120 100.0

Jumlah 135 44,0 172 56.0 307 100.0

Sumber : data primer

Analisis distribusi status kesehatan gigi dan mulut menurut pengetahuan kesehatan gigi murid,
seperti tabel 3 diatas memperlihatkan, dari 307 murid yang diobservasi terlihat persentase yang termasuk
status gigi dan mulut tidak sehat lebih besar ( 56,0 % ) dibandingkan dengan yang termasuk sehat ( 44,0 % ).
Dari tabel tersebut juga terlihat distribusi murid yang berstatus kesehatan gigi tidak sehat
menurut tingkatan pengetahuan persentasenya lebih besar dibandingkan dengan yang berstatus sehat.

169
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
(Contoh Frekuensi Distribusi Data)
Analisis Deskriptip
Nilai tengah dgn skala nominal, ordinal, dan
interval / rasio

Tabel 4 Gambaran Deskriptip Nilai tengah dan Nili Sebar Tinggi Badan dan Prestasi
Belajar Murid Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantimurung Tahun

PARAMETER VARIABEL
STATISTIK Tinggi Badan (Cm) Prestasi Belajar
Mean 120.63171 7.0774
Median 121.00000 7.1000
Modus 115.00000 6.20
Standard Deviasi 13.159488 0.7750
Skewness - 4.421 0.106
Kurtosis 40.534 - 0.129 170
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
(Analisis Bivariat)

Uji Hipotesis

Tujuan Analisis
Menilai perbedaan nilai sampel
dengan nilai populasinya, perbedaan
nilai observasi dengan harapan, atau
hubungan / perbedaan antara dua
atau lebih sampel. 171
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
(Analisis Bivariat)
Variasi nilai uji sangat tergantung pada :

• Tujuan penelitian.
• pertanyaan penelitian.
• Skala pengukuran variabel

Jenis uji
• Uji perbedaan ( test of differences )
• Uji hubungan ( test of Association )
172
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
(Analisis Bivariat)  Uji Hipotesis
Metode Statistika Menurut Tujuan Studi dan Skala Pengukuran
TUJUAN STUDI PERTANYAAN PENELITIAN SKALA UJI STATISTIK
UKUR
Identifikasi Apakah jumlah kasus Nominal Chi-square test satu
Jumlah Kategori rawat inap = yg. Diharap sampel
Perbedaan Apakah proporsi Nominal Test promosi satu
Proporsi Kategori pemakaian pil berbeda sampel
dengan suntik
Perbedaan Urutan Apakah urutan kasus diare Ordinal Chi-square test satu
Kategori beda dengan yg sampel
diharapakan
Penentuan Urutan Apakah urutan 10 penyakit Ordinal Kolmogorov Smirnov
Kategori besar = hipotesis test (KS)
Perbedaan Nilai Apakah rata-rata Hb Interval  Z-Teats (s-
Sampel Dengan penderita ca cervik atau Besar)
Nilai Populasi berbeda secara significant rasio  t-Test (s-Kecil)
173
dgn seluruh penderita
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
(Analisis Bivariat)
Uji hipotesis untuk skala nominal

Prinsip.
• Variabel yang akan diuji berasal dari satu
sampel dan untuk selanjutnya karakteristik
yang ada didalam sampel dibandingkan
dengan karakteristik yang ada didalam
populasi.
• Pengelompokan / pengkategorian variabel
dilakukan menurut skala nominal.
174
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
(Analisis Bivariat)
Uji hipotesis untuk skala nominal

Prinsip.
• Metode ststistika yang digunakan adalah uji
chi-square yang terdiri dari :
• Chi-square untuk satu sampel.
• Chi-square untuk dua sampel independent.
• Chi-square untuk k sampel independent.

175
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
( Analisis Bivariat )  Uji Hipotesis

Syarat pengunaan uji.


• Mengunakan tabel 2 x 2 atau > dari 2
x 2, square atau tidak square dengan
kategori variabel ditetapkan
berdasarkan skala nominal.
• Besar sampel dihitung dengan
menggunakan rumus sampel dengan nilai
α tertentu. 176
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
( Analisis Bivariat )  Uji Hipotesis

Syarat pengunaan uji.


• Sampel minimal untuk uji ini adalah n = 30,
maka uji tidak sensitive atau tidak dapat
digunakan.
• Tidak boleh ada frekuensi harapan yang
bernilai kurang dari 5 didalam sel tabel.
• Untuk tabel yang lebih dari 2 x 2 maka
frekuensi harapan dalam sel hanya
diperkenangkan sampai 20 % .
177
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
( Analisis Bivariat )  Uji Hipotesis
Ketentuan Penggantian uji.
• Bila sampel kurang dari 30.
• Terdapat frekuensi harapan kurang dari 5 didalam sel tabel.
• Bila t’dpt frekuensi HARAPAN kurang dari 1 didalam sel tabel
(cohran: 1954).

Cara penyelesaian
• Untuk tabel 2 x 2 → lakukan koreksi Yate’s dengan rumus :

( | O – E | - 0,5 )²
X² ( corected ) = Σ --------------------------
E
178
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
( Analisis Bivariat )  Uji Hipotesis

Ketentuan Pengganti uji

• Untuk lebih dari 2 x 2 → lakukan


penggabungan kategori menurut baris atau
kolom.
• Bila tetap tdk b’makna dianjurkan
menggunakan uji “ Fisher Exact test “.

179
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
( Analisis Bivariat )
Rumus Untuk SATU Sampel

( O – E )²
X² = Σ -----------
E
Keterangan :
O = Frekuensi Observasi
E = Frekuensi Harapan
 DF = ( C – 1 ) R – 1 )

 DF = Degree of Freedom → adalah besarnya kebebasan untuk


menentukan nilai sel dalam tabel bila besaran dalam tabel telah
diketahui. 180
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
( Analisis Bivariat )
 Untuk sampel yang terdiri dari satu jenis variabel yang
dikategori kedalam beberapa kategori maka besarnya DF
adalah : ( K – 1 ) dimana K = banyaknya kategori.

Frekuensi Harapan
Ialah proporsi obyek yang diharapkan sesuai / berada
dibawah hipotesis nol, dengan rumus sebagai berikut :

( total kolom ) ( total baris )


Frek. Expected = -----------------------------------------
( total pengamatan )
181
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
( Analisis Bivariat )
Contoh Uji satu sampel “ Chi-Square “
Tabel 5. Hubungan Antara Kejadian Diare 3 Bulan Terakhir Dengan Keadaan Sumur Gali

Kejadian diare 3 bulan Signif.


Keadaan Sumur terakhir Total Hasil uji Chi-Square (p)
Gali
Ada Tdk ada Pearson Chi-Square
Memenuhi Syarat 21 (36,3) 60 (44,7) 81 = 24,628 0,000
Tidak M. Syarat 48 (32,7) 25 (40,3) 73 Continuity corection
= 23,044 0,000
JUMLAH 69 85 154
Fisher’s Exact Test 0,000

Tabel 5 diatas memperlihatkan hubungan antara variabel keadaan sumur gali dengan variabel kejadian
diare 3 bulan terakhir. Hasil uji yang telah dilakukan dengan menggunakan Chi-Square test, ternyata tabel
uji memenuhi syarat yakni tidak ada frekuensi harapan yang bernilai kurang dari 5, dan hasil yang
diberikan memperlihatkan X² hitung lebih besar (24,628) daripada X² tabel (3,841) dengan α = 0,05 pada
DF=1 dengan nilai p = 0,000 (signifikan). Berarti keadaan sumur gali berhubungan dengan kejadian diare 3
bulan terakhir
182
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
( Analisis Bivariat )
Contoh Uji satu sampel dgn frek. Harapan - 5
Tabel 6. Hubungan antara pemilihan pertolongan persalinan dengan kepercayaan

Pemilihan Pertolongan Signif.


Persalinan Hasil Uji Chi-Square (p)
Kepercayaan Total
Nakes Non Nakes Pearson Chi-Square = 0.033
4.548
Percaya 161 (157,3) 39 (42,7) 200 Continuity Corection = 0.065
Tdk Percaya 12 (15,7) 8 (4,27) 20 3.410
Fisher’s Exact Test 0.038
JUMLAH 173 47 220

Apabila dilihat hubungan antara variabel kepercayaan responden denga variabel pemilihan
pertolongan persalinan, maka tabel 6 diatas, memperlihatkan hasil uji yang telah dilakukan dengan
menggunakan Chi-square test, tidak memenuhi syarat yakni ada frekuensi harapan yang bernilai
kurang dari 5, sehingga alternative yang dipilih ialah melakukan koreksi dengan Yate’s dan hasil
yang diberikan memperlihatkan X² hitung lebih kecil ( 3,410 ) dari pada X² tabel ( 3,841 ) dengan α
= 0,05 pada DF = 1 dengan nilai p = 0,065 ( non signifikan ). Berarti kepercayaan responden tidak
berhubungan dengan pemilihan pertolongan persalinan. 183
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
( Analisis Bivariat )
UJI HIPOTESIS

Rumus untuk DUA sampel Independen


n ( | ad – bc | - ½ n )²
X² = --------------------------------
(a+b)(a+c)(b+d)(c+d)

Keterangan :
• a,b,c,d = Frekuensi observasi
•n = Jumlah sampel untuk kedua kelompok
• DF = ( C-1 ) R-1)
184
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
( Analisis Bivariat )
• DF = Degree of freedom → adalah besarnya kebebasan untuk
menetukan nilai sel dalam tabel bila besaran dalam tabel tela
diketahui.
• Sampel harus berasal dari dua populasi yang berbeda dimana pada
masing-masing populasi, diobservasi karakteristik untuk dua
variabel yang sama.

Model tabel analisis


Pemilihan tempat berobat
PENDIDIKAN Nakes Non Nakes Total
SLTA – PT a b a+b
SD – SLTP c d c+d
JUMLAH a+c b+d N
185
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
( Analisis Bivariat )
Rumus untuk “ k “ sampel independent

Σ ( O – E )²
X² = Σ------------------
E
Keterangan :
O = Frekuensi Observasi
E = Frekuensi harapan
DF = ( C – 1 ) ( R – 1 )

Sampel harus berasal dari k populasi yang berbeda dimana pada


masing-masing populasi, diobservasi karakteristik variabel yang
sama. 186
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
( Analisis Bivariat )
TABEL MODEL ANALISIS
( O – E )²
Propinsi Umur harapan Frek. Frek. (O–E ) ( O – E )² ---------------
hidup Obs ( O ) Harp ( E ) E
DKI = 70 th 300 587.95 -287.95 82915.2 141.02
Jakarta < 70 th 800 512.05 287.95 82915.2 161.93
Jawa = 70 th 700 694.85 5.15 26.52 0.04
Barat < 70 th 600 605.15 - 5.15 26.42 0.04
Jawa = 70 th 800 694.85 105.15 11056.52 15.91
Tengah < 70 th 500 605.15 - 105.15 11056.52 18.27
Jawa = 70 th 700 641.40 58.6 3433.96 5.35
Timur < 70 th 500 558.60 - 58.6 3433.96 6.15

DIY = 70 th 600 481.05 118.95 14149.1 29.41


< 70 th 300 418.95 - 118.95 14149.1 33.77

JUMLAH 5800 5800 0.00 411.90


187
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
( Analisis Bivariat )
Uji Hipotesis untuk skala Nominal
Prinsip perhitungan
1.Variabel
dikategorikan menjadi dua ( umur harapan hidup diatas 70
tahun dan 70 tahun kebawah ), untuk masing-masing kategori
variabel.
2.Menghitung frekuensi harapan dengan cara :
- Hitung proporsi umur 70 tahun keatas ( P1 )

300 + 700 + 800 + 700 + 600


P1 = ----------------------------------------------- x 100 % = 53.45 %
5800

188
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
( Analisis Bivariat )
Uji Hipotesis untuk skala nominal

- Hitung proporsi umur 70 kebawah ( P2 ).

800 + 600 + 500 + 500 + 300


P2 = ----------------------------------------------- x 100 % = 46.55 %
5800

3. Frekuensi harapan dihitung dengan memperkalikan P1 dan P2


masing-masing kategori ( DKI Jakarta, Jawa barat, Jawa tengah,
Jawa timur, dan DIY ) untuk umur 70 tahun kebawah dan 70 tahun
keatas. :
189
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
( Analisis Bivariat )
Uji Hipotesis untuk skala Nominal

Cara perhitungan frekuensi harapan.

Untuk 70 tahun keatas


• DKI Jakarta = 1100 x 53.45 % = 587.95
• Jawa Barat = 1300 x 53.45 % = 694.85
• Jawa Tengah = 1300 x 53.45 % = 694.85
• Jawa timur dan = 1200 x 53.45 % = 641.40
• DIY = 900 x 53.45 % = 481.05 190
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
( Analisis Bivariat )
Uji Hipotesis Hipotesis untuk skala Nominal

Cara perhitungan frekuensi harapan.

Untuk 70 kebawah
• DKI Jakarta = 1100 x 46.55 % = 512.05
• Jwa Barat = 1300 x 46.55 % = 605.15
• Jawa Tengah = 1300 x 46.55 % = 605.15
• Jawa Timur dan = 1200 x 46.55 % = 558.60
• DIY = 900 x 46.55 = 418.95
Hasil perhitungan frekuensi harapan dimasukkan dalam tabel
sebelumnya. 191
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
( Analisis Bivariat )
UJi hipotesis untuk skala Ordinal
Prinsip.
• Variabel yang akan diuji berasal dari sampel dan untuk
selanjutnya karakteristik yang ada didalam sampel dilihat
hubungannya. Antara satu variabel dan variabel lainnya.
• Pengelompokan / pengkategorian variabel dilakukan menurut
skala ordinal.
• Metode Statistika yang digunakan adalah uji Kendall’s atau
yang terdiri dari :
• Kendall’s taua
• Kendall’s taub
• Kendall’s tauc
• Spearman rank correlation 192
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
(Analisis Bivariat)  Kendall’s tau
Uji hipotesis untuk skala ordinal

• Dikemukakan oleh Kendall pada tahun 1983 dan dikenal sebagai Kendall tau_a atau taua.
• Rumus umum yang digunakan adalah :
K–D
Taua = --------------------
n(n–1)/2
Keterangan :
K = Jumlah pasangan Konkordans
D = Jumlah pasangan Diskonkordans
n = Banyaknya pasangan yang mungkin dibentuk.
• Konkordans ( sesuai ) berarti susunan observasi berada didalam urutan yang wajar →
dinilai ( + ).
• Diskonkordans berarti urutan tidak wajar → dinilai ( - ).
193
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
(Analisis Bivariat)  Kendall’s tau
Uji Hipotesis untuk skala Ordinal
Prinsip penggunaan tabel.
• Tabel yang digunakan dapat berupa tabel 2x2 ( square ) atau tabel 2x3 (
tidak square ) atau 3x3 atau lebih tetapi 3x3.

• pengelompokan variabel didalam tabel dilakukan menurut skala ordinal.


Contoh tabel
Variabel Varibel Independen Kendali Signif.
Independen Baik Sedang Kurang Jelek (p)
Baik
Sedang
Kurang
Jelek
JUMLAH
194
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
(Analisis Bivariat)  Kendall’s tau

Uji hipotesis untuk skala ordinal

Contoh kasus
Salah seorang dosen jurusan biostatistik FKM Unhas,
melakukan penelitian terhadap kolerasi antara neutrofil
darah dan neutrofil sumsum tulang penderita tumor non
hematologis. Untuk kepentingan tersebut maka kedua
sumber tersebut ( darah dan sumsum tulang ) diambil
untuk seterusnya dihitung kadar neutrofilnya dengan
hasil sebagai berikut :

195
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
(Analisis Bivariat)  Kendall’s tau
Tabel – 1 Hasil pengukuran Neutrofil darah dan sumsum tulang penderita tumor non
hematologis sebelum diurut

Nomor Urut Hasil Pengukuran Neutrofil Hasil Pengukuran Neutrofil


Darah merah ( Y1) Sumsum Tulang ( Y1)
01 4,9 4,32
02 4,6 9, 64
03 5,5 7,39
04 9,1 13,97
05 16,3 20,12
06 12,7 15,01
07 6,4 6,93
08 7,1 7,12
09 2,3 9,75
10 3,6 8,65
11 18,0 15,34
12 3,7 12,33
13 7,3 5,99
14 4,4 7,66
15 9,8 6,07
196
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
(Analisis Bivariat)  Kendall’s tau
Uji hipotesis untuk skala ordinal

Penyelesaian
1. Judul penelitian :
“ Korelasi antara neutrofil darah dengan neutrofil sum-sum
tulang pada penderita tumor non hematology”
2. Variabel penelitian : Neutrofil darah dan sum-sum tulang.
3. Rumusan masalah :
Adakah hubungan antara neutrofil darah dan sum-sum
tulang pada penderita tumor non hematologist ?
197
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
(Analisis Bivariat)  Kendall’s tau
Uji hipotesis untuk skala ordinal
Penyelesaian
4. Sampel : Penderita tumor non hematologist.
5. Hipotesis operasional :
Ho : Tidak korelasi antara neutrofil darah dan sum-sum tulang.
Ha : Ada korelasi antara neutrofil darah dan sum-sum tulang.
Hipotesis matematik :
Ho : l = 0
Ho : l ≠ 0

6. Kriteria pengujian hipotesis

Ho diterima bila harga z hitung lebih kecil dari tabel, dan Ha diterima
bila harga z hitung lebih besar atau sama dengan harga z tabel. 198
(Analisis Bivariat)  Kendall’s tau
Langkah – langkah penyelesaian
1. Susun urutan hasil penelitian pada tabel 1 diatas dalam susunan tabel
berikut ini :
Tabel – 2 Hasil pengukuran Neutrofil Darah merah dan sumsum Tulang penderita tumor non hematologist
Setelah diurut
Hsl Urutan Rangking Y1 Hsl Urutan Rangking Y2
No. Urut Ukur Rangk ( R1 ) Ukur Rangk ( R2 )
( Y1) ( Y1) ( Y2 ) ( Y2)
Hsl. Arry No.Urut Hsl.non arry Penyesuaian
01 4,9 6 2,3 1 4,32 1 9,75 10
02 4,6 5 3,6 2 9,64 9 8,65 8
03 5,5 7 3,7 3 7,39 6 12,33 11
04 9,1 11 4,4 4 13,97 12 7,66 7
05 16,3 14 4,6 5 20,12 5 9,64 9
06 12,7 13 4,9 6 15,01 13 4,34 1
07 6,4 8 5,5 7 6,93 4 7,36 6
08 7,1 9 6,4 8 7,12 5 6,43 4
09 2,3 1 7,1 9 9,75 10 7,12 5
10 3,6 2 7,3 10 8,65 8 5,99 2
11 18,0 15 9,1 11 15,34 14 13,97 12
12 3,7 3 9,8 12 12,33 11 6,07 3
13 7,3 10 12,7 13 5,99 2 15,07 13
14 4,4 4 16,3 14 7,66 7 20,12 15
15 9,8 12 18,0 15 6,07 3 15,34 14 199
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
(Analisis Bivariat)  Kendall’s tau
Uji Hipotesis untuk Skala Ordinal
2. Lakukan perhitungan konkordans (K) dan diskonkordans ( D ) melalui tabel berikut :
Cara perhitungan Ci
No. (R1) (R2) Tingkat berikutnya yg lebih Banyaknya C1
Urut besar dari tingkatan R2
01 1 10 11,12,13,15,14 5
02 2 8 11,9,12,13,15,14 6
03 3 11 12,13,15,14 4
04 4 7 9,12,13,15,14 5
05 5 9 12,13,15,14 4
06 6 1 6,4,5,2,12,3,13,15,14 9
07 7 6 12,13,15,14 4
08 8 4 5,12,13,15,14 5
09 9 5 12,13,15,14 4
10 10 2 12,3,13,15,14 5
11 11 12 13,15,14 3
12 12 3 13,15,14 3
13 13 13 15,14 2
14 14 15 0
15 15 14 0
200
N ΣCi = 59
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
(Analisis Bivariat)  Kendall’s tau
Uji hipotesis untuk skala ordinal

Perhitungan konkordans dan diskonkokrdans dilakukan dengan


menggunakan rumus berikut :
K–D
tau-a = ----------------------
n(n–1)/2

K – D → diperoleh dari rumus :


N = 4 Σ Ci – n ( n -1 ) = 4 ( 59 ) – 15 ( 14 ) → 236 – 210 = 26

26
tau-a = ---------------------- = 0,124
15 ( 14 ) 201
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
(Analisis Bivariat )
Uji hipotesis untuk skala ordinal

Rumus untuk Kendall tau-b


Digunakan apabila terdapat nilai pasangan observasi yang
bersamaan, sedangkan rumus yang digunakan ialah :

K–D
tau-b = -------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------
√ [ { n ( n – 1 ) / 2 – T1 } { n ( n – 1 ) / 2 – T2 ]

Keterangan :
T = Jumlah pasangan yang bersamaan.
202
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
(Analisis Bivariat )
Kendall tau-c
Rumus umum yang digunakan ialah :

2m ( K – D )
tau-c = -------------------------
n²(m–1)
Keterangan :
M = adalah bilangan terkecil diantara kategori dari variabel ordinal X
dan Y.
Yang digunakan untuk menghitung index korelasi ialah kendall tau-b
dan c, dimana nilainya hampir mencapai nilai ( + 1 ) dan ( - 1 ).
203
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
(Analisis Bivariat )
Uji hipotesis untuk skala ordinal
Contoh hasil uji kendall tau.
Tabel 7 hubungan Status Kesehatan Gigi dan Mulut menurut pengetahuan kesehatan Gigi
Murid SD UKGS di Kecamatan Bantimurung Kab. Maros Tahun 2002

Pengetah Status kesehatan Gigi Total Hasil uji Signifikasi


uan kes. dan mulut Kendal’s
Gigi Sehat Tidak
sehat
Kurang 36 54 90 Tau-b = 0,962
tahu 0.003
Tahu 49 48 97 Tau-c = 0.962
0.003
Sangat 50 70 120 Spearman
tahu rank
corelation =
JUMLAH 135 172 307 0.003 0,963
204
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
( Analisis Bivariat )

Apabila dilihat tabel 7 terlihat distribusi nilai


dalam tabel berdasarkan uji kendal,s
termasuk diskonkordans, demikian pula hasil
uji spearman rank correlation termasuk
hubungan yang sangat lemah dan tidak
bermakna, sehingga disimpulkan tidak ada
hubungan antara status kesehatan mulut dan
gigi dengan tingkat pengetahuan murid..

205
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN

Uji(Analisis
Hipotesis UntukBivariat
Skala Ordinal)
Contoh hasil uji Kendall tau.
Tabel 8 Hubungan status kesehatan Gigi dan Mulut menurut perilaku kesehatan
Gigi murid SD UKGS di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros
Tahun 2002
Perilaku Status Kes gigi & total Hsl uji Kendal’s Signifik
Kes.Gigi mulut ansi
Sehat Tdk sehat

Kurng baik 42 113 155 Tau-b = 0,323 0,000


Tau-c = 0,323 0,000
Baik 36 27 63 Spearman rank 0,000
Sgt baik 57 32 89 corelation = 0,340

JUMLAH 135 172 307

206
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
(Analisis Bivariat )
Tabel 8 memperlihatkan hasil uji dengan
menggunakan kendall’s diperoleh ; tau-b = 0,323,
dan tau-c = 0,0323 yang berarti konkordans, dengan
tingkat kemaknaan masing-masing 0.000. (
bermakna ) dengan demikian distribusi data dalam
tabel tersebut berdistribusi normal dengan
mengikuti skala ordinal. Hasil uji dengan spearman
rank corfrlation memberikan hasil 0,340 dengan
nilai p = 0.000 ( bermakna ). Dengan demikian
status kesehatan gigi dan mulut berhubungan
dengan perilaku sikat gigi dari murid.
207
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
(Analisis Bivariat )
Uji hipotesis untuk skala ordinal
Parameter penilaian hasil uji korelasi.

NILAI HASIL UJI KETERANGAN


KORELASI
0,00 – 0,25 Hubungan sedikit / tidak ada
0,25 – 1,50 hubungan
0,50 – 0,75 Hubungan cukup
0,75 - > Hubungan sedang sampai baik
Hubungan sangat baik sampai
istimewa
208
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
( Analisis Multivariat )

Uji hipotesis untuk analisis multivariat


Ilustrasi hasil uji
Analisis dimaksudkan untuk melihat
hubungan serta kontribusi masing-masing
variabel independent terhadap variabel
dependentnya apabila dimasukkan secara
bersamaan, dan sebagai akibatnya
memungkinkan terjadinya interaksi dari
masing- masing variabel didalam model. 209
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
(Analisis Bivariat )

Contoh :
Tabel 9 . Matriks Korelasi Status Kesehatan Gigi dan Mulut dgn
pengetahuan Kesh. Gigi, Perilaku Kesh. Gigi dan Jenis Makanan
Murid SD UKGS di Kecamatan Bantimurung
Tahun 2002

VARIABEL n X SD Korelasi Signif.


Pengetahuan 307 10,33 1,75 -0,003 0,478
Perilaku 307 2,54 2,42 0,331 0,000
Jenis makanan 307 6,35 1,07 -0,003 0,479

210
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
(Analisis Bivariat )

Uji hipotesis untuk analisis multivariat


Ilustrasi hasil uji
Tabel 9 diatas memperlihatkan korelasi masing-masing
variabel sebagai tahap awal untuk melihat adanya
hubungan. Dari tabel tersebut terlihat dari tiga variabel
yang dimasukkan ternyata hanya ada satu variabel yang
memberikan hubungan yakni variabel perilaku, dengan
indeks korelasi = 0,331 dengan nilai p = 0.000
sedangkan yang lainnya tidak bermakna.
211
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
(Analisis Bivariat )
Tabel 10 Hasil uji regressi variabel pengetahuan, perilaku dan jenis
makanan dengan Variabel status kesehatan gigi dan mulut

Variabel N x SD R R- Adjusted t
Squar R-
e Square
Perilaku
Pengetah 307 2,54 2,42 0,33 0,110 0,107 6,126
1
uan
Jenis
makanan
212
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
(Analisis Bivariat )

Uji hipotesis untuk analisis multivariat


Ilustrasi Hasil Uji
Tabel 10 diatas memperlihatkan besarnya korelasi
apabila ketiga variabel predictor dimasukkan secara
bersamaan adalah R = 0,331 dengan besar
pengaruhnya ( R Square ) = 0,110 dengan nilai p =
0.000 ( bermakna ). Pemasukan ketiga variabel
secara bersamaan terihat memberikan interaksi
diantara variabel yang dinilai melalui uji F = 37.528,
dimana uji ini sekaligus juga memberikan informasi
terjadinya hubungan linier antara variabel predictor
dengan variabel dependennya. 213
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
(Analisis Bivariat)  Kendall’s tau

214

Anda mungkin juga menyukai