Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN MIASTENIA GRAVIS

Oleh :
KELOMPOK 4
POKOK BAHASAN
KONSEP TEORI ASKEP MIASTENIA GRAVIS
MIASTENIA GRAVIS
1. Definisi 1. Pengkajian
2. Etiologi 2. Diagnosa
3. Manifestasi Klinis 3. Intervensi
4. Klasifikasi 4. Implementasi
5. Patofisiologi 5. Evaluasi
6. Penunjang Diagnostik
7. Pentalaksanaan
KONSEP DASAR PENYAKIT MIASTENIA GRAVIS

Definisi Miastenia Gravis


Miastenia Gravis merupakan gangguan yang
mempengaruhi transmisi neuromuskular pada otot tubuh
yang kerjanya dibawah kesadaran seseorang (volunter).
(Brunner & Suddarth, 2013)

Etiologi
Kelainan primer pada Miastenia gravis dihubungkan dengan gangguan
transmisi pada neuromuscular junction, yaitu penghubung antara unsur saraf
dan unsur otot akibat reaksi autoimun. Pada miastenia gravis, sistem kekebalan
membentuk antibodi yang menyerang reseptor yang terdapat di sisi otot dari
neuromuscular junction. Menjadi cepat buruknya keadaan penderita myasthenia
gravis dapat disebabkan: pekerjaan fisik yang berlebihan, emosi, infeksi,
melahirkan anak, progresif dari penyakit
Manifestasi Klinis
Karakteristik penyakit berupa kelemahan otot ekstrem dan mudah
mengalami kelelahan, yang umumnya memburuk setelah aktivitas dan
berkurang setelah istirahat. Berbagai gejala yang muncul sesuai dengan
otot yang terpengaruh. Pasien dengan penyakit ini akan mengalami
kelelahan hanya karena penggunaan tenaga yang sedikit seperti
menyisir rambut, mengunyah dan berbicara, dan harus menghentikan
segalanya untuk istirahat.

Klasifikasi
 Klasifikasi menurut Osserman ada 4 tipe : Ocular miastenia,
Generalized myiasthenia, Severe generalized myasthenia, Myasthenia
crisis

 Bentuk varian miastenia gravis, antara lain: Miastenia neonates,


Miastenia anak-anak (juvenile myastenia), Miastenia congenital,
Miastenia familial, Sindrom miastenik (Eaton-Lambert Syndrome),
Miastenia gravis antibodi-negatif, Miastenia gravis terinduksi
penisilamin, Botulisme
Patofisiologi

Pada Miastenia Gravis, konduksi neuromuskularnya terganggu.


Jumlah reseptor asetilkolin normal menjadi menurun yang terjadi akibat
cedera autoimun sehingga terjadi penurunan potensial aksi yang
menyebabkan kelemahan pada otot. Pada 90 % pasien gejala awal
melibatkan otot okular yang menyebabkan ptosis dan diplopia. Otot wajah,
laring dan faring juga sering terlibat dalam Miastenia Gravis yang dapat
mengakibatkan regurgitasi melalui hidung ketika berusaha menelan dan
pasien dapat mengalami aspirasi, gangguan suara (disfonia). Kelemahan
otot pernapasan juga ditandai dengan batuk lemah dan akhirnya serangan
dispnea, dan ketidakmampuan membersihkan mukus dari cabang
trakeobronkial. Selain itu terjadi kelemahan otot ekstremitas yang
menyebabkan pasien kesulitan untuk berdiri, berjalan, atau bahkan
menahan lengan di atas kepala (Misalnya ketika sedang menyisir rambut).
Penunjang Diagnostik
• Electromyography (EMG)
• Computed tomography (CT ) atau
MRI • Tes Wartenberg
• Antibodi anti-reseptor asetilkolin • Foto Dada
• Antibodi anti-otot skelet (anti- • Tes Darah
striated muscle antibodi) • Tes prostigmin
• Tes tensilon (edrofonium klorida) • Test elektro fisiologis

Penatalaksanaan

• Obat Antikolinesterase : Obat-obatan dalam pengobatan digunakan


piridostigmin bromida (Mestinon), ambenonium khlorida (Mytelase),
dan neostigmin bromida ( Prostigmine).
• Terapi imunosupresif : Kortikostreoid, Azatioprin, Timektomi,
Plasmaferesis, Cuci darah atau hemodialisis, Immune globulin
ASUHAN KEPERAWATAN MIASTENIA GRAVIS

Pengkajian

a. Identitas klien : Meliputi nama, alamat, umur, jenis kelamin, status


b. Keluhan utama : yang sering menyebabkan klien miastenia gravis minta
pertolongan kesehatan yakni adanya penurunan atau kelemahan otot-
otot dengan manifestasi diplopia (penglihatan ganda), ptosis ( jatuhnya
kelopak mata)
c. Riwayat penyakit saat ini
d. Riwayat penyakit dahulu : Kaji faktor yang berhubungan dengan
kondisi yang memperberat miastenia grafis seperti hipertensi dan
diabetes militus.
e. Riwayat penyakit keluarga
f. Pengkajian psiko-sosio-spiritual : Klien miastenia gravis sering
mengalami gangguan emosi dan kelemahan otot apabila mereka berada
dalam keadan tegang.
Pemeriksaan fisik

 B1 (Breathing) : Dispnea, resiko terjadi aspirasi dan gagal


pernafasan akut
 B2 (Bleeding) : Hipotensi / hipertensi, takikardi / bradikardi
 B3 (Brain) : Kelemahan otot ektraokular yang
menyebabkan palsi ocular, jatuhnya kelopak mata atau dislopia
intermien, bicara klien mungkin disatrik
 B4 (Bladder) : Menurunkan fungsi kandung kemih, retensi
urine, hilangnya sensasi saat berkemih.
 B5 ( Bowel) : Kesulitan menelan-mengunyah, disfagia,
kelemahan otot diafragma dan peristaltic usus turun.
 B6 (Bone) : Gangguan aktifitas/ mobilitas fisik,
kelemahan otot yang berlebihan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot


pernapasan.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
penurunan reflek batuk.
3. Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan motililitas
gastrointestinal.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan ketidakmampuan menelan makanan.
5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
kekuatan otot.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
7. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan pelemahan
sistem muskuloskeletal
8. Gangguan citra diri berhubungan dengan penyakit.
 RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
MIASTENIA GRAVIS .doc
SEKIAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai