DIPLOMASI PERBATASAN UNTUK

MENJAGA KEUTUHAN
WILAYAH NKRI

Oleh: Prof. Dr. Eddy Pratomo, S.H., M.A.

Disampaikan sebagai Guest Lecture On Border Diplomacy

di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP)
Kampus Lenteng Agung, 10 Oktober 2019
 PROF.DR.EDDYPRATOMO
Utusan Khusus Presiden RI untuk
Penetapan batas Maritim antara
Indonesia dan Malaysia
(2015 - 2018)

Penasehat Senior / Staf Khusus Ketua

DPR RI Bidang Hubungan Luar Negeri
(2014 –2015)
Duta Besar RI untuk Republik Federal
Jerman (2009 –2013)
Direktur Jenderal Hukum dan
Perjanjian Internasional KEMLU RI
(2006 –2009)
Ketua Jurusan Hukum
Internasional Fakultas Hukum
Universitas Pancasila (2016 –
Sekarang)
Dosen pada Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro, Semarang
(2017 –Sekarang)

Acting Duta Besar RI, KBRI London

(2005 –2006) Direktur Kerjasama dan
Hubungan Luar Negeri Universitas
Pancasila, Jakarta (2018 –
Sekarang)
Wakil Kepala Perwakilan RI, KBRI
London (2004)

Direktur Perjanjian Ekonomi dan Sosial

Budaya, KEMLU RI (2002 -2004)
OUTL IN E

 PENDAHULUAN
 BATAS LAUT INDONESIA
 TAHAPAN DAN PROSES NEGOSIASI BATAS LAUT
 NEGOSIASI BATAS LAUT:PROSES PANJANG DAN RUMIT
 TANTANGAN YANGDIHADAPI
 STUDI KASUSSIPADAN-LIGITAN
 KESIMPULAN
 REKOMENDASI
BATASLAUTINDONESIA
Deklarasi Djuanda menyatakan: bahwa laut Indonesia adalah
termasuk laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia
menjadi satu kesatuan wilayah NKRI dan Indonesia menganut prinsip-
prinsip negara kepulauan (Archipelagic State)
KEDAULATANDANYURISDIKSIINDONESIA

Before Juanda Declaration After JuandaDeclaration

Sumber: Kemenkomar2018
INDONESIA SECARA GEOGRAFIS BERTETANGGA DENGAN 10
(SEPULUH) NEGARA YANGHARUS MEMILIKIBATAS WILAYAH
LAUT DAN DARAT YANG DISEPAKATI BERSAMA DAN
MENGIKAT

SEBAGAI NEGARA PIHAK UNCLOS, INDONESIAMEMILIKI

KEWENANGAN UNTUK MENETAPKAN ZONA-ZONA
PERAIRANNYA BERDASARKAN KETENTUAN UNCLOS

BATAS LAUT YANGPERLU DIRUNDINGKAN MELIPUTI LAUT

TERITORIAL, ZONA EKONOMI EKSKLUSIF, DAN LANDAS
KONTINEN
INDONESIADAN10NEGARA TETANGGA

Thailand Philippines
India
Palau
EEZ
Malaysia

Malaysia EEZ
Singapore

EEZ

Archipelagic waters

Timor Leste

EEZ

Unilateral Limits (no agreement with neighbours required)

Agreed bilateral boundaries
Indonesia’s unilateral claims (agreement with neighbours required) Australia

Copyright:
Why do you want to take this off? What you I Made
are doing Andiand
is a crime Arsana 
(c)2017
unethical
TAHAPANDANPROSES
NEGOSIASI
NEGOSIASI DANDIPLOMASI

NEGOSIASIDIPILIH SEBAGAI OPSI TERBAIK DALAM SUATUPROSES PENYELESAIAN SENGKETABATAS

LAUT DIBANDINGKAN DENGAN PROSES LAINNYA, SEPERTI ARBITRASI, KONSILIASI, MEDIASI DAN
PENGADILAN INTERNASIONAL.

NEGOSIASI MERUPAKAN PROSES YANG BERKELANJUTAN YANG PERLU MELIBATKAN

MULTISTAKEHOLDERSYANGMEMILIKI KOMPETENSI DIBIDANGMULTI-SEKTOR, SEPERTI ASPEK HUKUM
LAUT MAUPUN HUKUM PERJANJIAN INTERNASIONAL, GEOLOGI, GEODESI, KARTOGRAFI,
GEOMORFOLOGI, NAVIGASI, KEAMANAN, SUMBER DAYA LAUT DAN ASPEK POLITIK BILATERAL,
REGIONAL DANGLOBAL

NEGOSIASIMERUPAKAN ALAT DIPLOMASI (ATOOLOFDIPLOMACY)

TAHAPANNEGOSIASI

1.TAHAP PERSIAPAN 2. TAHAPNEGOSIASI

 RAPAT KOORDINASI  MENGADAKANPERTEMUAN EXPLORATORY

 MENDAPATKAN  MENGIDENTIFIKASISUBSTANSIAGENDA
MANDAT DARI
PIMPINAN POLITIK PERTEMUAN
TERTINGGI
 MEMILIKIBEBERAPAOPSIPENYELESAIANDARI
 PELATIHANNASIONAL PARA AHLI
SECARA REGULER
 PERTEMUANTIMTEKNIS,SOM(PEJABAT
 MELAKUKAN
PENELITIAN SENIOR),DANUTUSANKHUSUS
PROSESNEGOSIASI

Records/Notes
fromNegotiation
Agreement
Negotiation Report to Ratification –
respectivehigher EntryintoForce
authorities
NEGOSIASIPENETAPAN
BATASLAUTINDONESIA
MANDATKONSTITUSI

PASAL 11UNDANG-UNDANGDASAR1945:

(1) PRESIDEN DENGAN PERSETUJUAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MENYATAKAN

PERANG,MEMBUATPERDAMAIAN DAN PERJANJIAN DENGANNEGARA LAIN
(2) PRESIDEN DALAM MEMBUAT PERJANJIAN INTERNASIONAL LAINNYA YANG
MENIMBULKAN AKIBAT YANG LUAS DAN MENDASAR BAGI KEHIDUPAN RAKYAT
YANG TERKAIT DENGAN BEBAN KEUANGAN NEGARA, DAN / ATAU MENGHARUSKAN
PERUBAHAN ATAU PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG, HARUS DENGAN
PERSETUJUAN DARIDEWANPERWAKILAN RAKYAT
(3) KETENTUAN LEBIH LANJUT TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL DIATUR
DENGANUNDANG-UNDANG.

14
PRINSIPHUKUMINTERNASIONALDALAMPENETAPANBATASTERITORIAL

PERJANJIAN
FUNDAMENTAL MENJADI
TIDAKBISADITERAPKAN
REBUS SIC
KARENA PERUBAHAN
KEADAAN YANG
MENDASAR
STANTIBUS

DI AKHIR SENGKETA,
WILAYAH DAN ASET
LAINNYA TETAP PADA
PEMILIK,KECUALIJIKA
KECUALIDIATURLAIN
UTIPOSSIDETIS
DALAM PERJANJIAN

15
MENGAPAPERLUNEGOSIASIPENETAPAN BATASLAUT

PIAGAMPBB,PASAL 2 UNCLOSPASAL 279(1)

(3), PASAL 33 (1), KEWAJIBANUNTUK
MENYELESAIKAN MENYELESAIKAN
PERSELISIHAN SENGKETADENGAN
DENGANCARADAMAI CARADAMAI

NEGARA AKAN
MENGAMANKAN
MEMILIKIKENDALI KERAHASIAAN
KEPENTINGAN
PENUHTERHADAP
NEGARA
HASIL

16
ZONAMARITIMBERDASARKANUNCLOS

ThisIntern
presentation
l Waters was developed by
a
I Made Andi Arsana
I Made Andi Arsana, Ph.D
(madeandi@ugm.ac.id)
Departemen Teknik Geodesi
Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada
For the madeandi@ugm.ac.id
Government Characterof Somalia
of High Seas

and was presented before the Somali President,

Baselines

TS
Prime Minister
12 M CZ and Speaker Continental of the Parliament
EEZ Self TheArea
24 M
200 M Psl. 76 - LOSC Part XI - LOSC

Sovereignty Sovereign Rights

I Made Andi Arsana(2018) 17
SENGKETAKEDAULATAN:KASUS SIPADAN-LIGITAN
SENGKETAHAK BERDAULAT:KASUS AMBALAT

Indonesia
PRINSIPDASARINDONESIADALAMNEGOSIASIPENETAPANBATASLAUT

 INDONESIA MENGGUNAKAN SISTEM GARISPANGKAL YANG

MENGHUBUNGKAN TITIK-TITIK TERLUAR PULAU TERLUAR
(PASAL47 UNCLOS);
 PERAIRAN DI DALAM GARIS DASAR, TERMASUK PERAIRAN DI
ANTARA PULAU-PULAU TERLEPAS DARIJARAK DARIDARATAN,
DIANGGAPSEBAGAI PERAIRAN INDONESIA;
 UNTUK TUJUAN PENETAPAN BATAS, INDONESIA
MENGGUNAKAN SETIAP TITIK PADA GARIS PANGKALNYA
SEBAGAI TITIKDASAR UNTUK MENARIK BATAS LAUT (PASAL 15,
74, 83UNCLOS).

20
PENAIKANGARIS
BATAS :
State B

ARCHIPELAGIC
BASELINE
 CONTOH PENARIKAN
GARIS TENGAH, YANG
TIDAKMENGHITUNGGARIS
PANGKAL KEPULAUAN; ARCHIPELAGIC BASELINE

 GARISTENGAHBERJARAK
SAMA DARI TITIK DASAR
MASING-MASING PULAU; ARCHIPELAGIC WATERS

 GARISTENGAHMELEWATI
BATAS GARIS PANGKAL
KEPULAUAN
For IllustrativePurposesOnly
MENARIK GARIS
TENGAHDENGAN State B

ARCHIPELAGIC
BASELINES
 CONTOH PENARIKAN GARIS
TENGAH DENGAN
MEMPERHITUNGKAN
KEBERADAAN
ARCHIPELAGIC BASELINEDI
NEGARAA; ARCHIPELAGIC BASELINE

 GARISTENGAHBERJARAK
SAMA DARI TITIK DASAR ARCHIPELAGIC WATERS
MASING-MASING PULAU;

 GARIS TENGAH TIDAK

MELEWATIBATASGARIS
PANGKAL KEPULAUAN For IllustrativePurposesOnly
NEGOSIASI BATAS LAUT DAPAT MENJADI
PROSES YANG PANJANG, NEGARA HARUS
MEMILIKI KEBIJAKAN YANG JELAS DAN
BERKELANJUTAN DALAM MENANGANI
PENETAPAN BATASLAUT.PROSESNEGOSIASI
DALAM BANYAKKASUS,LEBIHPANJANG DARI
USIAKABINETSETIAPPERIODENYA

PERUBAHAN PEMERINTAHAN BERDAMPAK

LANGSUNG TERHADAP STRUKTUR TIM
NEGOSIASI DAN PROSES NEGOSIASI
SELANJUTNYA. UNTUK ITU, SANGAT PENTING
UNTUKMEMPERTAHANKAN KEBIJAKAN YANG
KONSISTEN DAN JELAS SERTA POSISI
NASIONALDIMEJA PERUNDINGAN.
TANTANGANYANG
DIHADAPI
TANTANGANYANG DIHADAPI
DALAM PROSES NEGOSIASIBATAS LAUT,SETIDAKNYA TERDAPAT EMPAT TANTANGAN YANG DIHADAPI
OLEH PARA JURU RUNDING, YAKNI:

1.PENETAPAN GARISTENGAH(MEDIANLINES)
DAN SOLUSIYANGADIL(EQUITABLESOLUTIONS)

2.PENETAPAN PROYEKSIZONAMARITIM,TITIKPANGKAL
(BASEPOINTS) DAN GARISPANGKAL (BASELINES)

3.INTERPRETASIASPEK HUKUMLAUT DAN TEKNISDARI

BATAS LAUT

4.ASPEK LOGISTIKDAN TEKNISLAINNYA

STUDIKASUS
SENGKETASIPADAN - LIGITAN
SENGKETASIPADAN- LIGITAN

 17 DESEMBER 2002, MAHKAMAH INTERNASIONAL (ICJ) MEMUTUSKAN BAHWA MALAYSIA

MEMILIKIKEDAULATAN PENUH ATAS PULAU LIGITANDAN PULAU SIPADAN.
 ICJ MENETAPKAN BATAS CIRITICAL DATE 1969,YANG BERARTI TINDAKAN YANG DILAKUKAN
PARA PIHAK SETELAH TAHUN TERSEBUT TIDAK DIPERTIMBANGKAN, SERTA
MENYIMPULKAN:
 INDONESIADAN MALAYSIA TIDAKMEMILIKI TREATY-BASEDTITLE ATAS KEDUAPULAU;
 KEDUA PULAU TIDAK PERNAH MENJADI WILAYAH INDONESIA YANG DIPEROLEH DARI
BELANDA, MAU PUN DARI KESULTANAN BULUNGAN, DAN TIDAK DICANTUMKAN DI DALAM
PETA LAMPIRAN UUNO.4/PRP/1960 TTGPERAIRAN INDONESIA;
 KEDUA PULAU TIDAK PERNAH MENJADI WILAYAH MALAYSIA TEORI CHAIN OF TITLE DARI
SULTAN SULU –SPANYOL –AS –INGGRIS;
 PENGUASAAN EFEKTIF DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI MASALAH YANGBERDIRISENDIRI.
PELAJARAN SENGKETA SIPADAN-LIGITAN:
PENGUASAAN EFEKTIF (EFFECTIVITES)
BUKTI-BUKTI PENGUASAAN EFEKTIF PERIHAL KLAIM PENGUASAAN EFEKTIF
MALAYSIA, BERVARIASI KARAKTERNYA, BELANDA/INDONESIA, ICJBERPENDAPAT:
TERMASUK TINDAKAN LEGISLATIF,
ADMINISTRATIF, DANQUASI-JUDISIAL:

 TINDAKAN BRITISH NORTH BORNEO  SECARA FAKTUAL UU NO. 4/PRP/1960 TIDAK

MENCANTUMKAN KEDUA PULAU SEBAGAI TITIK
COLONY (INGGRIS) MENGONTROL PANGKALYANG RELEVAN;
KEGIATAN PENGUMPULAN TELUR
PENYU DI P. SIPADAN DAN P. LIGITAN  BELANDA DAN INDONESIA TIDAK MEMPROTES
(1917); TINDAKAN PENGELOLAAN OLEH INGGRIS /
MALAYSIAHINGGASEBELUM 1969;
 PENETAPAN P. SIPADAN SEBAGAI
 PADA 1962 DAN 1963 INDONESIA TIDAK
CAGAR (BIRD SANCTUARY) MELAKUKAN TINDAKAN APA PUN, TERMASUK
BURUNG (1933); MEMPROTES TINDAKAN BNBC (INGGRIS), YANG
KEMUDIAN MENJADI MALAYSIA, BAHWA
 PEMBANGUNAN MERCU SUAR OLEH PEMBANGUNAN MERCU SUAR DILAKUKAN DI
INGGRIS DI P. SIPADAN (1962) DAN P. WILAYAH INDONESIA.
LIGITAN(1963);
LAMPIRAN PETA
UUNO. 4/PRP/1960
GARISPANGKAL NKRIBERDASARKAN
UU NO. 4/PRP/1960 TTG PERAIRAN
INDONESIA TIDAK MEMASUKKAN
PULAU SIPADANDAN PULAU LIGITAN
SEBAGAIBAGIANDARINKRI.
KEDUA PULAU TERSEBUT BERADA DI
LUAR TITIKPANGKAL 36H,37,38,DAN
39TITIK-TITKTERLUAR INDONESIA
PELAJARAN SENGKETASIPADAN-LIGITAN:
SIFAT PUTUSANICJ

PUTUSAN ICJ BERSIFATFINAL DAN MENGIKAT.

MESKI TIDAK SESUAI DENGAN HARAPAN DAN MEMBUAHKAN KEKECEWAAN, PUTUSAN
HARUSDITERIMA KARENA:
 SESUAIDENGANISI SPECIALAGREEMENT1997ANTARA INDONESIA-MALAYSIA;
 PUTUSAN YANG FAIR KARENA DIAMBIL MELALUI PROSES PEMBUKTIAN YANG
PANJANG, TRANSPARAN, NETRAL, DAN BERWIBAWA  BUKAN PROSES DIPLOMASI,
TETAPIPROSESHUKUM;
 PENERIMAANNYA REFLEKSIKAN PENGHORMATAN INDONESIA ATAS SUPREMASI
HUKUM DALAM HUBUNGANANTAR-NEGARA.
PELAJARAN SENGKETA SIPADAN-LIGITAN:
KESALAHPAHAMAN YANGMUNCUL DIPUBLIK

PANDANGAN PUBLIK: FAKTUAL:

1. INDONESIA KEHILANGAN WILAYAH AKIBAT 1. UU NO. 4/PRP/1960 TIDAK PERNAH

LEPASNYAKEDUAPULAU DIMAKSUD; MENCANTUMKAN KEDUA PULAU
SEHINGGA INDONESIA TIDAK PERNAH
2. PUTUSAN ICJ MENCERMINKAN MEMILIKI;
KEGAGALANDIPLOMASI; 2. PUTUSAN ICJ MERUPAKAN
PENYELESAIAN DAMAI MELALUI
3. ADA PULAU-PULAU LAIN YANG MENJADI PROSES HUKUM YANG TERPISAH DAN
SENGKETA (BERPOTENSI DIREBUT MANDIRI;
NEGARA TETANGGA) SEPERTI, A.L. PULAU
NIPA, PULAU MIANGAS, PULAU PASIR 3. TIDAK ADA LAGI PULAU-PULAU LAIN
(ASHMOREREEF –MILIKAUSTRALIA); DI NUSANTARA YANG BERSTATUS
SENGKETAANTAR-NEGARA.
 PPNO.37/2008(PERUBAHANATASPPNO.38/2002)
TTGDAFTARKOORDINATGEOGRAFISTITIK-TITIKGARISPANGKALKEPULAUAN
MEMAGARINEGARA KESATUAN REPUBLIKINDONESIA DI DEPOSITKAN
KEPADAPERSERIKATANBANGSA-BANGSA PADATANGGAL25MARET2009
KESIMPULAN
KESIMPULAN
PERTAMA, PERLU MEMILIKIKEBIJAKAN NASIONAL YANG KOMPREHENSIF, SOLID, DAN TAHAN LAMA DALAM
KERANGKA DIPLOMASI MARITIMYANG BERKELANJUTAN SEBAGAI PERNYATAAN KEPENTINGAN NASIONAL DAN
MENJADI POSISIAWAL DALAM PERUNDINGAN BATAS LAUT.

KEDUA, MENGEKSPLORASI IDE-IDE KREATIF, BAIK DALAM HAL FORMAT NEGOSIASI MAUPUN DALAM PENARIKAN
GARIS BATAS LAUT DENGAN MEMANFAATKAN PARA AHLI YANG DAPAT MEMBERIKAN MASUKAN DARI ASPEK-
ASPEK HUKUM DAN TEKNIS DARI UNCLOS DAN PERTIMBANGAN POLITIK,KEAMANAN DAN STABILITAS KAWASAN

KETIGA, KESIAPAN UNTUK MENCARI SOLUSI JALAN TENGAH (AMICABLE SOLUTION) DAN BERKOMPROMI.
KOMITMEN POLITIK (POLITICALCOMMITMENT)DAN ITIKADBAIK(GOODFAITH)MERUPAKAN DUA FAKTOR YANG
PALING PENTING UNTUK DAPAT MENERIMA SITUASI WIN-WINSOLUTION.

KEEMPAT. PROSES NEGOSIASI DALAM BANYAK KASUS, LEBIH PANJANG DARI USIA KABINET PEMERINTAHAN.
UNTUK ITU, PENTING BAGI INDONESIA MENJAGA MEMORI INSTITUSIONAL (INSTITUTIONAL MEMORY) DAN
PEMBANGUNAN SISTEM TERPADU, UTUH, KOMPREHENSIF UNTUK MENYIAPKAN PARA JURU RUNDING MAHIR
DALAM KERANGKA DIPLOMASI MARITIMYANG BERKELANJUTAN

KELIMA. SOLID TEAM WORK DAN NO PERSONAL INTEREST – Negosiasi proses yang Panjang dan
berkesinambungan –hasil kerja Tim dan bukan pribadi
REKOMENDASI
REKOMENDASI

Gunamenghadapi tantangankedepandalamnegosiasi penetapanbatas laut sebagaimanatelah disampaikan

di atas, kiranya menjadi sangatpenting
bagi Indonesia untuk menyiapkan
generasi Juru Runding Batas Maritim yang mahir, handal,
memahami hukum laut, hukum internasional, pembentukan
perjanjianinternasional, menguasai teknik diplomasi danmemiliki
pengetahuan legal-technical yangbenar danlengkap mengenaisejarahNegaraKepulauan
Indonesia.Hal ini tentunyaakanlebih mudahdicapai, melalui pembentukan
Pusat Studi Kajian HukumLaut,HukumInternasional danDelimitasi
Batas Maritim –
CenterofExcellence ontheLawoftheSeaandMaritimeDelimitation
FUNGSICENTEROFEXCELLENCE

1. PUSAT PELATIHAN, STUDI DAN KAJIAN MENGENAI HUKUM INTERNASIONAL, HUKUM LAUT,
DAN STUDI STRATEGIS BERKENAAN DENGAN MATERI HUKUM LAUT BAGI DELEGASI
PERUNDING BATAS LAUT INDONESIA YANG AKAN DIBEKALI DENGAN PENGETAHUAN.
DIHARAPKAN INDONESIA KEDEPAN DAPAT MENJADI ROLE MODEL DALAM NEGOSIASI BATAS
LAUTOLEHNEGARA KEPULAUAN LAINNYA;

2. SEBAGAI PUSAT UNTUK MENYIAPKAN DAN MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA, CALON
NEGOSIATOR BATAS LAUT YANG MAHIR, PROFESIONAL, HANDAL, KREATIF DAN INOVATIF DI
MASA DEPAN. NEGOSIATOR YANG PERLU DIBANGUN ADALAH YANG MEMILIKI KOMPETENSI
LEADERSHIP,TECHNICALEXPERT,POLITICAL STRATEGIST AND RECORDKEEPER;

3. SEBAGAI PUSAT UNTUK MENYUSUN STRATEGI DAN MEMBENTUK PERSEPSI UMUM DAN
MEMAHAMI GAGASAN TENTANG INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN TERBESAR,
SEHINGGA AKAN TERBANGUN SISTEM YANG KUAT GUNA MENDUKUNG KEPENTINGAN
NASIONAL YAKNI MEMPERTAHANKAN INTEGRITAS WILAYAH TERITORIAL INDONESIA
(NEGARAKESATUANREPUBLIK INDONESIA);
FUNGSICENTEROFEXCELLENCE

4. UNTUK MENCIPTAKAN TEMPAT BERKUMPULNYA PARA AHLI HUKUM LAUT,

HUKUM INTERNASIONAL, DAN AKADEMISI, UNTUK BERDISKUSI, MENGKAJI DAN
MENELURKAN IDE-IDE UNTUKMEMPERKAYA DANMENINGKATKAN DAYASAING
INTELEKTUAL SUMBER DAYA MANUSIA INDONESIA MENGENAIHUKUMLAUT DAN
BATASMARITIMNYA;

5. SECARA BERKESINAMBUNGANMEMASTIKAN HASIL PENDIDIKAN, PENELITIAN

DANKAJIAN CENTEROFEXCELLENCE INIDAPAT BERMANFAAT SECARA LUAS
UNTUK KEPENTINGAN RAKYAT BANYAK SEBAGAI BENTUK DARI PENGABDIAN
MASYARAKAT UNIVERSITASDIPONEGORO;

6. DENGAN PERKEMBANGAN OTONOMI DAERAH, PUSAT KAJIAN INI JUGA BISA

MEMBERIKAN KONTRIBUSI DALAM PENETAPAN BATAS MARITIMDAERAH DAN
MEMFASILITASI PENYELESAIAN SENGKETA BATAS LAUT DAERAH DENGAN
MENGACUKEPADA UUNO.23TAHUN2014;DAN TERAKHIR
FUNGSICENTEROFEXCELLENCE

7. CENTEROFEXCELLENCE DAPATDIJADIKANTEMPAT MELAKUKAN NEGOSIASI(NEGOTIATION

VENUE)BATASLAUT ANTARA INDONESIA DAN NEGARA TETANGGA,DIMANA KESEMPATAN INI
DAPAT DIJADIKAN INKUBATOR PELATIHAN DAN PRAKTEK NEGOSIASIBATAS LAUTBAGIPARA
CALON NEGOSIATORBATASLAUT;

8. UNTUK DAPAT MEWUJUDKAN PUSAT KAJIAN INI, KIRANYA UNDIP PERLU MENINGKATKAN DAN
MEMPERTAJAM KERJASAMA INTERNASIONALNYA DENGAN PUSAT-PUSAT KAJIAN DAN INDUSTRI-
IDUSTRI TERKAIT MARITIM, SEHINGGA DIHARAPKAN NANTINYA DAPAT MEMBANTU MENCERTAK
SARJANA HUKUM, YANG TIDAK HANYA QUALIFIED DALAM ILMUNYA NAMUN JUGA SIAP
MENGHADAPI REVOLUSI4.0;DAN TERAKHIR

9. PUSAT PELATIHAN STUDIDAN KAJIAN INIMERUPAKAN SALAH SATUUPAYA UNIVERSITAS

DIPONEGORODALAM MELAKSANAKAN MANDATTRIDHARMAPERGURUANTINGGI.

10. MENCIPTAKAN SINERGI NASIONAL UNTUK SEMUA STAKE-HOLDERS

 TERIMAKASIH

Prof.Dr.EddyPratomo,S.H.,M.A.