Anda di halaman 1dari 13

TINJAUAN PUSTAKA

ASFIKSIA NEONATORUM
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan
bernapas secara spontan dan teratur pada saat
lahir atau beberapa saat setelah lahir yang
ditandai dengan keadaan PaO2 di dalam darah
rendah (hipoksemia), hiperkarbia (Pa CO2
meningkat) dan asidosis.
APGAR SKOR
Klinis 0 1 2
Detak jantung Tidak ada < 100 x/menit >100x/menit
Pernafasan Tidak ada Tak teratur Tangis kuat
Refleks saat jalan nafas Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin
dibersihkan
Tonus otot Lunglai Fleksi Fleksi kuat
ekstrimitas gerak aktif
(lemah)
Warna kulit Biru pucat Tubuh merah Merah
ekstrimitas seluruh
biru tubuh
Nilai 0-3 : Asfiksia berat
Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
Nilai 7 : Asfiksia Ringan
Nilai 8-10 : Normal
Pemeriksaan penunjang :

• Foto polos dada


• USG kepala
• Laboratorium : darah rutin, analisa gas
darah, serum elektrolit
Uji kembali efektifitas :
• Ventilasi
• Kompresi dada
• Intubasi Endotrakeal
• Pemberian epinefrin
• Pertimbangkan kemungkinan :
Hipovolemia, Asidosis metabolik
berat
Komplikasi
• Otak : hipoksik iskemik ensefalopati,
edema serebri, palsi serebralis
• Jantung dan paru : hipertensi pulmonal
persisten pada neonatus, perdarahan
paru, edema paru
• Gastrointestinal : enterokolitis nekrotikans
• Ginjal : tubular nekrosis akut, SIADH
• Hematologi : DIC
INFEKSI NEONATAL

DefInisi Sepsis Neonatorum


Sepsis bakterial pada neonatus adalah sindrom klinis
dengan gejala infeksi sistemik dan diikuti dengan
bakteremia pada bulan pertama kehidupan (Gomella,
2004). Dalam sepuluh tahun terakhir terdapat beberapa
perkembangan baru mengenai definisi sepsis. Salah
satunya menurut The International Sepsis Definition
Conferences (ISDC,2001), sepsis adalah sindrom klinis
dengan adanya Systemic Inflammatory Response
Syndrome (SIRS) dan infeksi. Sepsis merupakan suatu
proses berkelanjutan mulai dari infeksi, SIRS, sepsis,
sepsis berat, renjatan/syok septik, disfungsi multiorgan,
dan akhirnya kematian (Dep. Kes RI, 2008).
Klasifikasi Sepsis Neonatorum (Dep. Kes RI,
2008)

Dini Lambat

Awitan <72 jam >72 jam


Lingkungan
Sumber Infeksi Jalan lahir
(nosokomial)
Infeksi pada neonatus dapat terjadi antenatal, intranatal
dan pascanatal. Lintas infeksi perinatal dapat digolongkan
sebagai berikut:
Infeksi Antenatal.
Infeksi antenatal pada umumnya infeksi
transplasenta, kuman berasal dari ibu, kemudian melewati
plasenta dan umbilikus dan masuk ke dalam tubuh bayi
melalui sirkulasi bayi. Infeksi bakteri antenatal antara lain
oleh Streptococcus Group B. Penyakit lain yang dapat
melalui lintas ini adalah toksoplasmosis, malaria dan sifilis.
Pada dugaan infeksi tranplasenta biasanya selain skrining
untuk sifilis, juga dilakukan skrining terhadap TORCH
(Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes).
Infeksi Intranatal
Infeksi intranatal pada umumnya merupakan infeksi
asendens yaitu infeksi yang berasal dari vagina dan
serviks. Karena ketuban pecah dini maka kuman dari
serviks dan vagina menjalar ke atas menyebabkan
korionitis dan amnionitis. Akibat korionitis, maka infeksi
menjalar terus melalui umbilikus dan akhirnya ke bayi.
Selain itu korionitis menyebabkan amnionitis dan liquor
amnion yang terinfeksi ini masuk ke traktus respiratorius
dan traktus digestivus janin sehingga menyebabkan infeksi
disana (Monintja, 1997).
Infeksi Pascanatal
Infeksi pascanatal pada umumnya akibat infeksi
nosokomial yang diperoleh bayi dari
lingkungannya di luar rahim ibu, seperti
kontaminasi oleh alat-alat, sarana perawatan dan
oleh yang merawatnya. Kuman penyebabnya
terutama bakteri, yang sebagian besar adalah
bakteri Gram negatif. Infeksi oleh karena kuman
Gram negatif umumnya terjadi pada saat perinatal
yaitu intranatal dan pascanatal (Monintja, 1997).
Gejala klinik
• Gejala umum: bayi tidak kelihatan sehat (not doing well),
tidak mau minum, kenaikan suhu tubuh, penurunan suhu
tubuh dan sclerema.
• Gejala gastrointestinal: muntah, diare, hepatomegali dan
perut kembung
• Gejala saluran pernafasan: dispnea, takipne dan sianosis.
• Gejala sistem kardiovaskuler: takikardia, edema, dan
dehidrasi.
• Gejala susunan saraf pusat: letargi, irritable, dan kejang.
• Gejala hematologik: ikterus, splenomegali, petekie, dan
perdarahan lain.
komplikasi
• Meningitis
• Neonatus dengan meningitis dapat menyebabkan
terjadinya hidrosefalus dan/atau leukomalasia
periventrikular
• Pada sekitar 60 % keadaan syok septik akan
menimbulkan komplikasi acut respiratory distress
syndrome (ARDS).
• Komplikasi yang berhubungan dengan penggunaan
aminoglikosida, seperti ketulian dan/atau toksisitas pada
ginjal.
• Komplikasi akibat gejala sisa atau sekuele berupa defisit
neurologis mulai dari gangguan perkembangan sampai
dengan retardasi mental
• Kematian

Anda mungkin juga menyukai