Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN TUTORIAL 2

MODUL ILMU BEDAH


TRIGGER 2
“AKIBAT KECELAKAAN MOTOR”

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
TUTOR 2

FASILITATOR : DR. NILAS WARLEM, SPP


• KETUA : M. KEVIN. Z (15-010)
• SEKRETARIS : MUHAMMAD ZUHDI (15-011)
• ANGGOTA : ANGGITA AMANDA (15-009)
NIA SATILA ZARI (15-012)
VUDHYA ULHAQ KAFRAWI (15-013)
JELY SAFITRI (15-014)
APRINA MAYANG SARI (15-016)
Triger 2. Akibat kecelakaan motor
Seorang pasien laki-laki, berumur 32 tahun, dibawa ke unit gawat darurat RS kota padang
dengan luka robek dibagian samping kiri-atas kepala. Pasien sebelumnya dibonceng sepeda motor
tanpa helm, lalu sepeda motor bersenggolan dengan motor lain dari arah berlawanan. Pasien terjatuh
dengan kepala membentur tepi trotoar jalan, saat kejadian pasien masih sadar dan bisa berjalan, lalu
dibawa ke puskesmas terdekat untuk penjahitan luka. Beberapa menit saat penjahitan luka, pasien
tampak mengantuk dan sulit dibangunkan sehingga pasien dirujuk ke RS kota padang.
Setiba di unit gawat darurat RS kota padang, dokter jaga triase melakukan pemeriksaan,
didapatkan tensi 160/ /80 mmhg, nadi 58 kali/menit, nafas 22 kali/menit, nilai GCS = E3M5V4 = 12,
pupil bulat anisokor kiri 3/5 mm, reflek cahaya kiri menurun, hemiparese sisi kanan. Ditemukan luka
robek region temporo-parietal kiri ukuran 5x3x1 cm, dasar tulang tengkorak yang patah.
Selanjutnya dokter jaga triase melakukan informed consent pada keluarga untuk pemeriksaan
CT scan kepala dan didapatkan patah tulang kepala disertai perdarahan diantara tengkorak dan lapisan
duramater. Pasien segera dikonsulkan pada dokter spesialis bedah saraf untuk penatalaksaan
selanjutnya.
STEP 1 : CLARIFY UNFAMILIAR TERMS
1. Anisokor : Pupil yang tidak sama ukurannya
2. Informed consent : Izin untuk melakukan suatu tindakan kepada pasien
STEP 2 : DEFINE THE PROBLEM
1. Apakah tanda dan gejala yang di alami pasien ?
2. Apa pemeriksaan fisik & penunjang yang di lakukan pada pasien?
3. Apakah penanganan pertama pada korban cedera kepala?
4. Apa diagnosa kerjanya ?
5. Apa diagnosa bandingnya ?
6. Apa penatalaksanaan yang di lakukan pada pasien?
7. Apa saja kemungkinan komplikasi yang terjdi ?
8. Apa indikasi dalam merujuk pasien ?
STEP 3 : BRAINSTROM POSSIBLE HYPOTESIS OR
EXPLANATION
1. -Luka robek dibagian samping kiri-atas kepala karna kecelakaan
-Setelah kecelakaan pasien masih sadar dan bisa berjalan,
-Beberapa menit saat penjahitan luka, pasien tampak mengantuk dan sulit
dibangunkan
2. Pemeriksaan fisik :
• Tensi 160/ /80 mmhg
• Nadi 58 kali/menit
• Nafas 22 kali/menit
• Nilai GCS = E3M5V4 = 12
• Pupil bulat anisokor kiri 3/5 mm
• Reflek cahaya kiri menurun
• Hemiparese sisi kanan
• Ditemukan luka robek region temporo-parietal kiri ukuran 5x3x1 cm, dasar tulang tengkorak
yang patah.
Pemeriksaan penunjang : CT-scan kepala & MRI
3. -Air ways
-Breathing
-Circulation
-Disability
-Eksposure
-Bersihkan luka
-Hentikan perdarahan
4. Perdarahan intrakranial - Epidural hematoma
5. Perdarahan intrakranial - Subdural hematoma
6. -Memperbaiki/mempertahankan fungsi vital
-Mengurangi oedem otak
-Menghilangkan rasa nyeri (kortikosteroid&analgetik)
7. Herniasi Otak
8. -Keadaan pasien memburuk
-Kurangnya fasilitas
-Bukan merupakan kompetensi dokter umum
STEP 4 : ARRANGE EXPLANATION INTO A TENTATIVE
SOLUTION

ILMU BEDAH

Analisa Kasus

Laki-laki, 32th

Pemeriksaan fisik &


Anamnesa
penunjang

Diagnosa kerja Diagnosa Banding


STEP 5 : DEFINE LEARNIANG OBJECTIVE
1. Analisa kasus
2. Pemeriksaan fisik dan penunjang
3. Diagnos kerja :
a. Epidemiologi
b. Definisi & klasifikasi
c. Etiologi
d. Patafisiologi
e. Tanda & gejala
f. Penatalaksanaan
g. Komplikasi
h. Prognosa
4. Pemeriksaan neurologi
• GCS
STEP 7 :SHARE THE RESULT GATHERING INFORMASI
AND PRIVATE STUDY
1. Analisa kasus
Anamnesa
• Nama : tn.X
• Jenis Kelamin: Laki-Laki
• Umur : 32 tahun
• Keluhan utama : Luka robek dibagian samping kiri-atas kepala karna kecelakaan
• Keluhan lain :
• Beberapa menit saat penjahitan luka, pasien tampak mengantuk dan sulit dibangunkan
2. Pemeriksaan fisik :
• Tensi :160/80 mmhg
• Nadi :58 kali/menit
• Nafas :22 kali/menit
• Nilai GCS = E3M5V4 = 12
• Pupil bulat anisokor kiri 3/5 mm
• Reflek cahaya kiri menurun
• Hemiparese sisi kanan
• Ditemukan luka robek region temporo-parietal kiri ukuran 5x3x1 cm, dasar tulang tengkorak
yang patah.

Pemeriksaan penunjang :
• CT scan kepala: Patah tulang kepala disertai perdarahan diantara tengkorak dan lapisan
duramater.
PERDARAHAN INTRAKRANIAL
• EPIDEMIOLOGI
Cedera kepala merupakan penyebab kematian terbanyak usia 15 – 44 tahun dan
merupakan penyebab kematian ketiga untuk keseluruhan. Di negara berkembang seperti indonesia,
seiring dengan kemajuan teknologi dan pembangunan frekuensinya cenderung makin meningkat.
Cedera kepala berperan pada hampir separuh dari seluruh kematian akibat trauma, mengingat
bahwa kepala merupakan bagian yang tersering dan rentan terlibat dalam suatu kecelakaan.
PERDARAHAN INTRAKRANIAL
• DEFINISI
Perdarahan intrakranial adalah perdarahan di dalam tulang tengkorak. Perdarahan bisa
terjadi di dalam otak atau di sekeliling otak.
Setiap perdarahan akan menimbulkan kerusakan pada sel-sel otak. Ruang di dalam tulang
tengkorak sangat terbatas, sehingga perdarahan dengan cepat akan menyebabkan bertambahnya
tekanan dan hal ini sangat berbahaya.
PERDARAHAN INTRAKRANIAL
KLASIFIKASI :

1. Epidural Hematoma
Perdarahan antara permukaan dalam
tengkorak dan lapisan luar duramater.
Umumnya terkait dengan riwayat trauma dan
terkait patah tulang tengkorak.
• Etiologi :
• fraktur,akibat trauma kapitis,tengkorak
retak.
• Robeknya arteri meningea media.
EPIDURAL HEMATOMA
• Patogisiologi
EPIDURAL HEMATOMA
• Tanda & Gejala :
• Pada fase awal tidak menunjukan gejala/tanda
• Setelah hematom membesar terlihat tanda tekanan intrakranial meningkat yaitu :
sakit kepala, mual, muntah, dan hilang kesadaran.
• Gejala neurologik: pupil mata anisokor, reflek cahaya menurun.
• Penatalaksanaan :
• Trepanasi - evakuasi hematom
• Menghentikan perdarahan
EPIDURAL HEMATOMA
• Komplikasi : Herniasi otak
• Prognosa :
• Mortalitas 20% -30%
• Sembuh dengan defisit neurologik 5% - 10%
• Sembuh tanpa defisit neurologik
PERDARAHAN INTRAKRANIAL
KLASIFIKASI :

2. Subdural Hematoma
Adalah perdarahan yang terjadi diantara
duramater dan araknoid.
• Etiologi:
• Trauma kepala.
• Robeknya vena cerebral / pembuluh darah
kortikal
SUBDURAL HEMATOMA
• Patofisiologi
Trauma kepala akselerasi & deselerasi otak robeknya pem. Darah kortikal
perdarahan penggumpalan darah memisahkan duramater dan araknoid.
• Tanda & Gejala :
• Gejala yang timbul tidak khas dan merupakan manisfestasi dari peninggian tekanan
intrakranial seperti : sakit kepala, mual, muntah, vertigo, papil edema, diplopia akibat
kelumpuhan n. III, epilepsi, anisokor pupil, dan defisit neurologis lainnya.
PERDARAHAN INTRAKRANIAL
• Penatalaksanaan:
• Trepanasi - evakuasi hematom
• Komplikasi :
• Hemiparese/hemiplegia.
• Disfasia/afasia
• Epilepsi.
• Prognosa :
• Sembuh tanpa gangguan neurologi sekitar 50%-80%.
• Sembuh dengan gangguan neurologi sekitar 20%-50%.
PERDARAHAN INTRAKRANIAL
KLASIFIKASI :
3. Intraserebral Hematom
Adalah perdarahan yang terjadi didalam jaringan otak, paling banyak terjadi di lobus
frontalis atau temporalis, dan tidak jarang di temukan multiple.
• Etiologi :
• Trauma kepala.
• Hipertensi.
• Malformasi arteriovenosa.
• Aneurisme
INTRASEREBRAL HEMATOMA
• Tanda & gejala :
• Sakit kepala
• Mual dan muntah
• Letargi atau kebingungan
• Kelemahan mendadak atau mati rasa pada wajah , lengan atau kaki , biasanya pada satu
sisi
• Penurunan kesadaran
• Kejang
INTRASEREBRAL HEMATOMA
• Penatalaksanaan :
• Setelah penyebab dan lokasi perdarahan diketahui, perawatan medis atau bedah
dilakukan untuk menghentikan pendarahan, menghilangkan bekuan, dan meringankan
tekanan pada otak.
• Umumnya, pasien dengan perdarahan kecil (<10 cm3) dan defisit minimal diperlakukan
secara medis.
• Pasien dengan perdarahan cerebellar (> 3 cm3) yang memburuk atau yang memiliki
kompresi batang otak dan hidrosefalus diperlukan pembedahan untuk menghapus
hematoma sesegera mungkin.
• Pasien dengan perdarahan lebar besar (50 cm3) yang memburuk biasanya menjalani
operasi pengangkatan hematoma.6
INTRASEREBRAL HEMATOMA
• Komplikasi :
• Oedem serebri, pembengkakan otak
• Kompresi batang otak, meninggal
• Prognosa :
• Mortalitas 20%-30%
• Sembuh tanpa defisit neurologis
• Sembuh denga defisit neurologis
4. Pemeriksaan neurologi
• GCS
GCS yaitu skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien, (apakah pasien
dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan yang
diberikan.
Respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka mata ,
bicara dan motorik. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka
1 – 6 tergantung responnya.
Selanutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu E4V5M6 dan
terendah adalah 3 yaitu E1V1M1.
Respon motor terbaik
6
5 Mengikuti perintah
4 Terlokalisasi pada rasa sakit
3 Terjadi efek penarikan dari rasa sakit
2 Fleksi abnormal
1 Ekstensi abnormal
Tidak ada pergerakan

Respon verbal terbaik


5
4 Terorientasi dan tepat
3 Percakapan yang membingungkan
2 Tidak tepat
1 Suara yang tidak dapat dimengerti
Tidak

Pembukaan mata
4
3 Spontan
2 Terhadap pembicaraan
1 Terhadap rasa sakit
Tidak ada pembukaan mata
Interpretasi hasil :
A. GCS 15-14 : compos mentis
B. GCS 13-12 : apatis
C. GCS 11-10 : delirium
D. GCS 9-7 : somnolen
E. GCS 6-5 : sopor
F. GCS 4 : semi-coma
G. GCS 3 : coma
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil diskusi tutor 2 kami bendiagnosa pasien dengan “Fractur Tulang Tengkorang
Disertai Perdarahan Intrakranial – Epidural Hematoma” diagnosa di buat dari tanda dan gejala yang ada
serta di tunjang dengan pemeriksaan fisik dan penunjang yaitu hasil CT scan kepala: patah tulang kepala
disertai perdarahan diantara tengkorak dan lapisan duramater. dimana terdapat beberapa tingkat
pengobatan yang bisa di lakukan untuk membantu memulihkan kondisi pasien.
DAFTAR PUSTAKA

• SJAMSUHIDAYAT R, WIN DE JONG,2004.BUKU AJAR ILMU BEDAH.JAKARTA: SALAEMBA


MEDICA

Anda mungkin juga menyukai