Anda di halaman 1dari 72

Pemicu 4

Kelompok 14
Sistem Hepatobilier
• Tutor : dr. Alya
• Ketua :Yohanes Firmansyah (405120051)
• Sekretaris :Alicia Angelina (405130077)
• Penulis :Sharanjit (405130221)
• Anggota:
– Ade Fitriyani (405120134)
– Elsiana Laurencia (405120214)
– Christopher Lauren (405130020)
– Felix Setiawan (405130093)
– Eric Winata (405130166)
– Maria (405130176)
– Truelly Juniette (405130164)
– Melinda Valeria (405130087)
– Carissa Octaviani (405120090)
– Risky (405130134)
Sakitnya hatiku
Seorang laki-laki 30 thn datang ke praktik umum dengan keluhan
nyeri pada perut kanan atas dan demam sejak 3 hari yang lalu.
Keluhan disertai mual dan muntah, nafsu makan menurun. 2
minggu yang lalu pasien diare selama 3-4 hari, sembuh dengan
obat warung.
Pada PF didapat suhu 37,8˚C, skelra anikterik. Hepar teraba dua
jari di bawah arcus costae, nyeri tekan (+).
Hasil Lab didapatkan Hb: 14g/dL, leukosit: 12.000/mm³, hitung
jenis basofil : 0, eusinofil : 10, neutrofil batang : 2, neutrofil
segmen : 60, limfosit : 20,monosit : 8, bilirubin total : 0,4mg/dL,
ALT/SGPT : 45 U/L, AST/ SGOT : 42 U/L. GGT : 25, fosfatase alkali :
40 U/L.
USG abdomen : satu buyah lesi hipoechoid heterogen, bulat
batas tegas, diameter 7,5 cm pada lobus kanan.
Review

• Laki 30 th • PF: • DD:


Nyeri perut kanan Suhu 37,8˚C Abseb pyogenik
Demam sejak 3 hari Sklera anikterik Kista
Mual, muntah, nafsu makan Nyeri tekan keganasan

PP:
Leukosit ↑
Eusinofilia ↑ --- infk mikroba
SGPT, SGOT ↑ --- msalah hati

USG :
1 lesi hipoechoid
hetererogen, batas tegas,
diameter 7,5 cmdi lobus
kanan
Learning Objective
• Abses Hepar Amubik
• Abses Hepar Pyogenik
• Abses Hepar Karena Penyebab Lain
• Balantidium Coli
ABSES HEPAR AMUBIK
ABSES HEPAR AMUBIK
• Amebiasis ekstraintestinal yang paling umum
• Akumulasi nekroinflamasi purulen di parenkim
hepar, yang disebabkan oleh amuba (terutama
Entamoeba histolytica)
• Lesi biasanya soliter
• Sering kali ditemukan di lobus kanan hepar
– Lobus kiri hepar → 5 – 21% kasus

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 6th ed. Jakarta:
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
Dutta A, Bandyopadhyay S. Management of liver abscess. 2012: 469-75.
PREVALENSI ABSES HEPAR AMUBIK
• Sering diderita orang muda
• Rentang usia : 20 – 40 tahun
• Sering pada etnis Hispanik dewasa (92%)
• 3 – 10x lebih umum pada pria
• Jarang terjadi pada anak-anak
• Daerah endemis : Afrika, Asia Tenggara, Meksiko,
Venezuela, Kolombia → setelah berpergian ke
daerah endemis / emigrasi dari daerah endemis
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 6th ed. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
Dutta A, Bandyopadhyay S. Management of liver abscess. 2012: 469-75.
SIKLUS HIDUP Entamoeba
Histolytica

Diagnostic
parasite forms
Ukuran : 10 – 60 mikron Inti dalam endoplasma

Berkembang biak : Ektoplasma bening homogen,


belah pasang di tepi sel

STADIUM TROFOZOIT

Pseudopodium Endoplasma berbutir halus

PATOGEN, Patognomonik infeksi :


menyebar lewat aliran darah erythrophagocytosis
Dalam rongga usus besar, trofozoit menjadi precyst,
precyst membelah  inti 2  inti 4

Ukuran : 10 – 20 mikron Bulat / lonjong


Inti 2 - 4

STADIUM KISTA

Dapat bertahan dari


pengaruh buruk Benda kromatoid
di luar tubuh manusia. di endoplasma
Kista akan mati pada suhu
50°C

Tidak patogen Vakuol glikogen


tetapi INFEKTIF pada kista muda
Kista dikeluarkan bersama tinja
PATOGENESIS ABSES HEPAR AMUBIK
1. Infeksi (tertelan kista matang)
2. Kista melalui saluran cerna dan menjadi
trofozoit di usus besar
3. Trofozoit melekat ke sel epitel dan mukosa
kolon dengan Gal/GalNAc → invasi mukosa
4. Lesi awal : di mukosa caecum, kolon sigmoid,
dan rectum → mikroulserasi yang
mengeluarkan eritrosit, sel inflamasi, sel
epitel
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 6th ed. Jakarta:
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
PATOGENESIS ABSES HEPAR AMUBIK
5. Ulserasi meluas ke submukosa → ulkus khas
berbentuk botol (flask-shaped) → berisi
trofozoit di batas jaringan mati dan sehat
6. Organisme dibawa sirkulasi portal → hepar,
paru-paru, otak
7. Di hepar → Entamoeba histolytica
mengeluarkan enzim proteolitik histolisin (suatu
cysteine proteinase) → lisis jaringan pejamu
8. Terbentuk “well-demarcated abscess” berisi
jaringan nekrotik, di lobus kanan hepar
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 6th ed. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
Gandahusada S, Ilahude HHD, Pribadi W, editors. Parasitologi kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 1998.
PATOGENESIS ABSES HEPAR AMUBIK
9. Migrasi sel-sel PMN
10.Enzim proteolitik amuba menyebabkan lisis
PMN → destruksi jaringan

Abses hepar → debris; trofozoit pada tepi lesi

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 6th ed. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
FAKTOR RISIKO ABSES HEPAR AMUBIK
• Berpergian ke daerah endemis / tropis
• Keadaan imunosupresi (AIDS)
• Alkoholisme
• Keganasan
• Malnutrisi
• Penggunaan kortikosteroid
• Kelainan imunitas yang diperantarai sel (cell
mediated immunity)
• Homoseksual
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 6th ed. Jakarta:
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
Dutta A, Bandyopadhyay S. Management of liver abscess. 2012: 469-75.
FAKTOR YANG MEMENGARUHI
TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT
• Usia muda
• Kehamilan
• Malnutrisi
• Alkoholisme
• Penggunaan glukokortikoid
• Keganasan

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 6th ed. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
GEJALA DAN TANDA ABSES HEPAR AMUBIK

Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL. Sabiston textbook of surgery: the biological basis of modern surgical
practice. 19th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2012.
DIAGNOSIS ABSES HEPAR AMUBIK
• Anamnesis
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan penunjang

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 6th ed. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
PEMERIKSAAN FISIK ABSES HEPAR
AMUBIK
• Hepatomegali, terasa nyeri pada saat
dipalpasi
• Nyeri tekan terlokalisir
• Auskultasi
• Demam
• Ikterus (ringan&berat)

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 6th ed. Jakarta:
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
Dutta A, Bandyopadhyay S. Management of liver abscess. 2012: 469-75.
PEMERIKSAAN PENUNJANG ABSES
HEPAR AMUBIK
• Pemeriksaan laboratorium
• Tes serologi
• Pemeriksaan tinja
• Kultur darah
• Kultur cairan aspirasi
• Foto rontgen toraks
• Pencitraan (USG, CT scan, MRI) → tidak dapat
membedakan AHA dari AHP
• PCR → diagnosis molekuler
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 6th ed. Jakarta:
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
Dutta A, Bandyopadhyay S. Management of liver abscess. 2012: 469-75.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM ABSES
HEPAR AMUBIK
• Hiperbilirubinemia
• Leukositosis (75% kasus)
• ↑ transaminase serum dan AP → tidak
spesifik
• ↑ marker inflamasi akut

Dutta A, Bandyopadhyay S. Management of


liver abscess. 2012: 469-75.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM ABSES
HEPAR AMUBIK
• Aspirasi abses :
– Tidak rutin dilakukan untuk diagnosis → cukup dengan
gambaran USG dan pemeriksaan serologi (+)
– AHA → warna merah kecoklatan, berbau sedikit /
tidak berbau → “chocolate syrup” / “anchovy paste”
– Ditemukan trofozoit → 20% pasien yang dilakukan
aspirasi
• Jarang terdapat di materi nekrotik abses (tengah-tengah)
• Lebih banyak di dinding pembatas abses → ditemukan pada
bagian terakhir aspirat
– Pewarnaan gram → tidak terdapat bakteri, kecuali bila
terjadi infeksi sekunder (15 – 20% kasus)
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 6th ed. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
Dutta A, Bandyopadhyay S. Management of liver abscess. 2012: 469-75.
PEMERIKSAAN TINJA ABSES HEPAR
AMUBIK
• Dalam larutan saline (saline + iodine, saline +
metilen biru)
• Ditemukan kista Entamoeba histolytica
• Ditemukan trofozoit Entamoeba histolytica,
yang mengandung eritrosit (erythrophagocytic
trophozoites)
→ Terutama tidak lebih dari 30 menit setelah BAB
→ Indikasi kuat terjadi kelainan yang bersifat invasif
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 6th ed. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
Dutta A, Bandyopadhyay S. Management of liver abscess. 2012: 469-75.
FOTO RONTGEN TORAKS ABSES HEPAR
AMUBIK
• Atelektasis paru lobus kanan bawah
• Efusi pleura kanan
• Kenaikan hemidiafragma kanan
• Reaksi pleura → sudut costophrenicus kanan
menjadi tumpul

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 6th ed. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
Dutta A, Bandyopadhyay S. Management of liver abscess. 2012: 469-75.
Gambaran foto thorax dada memperlihatkan
pengangkatan hemidiafragma kanan pada lobus kanan
hepar
PEMERIKSAAN USG ABSES HEPAR
AMUBIK
• Non-invasif
• Sensitivitas tinggi (80 – 90%)
• Lesi hipoekoik

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 6th ed. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
Gambaran USG memperlihatkan abses
hepar amuba pada lobus kanan
CT SCAN ABDOMEN

Gambaran CT Scan Abdomen Pada Abses


Hepar Amuba
PEMERIKSAAN MRI ABSES HEPAR
AMUBIK
• Tidak lebih sensitif dibanding CT scan
• Dilakukan jika hasil masih meragukan dan
pasien intoleran terhadap kontras
• Potongan koronal / sagital

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 6th ed. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
PEMERIKSAAN SEROLOGI ABSES
HEPAR AMUBIK
• ELISA → paling sering dikerjakan
• Indirect hemagglutinin assay (IHA) → paling
sensitif (90%)
• Cellulose acetate precipitin
• Counterimmunoelectrophoresis
• Immunofluorescent antibody
• Rapid latex agglutination test
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 6th ed. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
Dutta A, Bandyopadhyay S. Management of liver abscess. 2012: 469-75.
PEMERIKSAAN SEROLOGI ABSES
HEPAR AMUBIK
• Harus diinterpretasikan dengan keadaan klinis
pasien → kadar antibodi serum mungkin masih
tinggi beberapa lama setelah perbaikan /
penyembuhan
– Pemeriksaan IHA → dapat tetap (+) hingga 20 tahun
• Sensitivitas tes +/- 95%, spesifisitas > 95%
• (-) palsu → mungkin terjadi dalam 10 hari
pertama infeksi → diulang setelah 10 hari
• (+) palsu → sering pada daerah endemis
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 6th ed. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
Dutta A, Bandyopadhyay S. Management of liver abscess. 2012: 469-75.
Robbins SL, Cotran RS. Robbins and cotran
atlas of pathology. 2nd edition.
Philadelphia: Saunders Elsevier; 2010.
KRITERIA DIAGNOSIS ABSES HEPAR
AMUBIK MENURUT SHERLOCK (2002)
• Adanya riwayat berasal dari daerah endemis
• Pembesaran hepar pada laki-laki muda
• Respon baik terhadap metronidazole
• Leukositosis tanpa anemia pada riwayat sakit
yang tidak lama dan leukositosis dengan
anemia pada riwayat sakit yang lama

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 6th ed. Jakarta:
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
KRITERIA DIAGNOSIS ABSES HEPAR
AMUBIK MENURUT SHERLOCK (2002)
• Ada dugaan amebiasis pada pemeriksaan foto
toraks PA dan lateral
• Pada pemeriksaan scan didapatkan filling
defect
• Tes fluorescent antibodi anti amuba (+)

Bila ke-7 kriteria terpenuhi → diagnosis AHA


sudah hampir pasti dapat ditegakkan
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 6th ed. Jakarta:
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
DIAGNOSIS BANDING ABSES HEPAR
AMUBIK
• Kista hidatid hepar • Kolangitis
• Keganasan pada hepar • Kolesistitis
• AHP • Apendisitis
• Hepatitis viral
• Kelainan paru primer

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 6th ed. Jakarta:
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL. Sabiston textbook of surgery: the biological basis of modern surgical
practice. 18th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2008.
TATALAKSANA ABSES HEPAR AMUBIK
• Terapi farmakologis saja
• Aspirasi dituntun USG + farmakologis
• Drainase perkutan dengan kateter + farmakologis
• Laparotomi, drainase, dan farmakologis

KRITERIA TATALAKSANA FARMAKOLOGI


ABSES HEPAR AMUBIK
• Abses tidak berkomplikasi
• Tidak ada tanda-tanda ruptur abses
• Abses tidak menyebabkan efek kompresi
Dutta A, Bandyopadhyay S. Management of
liver abscess. 2012: 469-75.
TATALAKSANA ABSES HEPAR AMUBIK

Dutta A, Bandyopadhyay S. Management of


liver abscess. 2012: 469-75.
TATALAKSANA NONFARMAKOLOGI
ABSES HEPAR AMUBIK
• Aspirasi jarum perkutan → tidak rutin
dilakukan untuk tatalaksana
• Drainase perkutan
• Drainase secara operasi
• Reseksi hepar

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 6th ed. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
Dutta A, Bandyopadhyay S. Management of liver abscess. 2012: 469-75.
TATALAKSA ABSES HEPAR AMUBIK
BERDASARKAN KESEPAKATAN PEGI
DAN PPHI (1996)
• Abses hepar dengan diameter 1 – 5 cm →
farmakoterapi; bila respon (-) → aspirasi
• Abses hepar dengan diameter 5 – 8 cm→
terapi aspirasi berulang
• Abses hepar dengan diameter >=8 cm →
drainase perkutan

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 6th ed. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
KOMPLIKASI ABSES HEPAR AMUBIK
• Ruptur abses ke dalam :Regio toraks,
Perikardium, Peritoneum
• Infeksi sekunder
• Lainnya (jarang)

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 6th ed. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
PENCEGAHAN ABSES HEPAR AMUBIK
• Sanitasi yang memadai
• Pemberantasan karier kista
• Pada daerah berisiko ↑ :
– Menghindari konsumsi sayur dan buah yang tidak
dikupas
– Penggunaan air kemasan
• Kebersihan perorangan (personal hygiene)
• Kebersihan lingkungan (environmental
sanitation)
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 6th ed. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
PROGNOSIS ABSES HEPAR AMUBIK
• Dapat disembuhkan
• Angka kematian → <1% bila tidak ada penyulit
• Penyulit → angka mortalitas ↑
• Penegakkan diagnosis yang terlambat →
timbul penyulit : abses ruptur → angka
kematian ↑

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 6th ed. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
Dutta A, Bandyopadhyay S. Management of liver abscess. 2012: 469-75.
Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM,
Mattox KL. Sabiston textbook of surgery:
the biological basis of modern surgical
practice. 19th ed. Philadelphia: Saunders
Elsevier; 2012.
ABSES HEPAR PYOGENIK
Abses hati piogenik
PATOGENESIS
• Penyebaran hematogen /secara langsung dari tempat
terjadinya infeksi di dalam rongga peritoneum.
• Hati menerima darah dari sirkulasi vena portal 
terinfeksinya hati oleh karena paparan bakteri yang
berulang.
• Penyakit sistem biliaris  obstruksi aliran empedu 
proliferasi bakteri tekanan dan distensi kanalikuli
akan melibatkan cabang-cabang dari vena portal dan
limfatik  formasi abses filebitis. Mikroabses yang
terbentuk menyebar secara hematogen sehingga
terjadi bakterimia sistemik.
• Penetrasi akibat trauma tumpul  nekrosis hati,
perdarahan intrahepatik dan terjadi kebocoran
saluran empedu  kerusakan dari kanalikuli
masuknya bakteri ke hati  terjadi pertumbuhan
bakteri dengan proses supurasi dan pembentukan
pus.
• Lobus kanan hati lebih sering terjadi AHP karena
menerima darah dari arteri mesenterika superior dan
vena porta sedangkan lobus kiri menerima darah dari
arteri mesenterika inferior dan aliran limfatik.
Manifestasi Klinis
Pemeriksaan fisik
• Demam sedang sampai tinggi
• Palpasi: hepatomegali
• Nyeri tekan
• Diperberat dengan pegerakan abdomen
• Splenomegali  kronik
• Bisa didapatkan asites, ikterus dan tanda-tanda
hipertensi portal
Pemeriksaan penunjang: Lab
• Leukositosis yang tinggi (shift to the left)
• Anemia
• LED ↑
• ALP ↑
• enzim transaminase dan serum bilirubin ↑
• Trombin time yang memanjang
• Tes serologi: menyingkirkan diagnosis banding
• Kultur darah  GOLD STANDARD (untuk
menegakkan diagnosa jika penyebabnya bakterial)
Pemeriksaan penunjang: Rontgen
• Diafragma kanan ↑
• Efusi pleural
• Ateletaksis basiler
• Empiema/abses paru
• Foto toraks PA: sudut kardiofrenikus tertutup
• Lateral: sudut kostofrenikus tertutup
• Di bawah diafragma terlihat udara atau bayangan air
fluid level
• Abses lobus kiri akan mendesak kurvatura minor
Pemeriksaan penunjang
• Abdominal CT-Scan
• USG
• Ultrasound Guided Aspirate for Culture and Special
Stains
• Gallium dan technectium radionuclide scanning
– CT scan
CT scan dari abses hepar. Tampak
septum abses yang luas pada
lobus kanan.

CT scan dari abses hepar. Tampak


abses anterior yang luas pada lobus
kiri.

CT Scan Abdomen Pada Abses Hepar Piogenik.


Tampak abses multifokal
Histopatologi Abses Piogenik
Penatalaksanaan
1. Drainase perkutaneus abses intraabdominal dengan tuntunan USG
abdomen atau CT  tindakan bedah
2. Antibiotika
I. Penisilin
II. kombinasi dengan ampisilin, aminoglikosida atau sefalosporin
gen III dan klindamisi atau metronidazol
 Jika dalam waktu 48-72 jam, blm ada perbaikan klinis dan
laboratoris, maka antibiotika yang digunakan diganti sesuai
dengan hasil kultur sensitivitias aspirat abses hati
– Pengobatan secara parenteral dapat dirubah menjadi oral
setelah pengobatan parenteral setelah 10-14 hari, kemudian
dilanjutkan kembali hingga 6 minggu kemudian.
Tata laksana (Surgery) :
• Abses multipel :
- Bukan indikasi untuk pembedahan
- Pengobatannya dengan pemberian antibiotik
atau pungsi

Buku Ajar Ilmu Bedah. Sjamsuhidajat, de


Jong. Ed 3.EGC
Komplikasi
• Septikemia / bakterimia  mortalitas 85%
• Ruptur abses hati disertai peritonitis generalisata
 mortalitas 6-7%
• Kelainan pleuropulmonal
• Gagal hati
• Perdarahan ke dalam rongga abses
• Hemobilia
• Empiema
• Fistula hepatobronkial
• Ruptur ke dalam perikard atau retroperitoneum
Prognosis
• Mortalitas AHP setelah diterapi antibiotika yg
sesuai dgn penyebab & dilakukan drainase  10-
16%
• Prognosis buruk jika
– Keterlambatan diagnosis & pengobatan
– Hasil kultur darah yg memperlihatkan bakterial
penyebab multipel
– Tdk dilakukan drainase
– Ikterus
– Hipoalbuminemia
– Efusi pleural / penyakit lain
Perbedaan AHP dan AHA
Abses Hati Piogenik Abses Hati Amebik
Masa inkubasi 1-16 minggu 1-12 minggu
Demam Tinggi Derajat rendah
Toksisitas Dapat terlihat jelas Minimal atau tidak
ada
Hati
Nyeri tekan Biasa Bervariasi, mungkin
interkostal
Pembengkakkan Tidak sering Sering
Ikterus 25% 5%
Jari tabuh Bila kronik Tidak pernah ada
Abses Hati Piogenik Abses Hati Amebik
Kejadian Infeksi / Disentri pada 20%
sebelumnya pembedahan intra-
abdomen
Mikroskopik tinja normal Kista/trofozoit E.
histolytica pada 15%
Kultur darah + pada 34% -
Aspirat abses
Gram + -
Kultur + -
Trofozoit - Kadang-kadang +
Serologi amoebik - +
Jumlah abses Multipel pada 35% Jarang multipel
ABSES HEPAR KARENA PENYEBAB
LAIN
Abses Cholangitis
• Biasanya akibat sebuah batu dalam ductus
choledochus
• Abses mengikuti jalannya saluran empedu
• Hati biasanya besar dan absesnya
mengandung nanah berwarna empedu,
biasanya lebih besar dari abses piogenik atau
abses amoeba
Abses Hati Fungal
• Tanda dan gejala sama dengan abses pyogenik
• Biasanya pada pasien immunocompromised atau
neutropenic.
• Gejala timbul saat sistem imun membaik (saat
jumlah neutofil mulai meningkat)

TATALAKSANA
• Amphotericin B (AmBisome)
• Fluconazole (Diflucan)
• Sintetik oral antifungal (spektrum luas bistriazole)
selektife inhibitor sitokrom fungal P-450 dan sterol C-
14 alpha-demethylation.
Abses Actinomycosis

• Penyebab jamur Actinomycotic Abscess


• Merupakan penyebaran dari lesi – lesi usus
melalui v.porta  ke hati
• Berbentuk abscess kecil & dari jumlanya
banyak
• R/ - anti actinomycotic
Kista Liver
• kantung abnormal berisi cairan di jaringan
hepar
• Dapat juga disebabkan oleh parasit
Echinococcus
• Tanda dan gejala biasanya tidak muncul.
Kecuali kista sudah berukuran besar, bisa
menimbulkan perasaan kembung (bloating)
dan nyeri perut kanan atas.
Kista Liver
• Komplikasi berupa gagal hati maupun kanker
hati jarang ditemukan
• Pemeriksaan penunjang dengan USG atau CT
scan. Pemeriksaan darah juga diperlukan
untuk menegakkan diagnosa penyebab
parasit.
• Penatalaksanaan dilakukan jika kista sudah
menimbulkan keluhan maupun menghambat
duktus yang menyalurkan sekresi hepar ke
intestin.
BALANTIDIUM COLI
Balantidium coli
PATOLOGI DAN GEJALA KLINIS INFEKSI
Balantidium coli
• Infeksi ringan → asimtomatik
• Stadium vegetatif di selaput lendir kolon
→ Abses-abses kecil yang kemudian pecah → ulkus
menggaung (kasus berat : ulkus → gangren)
→ Sindrom disentri (balantidiasis coli)
• Infeksi kronis (menahun) → diare diselingi
konstipasi, sakit perut, anoreksia, muntah,
cachexia
PATOLOGI DAN GEJALA KLINIS INFEKSI
Balantidium coli
• Ekstraintestinal :
– Peritonitis
– Uretritis
– Vaginitis (Italia)
– Paru-paru (Venezuela)
– Hepar → abses hepar (Ekuador, India)
DIAGNOSIS INFEKSI Balantidium coli
• Pemeriksaan tinja :
– Tinja encer → stadium vegetatif
– Tinja padat → bentuk kista

TERAPI INFEKSI Balantidium coli


• Metronidazole
• Iodokuinol
• Tetrasiklin
References
• Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Abses Hati Pyogenik
• E. Kuntz. Hepatology Principles and Practice. 2nd edition. Germany: Springer; 2006
• Fauci. Braunwald. Dkk. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th edition.
United State: The McGraw-Hills; 2008Acosta J, Adams CA, Alarcon LH, Anaya DA,
Ashley SW, et al, editors. Sabiston Textbook of Surgery. 18th ed. USA: Saunders
Elsevier, 2008
• Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, et al, editors.
Harrison’s Principle of Internal Medicine. 17th ed. USA: Mc Graw Hill Medical, 2008
• Gillespie SH, Pearson RD. Principles and Practice of Clinical Parasitology. UK: John
Wiley & Sons, 2001
• John DT, Petri WA. Merkell and Voge’s Medical Parasitology. 9th ed. USA: Saunders
Elsevier, 2006
• McPhee SJ, Papadakis MA. Current Medical Diagnosis and Treatment. USA: Mc
Graw Hill Medical, 2008
• http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000211.htm
• http://www.liverfoundation.org/abouttheliver/info/livercysts/

Kesimpulan
Kami telah mempelajari abses hepar amubik, abses hepar
piogenik, abses hebar karena penyebab lain, dan balantidium
coli

Anda mungkin juga menyukai