Anda di halaman 1dari 38

Laporan Kasus

1
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Departemen Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh – RSUCM

“Infeksi Mata Akibat Jamur”

Oleh :
Dara Ayu Ramadhani P, S.Ked Preseptor :
140611060 Dr. Halimatussakdiah Tj, Sp.M

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA


RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2019
2

BAB I
PENDAHULUAN
Bab 1: Pendahuluan 3

Bakteri

Infeksi Mata

Virus

Jamur

Parasit
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Anatomi Mata
Penyakit Infeksi Mata Akibat Jamur 6

Konjungtivitis Kandida

Konjungtivitis jamur lain

Keratitis jamur

Ulkus kornea akibat jamur

Uveitis akibat jamur

Retinitis Kandida

Endophthalmitis jamur
Konjungtivitis Kandida 7

• Disebabkan oleh Candida spp


(biasanya Candida albicans)

• infeksi yang jarang terjadi

• umumnya tampak sebagai bercak


putih

• Keadaan ini dapat timbul pada


pasien diabetes atau pasien yang
terganggu system imunnya, sebagai
konjungtivitis ulseratif atau
granulomatosa.
8
Tabel 1. Perbedaan gejala klinis konjungtivitis berdasarkan etiologi

Bakteri
Viral Non Jamur Alergi
Purulent
purulen
Secret Sedikit Penuh Sedikit Sedikit Sedikit
Air mata Banyak Sedang Sedang Sedikit Sedkit
Gatal Sedikit Sedikit Tak ada Tak ada Berat
Merah Merata Merata Terbatas Terbatas Merata
Kelenjar Membesar Jarang Membesar Membesar Normal
auricular
Pulasan Monosit Bakteri,PM Bakteri, Biasa (-) Eosinophil
limfosit N PMN (granula)
Sakit Kadang- Jarang
tenggorok kadang
demam
9

Konjungtivitis vernal
Konjungtivitis jamur
10
Pemeriksaan Tatalaksana

• Kerokan menunjukkan • amphotericin B (3-8


reaksi radang sel mg/mL) dalam larutan
polimorfonuklear air

• Organisme mudah
tumbuh pada agar
darah atau media
Sabouraud dan
mudah diidentifikasi
sebagai ragi bertunas
(budding yeast) atau
sebagai pseudohifa
(jarang).
Konjungtivitis jamur lain
11

Sporothrix schenckii Rhinosporidium seeberi Coccidioides immitis

• jarang, bisa mengenai • jarang, dapat mengenai • Jarang, menimbulkan


konjungtiva atau konjungtiva, saccus konjungtivitis
palpebral. J lacrimalis, palpebral, granulomatosa yang
• Jamur ini menimbulkan canaliculi, dan sclera. disertai KGB preaurikular
penyakit granulomatosa • Lesi khas berupa yang jelas (sindrom
yang disertai KGB granuloma polipoid yang okuloglandular Parinaud).
preaurikular yang jelas. mudah berdarah • merupakan manifestasi
• Pemeriksaan mikroskopik dengan trauma minimal. dari penyebaran infeksi
dari biopsy granuloma • Pemeriksaan histologic paru primer (demam San
menampakkan conidia menampakkan Joaquin Valley).
(spora) gram positif granuloma dengan • Penyakit yang menyebar
berbentuk cerutu spherule besar memberi prognosis buruk
terbungkus yang
mengandung endospore
myriad.
• Penyembuhan dicapai
dengan eksisi sederhana
dan kauterisasi pada
dasarnya.
Keratitis jamur 12
 Jamur berfilamen (filamentous fungi) : bersifat
Etiologi multiseluler dengan cabang-cabang hifa.

 Jamur bersepta : Furasium sp, Acremonium sp,


Aspergillus sp, Cladosporium sp, Penicillium sp,
Paecilomyces sp, Phialophora sp, Curvularia
sp, Altenaria sp.

 Jamur tidak bersepta : Mucor sp, Rhizopus sp,


Absidia sp.

 Jamur ragi (yeast) yaitu jamur uniseluler


dengan pseudohifa dan tunas : Candida
albicans, Cryptococcus sp, Rodotolura sp.

 Jamur difasik. Pada jaringan hidup


membentuk ragi sedang media pembiakan
membentuk miselium : Blastomices sp,
Coccidiodidies sp, Histoplastoma sp,
Sporothrix sp
Faktor resiko 13

Trauma ocular

Penggunaan kortikosteroid

Faktor resiko lainnya adalah konjungtivitis


vernal atau alergika, bedah refraktif insisional,
ulkus kornea neurotrofik yang disebabkan oleh
virus varicella zoster atau herpes simpleks,
keratoplasti, dan transplantasi membrane
amnion

Penyakit sistemik

Penggunaan lensa kontak


Manifestasi
Klinik 14

• Keluhan baru timbul setelah 5 hari atau 3


minggu kemudian.

• Pasien akan mengeluhkan sakit mata yang


hebat, berair dan silau.

• Pada mata akan tampat infiltrate yang


berhifa dan satelit bila terletak di dalam
stroma. Biasanya disertai dengan cincin
endotel dengan plaque tampak bercabang-
cabang, dengan endothelium plaq.
Pemeriksaan lab tatalaksana 15
• Px kerokan kornea (sebaiknya • Belum diidentifikasi jenis jamur
dengan spatula Kimura) yaitu penyebabnya : Topikal
dari dasar dan tepi ulkus amphotericin B 1,02,5 mg/ml,
dengan biomikroskop. thiomerosal (10 mg/ml),
• Kemudian dapat dilakukan natamycin > 10 mg/ml,
pewarnaan KOH, Gram, golongan imidazole.
Giemsa atau KOH + Tinta India, • Jamur berfilamen. Untuk
dengan angka keberhasilan golongan II : Topikal
masing-masing ± 20-30%, 50- amphotericin B, thiomerosal,
60%, 60-75% dan 80%. natamycin (obat terpilih),
• biopsi jaringan kornea dan imidazole (obat terpilih).
diwarnai dengan Periodic Acid • Ragi (yeast). Amphoterisin B,
Schiff atau Methenamine Silver natamycin, imidazole
• Nomarski differential • Golongan Actinomyces yang
interference contrast sebenarnya bukan jamur sejati.
microscope untuk melihat Golongan sulfa, berbagai jenis
morfologi jamur dari kerokan antibiotik.
kornea (metode Nomarski)
Ulkus kornea akibat jamur 16
Ulkus kornea oleh jamur akhir-akhir ini
Epidemiologi banyak ditemukan, hal ini dimungkinkan
oleh:
• Penggunaan antibiotika secara belebihan
dalam waktu yang lama atau pemakaian
kortikosteroid jangka panjang
• Fusarium dan sefalosporium menginfeksi
setelah suatu trauma yang disertai lecet
epitel, misalnya kena ranting pohon atau
binatang terbang mengindikasikan
bahwa jamur terinokulasi di kornea oleh
benda atau binatang yang melukai
kornea dan bukan dari adanya defek
epitel dan jamur yang berada di
lingkungan hidup
• Infeksi oleh jamur lebih sering didapatkan
di daerah yang beriklim tropic, maka
faktor etiologi ikut memberikan kontribusi.
Ulkus kornea akibat jamur 17

• candida, fusarium, aspergillus, penicilium,


Etiologi
cephalosporium

Manifestasi • nyeri dan sensasi benda asing dengan


klinis onset gradual akibat efek mekanik kelopak
mata dan efek kimia toksin terhadap ujung
saraf
• sekret berair akibat refleks hiperlakrimasi
• photophobia
• pandangan buram akibat kekeruhan
kornea
• kemerahan pada mata akibat kongesti
pembuluh darah.
18

Tanda yang dapat muncul:


• Ulkus kornea memiliki tampilan dry-
looking¸putih keabu-abuan, dengan
batas tidak jelas
• Terdapat ekstensi feathery finger-like
pada area di sekitar stroma di
bawah epitel yang intak
• Dapat terlihat infiltrat berbentuk
cincin
• Dapat terlihat lesi satelit kecil di
sekitar ulkus
• Biasanya dapat muncul hipopion
meski ulkusnya sangat kecil
• Perforasi pada ulkus jamur jarang,
tetapi dapat terjadi
19

Gambar 6. Keratitis jamur. (a) keratitis Candida; (b) keratitis filamentosa


dengan lesi satelit dan hipopion kecil; (c) Candida yang terwarnai dengan
pewarnaan Gram menunjukkan pseudohifa; (d) smear kornea terwarnai oleh
Grocott hexamine silver menunjukkan Aspergillus spp.6
Karakterist Bakteri Jamur Virus Acanthamoeba
ik
etiologi Kerusakan epitel korn Trauma oleh mat Infeksi virus pri Air yang terkontamin 20
ea, infeksi eksogen, j erial vegetatif da mer (herpes si asi , penggunaan ko
aringan ocular , dan n bulu hewan, pa mplex, herpes ntak lens
endogen. Serta invasi sien immunosupre zoster)
dari pathogen N. go san, penggunaan
norrhoeae C. dipthtei steroid jangka pa
ae, N. Menigitidis njang
gejala Nyeri (+), hiperlakriasi Nyeri (+), hiperlakr Nyeri (+), fotof Sangat nyeri, hiperlak
(+), fotofobia, mata iasi (+), fotofobia, obia (+), hiperl rimasi, blepharospas
merah , penglihatan mata merah , pe akrimasi (+), p me, fotofobia, pengli
kabur nglihatan kabur englihatan ka hatan kabur
bur
Tanda Udem palpebra, ble
pharospasme, Secret
mukopurulent
Berwarna “yellowish- Dry-looking, berw Ulkus dendritik, Lesi berbentuk cincin
whitte” , berbentuk o arna putih keabu seperti dengan infitrasi strom
val tepi irregular dan an, dengan tepi y bercbang a, terdapan ring abs
bengkak, dasar ulkus ang meninggi, te dengan pola es
ditutupi oleh material pinya seperti berb linear dengan
nekrotik ulu (feathery edg tepi yang
e),sterile immune feathery
ring, lesi satelit
Ulkus Geografi
k yang merup
akan bentuk kr
onis dari dendr
itik
Px lab Tatalaksana 21
tatalaksana

• Terapi spesifik berupa obat • Terapi non-spesifik:


• pemeriksaan wet KOH, antifungi: • Pemberian obat sikloplegik
calcofluor, pemeriksaan • Antifungi topikal: harus diberikan sebaiknya atropin 1% untuk
Gram dan Giemsa untuk setiap jam selama 48 jam dan mencegah spasme siliar dan untuk
diturunkan bila tanda sudah mencegah pembentukan
melihat hifa jamur dan mereda synechiae posterior dari iridocyclitis
kultur pada medium • Candida diterapi dengan sekunder.
Sabouraud. amphotericin B 0,15% atau • Atropin juga meningkatkan aliran
econazole 1%; alternatif yang darah ke uvea anterior dengan
• Biopsi kornea dapat digunakan adalah menurunkan tekanan pada uvea
diindikasikan bila tidak natamycin 5%, fluconazole 2%, anterior sehingga membawa lebih
dan clotrimazole 1% banyak antibodi ke dalam aqueous
terdapat perbaikan klinis humour.
• Infeksi fungi filamentosa diterapi
dalam 3-4 hari dan jika dengan natamycin 5% atau • Atropin juga menurunkan eksudasi
tidak terdapat econazole 1%; alternatif yang dengan menurunkan hiperemia dan
pertumbuhan dari hasil dapat digunakan adalah permeabilitas vascular.
amphotericin B 0,15% dan • Analgesik sistemik dan antiinflamasi
corneal scraping setelah miconazole 1% seperti parasetamol dan ibuprofen
1 minggu. • Antibiotik spektrum luas sebaiknya menurunkan nyeri dan edema.
dipertimbangkan untuk ko-infeksi
bakteri yang dapat terjadi atau
untuk mencegah ko-infeksi bakteri.
• Antifungi sistemik  pada kasus
berat, bila lesi dekat dari limbus,
atau suspek endoftalmitis. Dapat
diberikan itraconazole 200 mg
setiap hari, kemudian diturunkan
menjadi 100 mg setiap hari, atau
fluconazole 200 mg dua kali sehari.
Uveitis akibat jamur 22
Bakteri : Tuberkulosa, sifilis

Etiologi Virus : herpes simpleks, herpes zoster,


CMV, penyakit vogt-koyanagi-Harada,
sindrom Behcet

Jamur : kandidiasis, Aspergillus,


Cryptococcus, fusarium

Parasit : toksoplasma, toksokara


Imunologik :Lens-induced iridosiklitis, oftalmia
simpatika

Penyakit sistemik : penyakit kolagen, artritis


rematoid, multiple sclerosis, sarkoidosis,
penyakit vaskuler

Neoplastic : limfoma, reticulum cell sarcoma


23

Patofisiologi
24
Retinitis kandida 25

Epidemiologi Akhir-akhir ini ditemukan bahwa candida


memegang peranan penting sebagai
penyebab uveitis posterior terutama
sebagai bentuk infeksi oportunistik misalnya,
komplikasi AIDS atau komplikasi dari
pengguanaan antibiotic sistemik dalam
jangka waktu yang panjang.

Jamur candida didapatkan pada kulit hampir


setiap orang, masuk ke dalam aliran darah
(fungimia) melalui lecet pada kulit, penggunaan
jarum suntik yang tidak steril khususnya pada
Intravenous Drug Users (IDU’S).
Retinitis kandida 26

• Gambaran klinik diawali dengan keluhan


Manifestasi
menurunnya visus atau bercak yang
klinis
mengambang.
• Lesi pada retina berupa bercak seperti
kapas yang disertai sebukan sel radang
dalam vitreous di depan lesi retina.
• Lesi biasanya lebih dari satu dan melebar
serta menembus rongga vitreous dalam
bentuk puff bals.

• Pengobatannya berupa pembrian amphotericin


B, dapat juga flucytocine, myconazole disertai
vitrektomi.
• Prognosis tergantung dari kecepatan
ditegakkannya diagnosis, dengan demikian
retinitis candida merupakan keadaan gawat
darurat yang memerlukan manajemen segera
Endophthalmitis jamur 27

Penyebab endoftalmitis dapat dibagi


Etiologi menjadi dua, yaitu endoftalmitis yang
disebabkan oleh infeksi dan endoftalmitis
yang disebabkan oleh imunologis atau auto
imun (non infeksi)

Candida atau jamur dapat ditemukan sekitar 50%


dari semua kasus endoftalmitis endogen.
• Candida Albicans adalah penyebab paling
sering yaitu sekitar 75-80%
• Aspergillosis penyebab jamur tersering kedua
terutama pada pengguna narkoba IV
• Species yang jarang adalah species Turulopsis,
sporotrichum, Cryptococcus, Coccidioides dan
mucor.
Manifestasi klinis tatalaksana 28
• Px kerokan kornea (sebaiknya • Belum diidentifikasi jenis jamur
dengan spatula Kimura) yaitu penyebabnya : Topikal
dari dasar dan tepi ulkus amphotericin B 1,02,5 mg/ml,
dengan biomikroskop. thiomerosal (10 mg/ml),
• Kemudian dapat dilakukan natamycin > 10 mg/ml,
pewarnaan KOH, Gram, golongan imidazole.
Giemsa atau KOH + Tinta India, • Jamur berfilamen. Untuk
dengan angka keberhasilan golongan II : Topikal
masing-masing ± 20-30%, 50- amphotericin B, thiomerosal,
60%, 60-75% dan 80%. natamycin (obat terpilih),
• biopsi jaringan kornea dan imidazole (obat terpilih).
diwarnai dengan Periodic Acid • Ragi (yeast). Amphoterisin B,
Schiff atau Methenamine Silver natamycin, imidazole
• Nomarski differential • Golongan Actinomyces yang
interference contrast sebenarnya bukan jamur sejati.
microscope untuk melihat Golongan sulfa, berbagai jenis
morfologi jamur dari kerokan antibiotik.
kornea (metode Nomarski)
29

a. Subjekif
Secara umum, gejala subjektif dari endoftalmitis adalah :
Fotofobia,nyeri pada bola mata,Penurunan tajam penglihatan,Nyeri
kepala,Mata terasa bengkak,Kelopak mata bengkak, merah, kadang
sulit untuk dibuka:
b. Objektif
Kelainan fisik yang ditemukan berhubungan dengan struktur bola
mata yang terkena dan derajat infeksi/peradangan. Pemeriksaan
yang dilakukan adalah pemeriksaan luar, slit lamp dan funduskopi
kelainan fisik yang dapat ditemukan dapat berupa:
Udem Palpebra Superior,Injeksi Konjungtiva,Hipopion,Udem
Kornea,Vitritis,Discharge Purulen,Kemosis
Penatalaksanaan 30
• Antibiotik yang sesuai dengan organisme penyebab.
• Steroid secara topikal, konjungtiva, intravitreal, atau secara
sistematik, yang digunakan untuk pengobatan semua jenis
endoftalmitis.
• Sikloplegia tetes dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri,
stabilisasi aliran darah pada mata dan mencegah terjadinya
sinekia.
• Tindakan Vitrektomi.
• Biasanya endoftalmitis fungal terdiagnosis bila pasien setelah
pemberian antibiotik dosis tunggal atau kombinasi tidak
berespon. Ataupun ditemukan faktor-faktor predisposisi
seperti, pasien sedang dalam pengobatan antibiotik spektrum
luas dalam jangka waktu lama, pasien menderita keganasan
ataupun dalam keadaan imunitas yang buruk.
31

Terimakasih

Any Questions??
32
Etiologi keratitis 33

Bakteri

Jamur

Virus

Acanthamoeba
34
Epidemiologi

• Di Indonesia, belum dilakukan


penelitian penyebab ke 2 terbanyak
Keratitis pada kasus yang menyebabkan low
vission (24,5%)

• Di India, telah dimulai penelitian sejak


tahun 2006
• Kasus di AS  5% pada
seluruh kasus kelainan
mata
• Di negara berkembang:
5,9-20,7% / 100.000/
tahun
• Perbandingan lk/pr tidak
bermakna
35
Epidemiologi

• Di Madurai, India Selatan


Keratitis berdasarkan 434 pasien, ditemukan:
• Keratitis akibat infeksi bakteri 47,1
% (140 orang)
• Keratitis akibat infeksi jamur 46,8%
(139 orang)  Fusarium (47,1%)
dan Aspergillus (16,1%)
• Keratitis akibat infeksi bakteri dan
jamur 5,1% (15 orang)
• Keratitis akibat acanthamoeba 1%
(3 orang)
Epidemiologi 36

• Di AS, terdapat sekitar 3000


kasus/tahun
• Di dunia, nomor satu paling banyak
dengan 90% disebabkan spesies
Keratitis Staphylococcus aureus, Pseudomonas
Bakterial aeruginosa, Streptococcus Pneumoniae
• Faktor resiko :
• Penggunaan kontak lensa
• Trauma kornea
• Pasien dengan gangguan sistem
imun
• Post corneal graft
Epidemiologi 37

• Di AS, terdapat 6-20% kasus keratitis


yang berasal dari pedesaan
• Di dunia, nomor dua penyebab paling
banyak : Fusarium sp dan Aspergillus
sp
Keratitis Jamur • Isolasi jamur pada mata yang
mengalami penyakit ditemukan angka
sekitar 17-37%

Keratitis virus dan


acanthamoeba • Tidak ada data
Karakterist Bakteri Jamur Virus Acanthamoeba
ik
etiologi Kerusakan epitel korn Trauma oleh mat Infeksi virus pri Air yang terkontamin 38
ea, infeksi eksogen, j erial vegetatif da mer (herpes si asi , penggunaan ko
aringan ocular , dan n bulu hewan, pa mplex, herpes ntak lens
endogen. Serta invasi sien immunosupre zoster)
dari pathogen N. go san, penggunaan
norrhoeae C. dipthtei steroid jangka pa
ae, N. Menigitidis njang
gejala Nyeri (+), hiperlakriasi Nyeri (+), hiperlakr Nyeri (+), fotof Sangat nyeri, hiperlak
(+), fotofobia, mata iasi (+), fotofobia, obia (+), hiperl rimasi, blepharospas
merah , penglihatan mata merah , pe akrimasi (+), p me, fotofobia, pengli
kabur nglihatan kabur englihatan ka hatan kabur
bur
Tanda Udem palpebra, ble
pharospasme, Secret
mukopurulent
Berwarna “yellowish- Dry-looking, berw Ulkus dendritik, Lesi berbentuk cincin
whitte” , berbentuk o arna putih keabu seperti dengan infitrasi strom
val tepi irregular dan an, dengan tepi y bercbang a, terdapan ring abs
bengkak, dasar ulkus ang meninggi, te dengan pola es
ditutupi oleh material pinya seperti berb linear dengan
nekrotik ulu (feathery edg tepi yang
e),sterile immune feathery
ring, lesi satelit
Ulkus Geografi
k yang merup
akan bentuk kr
onis dari dendr
itik

Anda mungkin juga menyukai