BAB I
PENDAHULUAN
oleh obstruksi duktus sistikus akibat adanya kolelitiasis. Sembilan puluh persen
kasus kolesistitis terjadi akibat adanya batu duktus sistikus (kolesistitis kalkulosa),
menderita kolelitiasis 2-3 kali lebih banyak dari pada laki-laki, sehingga lebih
kolesistitis akalkulus lebih sering terjadi pada laki-laki usia lanjut Peningkatan
insidensi pada laki-laki usia lanjut dikaitkan dengan perubahan rasio androgen-
estrogen.1,2
2
meningkat pada orang Skandinavia, Indian Pima, dan Hispanik, namun menurun
dan jarang pada individu yang berasal dari sub-sahara Afrika dan Asia. Di
Amerika Serikat, penduduk kulit putih lebih sering terkena kolesistitis daripada
dengan negara – negara barat. Meskipun dikatakan bahwa pasien kolesistitis akut
umumnya perempuan, gemuk dan berusia di atas 40 tahun, tetapi menurut Lesman
LA, dkk, hal ini sering tidak sesuai untuk pasien – pasien di negara kita.5,6
namun penyakit ini masih memiliki tingkat morbiditas dan tingkat mortalitas yang
cukup tinggi terutama pada orang lanjut usia. Referat ini membahas mengenai
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
a. Anatomi
menggembung sampai 300 cc. Vesica fellea dibagi menjadi fundus, corpus dan
collum. Fundus berbentuk bulat dan biasanya menonjol dibawah pinggir inferior
visceral hati dan arahnya keatas, belakang dan kiri. Collum dilanjutkan sebagai
duktus cysticus yang berjalan dalam omentum minus untuk bersatu dengan sisi
hepatica kanan. Vena cystica mengalirkan darah lengsung kedalam vena porta.
Sejumlah arteri yang sangat kecil dan vena – vena juga berjalan antara hati dan
kandung empedu.4
dekat collum vesica fellea. Dari sini, pembuluh limfe berjalan melalui nodi
lymphatici coeliacus. Saraf yang menuju kekandung empedu berasal dari plexus
coeliacus.5,7
5
b. Fisiologi
kandung empedu, dan di sini akan mengalami proses pemekatan. Fungsi primer
dari kandung empedu adalah memekatkan empedu dengan absorpsi air dan
natrium. Kandung empedu mampu memekatkan zat terlarut yang kedap, yang
terkandung dalam empedu hepatik 5-10 kali dan mengurangi volumenya 80-90%.
Untuk membantu proses pemekatan cairan empedu ini, mukosa vesica fellea
Sehingga permukaanya tampak seperti sarang tawon. Sel- sel thorak yang
dalam septum interlobaris. Saluran ini kemudian keluar dari hati sebagai duktus
Menurut Guyton & Hall, 1997 empedu memiliki dua fungsi penting:
karena asam empedu yang melakukan dua hal antara lain: asam empedu
yang lebih kecil dengan bantuan enzim lipase yang disekresikan dalam getah
pankreas, Asam empedu membantu transpor dan absorpsi produk akhir lemak
buangan yang penting dari darah, antara lain bilirubin, suatu produk akhir dari
sel hati.7
7
buruk, tetapi bila terdapat jumlah lemak yang adekuat dalam makanan, normalnya
pengosongan juga membutuhkan relaksasi yang bersamaan dari sfingter oddi yang
berkontraksi. Pada saat yang sama, otot polos yang terletak pada ujung distal
seratserat saraf yang menyekresi asetilkolin dari sistem saraf vagus dan enterik.
Stimulasi vagal yang berhubungan dengan fase Cephalik dari sekresi cairan
kandung empedu lumpuh, cairan empedu akan tetap keluar walaupun sedikit.6
lemak dalam usus halus dan membantu pencernaan dan absorbsi lemak. Garam
empedu. Sisanya adalah bilirubin, asam lemak, dan garam anorganik. Garam
empedu adalah steroid yang dibuat oleh hepatosit dan berasal dari kolesterol.
Ada dua macam garam empedu dari hati, yaitu : Asam deoksikolat dan
Asam kolat. Garam empedu yang masuk ke dalam lumen usus oleh kerja
(90 %) garam empedu dalam lumen usus akan diabsorbsi kembali oleh mukosa
usus sedangkan sisanya akan dikeluarkan bersama feses dalam bentuk lithocholat.
Absorbsi garam empedu tersebut terjadi disegmen distal dari ilium. Sehingga bila
ada gangguan pada daerah tersebut misalnya oleh karena radang atau reseksi maka
partikel lemak yang terdapat dalam makanan, sehingga partikel lemak yang besar
dapat dipecah menjadi partikel-partikel kecil untuk dapat dicerna lebih lanjut serta
9
membantu absorbsi asam lemak, monoglycerid, kolesterol dan vitamin yang larut
dalam lemak.5
Hemoglobin yang terlepas dari eritrosit akan pecah menjadi heme dan
globin. Heme bersatu membentuk rantai dengan empat inti pyrole menjadi
bilverdin yang segera berubah menjadi bilirubin bebas. Zat ini di dalam plasma
terikat erat oleh albumin. Sebagian bilirubin bebas diikat oleh zat lain (konjugasi)
yaitu 80% oleh glukuronide. Bila terjadi pemecahan sel darah merah berlebihan
2.2. Definisi
nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan demam. Berdasarkan etiologinya,
kolesistitis kronik. Pembagian ini juga berhubungan dengan gejala yang timbul
pada kolesistitis akut dan kronik. Pada kolesistitis akut, terjadi inflamasi akut pada
kandung empedu dengan gejala yang lebih nyata seperti nyeri perut kanan atas,
nyeri tekan dan demam. Sedangkan, kolesistitis kronik merupakan inflamasi pada
kandung empedu yang timbul secara perlahan-lahan dan sangat erat hubugannya
dengan litiasis dan gejala yang ditimbulkan sangat minimal dan tidak menonjol.
2.3 Patogenesis
stasis cairan empedu, infeksi kuman dan iskemia dinding kandung empedu.
Penyebab utama kolesistitis akut adalah batu kandung empedu (90%) sedangkan
sebagian kecil kasus (10%) timbul tanpa adanya batu empedu (kolesistitis akut
akalkulus.
menyebabkan aliran darah dan limfe menjadi terganggu sehingga terjadi iskemia
saat ini masih belum jelas. Diperkirakan banyak faktor yang dapat mencetuskan
sampai 85 persen pasien kolesistitis akut. Organisme yang paling sering dibiak
dari kandung empedu para pasien ini adalah E. Coli, spesies Klebsiella,
trauma atau luka bakar yang serius, dengan periode pascapersalinan yang
Selain itu, dapat timbul juga pada pasien yang dirawat cukup lama yang
mendapat nutrisi secara parenteral. Hal ini dapat terjadi karena kandung empedu
empedu.
Keluhan yang agak khas untuk serangan kolesistitis akut adalah kolik
perut di sebelah kanan atas epigastrium dan nyeri tekan, takikardia serta kenaikan
suhu tubuh. Keluhan tersebut dapat memburuk secara progresif. Kadang – kadang
rasa sakit menjalar ke pundak atau skapula kanan dan dapat berlangsung sampai
60 menit tanpa reda. Berat ringannya keluhan sangat bervariasi tergantung dari
adanya kelainan inflamasi yang ringan sampai dengan gangren atau perforasi
anoreksia dan sering mual. Muntah relatif sering terjadi dan dapat menimbulkan
gejala dan tanda deplesi volume vaskuler dan ekstraseluler. Pada pemeriksaan
fisis, kuadran kanan atas abdomen hampir selalu nyeri bila dipalpasi. Pada
seperempat sampai separuh pasien dapat diraba kandung empedu yang tegang dan
membesar. Inspirasi dalam atau batuk sewaktu palpasi subkosta kudaran kanan
Murphy).
peningkatan nyeri secara mencolok. Nyeri lepas lokal di kuadran kanan atas
sering ditemukan, juga distensi abdomen dan penurunan bising usus akibat ileus
biasanya tidak ditemukan, asalkan tidak ada perforasi. Ikterus dijumpai pada 20%
kasus, umumnya derajat ringan (bilirubin < 4,0 mg/dl). Apabila konsentrasi
bilirubin tinggi, perlu dipikirkan adanya batu di saluran empedu ekstra hepatik.
Pada pasien – pasien yang sudah tua dan dengan diabetes mellitus, tanda dan
gejala yang ada tidak terlalu spesifik dan kadang hanya berupa mual saja.
dengan keadaan inflamasi kandung empedu akut yang sudah parah walaupun
sebelumnya tidak terdapat tanda – tanda kolik kandung empedu. Biasanya pasien
sudah jatuh ke dalam kondisi sepsis tanpa terdapat tanda – tanda kolesistitis akut
2.4 Diagnosis
Pasien kolesistitis akut memiliki riwayat nyeri hebat pada abdomen bagian
atas yang bertahan dalam beberapa jam hingga akhirnya mereka mencari
pertolongan ke unit gawat darurat lokal. Secara umum, pasien kolesistitis akut
juga sering merasa mual dan muntah serta pasien melaporkan adanya demam.
Tanda-tanda iritasi peritoneal juga dapat muncul, dan pada beberapa pasien
menjalar hingga ke bahu kanan atau skapula. Kadang-kadang nyeri bermula dari
Meskipun nyeri awal dideskripsikan sebagai nyeri kolik, nyeri ini kemudian akan
dan pemeriksaan fisis. Trias yang terdiri dari nyeri akut kuadran kanan atas,
berkisar antara 10.000 sampai dengan 15.000 sel per mikroliter dengan pergeseran
ke kiri pada hitung jenis. Bilirubin serum sedikit meningkat [kurang dari 85,5
Apabila keluhan bertambah berat disertai suhu tinggi dan menggigil serta
dipertimbangkan.
disfungsi organ, dan kolesistektomi dapat dilakukan dengan aman dan berisiko
rendah. Pasien pada derajat ini tidak memenuhi kriteria untuk kolesistitis
a. Leukositosis
16
Pada pasien ini, derajat kolesistitis akut agak sulit ditentukan karena
berada diantara kategori ringan dan sedang. Untuk derajat sedang, kondisi
pasien tidak memenuhi semua syarat. Hanya leukositosis saja yang sesuai
kandung empedu tanpa visualisasi kandung empedu. Foto polos abdomen tidak
kemungkinan dapat terlihat batu tidak tembus pandang (radiopak) oleh karena
kandung empedu, batu dan saluran empedu ekstra hepatik. Nilai kepekaan dan
kandung empedu lebih dari 4 mm dan tanda sonographic Murphy. Adanya batu
dilaporkan lebih besar dari 95%. Pada kolesistitis akut dapat ditemukan cairan
subserosa tanpa adanya ascites, gas intramural dan lapisan mukosa yang terlepas.
yang masih kecil yang mungkin tidak terlihat pada pemeriksaan USG.
Tc6 Iminodiacetic acid mempunyai nilai sedikit lebih rendah dari USG tapi teknik
ini tidak mudah. Normalnya gambaran kandung empedu, duktus biliaris komunis
dan duodenum terlihat dalam 30-45 menit setelah penyuntikan zat warna.
kolesistitis akut.
19
digunakan untuk melihat struktur anatomi bila terdapat kecurigaan terdapat batu
empedu di duktus biliaris komunis pada pasien yang beresiko tinggi menjalani
laparaskopi kolesistektomi.
kolesistitis kronik dimana terdapat fibrosis, pendataran mukosa dan sel – sel
inflamasi seperti neutrofil. Terdapat gambaran herniasi dari lapisan mukosa yang
dan mortalitas pada pasien. Diagnosis banding untuk nyeri perut kanan atas yang
20
tiba – tiba, perlu dipikirkan seperti penjalaran nyeri saraf spinal, kelainan organ di
ulkus peptikum, pankreatitis akut, pielonefritis dan infark miokard. Pada wanita
Pemeriksaan lebih lanjut dan penanganan harus dilakukan segera karena dapat
mengancam nyawa ibu dan bayi. Penyakit lain yang dapat dipertimbangkan antara
lain adalah aneurisma aorta abdominal, iskemia mesenterik akut, dan kolik
biliaris.
2.6 Penatalaksanaan
A. Terapi konservatif
status hidrasi pasien, pemberian nutrisi parenteral, diet ringan, koreksi elektrolit,
antibiotik pada fase awal sangat penting untuk mencegah komplikasi seperti
terdapat pada kolesistitis akut seperti E. Coli, Strep. faecalis dan Klebsiela, namun
pada pasien diabetes dan pada pasien yang memperlihatkan tanda sepsis gram
dengan dosis 3 gram / 6 jam, IV, cefalosporin generasi ketiga atau metronidazole
dengan dosis awal 1 gram, lalu diberikan 500 mg / 6 jam, IV. Pada kasus – kasus
yang sudah lanjut dapat diberikan imipenem 500 mg / 6 jam, IV. Bila terdapat
mual dan muntah dapat diberikan anti – emetik atau dipasang nasogastrik tube.
kandung empedu dan mencegah statis aliran empedu lebih lanjut. Pasien – pasien
dipastikan tidak demam dengan tanda – tanda vital yang stabil, tidak terdapat
tanda – tanda obstruksi pada hasil laboratorium dan USG, penyakit – penyakit lain
yang menyertai (seperti diabetes mellitus) telah terkontrol. Pada saat pulang,
B. Terapi bedah
8 minggu setelah terapi konservatif dan keadaaan umum pasien lebih baik.
Sebanyak 50 % kasus akan membaik tanpa tindakan bedah. Ahli bedah yang pro
konservatif dapat dihindarkan dan lama perawatan di rumah sakit menjadi lebih
singkat dan biaya dapat ditekan. Sementara yang tidak setuju menyatakan, operasi
operasi lebih sulit karena proses infalamasi akut di sekitar duktus akan
mengaburkan anatomi.
bedah mungkin sebaiknya dicadangkan untuk (1) pasien yang kondisi medis
keseluruhannya memiliki resiko besar bila dilakukan operasi segera dan (2) pasien
kolesistektomi elektif atau dini mendekati 0,5 % pada pasien berusia kurang dari
60 tahun. Tentu saja, resiko operasi meningkat seiring dengan adanya penyakit
pada organ lain akibat usia dan dengan adanya komplikasi jangka pendek atau
jangka panjang penyakit kandung empedu. Pada pasien kolesistitis yang sakitberat
atau keadaan umumnya lemah dapat dilakukan kolesistektomi dan drainase selang
lain waktu.
23
2.7 Komplikasi
b. Ileus batu kandung empedu. Jarang terjadi, namun dapat terjadi pada batu
Klebsiella sp. Komplikasi ini lebih sering terjadi pada pasien dengan
diabetes, lebih sering pada laki-laki, dan pada kolesistitis akalkulus (28%).
kolesitektomi darurat. Perforasi dapat terjadi pada lebih dari 15% pasien.
2.8 Prognosis
empedu menjadi tebal, fibrotik, penuh dengan batu dan tidak berfungsi lagi. Tidak
menjadi gangren, empiema dan perforasi kandung empedu, fistel, abses hati atau
24
peritonitis umum secara cepat. Hal ini dapat dicegah dengan pemberian antibiotik
yang adekuat pada awal serangan. Tindakan bedah akut pada pasien usia tua (>75
BAB 3
KESIMPULAN
paling sering disebabkan oleh obstruksi duktus sistikus akibat adanya kolelitiasis.
Umumnya disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan demam.
abdomen kronik berulang ataupun dispepsia, mual. Keluhan yang khas untuk
serangan kolesistitis akut adalah kolik perut di sebelah kanan atas epigastrium dan
nyeri tekan, takikardia serta kenaikan suhu tubuh. Keluhan tersebut dapat
memburuk secara progresif. Kadang – kadang rasa sakit menjalar ke pundak atau
nyeri akut kuadran kanan atas, demam, dan leukositosis. Pemeriksaan penunjang
bedah. Terapi konservatif terdiri dari pengobatan umum termasuk istirahat total,
perbaiki status hidrasi pasien, pemberian nutrisi parenteral, diet ringan, koreksi
elektrolit, obat penghilang rasa nyeri (petidin dan antispasmodik) dan pemberian
26
antibiotik pada fase awal untuk mencegah komplikasi. Terapi bedah terdiri dari
DAFTAR PUSTAKA
6. Steel PAD, Sharma R, Brenner BE, Meim SM. Cholecystitis and Biliary
Colic in Emergency Medicine. [Diakses pada: 17 Desember 2018]. Diunduh
dari: http://emedicine.medscape.com/article/1950020-overview.
8. Bloom AA, Amin Z, Anand BS. Cholecystitis. [Diakses pada: 1 Juni 2011].
Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/171886-overview.
11. Cullen JJ, Maes EB, Aggrawal S, et al. Effect of endotoxin on opossum
gallbladder motility: a model of acalculous cholecystitis. Ann Surg.
2009;232(2):202-7.
12. Sitzmann JV, Pitt HA, Steinborn PA, et al. Cholecystokinin prevents
parenteral nutrition induced biliary sludge in humans. Surg Gynecol Obstet.
2008;170(1):25-31.
28
14. Kolesistitis akut. Dalam Irawan C, Tarigan TEJ, Marbun MB, editor. Panduan
tata laksana kegawatdaruratan di bidang ilmu penyakit dalam – Internal
medicine emergency life support/IMELS. Jakarta: Interna Publishing. 58-62