Anda di halaman 1dari 19

STUNTING/

KERDIL

PEMBICARA :

dr. DWI OCTAVIA


STUNTING

apa itu STUNTING??


4
FAKTOR PENYEBAB

Stunting adalah masalah gizi intergenerasi:


kualitas kehidupan sekarang ditentukan oleh kualitas kehidupan sebelumnya.

Begitu juga faktor sosial budaya yg


diturunkan antar generasi:
Calon ibu stunting berpotensi melahirkan kurangnya akses kpd kebutuhan
bayi stunting, termasuk calon ibu
dasar, ketidak mampuan
KEK (kekurangan Energi Kronik) yang
tidak mengubah pola makannya saat menyediakan pangan bergizi bagi keluarga,
hamil. serta kondisi lingkungan yg
tidak mendukung, membuat masalah ini
sulit diintervensi & terus berlanjut.
TANTANGAN UTAMA
DALAM PERUBAHAN PERILAKU UNTUK
PENCEGAHAN STUNTING
1. POLAKONSUMSI
Tantangan pola konsumsi untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku konsumsi kurang gizi makro, kurang protein hewani, kurang
sayur dan buah, kurang gizi mikro, praktek IMD, ASI Eksklusif 6 bulan,
dan MPASI

Hidangan sehari-hari penduduk Indonesia terbesar dari konsumsi serealia


(257,7 gram/orang/hari), diikuti kelompok ikan (78,4 gram/orang/hari),
PERILAKU kelompok sayur dan olahan (57,1 gram/orang/hari), kacang dan olahan
KONSUMSI (56,7 gram/orang/hari), daging dan olahan (42,8 gram/orang/hari) dan

KURANG GIZI
kelompok umbi (27,1 gram/orang/hari). Kelompok bahan makanan lainnya
dikonsumsi lebih sedikit, termasuk susu bubuk dan susu cair.
MAKRO
Pola makan adalah kebiasaan makan seseorang atau sekelompok orang
untuk memilih makanan yang dikonsumsinya yang dipengaruhi oleh
instrinsik - fisiologis, psikologis, dan ekstrinsik – lingkungan alam
(kebiasaan makan pada umumna, pangan lokal), budaya, agama, dan dan
lingkungan sosial.
Tantangan pola konsumsi untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku konsumsi kurang gizi makro, kurang protein hewani, kurang sayur
dan buah, kurang gizi mikro, praktek IMD, ASI Eksklusif 6 bulan, dan MPASI

Rerata konsumsi jeroan & olahan, ikan dan olahan, telur dan
olahan, susu bubuk dan olahan, susu cair, minyak dan olahan serta
gula dan konfeksionari penduduk Indonesia adalah sebesar 2,1
PERILAKU gram, 78,4 gram, 19,7 gram, 4,9 gram , 3,6 gram, 37,4 gram dan
KONSUMSI 15,7 gram per orang per hari. Dari konsumsi kelompok bahan
KURANG makanan sumber protein hewani, terlihat yang banyak dikonsumsi

PROTEIN
penduduk adalah ikan dan olahan diikuti telur dan olahan,
sedangkan konsumsi susu bubuk dan olahan, susu cair serta jeroan
HEWANI dan olahan termasuk yang rendah.
Tantangan pola konsumsi untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku konsumsi kurang gizi makro, kurang protein hewani, kurang sayur
dan buah, kurang gizi mikro, praktek IMD, ASI Eksklusif 6 bulan, dan MPASI

PERILAKU Secara nasional rata-rata total konsumsi sayuran dan buah

KONSUMSI
penduduk sekitar 108,8 gram. Menurut kelompok umur terlihat
rata-rata konsumsi terkecil pada kelompok umur 0-59 bulan, diikuti
KURANG dengan anak sekolah dan remaja.
SAYUR &
BUAH Dibandingkan dengan anjuran WHO maupun PGS2014, rata-rata
total konsumsi sayuran dan buah baik nasional, per kelompok
umur maupun menurut provinsi masih lebih rendah dari 400
gram/orang/hari. Berdasarkan proporsi penduduk yang
mengonsumi total sayuran dan buah kurang dari 400
gram/orang/hari masih besar yaitu sekitar 97 persen, proporsinya
hampir sama pada semua kelompok umur.
Tantangan pola konsumsi untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku konsumsi kurang gizi makro, kurang protein hewani, kurang sayur
dan buah, kurang gizi mikro, praktek IMD, ASI Eksklusif 6 bulan, dan MPASI

PRAKTEK IMD, ASI sebagai sumber zat gizi terlengkap dan terbaik bagi bayi, dg kolostrum yang
ASI EKSKLUSIF sangat dbutuhkan bayi untuk melawan infeksi, sementara sistem imun tubuhnya

6 BULAN DAN
masih berkembangnnya kepada bayi.

MPASI
Pemberian prelakteal kepada bayi baru lahir: susu formula (79,8%), susu non
formula (1,6%), madu/madu+air (14,3%), air gula (4,15), air tajin(1,6%), air kelapa
(0,9%), kopi (0,9%), teh manis (1,2%), air putih (13,2%), bubur tepung/bubur saring
(2,7%), pisang dihaluskan (4,1%), nasi dihaluskan (2,3%). Persentase bayi baru lahir
yang diberikan susu formula seiring dengan semakin tingginya tingkat pendidikan
(tertinggi 90,6% dan89,5%).
2. POLAASUH
Tantangan pola asuh untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku pengasuhan kesehatan, tumbuh kembang dan afeksi

Kunjungan ANC yang terjadwal sejak


awal kehamilan dan selama
PERILAKU kehamilan sangatlah penting untuk
PENGASUHAN memantau kondisi kesehatan dan
KESEHATAN tumbuh kembangnya, sehingga dapat
mendukung pertumbuhan janin yang
ANC
optimal.

(antenatal care)
sehingga dapat mencegah dimulai
terjadinya stunting dalam
kandungan.
Tantangan pola asuh untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku pengasuhan kesehatan, tumbuh kembang dan afeksi

PERILAKU
PENGASUHAN
KESEHATAN Pemantuan kondisi dan kesehatan Bayi
baru lahir atau Kunjungan Neonatal (KN)

NEONATAL
yang dilakukan pada saat bayi berumur 6-48
jam (KN1), 3-7 hari (KN2), dan 8-28 hari
(KN3) sangatlah penting
Tantangan pola asuh untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku pengasuhan kesehatan, tumbuh kembang dan afeksi

PERILAKU
PENGASUHAN
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan agar anak
baduta sehat tetap sehat dan terhindar dari berbagai
KESEHATAN penyakit infeksi, agar proses tumbuh kembangnya tidak
- terganggu. Secara nasional cakupan imunisasi dasar
ANAK BALITA Lengkap: 59,2%; Tidak lengkap: 32,1%; Tidak imunisasi:
8,7% (Riskesdas 2013).

Keluarga tidak mengijinkan (27,2% / 25,1%)


Takut anak menjadi panas (28,2% / 29,7%)
Anak sering sakit (7,5% / 5,7%)
Tidak tahu tempat imunisasi (5,0% / 8,7%)
Tempat imunisasi jauh (21,5% / 22%)
Sibuk/repot (18,7% / 14,2%)
Tantangan pola asuh untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku pengasuhan kesehatan, tumbuh kembang dan afeksi

PERILAKU PENGASUHAN
TUMBUH KEMBANG
DAN AFEKSI Lebih dari

Tumbuh kembang anak balita TDK dapat


dipenuhi hanya oleh kecukupan gizi &
30% anak balita
sama sekali tidak pernah
pengasuhan kesehatannya saja. Tiap ditimbang
tahap pertumbuhan anak balita
membutuhkan stimulasi dari
pengasuhnya khususnya kasih
sayang/afeksi ibunya, serta
lingkungannya. Tanpa afeksi & stimulasi
ibu & lingkungannya semua upaya
pemberian gizi dan pengasuhan
kesehatan yang diberikan tidak akan
cukup berdampak bagi tumbuh
kembangnya.
3. HIGIENIS PRIBADI - CTPS
• CTPS atau Cuci Tangan Pakai Sabun merupakan
perilaku efektif mencegah diare pada bayi/balita.
• Fakta CTPS:
Lima waktu penting cuci tangan
pakai sabun:
1.sebelum makan
2.sesudah buang air besar
3.sebelum memegang bayi
4.sesudah membersihkan buang air
besar (BAB)
5.sebelum menyiapkan makanan
4. SOSIALBUDAYA
Pantang makanan adalah bahan makanan atau Adat makanan ditemui di banyak masyarakat di
masakan yang tidak boleh dimakan oleh para dunia, termasuk di Indonesia, misalnya
individu dalam masyarakat karena alasan yang dikalangan wanita Sunda (Penelitian Anggorodi
bersifat budaya. dan Sukandi 1998), perempuan di Kepulauan
Sangihe dan Talaud (Ulaen 1998), perempuan di
Badaneira, Kabupaten Maluku Tengah
(Penelitian Swasono dan Soselisa 1998), dan
perempuan di Rawa Bogo, Bekasi (Penelitian
Soerachman, Sulistiawati, dan Purwanto
2016). Makanan atau sumber gizi yang dipantang
oleh ibu hamil dan ibu nifas diantaranya: ikan dan
telor, cumi dll
5. EKONOMI KELUARGA

Pekerjaan Orang Tua

Menentukan
pendapatan keluarga

Berdampak pada
kesehatan keluarga
10 KUNCI SUKSES
“ANAKKUSEHATBANGSAKUKUAT”
1. Calon ibu merencanakan kapan keluarga, mengkonsumsi pangan bergizi seimbang dan aman,
lingkar lengan atas tidak kurang dari 23,5 cm.
2. Calon ibu secara rutin minum tablet besi dan asam folat tanpa absen, mempersiapkan
“SUKSES ASI” dengan mengikuti kelas ibu hamil.
3. Pemeriksaan kehamilan dan konseling di fasilitas kesehatan dilakukan sesuai jadwal.
4. Ibu melahirkan di fasilitas kesehatan dan langsung melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
berkualitas.
5. Ibu memberikan ASI Eksklusif enam bulan penuh, dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
pada saat bayi tepat berusia enam bulan dengan menu makanan bervariasi.
6. Melakukan pemeriksaan kesehatan bayi, Ukur, Timbang, memberikan imunisasi dan vitamin
sesuai jadwal.
7. Ibu rajin bercerita dan bercanda dengan bayi sejak baru lahir sampai remaja.
8. Mengkonsumsi air minum yang sehat, aman, dan bebas dari cemaran.
9. Menggunakan jamban dan tangki septik yang aman sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI)
dengan pengurasan tangki septik terjadwal.
10. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) dengan air yang mengalir di lima waktu penting (sebelum
menyiapkan makanan, sebelum makan, sebelum memegang bayi, sesudah BAB, sesudah
memegang binatang).
SALAM SEHAT

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai