Tuberkulosis (TBC)
Kelompok 6
Intan Permatasari 3351191035
Vinni Haiva Azhari 3351191088
Hana Urjuwanah 3351191093
Milatina Hanifan 3351191144
Ricky Zakaria 3351191184
Juniya Hendrayani 3351191194
Agenda Style
Pendahulan
Tinjauan Pustaka
Interaksi Obat
Studi Kasus
Pendahuluan
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
Gejala utama • Gejala tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
Batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru)
akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
• Gejala tambahan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai
dahak bercampur darah,batuk darah, sesak nafas, sesak.
badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan • Apabila ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat dis
menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa ertai dengan keluhan sakit dada.
kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu • Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang y
bulan. ang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit
diatasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
• Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak)
dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya
adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Faktor Resiko
Penyakit TBC paru yang disebabkan terjadi ketika daya
tahan tubuh menurun. Dalam perspektif epidemiologi yang melihat
kejadian penyakit sebagai hasil interaksi antar tiga komponen pej
amu (host), penyebab (agent), dan lingkungan (environment) dapat
ditelaah faktor risiko dari simpul-simpul tersebut.
Pada sisi pejamu, kerentanan terhadap infeksi Mycobacte
rium tuberculosis sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh seseo
rang pada saat itu. Pengidap HIV AIDS atau orang dengan status
gizi yang buruk lebih mudah untuk terinfeksi dan terjangkit TBC.
Pencegahan Tuberkulosis
Pencegahan Terhadap Infeksi Tuberkulosis
– Pencegahan terhadap sputum yang infeksius
• Case finding : Dilakukan foto rontgen dada masal dan uji tuberkulin secara Mantoux
• Isolasi penderita dan mengobati penderita.
• Ventilasi harus baik, kepadatan penduduk dikurangi.
• Bila penderita berbicara, jangan terlampau dekat dengan lawan bicaranya
• Batuk dan bersin sambil menutup mulut/hidung dengan sapu tangan atau tissue
4 tablet 4KDT + 1g
55-70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2 KDT + 4 tablet Etambutol
streptomisin injeksi *)
5 tablet 4KDT + 1 g
>70 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2 KDT + 5 tablet Etambutol
streptomisin injeksi *)
Paduan Obat TB Untuk Anak
Jenis Obat BB < 10 kg BB 10-20 kg BB 20-33 kg
Tahap intensif terdiri dari Isoniazid (H), Rifampisin (R) dan Pirazinamid (Z) se
lama 2 bulan diberikan setiap hari (2HRZ).
Tahap lanjutan terdiri dari Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) selama 4 bulan dib
erikan setiap hari (4HR).
Mekanisme Kerja Obat
• Isoniazid : menghambat sintesis asam mikolat, komponen terpenting daam dinding bakteri
• Rimpafisin : menghambat aktivitas polymerase RNA yang tergantung DNA pada sel-sel yang rentan
• Pirazinamid : merupakan analog pirazin dari nikotinamid yang bersifat bakteriostatik atau bakterisid
terhadap Mycobacterium tuberculosis tergantung pada dosis pemberian.
Mekanisme belum diketahui secara pasti
• Etambutol : menghambat sintesis minimal satu metabolit yang menyebabkan kerusakan pada 1
metabolisme sel, menghambat multiplikasi, dan kematian sel
• Streptomisin : merupakan antibiotik bakterisid yang mempengaruhi sintesis protein
Interaksi Obat Isoniazid
1. Isoniazid + Asam aminosalisilat
Mekanisme
Asam aminosalisilat menginhibisi atau memperlambat metabolism isoniazid
Interaksi yang terjadi adalah konsentrasi plasma isoniazid akan di tingkatkan oleg asam aminosalisilat. T1/2 isoniazid dapat ditingkatkan
dari 1,32 jam menjadi 2,89 jam.
2. Isoniazid + antasid
AlOH dapat menyebabkan sedikit penurunan absorpsi isoniazid di usus.
Mekanisme
AlOH menunda pengosongan gastric, menyebabkan penyimpanan isoniazid di dalam perut. Sedangkan isoniazid mengalami absorbs di
usus. Ini menyebabkan sedikit penurunan konsentrasi plasma isoniazid.
Rekomendasi
Pemberian dianjurkan tidak bersamaan.
3. Isoniazid + siprofloksasin
Siprofloksasin dapat menyebabkan peningkatan bioavailability isoniazid.
Mekanisme
Siprofloksasin dapat memperlambat motilitas lambung dan pengosongan lambung.
7. Etionamid + isoniazid
Isoniazid dapat menyebabkan reaksi psikotik akut dengan etionamid.
Interaksi Obat Isoniazid
4. Isoniazid + disulfiram
Pemberian isoniazid bersamaan dengan 500 mg disulfiram perhari akan menyebabkan disorientasi, mudha tersinggung, imsomnia, dan lesu
Mekanisme
Isoniazid dan disulfiram yang diberikan bersamaan dapat menekan biosintesis dopamine
Rekomendasi
Penggunaan isoniazid dan disulfiram secara bersamaan dapat dilakukan tapi respon yang di hasilkan perlu di monitor.
5. Isoniazid + propranolol
Propranolol dapat menyebabkan pengurangan klirena isoniazid
Mekanisme
Propranolol menginhibisi metabolism (asetilasi) oleh liver.
6. Isoniazid + ridamycins
Interaksi yang terjadu adalah meningkatkan resiko hepatotoksik
Mekanisme
Rifampisin atau isoniazid sendiri memiliki efek hepatotoksik, bila di berikan bersamaan akan meningkatkan efek hepatotoksiknya.
Rekomendasi
Monitoring fungsi hati secara berkala perlu dilakukan
Interaksi Obat Isoniazid
7. Isoniazid + etambutol
Gangguan saraf penglihatan yang disebabkan oleh etambutol ditingkatkan oleh isoniazid
Rekomendasi
Penggunaan isoniazid dan etambutol secara bersamaan dapat dilakukan, namun bila terjadi gangguan penglihatan pengobatan harus dihentikan
Bila dalam waktu 6 minggu tidak ada perbaikan maka pengobatan menggunakan etambutol perlu di hentikan
8. Isoniazid + makanan
Absorpsi isoniazid di kurangi dengan adanya makanan.
Mekanisme
Makanan akan menunda pengosongan lambung maka absorpsi di usus juga akan terhambat.
Rekomendasi
Isoniazid sebaiknya diminum 30 menit sebelum makan atau 2 jam setelah makan.
9. Isoniazid + pethidine
Interaksi dapat menyebabkan hipotensi dan lemas.
Mekanisme
Isoniazid menginhibisi MAO-inhibitory selain itu petidin dapat menyebabkan kemungkinan fatal MAO-inhibitory properties
Rekomendasi
Pemberian isoniazid dan pethidine diberi jeda waktu 3-4 jam
10. isoniazid + prednisolone
prednisolone dapat menurunkan konsentrasi plasma isoniazid.
Mekanisme
Perubahan metabolisme atau ekresi isoniazid oleh ginjal dapat menyebabkan penurunan kadar plasma.
Rekomendasi
Pantau pengurangan konsentrasi plasma bila perlu dilakukan penaikan dosis isoniazid
Interaksi Obat Rifampisin
1. Klorampenikol + rifampisin
Konsentrasi plasma klorampenikol akan menurun bila digunakan secara bersamaan dengan rifampisin
Mekanisme
Rifampisin merupakan induser enzim, metabolisme klorampenikol oleh liver akan ditingkatkan sehingga menurunkan konsentrasi plasma klor
ampenikol.
Rekomendasi
Dilakukan penaikan kadar klorampenikol agar konsentrasi plasma mencapai jendela terapeutik.
2. Kotrimoksazol + rifampisin
Konsentrasi kotrimoksazol dalam plasma dikurangi oleh rifampisin, efek profilaksis pada pasien HIV yang menggunakan rifampisin. Pada pas
ien normal tidak ada interaksi yang signifikan pada pemberian trimetroprim 240 mg dengan rifampisin 900 mg dalam sehari.
Mekanisme
Rifampisin merupakan induser enzim, metabolisme klorampenikol oleh liver akan ditingkatkan sehingga menurunkan konsentrasi plasma klor
ampenikol.
3.Rifampisin + dapson
Rifampisin akan meningkatkan eksresi dapson via urin, menurunkan konsentrasi plasma dapson dan meningkatkan resiko toksik (methamoglo
binaemia)
Mekanisme
Rifampisin meningkatkan metabolism dan klirens dapson. Rifampisin juga meningkatkan konsentrasi plasma toksik hydroxylamine metabolit
yang dihasilkan dapson.
Rekomendasi
Penggunaan bersama obat ini harus di evaluasi untuk memastikan treatment yang dilakukan efektif. Penaikan dosis dapson mungkin perlu dila
kukan, namun penaikan dosis akan meningkatkan toksik yang di hasilkan dari metabolitnya.
Interaksi Obat Rifampisin
4. Linezolid + rifampicin
Konsentrasi plasma rifampisin yang diberikan secara iv akan dikurangi oleh pemberian rifampisin secara intravena.
Mekanisme
Reduksi konsentrasi plasma rifampisin dapat dikaitkan dengan induksi P-glycoprotein oleh rifampisin menyebabkan meningkatnya eksresi
linezolid.
Rekomendasi
Bila pemberian rifampisin dan linezolid di lakukan bersamaan perlu dilakukan monitoring secara berkala.
8. Rifampisin + phenobarbital
Phenobarbital dapat meningkatkan klirens rifampisin.
Mekanimse
Phenobarbital dan rifampisin adalah induser enzim CYP450. Diduga phenobarbital membuat rifampisin dimetabolisme lebih cepat
Rekomendasi
Penggunaan bersama dapat dilakukan, tapi monitoring respon kedua obat
9. Rifampisin + probenesid
Probenesid dapat meningkatkan konsetrasi plasma rifampisin
Mekanisme
Diduga probenesid meningkatkan absorpsi rifampisin
1. Pyrazinamide + antigout
Pyrazinamide dapat menyebabkan hiperurikemia dan dapat mengurangi efek urikosurik benzbromzrone dan probenesid.
Mekanisme
Pirazinamid akan terhidrolisis dalam tubuh menjadi asam pirazinoik yang akan meningkatkan resiko hiperurikemia.
Rekomendasi
Probenesid dapat digunakan untuk mengatasai hiperurisemia yang disebabkan pirazinamid, selain itu penggunaan obat lain dapat
dilakukan dengan menaikan dosis,
Interaksi obat Etambutol
1. Etambutol + antacid
Antacid (AlOH atau MgOH) dapat menyebabkan penurunan absorpsi etambutol pada beberapa pasien.
Mekanisme
AlOH dapat mempengaruhi pengosongan lambung.
Rekomendasi
Hindari pemberian etambutol dan antasid secara bersamaan. Beri jeda waktu selama 4 jam setelah pemberian etambutol.
2. Etambutol + makanan
Etambutol yang diberikan di sertai dengan makanan akan berbeda farmakokinetinya bila dibandingkan dengan saat puasa, dengan kata lain
etambutol bekerja efektif pada keadaan perut kosong. Maka dari itu pemberian etambutol di sarankan diberi saat perut kosong
Interaksi obat Aminoglikosida
1. Aminoglikosida + loop diuretic
Penggunaan aminoglikosida dan asam etakrilat secara bersamaan perlu dihindari karena resikonya yang dapat menyebab
kan aditif. Bahkan bila dosis yang digunakan merupakan dosis wajar tetap tidak aman. Selain itu ada kemungkinan intera
ksi antara furosemide dan aminoglikosida menyebabkan nefrotoksik dan ototoksik.
Pasien yang mengkonsumsi streptomisin dan loop diuretic dilaporkan mengalami ketulian dalam jangka waktu 30 menit
dan semakin memburuk setlah 2 minggu.
Mekanisme
Aminoglikosida atau asam etakrinik bila diberikan tidak bersamaan dapat membahayakan telinga dan dapat menyebabka
n ketulian, bila di gunakan bersamaan akan meningkatkan resiko ketulian
Rekomendasi
Penggunaan aminoglikosida dan asam etakrinik harus dihindari karena efek ketulian yang disebabkannya. Bila pengguna
an aminoglikosida dan asam etakrinik harus dilakukan, pasien diberikan dosis minimun dan efek samping pada pendenga
ran perlu di awasi.
Studi kasus
Nama pasien KLM
Jenis kelamin Laki-laki
umur 76 tahun (lansia) 60 kg
alamat Panti jompo bahagia
Keadaan fisik - Tidak nafsu makan
- Memiliki batuk produktif
- Kurus
- Mengalami kesulitan pernapasan ringan
Dari hasil laboratorium secara keseluruhan menunjukkan hasil
yang normal, kecuali terjadi sedikit peningkatan pada :
Keterangan Hasil
Pemeriksaan kulit PPD Penebalan kulit sebesar 16 mm
dimana pada pemeriksaan awal
hasil menunjukkan hasil negatif
Pemeriksaan sputum Menunjukkan hasil positif
Gejala
• Tidak nafsu makan
• Batuk produktif
• Kesulitan pernafasan ringan
Dari gejala yang dialami oleh pasien terdapat indikasi pasien menderita TB
Analisa kasus
Rifampisin adalah induser enzim CYP 450. di duga penurunan kadar p
lasma kloramfenikol terjadi karena rifampisin
Penyelesaian masalah
• Penaikan dosis kloramfenikol
Daftar pustaka
Baxter, K. (2006). Book Review: Stockley’s Drug Interactions, 7th Edition. Annals
of Pharmacotherapy, 40(6), 1219–1219. https://doi.org/10.1345/aph.1g691