Anda di halaman 1dari 28

Interaksi Obat

Tuberkulosis (TBC)
Kelompok 6
Intan Permatasari 3351191035
Vinni Haiva Azhari 3351191088
Hana Urjuwanah 3351191093
Milatina Hanifan 3351191144
Ricky Zakaria 3351191184
Juniya Hendrayani 3351191194
Agenda Style
Pendahulan

Tinjauan Pustaka

Interaksi Obat

Studi Kasus
Pendahuluan
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium

Prevalensi Tuberkulosis ekstra paru adalah TBC


sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017 jum yang menyerang organ tubuh lain selain
lah kasus baru TBC tahun 2017pada laki-laki 1, paru, misalnya pleura, selaput otak,
4 kali lebih besar dibandingkan pada perempu selaput jantung (pericardium), kelenjar
an. limfe, tulang, persendian, kulit, usus,
ginjal,saluran kencing, alat kelamin, dan
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang lain-lain.
menyerang jaringan (parenkim) paru. tidak
termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar
pada hilus.
Gejala Tuberkulosis
Gejala TB Paru Gejala Khusus Selain TB Paru

 Gejala utama • Gejala tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
Batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru)
akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
• Gejala tambahan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai
dahak bercampur darah,batuk darah, sesak nafas, sesak.
badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan • Apabila ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat dis
menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa ertai dengan keluhan sakit dada.
kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu • Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang y
bulan. ang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit
diatasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
• Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak)
dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya
adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Faktor Resiko
Penyakit TBC paru yang disebabkan terjadi ketika daya
tahan tubuh menurun. Dalam perspektif epidemiologi yang melihat
kejadian penyakit sebagai hasil interaksi antar tiga komponen pej
amu (host), penyebab (agent), dan lingkungan (environment) dapat
ditelaah faktor risiko dari simpul-simpul tersebut.
Pada sisi pejamu, kerentanan terhadap infeksi Mycobacte
rium tuberculosis sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh seseo
rang pada saat itu. Pengidap HIV AIDS atau orang dengan status
gizi yang buruk lebih mudah untuk terinfeksi dan terjangkit TBC.
Pencegahan Tuberkulosis
 Pencegahan Terhadap Infeksi Tuberkulosis
– Pencegahan terhadap sputum yang infeksius
• Case finding : Dilakukan foto rontgen dada masal dan uji tuberkulin secara Mantoux
• Isolasi penderita dan mengobati penderita.
• Ventilasi harus baik, kepadatan penduduk dikurangi.
• Bila penderita berbicara, jangan terlampau dekat dengan lawan bicaranya
• Batuk dan bersin sambil menutup mulut/hidung dengan sapu tangan atau tissue

 Meningkatkan Daya Tahan Tubuh


– Meningkatkan standar hidup, yaitu dengan makanan empat sehat lima sempurna, perumahan
dengan ventilasi yang cukup, tidur teratur, dan olahraga di udara segar.
– Meningkatkan kekebalan tubuh dengan vaksinasi BCG , Vaksin BCG ( Basil dari Calmette dan
Guėrin ).
Terapi Farmakologi
Kategori 1 Kategori 2
- pasien baru TB paru BTA positif Untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya:
- pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif - pasien kambuh
- pasien TB ekstra paru - pasien gagal
 Fase intensif - pasien dengan pengobatan terputus
Isoniazid (H), rifampisin (R) , pirazinamid (Z) dan  Fase Intensif
etambutol (E), selama 2 bulan setiap hari (2HRZE). Isoniazid (H), rifampisin (R), pirazinamid (Z), etambutol
 Fase lanjutan (E) dan streptomisin (S) selama 2 bulan setiap hari (2HR
Isoniazid (H) dan rifampisin (R) selama 4 bulan 3 ZES)
kali seminggu (4H3R3)
 Fase Lanjutan
selanjutnya isoniazid (Z), rifampisin (R) dan etambutol (
E) selama 5 bulan 3 kali seminggu (5H3R3E3)

* Jika setelah 2 bulan BTA masih positif, fase intensif dit


ambah 1 bulan sebagai sisipan dengan isoniazid, rifampis
in, pirazinamid dan etambutol (HRZE)
Dosis Untuk Paduan OAT
Kategori 1

TAHAP INTENSIF TAHAP LANJUTAN


Berat badan
(tiap hari selama 56 hari) HRZE (3 kali seminggu selama 4 bulan) R
(75/150/400/275 H (150/150)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 2 KDT

38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 2 KDT

55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 2 KDT

>70 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 2 KDT


Dosis Untuk Paduan OAT
Kategori 2
TAHAP INTENSIF tiap hari HRZE
(75/150/400/275) + S TAHAP LANJUTAN
Berat badan
(3 kali seminggu selama 5 bulan)
Setiap hari selama
Setiap 56 hari
28 hari

2 tablet 4KDT + 500 mg


30-37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT + 2 tablet Etmabutol
streptomisin inj

3 tablet 4KDT + 750


38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 2KDT + 3 tablet Etambutol
streptomisin injeksi

4 tablet 4KDT + 1g
55-70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2 KDT + 4 tablet Etambutol
streptomisin injeksi *)

5 tablet 4KDT + 1 g
>70 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2 KDT + 5 tablet Etambutol
streptomisin injeksi *)
Paduan Obat TB Untuk Anak
Jenis Obat BB < 10 kg BB 10-20 kg BB 20-33 kg

Isoniazid 50 mg 100 mg 200 mg

Rifampisin 75 mg 150 mg 300 mg

Pirazinamid 150 mg 300 mg 600 mg

 Tahap intensif terdiri dari Isoniazid (H), Rifampisin (R) dan Pirazinamid (Z) se
lama 2 bulan diberikan setiap hari (2HRZ).

 Tahap lanjutan terdiri dari Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) selama 4 bulan dib
erikan setiap hari (4HR).
Mekanisme Kerja Obat

Obat obat anti tuberculosis diantaranya :


Streptomisin (golongan aminoglikosida), etambutol, pirazinamid, isoniazid dan rifampisin

• Isoniazid : menghambat sintesis asam mikolat, komponen terpenting daam dinding bakteri
• Rimpafisin : menghambat aktivitas polymerase RNA yang tergantung DNA pada sel-sel yang rentan
• Pirazinamid : merupakan analog pirazin dari nikotinamid yang bersifat bakteriostatik atau bakterisid
terhadap Mycobacterium tuberculosis tergantung pada dosis pemberian.
Mekanisme belum diketahui secara pasti
• Etambutol : menghambat sintesis minimal satu metabolit yang menyebabkan kerusakan pada 1
metabolisme sel, menghambat multiplikasi, dan kematian sel
• Streptomisin : merupakan antibiotik bakterisid yang mempengaruhi sintesis protein
Interaksi Obat Isoniazid
1. Isoniazid + Asam aminosalisilat
Mekanisme
Asam aminosalisilat menginhibisi atau memperlambat metabolism isoniazid
Interaksi yang terjadi adalah konsentrasi plasma isoniazid akan di tingkatkan oleg asam aminosalisilat. T1/2 isoniazid dapat ditingkatkan
dari 1,32 jam menjadi 2,89 jam.

2. Isoniazid + antasid
AlOH dapat menyebabkan sedikit penurunan absorpsi isoniazid di usus.
Mekanisme
AlOH menunda pengosongan gastric, menyebabkan penyimpanan isoniazid di dalam perut. Sedangkan isoniazid mengalami absorbs di
usus. Ini menyebabkan sedikit penurunan konsentrasi plasma isoniazid.
Rekomendasi
Pemberian dianjurkan tidak bersamaan.

3. Isoniazid + siprofloksasin
Siprofloksasin dapat menyebabkan peningkatan bioavailability isoniazid.
Mekanisme
Siprofloksasin dapat memperlambat motilitas lambung dan pengosongan lambung.
7. Etionamid + isoniazid
Isoniazid dapat menyebabkan reaksi psikotik akut dengan etionamid.
Interaksi Obat Isoniazid
4. Isoniazid + disulfiram
Pemberian isoniazid bersamaan dengan 500 mg disulfiram perhari akan menyebabkan disorientasi, mudha tersinggung, imsomnia, dan lesu
Mekanisme
Isoniazid dan disulfiram yang diberikan bersamaan dapat menekan biosintesis dopamine
Rekomendasi
Penggunaan isoniazid dan disulfiram secara bersamaan dapat dilakukan tapi respon yang di hasilkan perlu di monitor.

5. Isoniazid + propranolol
Propranolol dapat menyebabkan pengurangan klirena isoniazid
Mekanisme
Propranolol menginhibisi metabolism (asetilasi) oleh liver.

6. Isoniazid + ridamycins
Interaksi yang terjadu adalah meningkatkan resiko hepatotoksik
Mekanisme
Rifampisin atau isoniazid sendiri memiliki efek hepatotoksik, bila di berikan bersamaan akan meningkatkan efek hepatotoksiknya.
Rekomendasi
Monitoring fungsi hati secara berkala perlu dilakukan
Interaksi Obat Isoniazid
7. Isoniazid + etambutol
Gangguan saraf penglihatan yang disebabkan oleh etambutol ditingkatkan oleh isoniazid
Rekomendasi
Penggunaan isoniazid dan etambutol secara bersamaan dapat dilakukan, namun bila terjadi gangguan penglihatan pengobatan harus dihentikan
Bila dalam waktu 6 minggu tidak ada perbaikan maka pengobatan menggunakan etambutol perlu di hentikan
8. Isoniazid + makanan
Absorpsi isoniazid di kurangi dengan adanya makanan.
Mekanisme
Makanan akan menunda pengosongan lambung maka absorpsi di usus juga akan terhambat.
Rekomendasi
Isoniazid sebaiknya diminum 30 menit sebelum makan atau 2 jam setelah makan.
9. Isoniazid + pethidine
Interaksi dapat menyebabkan hipotensi dan lemas.
Mekanisme
Isoniazid menginhibisi MAO-inhibitory selain itu petidin dapat menyebabkan kemungkinan fatal MAO-inhibitory properties
Rekomendasi
Pemberian isoniazid dan pethidine diberi jeda waktu 3-4 jam
10. isoniazid + prednisolone
prednisolone dapat menurunkan konsentrasi plasma isoniazid.
Mekanisme
Perubahan metabolisme atau ekresi isoniazid oleh ginjal dapat menyebabkan penurunan kadar plasma.
Rekomendasi
Pantau pengurangan konsentrasi plasma bila perlu dilakukan penaikan dosis isoniazid
Interaksi Obat Rifampisin
1. Klorampenikol + rifampisin
Konsentrasi plasma klorampenikol akan menurun bila digunakan secara bersamaan dengan rifampisin
Mekanisme
Rifampisin merupakan induser enzim, metabolisme klorampenikol oleh liver akan ditingkatkan sehingga menurunkan konsentrasi plasma klor
ampenikol.
Rekomendasi
Dilakukan penaikan kadar klorampenikol agar konsentrasi plasma mencapai jendela terapeutik.

2. Kotrimoksazol + rifampisin
Konsentrasi kotrimoksazol dalam plasma dikurangi oleh rifampisin, efek profilaksis pada pasien HIV yang menggunakan rifampisin. Pada pas
ien normal tidak ada interaksi yang signifikan pada pemberian trimetroprim 240 mg dengan rifampisin 900 mg dalam sehari.
Mekanisme
Rifampisin merupakan induser enzim, metabolisme klorampenikol oleh liver akan ditingkatkan sehingga menurunkan konsentrasi plasma klor
ampenikol.

3.Rifampisin + dapson
Rifampisin akan meningkatkan eksresi dapson via urin, menurunkan konsentrasi plasma dapson dan meningkatkan resiko toksik (methamoglo
binaemia)
Mekanisme
Rifampisin meningkatkan metabolism dan klirens dapson. Rifampisin juga meningkatkan konsentrasi plasma toksik hydroxylamine metabolit
yang dihasilkan dapson.
Rekomendasi
Penggunaan bersama obat ini harus di evaluasi untuk memastikan treatment yang dilakukan efektif. Penaikan dosis dapson mungkin perlu dila
kukan, namun penaikan dosis akan meningkatkan toksik yang di hasilkan dari metabolitnya.
Interaksi Obat Rifampisin
4. Linezolid + rifampicin
Konsentrasi plasma rifampisin yang diberikan secara iv akan dikurangi oleh pemberian rifampisin secara intravena.
Mekanisme
Reduksi konsentrasi plasma rifampisin dapat dikaitkan dengan induksi P-glycoprotein oleh rifampisin menyebabkan meningkatnya eksresi
linezolid.
Rekomendasi
Bila pemberian rifampisin dan linezolid di lakukan bersamaan perlu dilakukan monitoring secara berkala.

5. Metronidazole atau tinidazole + rifampisin


Rifampisin akan meningkatkan klirens metronidazole dan tinidazole.
Mekanisme
Rifampisin meningkatkan metabolism metronidazole dan tinidazole oleh liver.
Rekomendasi
Dilakukan jeda pada pemberian rifampisin

6. Rifampisin + asam amino salisilat


Konsetrasi plasma rifampisin akan dikurangi setengahnya bila diberikan bersamaan dengan asam aminosalisilat yang menandung bentonite
Mekanisme
Bentonite akan mengadsorbsi rifampisin di permukaannya sehingga terjadi pengurangan konsentrasi rifampisin yang akan sampai ke serum
plasma.
Rekomendasi
Pemberian kedua obat di beri jeda 8 – 12 jam
Interaksi Obat Rifampisin
7. Rifampisin + makanan
Makanan akan menunda dan mengurangi absorpsi rifampisin dari lambung
Rekomendasi
Rifampisin sebaiknya di minum pada saat lambung kosong. 30 menit sebelum makan atau 2 jam setelah makan.

8. Rifampisin + phenobarbital
Phenobarbital dapat meningkatkan klirens rifampisin.
Mekanimse
Phenobarbital dan rifampisin adalah induser enzim CYP450. Diduga phenobarbital membuat rifampisin dimetabolisme lebih cepat
Rekomendasi
Penggunaan bersama dapat dilakukan, tapi monitoring respon kedua obat

9. Rifampisin + probenesid
Probenesid dapat meningkatkan konsetrasi plasma rifampisin
Mekanisme
Diduga probenesid meningkatkan absorpsi rifampisin

10. Tetrasiklin + rifampisin


Rifampisin dapat mengurangi konsentrasi plasma tetrasiklin
Mekanisme
Rifampisin meningkatkan metabolism tetrasiklin
Rekomendasi
Diberikan jeda waktu
Interaksi Obat Rifampisin
1. Rifampisin + antasida
Absorpsi rifampisin akan dikurangi sebanyak 1/3 oleh antasida
Mekanisme
Peningkatan pH lambung menyebabkan disolusi rifampisin terhambat. Selain itu AlOH dapat membentuk khekat dengan rifampisin,
sedangkan MgOH dapat mengabsorbsi rifampisin.
Rekomendasi
Pemberian rifampisin dilakukan 1 jam sebelum pemberian antasida.
Interaksi Obat Pyrazinamid

1. Pyrazinamide + antigout
Pyrazinamide dapat menyebabkan hiperurikemia dan dapat mengurangi efek urikosurik benzbromzrone dan probenesid.
Mekanisme
Pirazinamid akan terhidrolisis dalam tubuh menjadi asam pirazinoik yang akan meningkatkan resiko hiperurikemia.
Rekomendasi
Probenesid dapat digunakan untuk mengatasai hiperurisemia yang disebabkan pirazinamid, selain itu penggunaan obat lain dapat
dilakukan dengan menaikan dosis,
Interaksi obat Etambutol
1. Etambutol + antacid
Antacid (AlOH atau MgOH) dapat menyebabkan penurunan absorpsi etambutol pada beberapa pasien.
Mekanisme
AlOH dapat mempengaruhi pengosongan lambung.
Rekomendasi
Hindari pemberian etambutol dan antasid secara bersamaan. Beri jeda waktu selama 4 jam setelah pemberian etambutol.

2. Etambutol + makanan
Etambutol yang diberikan di sertai dengan makanan akan berbeda farmakokinetinya bila dibandingkan dengan saat puasa, dengan kata lain
etambutol bekerja efektif pada keadaan perut kosong. Maka dari itu pemberian etambutol di sarankan diberi saat perut kosong
Interaksi obat Aminoglikosida
1. Aminoglikosida + loop diuretic
Penggunaan aminoglikosida dan asam etakrilat secara bersamaan perlu dihindari karena resikonya yang dapat menyebab
kan aditif. Bahkan bila dosis yang digunakan merupakan dosis wajar tetap tidak aman. Selain itu ada kemungkinan intera
ksi antara furosemide dan aminoglikosida menyebabkan nefrotoksik dan ototoksik.
Pasien yang mengkonsumsi streptomisin dan loop diuretic dilaporkan mengalami ketulian dalam jangka waktu 30 menit
dan semakin memburuk setlah 2 minggu.
Mekanisme
Aminoglikosida atau asam etakrinik bila diberikan tidak bersamaan dapat membahayakan telinga dan dapat menyebabka
n ketulian, bila di gunakan bersamaan akan meningkatkan resiko ketulian
Rekomendasi
Penggunaan aminoglikosida dan asam etakrinik harus dihindari karena efek ketulian yang disebabkannya. Bila pengguna
an aminoglikosida dan asam etakrinik harus dilakukan, pasien diberikan dosis minimun dan efek samping pada pendenga
ran perlu di awasi.
Studi kasus
Nama pasien KLM
Jenis kelamin Laki-laki
umur 76 tahun (lansia) 60 kg
alamat Panti jompo bahagia
Keadaan fisik - Tidak nafsu makan
- Memiliki batuk produktif
- Kurus
- Mengalami kesulitan pernapasan ringan
Dari hasil laboratorium secara keseluruhan menunjukkan hasil
yang normal, kecuali terjadi sedikit peningkatan pada :

Keterangan Hasil lab Nilai normal


BUN (Blood Urea 25 mg/dL 7-20 mg/dL
Nitrogen
Kadar serum 1,3 mg/dL 0,5-1,2 mg/dL
kreatinin
Radiografi paru – Pada lobus kanan bawah tidak terjadi penya
paru ringan udara ; pasien memiliki sejarah kega
galan jantung kongestif dimana terkontrol de
ngan baik
Hasil pewarnaan Menunjukkan hasil negative (tidak terjadi per
gram (pemeriksaa ubahan warna)
n awal)
Karena pada perawatan di panti jompo sebelumnya sudah terjadi 2 kasus
TB aktif, maka diperlukan tes kulit PPD (purified Protein Derivative) dan s
putum smear untuk AFB (Acid Fast Bacillus)

Keterangan Hasil
Pemeriksaan kulit PPD Penebalan kulit sebesar 16 mm
dimana pada pemeriksaan awal
hasil menunjukkan hasil negatif
Pemeriksaan sputum Menunjukkan hasil positif
 Gejala
• Tidak nafsu makan
• Batuk produktif
• Kesulitan pernafasan ringan

Dari gejala yang dialami oleh pasien terdapat indikasi pasien menderita TB

 Dari hasil pemeriksaan laboratorium pasien di indikasi mengalami penurunan


fungsi ginjal karena kadar BUN dan serum kreatinin yang diatas batas normal

 Maka terapi pengobatan yang dapat dilakukan adalah


1. INH 300 mg + Rifampisin 600 mg + Pyrazina
mide 20-25 mg/kg + Ethambutol 15-20mg/kg
sehari selama 8 minggu. Dilanjutkan dengan I
NH + Rifampisin selama 16 minggu ( 2HRZE +
4HR)

Pasien dipantau fungsi ginjal dan hati secara be


rkala
STUDI KASUS
Seorang pasien datang ke apotek dengan keluhan diare yang tidak ku
njung sembuh, diketahui pasien sudah datang ke dokter dan mengkon
sumsi antibiotik kloramfenikol sehari yang lalu, pasien sedang menjala
ni terapi TBC dengan obat yang di konsumsi adalah Isoniazid, rifampis
in, pirazinamid, etambutol.

Analisa kasus
Rifampisin adalah induser enzim CYP 450. di duga penurunan kadar p
lasma kloramfenikol terjadi karena rifampisin

Penyelesaian masalah
• Penaikan dosis kloramfenikol
Daftar pustaka
Baxter, K. (2006). Book Review: Stockley’s Drug Interactions, 7th Edition. Annals
of Pharmacotherapy, 40(6), 1219–1219. https://doi.org/10.1345/aph.1g691

Anda mungkin juga menyukai