Anda di halaman 1dari 39

Referat

HYPERTIROID

Istifani. A. Lawenga Pembimbing :


09 777 036 dr. Winarti Arifuddin, Sp.PD

Bagian Ilmu Penyakit Dalam


RSU Anutapura
Universitas Alkhairaat
2014
Pendahuluan
• Penyakit kelenjar tiroid (kelenjar gondok) termasuk
penyakit yang sering ditemukan di masyarakat. Banyak
orang yang tidak menyadari datangnya gangguan tiroid.
Inilah yang membuat jumlah penderita tiroid terus
meningkat.
• Hipertiroidisme dan tirotoksikosis sering dipertukarkan.
Tirotoksikosis berhubungan dengan suatu kompleks
fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu
jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan. Sedangkan
hipertiroidisme adalah tirotoksikosis sebagai akibat
produksi tiroid itu sendiri.
• Fungsi utama hormon tiroid adalah meningkatkan aktivitas
metabolik seluler, sebagai hormon pertumbuhan, dan
mempengaruhi mekanisme tubuh yang spesifik seperti
sistem kardiovaskuler dan regulasi hormon lain.
Anatomi
Definisi

• Manifestasi Klinis kelebihan hormon


Tirotoksikosis
tiroid yang beredar dalam sirkulasi

• Tirotoksikosis yang diakibatkan


Hypertiroidisme
hyperaktifitas dari kelenjar tiroid
Etiologi
• Grave’s Disease.
• Toxic nodular goiter.
• Tiroiditis.
• Minum obat hormon tiroid berlebihan.
• Produksi TSH yang berlebihan.
• Konsumsi yodium berlebihan.
• Tumor
Patofisiologi
Patofisiologi
Klasifikasi Pembesaran Kelenjar
Tiroid

• Tidak teraba.
Grade 0

• Teraba dan terlihat hanya dengan kepala


Grade I ditengadahkan.

• Mudah dilihat, kepala posisi biasa.


Grade II

• Terlihat dari jarak tertentu.


Grade III
Diagnosis
• Diawali oleh kecurigaan klinis. Berdasarkan
indeks klinis Wayne and Newcastle yang
didasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis
yang teliti.
• Dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang
untuk konfirmasi diagnosis anatomis, status
tiroid, dan etiologi.
Pemeriksaan Fisik

Tanda-tanda umum dari tirotoksikosis adalah


sebagai berikut :
• Takikardia
• Exophtalmus
• Hipertensi sistolik
• Tangan tremor
• Kelemahan otot
• Penurunan berat badan meskipun nafsu makan
meningkat
• Pembesaran pada kelenjar tiroid
Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan

a. Terapi Medis :
– Golongan thionamides : Propylthiouracil (PTU),
Methimazole (MMI) dan Karbimazol (CBZ).
– β-bloker.
b. Terapi Yodium Radioaktif / Radioiodine
c. Intervensi Bedah
Komplikasi
Komplikasi hypertiroidisme yang dapat
mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik
(Thyroid Storm). Hal ini dapat berkernbang
secara spontan pada pasien hypertiroid yang
menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar
tiroid, atau terjadi pada pasien hypertiroid
yang tidak terdiagnosis.
Prognosis
Pada dasarnya, prognosis penyakit ini baik,
bila diberikan terapi yang efektif. Tetapi tetap
tergantung pada durasi dan tingkat keparahan
penyakit sebelum diterapi. Fisik pasien dan vital
sign bisa membaik. Namun, perkembangan yang
signifikan tidak dapat langsung nampak pada
pasien yang baru saja mendapat terapi.
Perkembangannya akan nampak jika
keseimbangan tiroidnya telah stabil. Di samping
itu, tidak semua gejala akan membaik bersamaan.
Laporan Kasus
HYPERTIROID

Istifani. A. Lawenga
09 777 036

Bagian Ilmu Penyakit Dalam


RSU Anutapura
Universitas Alkhairaat
2014
I. Identitas Pasien
Nama : Tn Ajirin
Umur : 41 tahun
JK : Laki-Laki
Alamat : Ds. Kola-Kola
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 10-3-2014
Ruangan : Rajawali Bawah
II. Anamnesis
• Keluhan Utama : Lemas
• Riwayat Penyakit Sekarang :
Lemas dirasakan sejak 1 minggu yang lalu.
Keluhan disertai mual dan pusing dan juga nafsu
makan pasien menurun. Pasien juga mengeluh
jantung sering berdebar, gemetar, sering
berkeringat, berat badan yang semakin hari
semakin menurun, dan pasien merasakan matanya
semakin hari semakin menonjol. Kadang-kadang
demam disertai batuk. BAB dan BAK lancar,
berwarna biasa.
• Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat hypertiroid sejak 4 tahun yang lalu
dan mengkonsumsi obat PTU sudah 3 tahun
dan rajin kontrol. Riwayat hipertensi kurang
lebih 3 tahun.
• Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan
yang sama.
III. Pemeriksaan Fisik
• Keadaan Umum :
 SP : CM / Sakit Sedang / Kurus
 BB = 44 kg, TB = 160 cm, IMT = 17.18 (Gizi
Kurang)
• Vital Sign :
 Tekanan Darah : 140/80 mmHg
 Pernapasan : 20x/menit
 Nadi : 80x/menit
 Suhu : 36,5o C
• Kepala :
 Wajah : Tampak lemas
 Deformitas : (-)
 Bentuk : Normochepal
 Rambut : Hitam, rontok (-)
 Mata : - Konjungtiva : Anemis (-)
- Sklera : Ikterus (-)
- Pupil : Isokor, RCL +/+, RCTL +/+
- Tampak exophtalmus pada kedua mata
 Mulut : Ulkus (-), lidah kotor (-)
• Leher :
 Kelenjar GB : Limfadenopati (-)
 Tiroid : Struma bilateral Grade 2, konsistensi lunak,
permukaan rata, tepi tumpul, mengikuti gerakan
menelan, dan terdengar bunyi bruit.
 JVP : R1 +1 H2O
 Massa lain : (-)
• Paru-Paru :
 Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, massa (-),
cicatrix (-), spider nevi (-)
 Palpasi : Nyeri tekan (-), krepitasi (-), vokal
fremitus kesan normal kiri dan kanan
 Perkusi : Bunyi sonor pada seluruh lapangan
paru
 Auskultasi : Vesikuler, Rhonki (-)/(-), Wheezing
(-)/(-)
• Jantung :
 Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
 Palpasi : Ictus cordis teraba
 Perkusi :
 Batas atas ICS II linea parasternalis sinistra
 Batas kanan ICS V linea parasternalis
dextra
 Batas kiri ICS V linea midclavicularis
sinistra
 Auskultasi : BJ I/II murni reguler
• Abdomen :
Inspeksi : Warna kulit kesan normal, permukaan parut
datar
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium dan hipokondrium
dextra, Hepatomegali (-), Spleenomegali (-), massa
lain (-)
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Peristaltik (+)
• Anggota Gerak :
Atas : Edema (-), Tophus (-)
Bawah : Edema (-), Tophus (-)
• Pemeriksaan Khusus : Pemeriksaan Tremor (+)
IV. Resume
Laki-laki 41 tahun MRS dengan keluhan lemas yang
dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan disertai mual dan
pusing dan juga nafsu makan pasien menurun. Pasien juga
mengeluh jantung sering berdebar, gemetar, sering berkeringat,
berat badan yang semakin hari semakin menurun, dan pasien
merasakan matanya semakin hari semakin menonjol. Kadang-
kadang demam disertai batuk. BAB dan BAK lancar, berwarna
biasa. Riwayat hypertiroid sejak 4 tahun yang lalu dan
mengkonsumsi obat PTU sudah 3 tahun dan rajin kontrol.
Riwayat hipertensi kurang lebih 3 tahun.
Pasien kurus, TD 140/80 mmHg, N 80x/menit, P
20x/menit, S 36,5oC. Tampak exophtalmus pada kedua mata,
pada tiroid terdapat struma bilateral Grade 2, konsistensi lunak,
permukaan rata, tepi tumpul, mengikuti gerakan menelan, dan
terdengar bunyi bruit, nyeri tekan epigastrium dan
hypokondrium dextra. Pemeriksaan tremor (+).
V. Hasil Laboratorium
PEMERIKSAAN Hasil NILAI RUJUKAN
ENDOKRINOLOGI 30 September 2013
FT4 1.670 0.85 – 1.55 ng/dL
TSHs 0,005 0.27 – 4.7 µIU/mL
PEMERIKSAAN Hasil NILAI RUJUKAN
DARAH RUTIN 11 Maret 2014
WBC 4.1 x 103/mm3 4 – 10 x 103/mm3
RBC 3.63 x 106/mm3 4.50 – 6.50 x 106/mm3
HGB 13.3 g/dL 13 – 17 g/dL
HCT 20.9 % 40 – 54 %
PLT 424 x 103/mm3 150 – 500 103/mm3
PEMERIKSAAN Hasil NILAI RUJUKAN
KIMIA DARAH 11 Maret 2014
Glukosa Sewaktu 95 mg/dL 170 mg/dL
PEMERIKSAAN Hasil NILAI RUJUKAN
DARAH RUTIN 11 Maret 2014
WBC 6.0 x 103/mm3 4 – 10 x 103/mm3
RBC 5.42 x 106/mm3 4.50 – 6.50 x 106/mm3
HGB 13.7 g/dL 13 – 17 g/dL
HCT 35.9 % 40 – 54 %
PLT 274 x 103/mm3 150 – 500 103/mm3
VI. Diagnosis Kerja
Hypertiroid ec Grave’s Disease

VII. Diagnosis Banding


Ca Tiroid
VIII. Penatalaksanaan
• Non Medikamentosa :
Diet tinggi kalori 2600 – 3000 kalori perhari
Konsumsi protein yang tinggi yaitu 100 –
125 gr/hari (2.5 gr/kgBB/hari) seperti susu
dan telur
Olahraga secara teratur
Mengurangi rokok, alkohol, dan kafein yang
dapat meningkatkan metabolisme
• Medikamentosa :
IVFD RL 28 tpm
PTU 2x1
Propanolol 1x10 mg
Gastrofer 1 gr/hr/IV
IX. Follow Up
TANGGAL/JAM PERJALANAN INSTRUKSI DOKTER
PENYAKIT
Hari 1 S : Lemas sejak 1 minggu yang lalu, SUH IVFD RL 28 tpm
11/3/2014 (-), mual (+), muntah (-), pusing (+). PTU 2x1
TD 140/90 mmHg Riwayat hypertiroid sejak 4 tahun yang Omeprazole 1 amp/hr
N 88x/menit lalu dan mengkonsumsi obat PTU sudah 3
P 22x/menit tahun dan rajin kontrol. Riwayat HT Lab DL, GDS
S 36.0oC kurang lebih 3 tahun.
O : Anemis (-), ikterus (-), exophthalmus
(+), pada tiroid terdapat struma bilateral
Grade 2, konsistensi lunak, permukaan
rata, tepi tumpul, mengikuti gerakan
menelan, dan terdengar bunyi bruit,
vesikuler, rhonki (-)/(-), wheezing (-)/(-),
NTE (+), tremor (+).
A : Hypertiroid ec Grave’s Disease
Hari 2 S : Masih lemas, pusing (+). IVFD RL 28 tpm
12/3/2014 O : Anemis (-), ikterus (-), exophthalmus PTU 2x1
TD 130/80 mmHg (+), pada tiroid terdapat struma bilateral Propanolol 1x10 mg
N 78x/menit Grade 2, konsistensi lunak, permukaan Gastrofer 1 gr/hr/IV
P 22x/menit rata, tepi tumpul, mengikuti gerakan
S 36.6oC menelan, dan terdengar bunyi bruit,
vesikuler, rhonki (-)/(-), wheezing (-)/(-
), NTE (+), tremor (+).
A : Hypertiroid ec Grave’s Disease

Hari 3 S : Masih lemas, pusing (+). IVFD RL 28 tpm


13/3/2014 O : Anemis (-), ikterus (-), exophthalmus PTU 2x1
TD 140/90 mmHg (+), pada tiroid terdapat struma bilateral Propanolol 1x10 mg
N 80x/menit Grade 2, konsistensi lunak, permukaan Gastrofer 1 gr/hr/IV
P 22x/menit rata, tepi tumpul, mengikuti gerakan
S 36.0oC menelan, dan terdengar bunyi bruit,
vesikuler, rhonki (-)/(-), wheezing (-)/(-
), NTE (+), tremor (+).
A : Hypertiroid ec Grave’s Disease
Hari 4 S : Lemas berkurang, pusing berkurang. IVFD RL 28 tpm
14/3/2014 O : Anemis (-), ikterus (-), exophthalmus PTU 2x1
TD 130/80 mmHg (+), pada tiroid terdapat struma bilateral Propanolol 1x10 mg
N 88x/menit Grade 2, konsistensi lunak, permukaan Gastrofer 1 gr/hr/IV
P 22x/menit rata, tepi tumpul, mengikuti gerakan
S 36.2oC menelan, dan terdengar bunyi bruit,
vesikuler, rhonki (-)/(-), wheezing (-)/(-
), NTE (+), tremor (+).
A : Hypertiroid ec Grave’s Disease

Hari 5 S : Keluhan (-). IVFD RL 28 tpm


15/3/2014 O : Anemis (-), ikterus (-), exophthalmus PTU 2x1
TD 130/80 mmHg (+), pada tiroid terdapat struma bilateral Propanolol 1x10 mg
N 70x/menit Grade 2, konsistensi lunak, permukaan Gastrofer 1 gr/hr/IV
P 22x/menit rata, tepi tumpul, mengikuti gerakan
S 36.4oC menelan, dan terdengar bunyi bruit,
vesikuler, rhonki (-)/(-), wheezing (-)/(-
), NTE (+), tremor (+).
A : Hypertiroid ec Grave’s Disease
Diskusi
• Hipertiroidisme merupakan gangguan yang
melibatkan sintesis dan sekresi yang
berlebihan dari hormon tiroid oleh kelenjar
tiroid, yang mengarah pada kondisi
hipermetabolik tirotoksikosis. Bentuk paling
umum dari hipertiroid adalah struma difus
toksik (penyakit Grave’s), struma multinodular
toksik (penyakit Plummer), dan adenoma
toksik.
• Terjadinya hipertiroidisme biasanya perlahan-
lahan dalam beberapa bulan sampai beberapa
tahun, namun dapat juga timbul secara
dramatik. Manifestasi klinis yang paling sering
adalah penurunan berat badan, kelelahan,
tremor, gugup, berkeringat banyak, tidak tahan
panas, palpitasi, dan pembesaran tiroid.
Penurunan berat badan meskipun nafsu makan
bertambah dan tidak tahan panas adalah sangat
spesifik, sehingga segera dipikirkan adanya
hipertiroidisme.
• Untuk menegakkan diagnosis hypertiroid
selain menggunakan teknik anamnesis dan
pemeriksaan fisik, dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan
laboratorium, radioimmunoassay dan sitologi.
Biasanya pemeriksaan yang perlu dilakukan
adalah pengukuran kadar TSH dan kadar T4
yang bebas dalam darah.
• Pembesaran tiroid terjadi karena kekurangan
yodium. Kelenjar tiroid tidak dapat menghasilkan
hormon tiroid memadai tanpa yodium yang
cukup. Jika kekurangan yodium, kelenjar pituitary
melepaskan TSH untuk merangsang kelenjar
tiroid meningkatkan produksinya. Rangsangan
berlebihan dalam waktu lama mengakibatkan
kelenjar tiroid membesar.
• Pada penderita hypertiroid terjadi tremor. Tremor
ini mungkin disebabkan karena peningkatan
aktivitas pada daerah-daerah medulla spinalis
yang mengatur tonus otot.
• Penderita hipertiroidisme memiliki bola mata yang
menonjol yang disebut dengan exophthalmus, yang
disebabkan oleh edema daerah retro-orbita dan
degenerasi otot-otot ekstraokuli. Penyebabnya juga
diduga akibat proses autoimun. Exophthalmus berat
dapat menyebabkan teregangnya N. Optikus sehingga
penglihatan akan rusak. Exophthalmus sering
menyebabkan mata tidak bisa menutup sempurna
sehingga permukaan epithel menjadi kering dan sering
terinfeksi dan menimbulkan ulkus kornea.
• Pada pasien di atas, tujuan terapi adalah untuk
mengontrol kondisi hipertiroidisme dengan
menggunakan terapi medis, radioiodine atau intervensi
bedah.

Anda mungkin juga menyukai