Anda di halaman 1dari 8

Asuhan keperawatan

Halusinasi
Bambang Edy Prasetyo
Proses terjadinya Masalah
• Menurut Videbeck (2014), halusinasi adalah persepsi sensorik
tentang suatu objek, gambaran dan pikiran yang sering terjadi
tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua
sistem penginderaan (pendengaran, penglihatan, penghidu,
perabaan, pengecapan dan kinestetic).
• Menurut Wilson (2008), halusinasi adalah gangguan
penyerapan/persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan
dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana
terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik.
• Halusianasi adalah keadaan dimana individu / kelompok
beresiko mengalami suatu perubahan dalam jumlah dan pola
stimulasi yang datang (Carpenito, 2010).
Tanda dan Gejala

Fase I (Menyenangkan)
Karakteristik :
• Mengalami ansietas, rasa bersalah dan ketakutan
• Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan
rasa cemas
• Perilaku dan pengalaman sensori masih dalam kontrol pikiran
• Non psikotik
Fase II (Menyalahkan)
Karakteristik :
• Adanya pengalamn sensori yang menakutkan
• Mulai merasa kehilangan kontrol
• Merasa dilecehakan oleh pengalaman, menarik diri
• Non psikotik
Etiologi
• Menurut Rawlins(2009), penyebab perubahan sensori
persepsi halusinasi adalah isolasi social. Isolasi social adalah
opercobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain.
Tanda-gejala isolasi sosial :
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
Menghindar dari orang lain
Komunikasi kurang / tidak ada
Tidak ada kontak mata
Tidak melakukan aktivitas sehari-hari
Berdiam diri di kamar
Mobilitas kurang
• Resiko perilaku kekerasan Akibat

• Koping individu tidak efektif


• Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
• Isolasi sosial : menarik diri
• Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
Diagnosa Keperawatan
• Perubahan sensori persepsi : halusinasi
• Isolasi sosial : menarik diri
Intervensi kepeawatan
• Diagnosa I : perubahan sensori persepsi halusinasi
• Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
• Tujuan khusus :
• Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran hubungan interaksi
selanjutnya
• Kriteria evaluasi :
• Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau
berjabat tangan, mau menyebut nama, mau menjawab salam, klien mau duduk
berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
• Intervensi :
• Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
• Perkenalkan diri dengan sopan
• Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
• Jelaskan tujuan pertemuan
• Jujur dan menepati janji
• Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
• Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
• Klien dapat mengenal halusinasinya
• Kriteria evaluasi :
• Klien dapat menyebutkan waktu, isi, frekuensi timbulnya halusinasi, klien dapat
mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya.
• Intervensi :
• Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
• Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan tertawa
tanpa stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah ada teman
bicara
• Bantu klien mengenal halusinasinya
• Tanyakan apakah ada suara yang didengar
• Apa yang dikatakan halusinasinya
• Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu , namun perawat sendiri tidak mendengarnya.
• Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu
• Katakan bahwa perawat akan membantu klien
• Diskusikan dengan klien :
• Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi
• Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam)
• Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah, takut,
sedih, senang) beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya

Anda mungkin juga menyukai