Anda di halaman 1dari 39

Gangguan

Mental dan
Perilaku
Akibat
Penggunaan
Zat Psikoaktif

Oleh:
dr. Rini Gusya Liza, M.Ked (KJ), Sp.KJ
Sejarah

Ketergantungan dan penyalahgunaan zat bukan merupakan


masalah baru di Indonesia

300 tahun yang lalu  opium  Jawa dan Sumatera.

Awal tahun 1970an  morfin  turunan opioid lainnya seperti


petidin.

Pertengahan tahun 1990-an heroin, diikuti golongan


amphetamine-type stimulants
Definisi
NAPZA merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan
Zat Adiktif lainnya.

Zat Adiktif
Narkotika Psikotropika
Lain

NAPZA
Definisi
• Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintetis maupun semi
sintetis yang dapat menyebabkan penurunan
Narkotika
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri
dan dapat menimbulkan ketergantungan

• Zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis


bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif
Psikotropika melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku.

• Bahan lain bukan narkotika atau psikotropika


Zat Adiktif Lain yang penggunaannya dapat menimbulkan
ketergantungan
Jenis NAPZA

Jenis NAPZA:
– Natural/ alami: berasal dari tumbuh-tumbuhan (misal:
ganja)
– Sintetis (misal: shabu)
– Semi-sintetis (missal: putauw)
Penggolongan NAPZA menurut WHO Technical Report
series no.561 tahun 1973 “dependence-producing drugs”

Alcohol-barbiturate

Amphetamine

Cannabis

Cocaine

Hallucinogen

Khat

Opiate

Volatile solvents (inhalant)


Klasifikasi NAPZA berdasarkan:
UU Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika
UU Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika

Golongan 1 Heroin, Kokain, Ganja

Narkotika Golongan 2 Morfin, Petidin

Golongan 3 Codein

Golongan 1 MDMA (ektasi), LSD


NAPZA

Amfetamin,
Golongan 2
Metamfitamin, (Shabu)
Psikotropika
Pentobarbital,
Golongan 3
Flunitrazepam

Golongan 4 Diazepam, Fenobarbital,

Alkohol, Inhalansia,
Zat Adiktif Lain
Nikotin, Kafein
NAPZA berdasarkan klasifikasi kerja:

Depresan Stimulan Halusinogen


• alkohol • amfetamin • LSD, DMT
• Benzodiazepin • Metamfetamin • Meskalin
• Opioid • Kokain • PCP
• Solven • Nikotin • Ketamin
• Barbiturat • Khat • Kanabis (dosis tinggi)
• Kanabis (dosis • Kafein • Magic mushroom
rendah) • MDMA • MDMA
Adiksi, Ketergantungan Dan
Penyalahgunaan Napza

Penyalahgunaan

• Mempunyai harmfull effects terhadap kehidupan orang


• menimbulkan problem kerja
• mengganggu hubungan dengan orang lain (relationship)

Adiksi/Ketergantungan

• Mengalami toleransi, putus zat, tidak mampu


menghentikan kebiasaan menggunakan, menggunakan
dosis NAPZA lebih dari yang diinginkan
Adiksi, Ketergantungan Dan
Penyalahgunaan Napza

Ketergantungan NAPZA

• Gangguan yang menunjukkan adanya perubahan


dalam proses kimiawi otak sehingga memberikan
efek ketergantungan (craving, withdrawal,
tolerance).

Penyalahgunaan

• Dikaitkan dengan tingkah laku bereksperimentasi,


mengalami rasa kecewa, perilaku membangkang,
“masalah keuangan” dan self medication.
Jenis-jenis NAPZA dan
efeknya

Alkohol Opioid Ganja

Amfetamin
Kokain dan Benzodiazepin
turunannya
1. Alkohol
– Umumnya digunakan dalam bentuk minuman beralkohol.

– Di Indonesia, terdapat antara 2-3 juta orang yang


menggunakan minuman alkohol dari ringan sampai berat.

– Penyalahgunaan alkohol dikalangan remaja sukar dicegah


karena kurang sempurnanya pengawasan.
Gambaran Klinis
euphoria, cadel, nistagmus, ataksia, radikardia,
Intoksikasi hipotensi, kejang, koma. Pada keadaan intoksikasi
berat, refleks menjadi negatif.

Keadaan halusinasi, ilusi (bad dream), kejang, delirium, tremens,


gemetar, keluhan gastrointestinal, muka merah, mata
Putus Alkohol merah dan hipertensi.

Gangguan mulai dari radang hati sampai kanker hati, gastritis,


ulkus peptikum, pneumonia, gangguan vaskuler dan
Fisik jantung, defisiensi vitamin, fetal alcohol syndrome

Gangguan
Mental depresi hingga skizofrenia

Gangguan kecelakaan lalu lintas, perkelahian, problem domestic


lain dan tindak kekerasan.
2. Opioid
– Merupakan NAPZA yang sangat kuat potensi ketergantungannya
“horror drugs”.

– Terdapat 3 golongan besar :


a. Opioda alamiah ( Opiat ) : Morfin, Opium, Codein.
b. Opioda semisintetik : Heroin / putauw, Hidromorfin.
c. Opioda sintetik : Metadon.
– Nama jalanan dari Putauw :
ptw, black heroin, brown sugar
Cara penggunaan Heroin di Indonesia:
Cara “dragon” • uap heroin yang dipanaskan melalui
aluminium foil dihirup dengan bibir
(atau dregi, (menggunakan bong pipa dari uang kertas
ngedreg) atau plastik)

Cara injeksi • dengan menggunakan suntikan (yang disebut


insul, yaitu alat suntik untuk penderita
(cucauw, kencing manis) melalui intravenous atau intra
kipek) muscular

• bubuk heroin dicampurkan dengan


Cara merokok rokok/tembakau.
Akibat penyalahgunaan opioid:
Fisik: Psikiatri: Sosial: Kematian:
• Abses kulit • Gejala • Gangguan • Reaksi heroin
sampai withdrawal interaksi di akut -> kolaps KV
septikemia menyebabkan rumah dan -> meninggal
• Infeksi karena perilaku agresif lingkungan • Overdosis
emboli, dapat • Suicide masyarakat • Tindak kekerasan
sampai stroke • Depresi berat • Kecelakaan lalu • Bronkopneumon
• Endokarditis sampai lintas ia
• Hepatitis (B dan skizofrenia • Perilaku criminal • endokarditis
C) sampai
• HIV/AIDS kekerasan
• Opiate neonatal • Gangguan
abstinence perilaku sampai
syndrome anti social
3. Ganja
– Daun ganja (juga kembangnya) berasal dari tanaman perdu Cannabis
sativa.

– Bahan aktifnya berasal dari tanaman ganja yang bersifat adiktif, disebut
delta-tetra hidrokannabinol (THK) yang hanya larut dalam lemak

– Nama jalanan :
– Cimeng, ganja, gelek, hasish,

– marijuana, grass, bhang


Gambaran klinis

CNS-depresant

halusinogenik stimulansia
Akibat penyalahgunaan ganja:
Fisik: Psikiatri: Sosial: Kematian:
• Gangguan • Gangguan • Kesulitan belajar • Suicide
system memori sampai sampai • Infeksi berat
reproduksi kesulitan belajar dikeluarkan dari • Tindak kekerasan
• Fetal damage • Sindrom sekolah (termasuk
• Infeksi system amotivasional • Kenakalan kecelakaan lalu
pernapasan • Ansietas, panik, remaja lintas)
• Emfisema sampai reaksi • Hancurnya
• Gangguan bingung academic or job
kardiovaskular • Psikosis paranoid performance
• Gangguan sampai • Gangguan dalam
imunitas skizofrenia mengendarai
• Depresi berat kendaraan
• Gangguan saraf (
sakit kepala, sampai suicide • Terlibat
gangguan • Apatis, perilaku problema hukum
koordinasi antisosial
motoric)
4. Kokain
– Sejenis stimulansia yang di Indonesia saat ini belum begitu popular.

– Pada negara maju, umumnya bila peredaran heroin mulai dapat


dikendalikan pemerintah >>pemasaran golongan NAPZA yang bersifat
stilumansia (jenis meth-am-phetamine atau shabu-shabu kokain)
sebagai “epidemik narkotika jilid 2”.

– Dihasilkan dari daun tumbuhan yang disebut erythroxylon coca

– Daun tanamannya mengandung 14 jenis alkaloid, dan salah satu


diantaranya adalah kokain.

– Negara penghasil : Bolivia, Peru, Colombia dan negara sekitar Terusan


Panama.
Cara penggunaan Kokain :
Bubuk kokain • langsung di-inhalasi melalui lubang
hidung (snorting) dan kemudian
(dalam bentuk gram diabsorbsi ke dalam pembuluh darah
kokain hidrokhlorid) melalui mukosa lubang hidung.

•  garam kokain yang dikonversikan dengan larutan


yang mudah menguap.
Free-base cocain • Setelah dipanaskan, uap di-inhalasi melalui bibir
(seperti merokok). dengan cepat diabsorbsi melalui
membrane alveoli paru.

• disuntikan melalui
Garam kokain
intravenous
Akibat penyalahgunaan kokain:
Problem fisik Problem psikiatri Problem sosial Sebab kematian
• Snorting : pilek terus • Toleransi dan • Problem • Umumnya
menerus, sinusitis, ketergantungan interpersonal karena overdosis
epistaksis, luka-luka
pada rongga hidung, • Gejala fisik putus • Problem • kelumpuhan
perforasi septum zat kurang finansial saat
nasi. dikenal : agitasi, pernapasan,
• Problem
• Suntikan : infeksi depresi, fatigue, aritmia cordis,
lokal pada kulit pekerjaan
sampai sistemik, “high craving”, • Problem legal kejang berulang
abses daerah kulit, cemas, marah kali, mati lemas
endokarditis bakteri, meledak-ledak, karena merasa
hepatitis (B dan C), gangguan tidur, seperti dicekik,
HIV/AIDS. mimpi aneh, reaksi alergi,
• Inhalasi melalui
merokok : radang
makan berlebih, stroke,
tenggorokan, mudah kehamilan
melanoptisis atau tersinggung, (perdarahan
sputum berbercak- mual, otot antepartum,
bercak darah, pegal-pegal aborsi)
brokhitis kronis
sampai pneumonia.
hingga lethargi. • Sudden Infant
• Cocain baby Death Syndrome
5. Amfetamin dan derivatnya
– Bersifat stimulansia (lebih sering dikenal dengan Amphetamine Type
Stimulants atau ATS).
– Amfetamin sulfat : obat untuk obesitas, epilepsi, narkolepsi, dan depresi.
Bentuk tablet Amfetamin dan suntikan “amfet”.
– Nama jalanan : seed, meth, crystal, whiz

– Derivat amfetamin dipasarkan di Indonesia dalam bentuk : ecstasy (MDMA,


3,4 Methailenedioxymethamphetamine) dan shabu (methamphetamine).

– Esctasy  pil, tablet,atau kapsul

Shabu  bubuk kristal putih (mirip bumbu masak).

– Kedua zat digunakan sebagai alasan klasik “for fun”, “recreational use”,
“meningkatkan libido dan memperkuat sex performance”.
Cara penggunaan ATS :

amfetamin • dapat berupa tablet atau suntikan

• digigit dengan gigi sedikit demi sedikit lalu


ecstasy kemudian ditelan

• uap yang dipanaskan melalui tabung air lalu


shabu dihisap melalui bibir (dengan bong plastik).
Akibat penyalahgunaan amfetamin:
Problem fisik Problem psikiatri Problem sosial Sebab kematian

• Malnutrisi • Perilaku agresif • Tindak • Suicide


akibat • Confusional kekerasan • Serangan
defisiensi state, psikosis • Kecelakaan lalu jantung
vitamin, paranoid lintas • Tindak
kehilangan sampai • Tindak kriminal kekerasan
nafsu makan skizofrenia • Dehidrasi,
• Denyut jantung • Putus zat: sindrom
meningkat letargi, fatigue, keracunan air
• Gangguan exhausted,
ginjal, emboli serangan panik,
paru dan stoke gangguan tidur
• Hepatitis • Depresi berat
• HIV/ AIDS sampai suicide
(suntikan • Halusinasi (
amfetamin) terutama
ecstacy dan
shabu)
6. Benzodiazepin
– Di Indonesia, penggunaannya sudah berkurang, terutama setelah
kehadiran zat adiktif yang lebih keras seperti heroin dan shabu
– Sekarang hanya terdapat di daerah rural atau pinggir urban
– Pengguna umumnya dari tingkat social ekonomi menengah kebawah
– Derivat:
– Tablet: nitrazepam, flunitrazepam, flurazepam,diazepam
– Injeksi: diazepam
Akibat penyalahgunaan benzodiazepin:
Problem
Problem fisik Problem sosial Sebab kematian
psikiatri
• Suntikan: • Perilaku • Mengganggu • Kecelakaan
abses, infeksi agresif interaksi lalu lintas
sistemik, • Ansietas, dalam rumah • Infeksi
hepatitis, panik, tangga dan sistemik
HIV/AIDS lingkungan
confusional • Depresi berat
• Gangguan state masyarakat
gastrointestinal
sampai suicide
• Withdrawal • Problem • dehidrasi,
• Gangguan marital
state malnutrisi
neurologic
menimbulkan • Tinggal kelas,
• malnutrisi agresif dan dikeluarkan
violence dari sekolah
• Berkelahi
• Tindak pidana
dan terlibat
hokum
• Finansial
terganggu
Diagnosis

Gambaran klinis ketergantungan dikenal dengan istilah


sindrom ketergantungan (PPDGJ-III). Diagnosis ditegakkan jika
ditemukan 3 atau lebih dari gejala-gejala dibawah selama
masa setahun sebelumnya:
1. Adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang
memaksa (kompulsi) untuk menggunakan napza
2. Kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakan
NAPZA sejak awal,usaha penghentian atau tingkat
penggunaannya.
Diagnosis

3. Keadaan putus NAPZA secara fisiologis ketika penghentian


penggunaan NAPZA atau pengurangan, terbukti orang tersebut
menggunakan NAPZA ataugolongan NAPZA yang sejenis dengan
tujuan untuk menghilangkan ataumenghindari terjadinya gejala
putus obat.
4. Adanya bukti toleransi, berupa peningkatan dosis NAPZA
yang diperlukan gunamemperoleh efek yang sama yang
biasanya diperoleh dengan dosis yang lebih rendah
Diagnosis

5. Secara progressif mengabaikan alternatif menikmati kesenangan


karena penggunaan NAPZA, meningkatnya jumlah waktu yang
diperlukan untuk mendapatkan atu menggunakan NAPZA atau
pulih dari akibatnya.
6. Meneruskan penggunaan NAPZA meskipun ia menyadari dan
memahami adanya akibat yang merugikan kesehatan akibat
penggunaan NAPZA seperti gangguan fungsi hati karena minum
alkohol berlebihan, keadaan depresi sebagai akibat penggunaan
yang berat atau hendaya fungsi kognitif. Segala upaya mesti
dilakukan untuk memastikan bahwa pengguna NAPZA sungguh-
sungguh menyadari akan hakikat dan besarnya bahaya.
Klasifikasi Gangguan Mental dan Prilaku
(GMP) Akibat Zat Psikoaktif – PPDGJ III
F10 • Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol

F11 • Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan Opioida

F12 • Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kanabinoida

• Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan sedativa atau


F13
hipnotika

F14 • Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kokain

• Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan stimulansia


F15
lain termasuk kafein
• Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan
F16
halusinogenika

F17 • Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan tembakau

• Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan pelarut yang


F18
mudah menguap
• Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multipel
F19
dan penggunaan zaat psikoaktif lainnya
Terapi dan Upaya Pemulihan

Sasaran Terapi adiksi NAPZA:


1. Abstinensia atau mengurangi penggunaan NAPZA
2. Mengurangi frekuensi dan keparahan relaps
3. Perbaikan dalam fungsi psikologi dan penyesuaian fungsi social dalam
masyarakat
Tahapan Terapi
1. Fase penilaian (assessment phase)
– Penilaian sistematik terhadap intoksikasi, keparahan gejala-gejala putus zat,
dosis zat terbesar yang digunakan terakhir, awitan gejala, frekuensi dan
lamanya penggunaan, efek subjektif dari semua jenis NAPZA
– Riwayat medik dan psikiatri umum yang komprehensif
– Riwayat terapi gangguan penggunaan NAPZA
– Riwayat penggunaan NAPZA sebelumnya
– Penapisan urin dan darah kualitatif dan kuantitatif untuk NAPZA yang
disalahgunakan
– Skrining penyakit infeksi dan penyakit lain
Tahapan Terapi
2. Fase Terapi Detoksifikasi
– Rawat inap dan rawat jalan
– Intensive out-patient treatment, terapi residensi, home based detoxification
program
– Cold Turkey, terapi simtomatik
– Rapid detoxification, ultra rapid detoxification
– Detoksifikasi menggunakan:
– Kodein dan ibuprofen
– Klontrex (klonidin dan naltrekson)
– Buprenorfin
– metadon
Tahapan Terapi
3. Fase Terapi Lanjutan
– Program Terapi Subsitusi
 Antagonis (naltrekson)
 Agonis parsial (buprenorfin)
 Full agonist (metadon)

– Program terapi yang berorientasi abstinensia


 Therapeutic community
 The 12-steps Recovery Program
 Narcotic Anonymous
 SMART recovery
 Faith-based Recovery Program
Terapi Substitusi (maintenance)
– Agonis: metadon
• Metadon efektif secara oral, berpengaruh selama 24 jam
– Partial agonist: buprenorpin
• Diberikan 2-3x seminggu
• Buprenorfin mengurangi efek agonis opioid dan mengurangi potensi menekan
pusat pernapasan
– Antagonis: naltekson
• 50 mg setiap hari atau 100 mg/ 100 mg/ 150 mg dalam waktu 3x seminggu
• Pemberian disarankan selama 1 tahun

Terapi rumatan yang tersedia di Indonesia: Buprenorfin SL dan Metadon


Proses Pemulihan
Proses pemulihan terdiri atas beberapa fase berikut:

1. Fase Pra-terapi
2. Fase stabilisasi
3. Fase pemulihan dini
4. Fase pemulihan menengah
5. Fase pemulihan akhir
6. Fase maintenance
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai