Anda di halaman 1dari 70

Leukoplakia

dan
Erythroplakia
Oleh :
I Wayan Angga Suamerta Putra
Alhidayatul Bidayah FS

Pembimbing :
Drg. Wahyuni Dyah Permatasari, Sp. Ort
Pendahuluan
 Prevalensi 2-4% dari
populasi yang ada
 Kejadian displasia berat  10% idiopatik
atau karsinoma pada lesi  90% berhubungan
ini sangat tinggi (80 - dengan penggunaan
90%). tembakau / pinang .
 Berhubungan kuat  Laki-laki > wanita
dengan konsumsi
tembakau dan
penggunaan alkohol.
 51% berubah menjadi
karsinoma invasif
 40% karsinoma in situ “Leukoplakia”
 9% displasia ringan atau
sedang “Erythroplakia“
Leukoplakia Definisi
dan
Eritroplakia
Etiologi

Gambaran klinis

Diagnosis dan
Penatalaksanaan
Leukoplakia
Etiologi
Definisi
1. Merokok
WHO mendefinisikan 2. Alkohol
leukoplakia sebagai 3. HPV
bercak atau plak putih 4. Epstein-Barr Virus
yang tidak dapat hilang 5. Candida albicans
dan digunakan sebagai
diagnosa untuk
penyakit tertentu.
Stres kerusakan
Genetika Idiopatik
oksidatif DNA

Diferensiasi epitel yang


abnormal

Peningkatan permukaan
keratinisasi

Penampakan mukosa yang


putih
Manifestasi Klinis

Leukoplakia Oral Homogen Leukoplakia Non Homogen

 Biasanya asimptomatik
 sensasi nyeri atau gatal
 Lesi datar
 Tipis atau berkerut  bercak putih atau putih-merah
(erythroleukoplakia, )
 Semuanya berwarna putih.
 Gambaran klinik menunjukkan resiko rendah  berbintik-bintik
untuk transformasi menjadi maligna dalam
jangka waktu lama  nodular atau verrucous.
1. Klinis
Diagnosis Untuk menentukan
jenis lesi

2. Biopsi
Untuk mengkonfirmasi
diagnosis sebelum
memulai pengobatan
Peningkatan
Keratinisasi ketebalan
epitel epitel
akantosis

Membran
Inti
dasar
hiperkromatik
menjadi tipis
Liken planus oral
Diagnosis banding
Leukoplakia
Kandidiasis

Sifilis

Smoker’s keratosis
Penatalaksanaan umun Penatalaksanaan Spesifik

Eliminasi faktor
predisposisi
1. Tidak terdapat displasia atau Displasia ringan
dilakukan tindakan hanya pada lokasi yang beresiko tiggi
Eksisi

Pemberian Vitamin 2. Displasia sedang-berat atau kecenderungan menjadi


B kompleks ganas
terapi aktif untuk menghilangkan seluruh lesi.
bila terbukti ganas penatalaksanaan tergantung pada
Pemberian vitamin C stadium keganasan
tahap 1 dan 2 dilakukan eksisi
tahap 3 dan 4 biasanya dilakukan pembedahan, radiasi
atau kemoterapi.
Jenis Lesi
1. Leukoplakia Homogen : 6% berubah menjadi keganasan
2. Leukoplakia Non Homogen : 85% kasus menunjukkan displasia parah atau
karsinoma sel skuamosa yang serius (SCC).

Lokasi Lesi
Permukaan mulut dan lidah bagian lateral dan ventral memiliki risiko lebih tinggi
untuk terjadinya keganasan dibandingkan lesi serupa di tempat lain di rongga
mulut.
Erythroplakia
Definisi Menurut
Bouquot Etiologi
Makula merah kronis
pada mukosa yang tidak 1. Tembakau / Rokok
dapat diberi nama 2. Alkohol
diagnostik spesifik 3. Mutasi P53
lainnya dan tidak terkait
dengan penyebab lain
seperti trauma, vaskular,
atau inflamasi
Tembakau Mutasi Alkohol
/ Rokok Gen P53

 Kurangnya produksi keratin


 Epitel displastik

Tidak terjadinya keratinisasi dan epitel


yang tipis tersebut memungkinkan
mikrovaskular yang mendasari terlihat

Penampakan mukosa yang


merah
Manifestasi Klinis

Asimptomatis

Rasa sakit seperti terbakar

Terdapat area kemerahan yang terlokalisir


Pewarnaan vital

Histopatologis Toluidine blue adalah


Diagnosis pewarna metachromatic
 kurangnya produksi dasar yang mewarnai
keratin komponen selular asam.
 Epitel displastik
(hiperkromatisme,
pleomorfisme dan
peningkatan jumlah
gambaran mitosis)
Penatalaksanaan

Pilihan tata laksana untuk eritroplakia adalah eksisi


bedah.
Umumnya lebih penting untuk melakuakan eksisi
secara luas dari pada eksisi dalam pada lesi displastik
dan in situ karena sifatnya yang dangkal dan fakta
bahwa sel displastik biasanya berukuran lebih besar
dari yang terlihat secara klinis.
Eritroplakia dianggap sebagai bentuk lesi yang paling parah
di antara semua lesi pre-ganas oral karena potensi menjadi
ganasnya yang tinggi.
Case Report I
Oral Leukoerythroplakia- A Case Report
Anamnesis
• Seorang pasien laki-laki berusia 58 tahun melapor ke
departemen kami dengan keluhan utama sensasi terbakar di
bagian pipi kanannya.
• Pasien telah menyadari adanya plak merah di pipi kanannya
selama sekitar 2 tahun; Namun, dia tidak mencari pengobatan
karena lesi tersebut tidak nyeri.
• Riwayat medis dan gigi tidak berhubungan.
• Pasien memiliki kebiasaan merokok sekitar 25 biji/hari dan
mengonsumsi alkohol sesekali.
Pemeriksaan intraoral

• Ditemukan plak merah muda berukuran 2


cm X 1,5 cm dengan bintik putih di
permukaannya yang terletak pada mukosa
bukal kanan
• Lesi menunjukkan tanda yang lebih
mencolok dibandingkan mukosa normal di
sekitarnya.
• Tidak terdapat indurasi yang muncul
disekitar lesi.
Pemeriksaan Histopatologis

• Hasil yang sangat displastik berupa


epitel squamous berlapis yang atrofi
parakeratinized dengan ciri displastik
( nukleus hiperkromati, peningkatan
rasio nukleus sitoplasma, nukleus
dan pleomorphism seluler dan
sedikit mitosis )
• Stroma jaringan ikat yang mendasari
menunjukkan infiltrasi sel inflamasi
yang padat, terutama limfosit.
Diagnosis

• Diagnosis klinis : Leukoeritroplakia.


• Diagnosis Histopatologis : Displasia berat
Hasil dan Kesimpulan

• Hasil: • Kesimpulan:
• Hasil biopsi eksisi menunjukkan • Seluruh campuran lesi merah
epitel parakeratin displastik harus diperiksa dengan cermat
yang atrofik dengan infiltrat karena pada banyak kasus dapat
inflamasi yang rapat , berubah menjadi
sehinggamengkonfirmasi leukoeritroplakia oral.
diagnosis klinis leukoeritroplakia
oral.
Case Report II
Idiopathic Leukoplakia-Report of a Rare Case and Review
Anamnesis

• Seorang pasien laki-laki berusia 78 tahun datang ke departemen


rawat jalan, dengan keluhan bercak putih pada tepi lateral kanan
lidah selama satu bulan.
• Pasien tidak sedang menjalani pengobatan apapun dan tidak
memiliki kebiasaan terkait tembakau.
Pemeriksaan intraoral
• Pemeriksaan oral menunjukkan plak putih
keabuan yang homogen pada tepi
ventrolateral kanan lidah berukuran 4 cm x
2,5 cm.
• Permukaan plak memberi gambaran lumpur
retak (cracked mud appearance)
• Palpasi lesi teraba menonjol dan kasar.
• Lesi tersebut tidak lunak dan tidak mudah
dikerok.
Pemeriksaan intraoral
• Bibir, mukosa bukal, faring, dan jaringan lunak ekstra oral
tampak normal. Tidak didapatkan limfadenopati.
• Pemeriksaan gigi menunjukkan mahkota i.r.t # 11, # 12 # 13, #
14, # 15, # 16, # 44, # 45, # 46, # 47, # 34, dan # 35. Tidak
didapatkan margin yang tajam pada palpasi mahkota gigi
tersebut.
Pemeriksaan Histopatologis

• Pemeriksaan darah rutin dilaporkan


normal.
• Pewarnaan toluidine blue negatif.
• Biopsi insisi menunjukkan gambaran
histologis yang konsisten dengan
epitel skuamosa berlapis (stratified
squamous epithelium) hiperplastik
dengan infiltrasi sel inflamasi
intraepitel yang mendukung
gambaran leukoplakia
Diagnosis

• Diagnosis leukoplakia idiopatik ditegakkan berdasarkan anamnesis,


pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan histopatologis.
Pengobatan dan Tindak lanjut

• Dilakukan eksisi sempurna lesi


• Pasien ditindaklanjuti satu kali setiap empat
bulan untuk mengevaluasi ada tidaknya
kekambuhan.
• Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda
kekambuhan bahkan dalam satu tahun
pasca- eksisi
Kesimpulan

• Kasus IL (idiopatik leukoplakia) jarang dilaporkan dalam


literatur.
• Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk menguraikan
penyebab IL, predisposisi genetiknya, alasan mengapa lidah
menjadi lokasi yang paling sering terlibat, alasan di balik
transformasi ganas yang meningkat bila dibandingkan dengan
bentuk terkait tembakau, dan mengapa populasi lanjut usia
lebih banyak terpengaruh meskipun tidak terdapat paparan
terus menerus terhadap kebiasaan terkait tembakau.
Case Report III
Oral proliferative verrucous leukoplakia: A case report with an update
Anamnesis
• Seorang pasien laki-laki berusia 60 tahun melapor ke Departemen
Kesehatan Oral dan Radiologi dengan keluhan utama gigi yang
hilang di rahang atas dan bawah sejak 2 tahun dan menginginkan
penggantian.
• Ada sejarah pembukaan mulut yang berkurang sejak 2 tahun
terakhir.
• Riwayat medis pasien terdahulu, termasuk riwayat medis keluarga
pasien tidak signifikan.
• Riwayat gigi pasien mengungkapkan ekstraksi 2 tahun yang lalu.
• Pasien memiliki riwayat mengunyah tembakau sejak kecil
sebanyak 2-3 kali / hari namun kebiasaan tersebut sudah
dihentikan sejak 2 tahun terakhir.
Pemeriksaan
• Pemeriksaan ekstra oral
menunjukkan limfadenopati submandibular kanan dan kiri,
yang tidak nyeri dan mobile.
• Pemeriksaan intra-oral
menunjukkan lesi verukosa putih, yang sedikit meninggi
dengan tekstur granular berukuran kira-kira 4 cm x 4 cm pada
alveolus anterior maksila dalam kaitannya dengan gigi nomor
12-21, mengarah ke vestibulum atas termasuk frenum labial
Lesi serupa terjadi pada alveolus mandibula kiri dalam
kaitannya dengan gigi nomor 31-35 termasuk vestibulum dan
mukosa labial, melintasi garis tengah
Secara superior-inferior lesi tampak sebagai
pita linier tipis yang meninggi di sisi kiri rongga
mulut yang membentang dari vestibulum kiri
atas hingga vestibulum bawah
Pada palpasi, pertumbuhannya keras, tidak
nyeri, tidak berfluktuasi dan tidak kompresibel.
Berdasarkan riwayat dan pemeriksaan klinis,
diagnosis klinis sementara OPVL dibuat.
Pemeriksaan
Pasien dilakukan pemeriksaan berikut untuk mencapai diagnosis yang
mungkin:
• Pewarnaan toluidine biru digunakan sebagai pewarnaan rutin
menunjukkan hasil positif di daerah tersebut, yang kemudian seluruhnya
dieksisi
• Hemogram lengkap dilakukan dan semua nilainya berada dalam kisaran
normal
• Biopsi eksisi dilakukan di daerah alveolus mandibula kiri dan jaringan
yang dipotong dikirim untuk analisis histopatologis.
Histopatologis

• Pemeriksaan histopatologis menunjukkan epitel


hiperkeratotik yang menunjukkan ciri displastik seperti
hiperplasia basilar dan sel hiperkromatik yang mencapai
sepertiga bagian bawah epitel.
• Stroma terdiri dari serat kolagen dengan fibroblas gemuk
berbentuk gelendong dan distribusi bercak-bercak sel
inflamasi yang didominasi oleh sel limfosit dan plasma
terlihat di daerah juxta epitelial
Diagnosis

• Secara histologis, lesi didiagnosis sebagai hiperkeratosis


dengan displasia ringan
• Temuan klinis dan histopatologis secara keseluruhan
dianggap diagnostik untuk OPVL, dengan demikian menjadi
diagnosis akhir.
Pengobatan dan Tindak lanjut
• Setelah diagnosis histologis, seluruh lesi dieksisi melalui
operasi elektrokauter dan daerah yang terdampak dijahit.
• Jaringan yang dikeluarkan dikirim untuk evaluasi ulang
histopatologis, yang mengkonfirmasi diagnosis histopatologis
sebelumnya.
• Tindak lanjut pada pasien ini tidak memungkinkan karena
pasien tidak melapor kembali.
Kesimpulan

• OPVL adalah bentuk OL yang langka namun sangat agresif, yang


membutuhkan kecurigaan khusus dari dokter. Oleh karena itu,
dianjurkan untuk mendapatkan diagnosis sedini mungkin dan
eksisi total lesi ini.
• Perhatian harus diberikan untuk menindaklanjuti kasus ini
dalam waktu yang lama bahkan setelah manajemen bedah
karena lesi ini memiliki tingkat kekambuhan yang tinggi serta
diketahui dapat mengalami transformasi ganas.
Case Report IV
Oral erythroleukoplakia – a potentially malignant disorder
Anamnesis
Laki-laki 37 tahun dataang ke klinik dari sekolah kedokteran gigi
(Universidade Federal do Paraná, Curitiba, Brazil) dengan keluhan
rasa sakit pada gigi bagian posterior dan kesulitan mengunyah.
Selama anamnesis, pasien melaporkan nyeri pada bagian
posterior gigi dan sendi temporomandibula.
Pasien tidak sadar akan adanya lesi. Sehingga tidak
memungkinkan untuk menentukan waktu berkembangnya lesi.
Selama wawancara medis, pasien melaporkan bahwa ia
mengonsumsi alkohol setiap hari. Selain itu, pasien merokok rata-
rata dua bungkus rokok sehari selama lebih dari 20 tahun.
Pemeriksaan intraoral

 Ditemukan adanya gigi tiruan yang dilepas sebagian tidak


sesuai.
 Karies gigi, sisa akar , penyakit periodontal, bau mulut,
kebersihan mulut yang buruk, stomatitis nikotin, dan
melanosis perokok diamati selama pemeriksaan oral.
 Terdapat lesi putih diselingi dengan lesi kemerahan yang
terletak secara bilateral di daerah retrocomissural. Lesi
tersebut berbentuk segitiga dan tidak menimbulkan rasa sakit.
Secara klinis, lesi pada sisi kanan tampak lebih jelas selama
pemeriksaan
 Secara klinis, lesi berupa piringan berukuran sekitar 20 mm,
dan warna putih diselingi daerah merah. Lesi tersebut
memiliki konsistensi yang sedikit kasar dengan sisipan sessile
dan tidak menimbulkan gejala.
• Sebelum perawatan gigi, pasien menjalani biopsi insisi pada
lesi. Namun, diputuskan untuk benar-benar menghilangkan
lesi karena letak dan ukurannya. Hipotesis dari diagnosisnya
adalah kandidiasis hiperplasia kronis atau eritroleukoplakia.
• Pasien diberi obat berupa 200 mg Ibuprofen dalam rejimen
dosis rata-rata yang diberikan setiap 12 jam selama 3 hari.
Tujuh hari kemudian, pasien kembali untuk mengangkat
jahitan. Tidak terdapat ditemukan perubahan selama proses
penyembuhan.
Histopatologis
• Bahan lesi diproses di laboratorium dan diwarnai
oleh dua pewarnaan: hematoxylin dan eosin dan
Grocott.
• Hematoksilin dan eosin menunjukkan fragmen
mukosa oral yang dilapisi oleh jaringan epitel
parakeratinized dengan area hiperplasia,
akantosis, dan eksositosis. Beberapa sel dari
lapisan basal menunjukkan pembesaran nukleus
dengan kromatin terkendali, nukleus atipik dan
gambaran mitosis.
• Jaringan ikat yang mendasari menunjukkan
infiltrasi inflamasi kronis dengan dominasi
limfosit.
• Tidak terdapat struktur jamur yang
diidentifikasi melalui pewarnaan Grocott.
Penemuan tersehut menyingkirkan
kemungkinan infeksi jamur pada lesi.
Berdasatkan temuan histologis tersebut,
ditegakkan diagnosis displasia epitel ringan.
Diagnosis

• Displasia epitel dan stomatitis nikotin.


Pengobatan dan Tindak lanjut

• Pasien disarankan untuk menghentikan atau


mengurangi konsumsi rokok dan alkohol karena
diagnosis displasia epitel dan stomatitis nikotin.
• Pemeriksaan periodik telah direncanakan
namun pasien tidak kembali untuk follow-up.
Kesimpulan

• Dokter gigi dan ahli otolaringologi perlu waspada selama


melakukan pemeriksaan oral dengan pasien yang terbiasa
merokok dan minum. Biopsi oral diwajibkan untuk
mengenali adanya displasia epitel serta tingkat
keparahannya yang merupakan faktor yang menetukan
rencana perawatan selanjutnya.
Case Report V
Case report of rapidly progressive proliferative verrucous leukoplakia and a
proposal for aetiology in mainland China
Seorang pasien wanita berusia 52 tahun datang ke bagian Stomatologi
Departemen Kedokteran Oral di Rumah Sakit China Barat, Universitas
Sichuan pada bulan Juni, 2006, dengan bercak putih tanpa rasa sakit di
atas bukal dan palatal kanan selama lebih dari setahun. Satu tahun
sebelumnya, pasien telah menemukan bercak putih pada bukal kanan
dan langit-langitnya, yang terasa kasar namun tidak menimbulkan rasa
sakit. Rumah sakit setempat mendiagnosanya berdasarkan biopsi
sebagai leukoplakia, namun tidak mendapatkan terapi.
Pasien datang ke rumah sakit kami karena situasinya memburuk.
Pada pemeriksaan fisik, wajahnya simetris dan tidak bengkak.
Lesi putih yang luas, dengan beberapa penonjolan di permukaannya,
terlihat di atas bukal kanan, yang kasar dan sulit di palpasi, namun tanpa
kongesti atau erosi.
Sebuah bercak putih seperti kertas krep terlihat pada gingiva bukal C5-7
dan sulkus vestibular. Bahkaan bercak putih juga terdapat pada mukosa
bukal kiri dengan tekstur mukosa yang lembut di sepanjang garis oklusi.
• Bercak putih muncul pada gingiva palatal, dekat dengan A6-7, ke garis tengah.
Beberapa bercak putih, mirip dengan biji padi atau kedelai, muncul tepi lingual di
kedua sisi dan dorsum.
• Biopsi bagian yang paling terpengaruh pada bukal yang tepat menunjukkan
bahwa kondisinya adalah leukoplakia verukosa dengan displasia ringan sampai
sedang.
• Dengan menggabungkan karakteristik lesi oral dan perubahan patologis,
diagnosis primer diambil dari OVL atau PVL.
• Karena pasien menolak pembedahan yang dilakukan oleh ahli bedah
maxillofacial yang dikombinasikan dengan biotreatment P53, kami melanjutkan
trapisebagai berikut:
1) pemeriksaan fisik secara keseluruhan disarankan untuk menyingkirkan tumor
ganas yang tersembunyi;
2) kekebalan pasien ditingkatkan, asam retinoat dan nistatin diberikan sebagai
terapi topikal;
3) pengawasan ketat dilakukan dengan pemeriksaan berkala sesuai permintaan.
Pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa pasien hanya menderita gastritis antral
superfisial yang kronis, dan tidak ada tumor ganas yang ditemukan di tempat
lain pada tubuhnya.
Follow up 1 Follow up 2
31 Juli 2006 (satu bulan setelah perawatan) 30 Agustus 2006 (dua bulan setelah perawatan) :

 Pasien mengatakan bahwa lesi sedikit  sebuah bercak putih terlihat jelas di sisi kanan
berkurang dengan pengobatan tersebut. langit-langit, dalam tekstur yang sangat kuat,
 Pemeriksaan fisik tidak menunjukkan menonjol di atas mukosa, kasar dan tanpa
perubahan yang jelas pada bercak putih kelembutan.
di atas bukal dan lidah kanan.
 Bercak putih di sebelah bukal kanan, gingiva
 Bercak putih yang luas dengan C5-7, bukal kiri, dan lidah tidak berubah.
permukaan yang kasar dan tidak rata
masih terlihat dari gingiva bukal C5-7  Untuk memperkuat kekebalan pasien dan
sampai sulkus vestibular dan pada gingiva penggunaan topikal asam retinoat, pasta
C7 distal yang menjadi jauh lebih flukonazol yang ditambahkan ke rejimen
mencolok sejak kunjungan pertamanya. pengobatan.
 Karena bercak putih di sisi kanan langit-
langit telah menjadi lebih tipis dan lebih
kecil, rejimen terapeutik dilanjutkan.
Follow up 3
18 Oktober 2006 (sekitar empat bulan setelah perawatan

• awalnya, dia telah kehabisan asam retinoat sejak dua minggu


sebelumnya karena dia menunda pemeriksaan ini
• bercak putih pada bukal kanan sangat jelas, lebih tebal,
menonjol, keras, dan membesar.
• Tonjolan putih yang tebal terlihat pada gingiva bukal C5-7 dan
gingival lingual C6-7.
• Sebuah bercak putih yang luas muncul pada mukosa palatal
yang berlawanan dengan A5-7, permukaannya meninggu,
dengan beberapa penonjolan dan tekstur keras yang
membentang di atas garis tengah dan mendekati gingiva di sisi
yang berlawanan.
• Lesi palatal jelas memburuk, meski tidak ada perubahan
mencolok pada bercak putih pada bukal kiri atau lidah
• Oleh karena itu, diagnosis diubah menjadi PVL (transformasi
ganas yang dicurigai), sesuai dengan karakteristik lesi, reaksi
terhadap terapi, dan progresifitas penyakit.
• Karena respon pasien terhadap terapi obat buruk dan lesi
telah berkembang dengan cepat selama empat bulan
sebelumnya, dia dipindahkan dengan izin darinya dan
keluarganya ke Departemen Bedah Mulut dan
Maksilofasial untuk operasi menghilangkan bercak putih
dari sisi kanan dari palatum, bukal, dan gusi mandibula,
serta sekaligus menjalani perbaikan jaringan dengan
pencangkokan kulit.
• Lukanya sembuh dengan baik setelah operasi.
Pemeriksaan histologis menunjukkan bahwa karsinoma
palatal in situ yang sedikit invasif, dan bahwa leukoplakia
verukosa pada bukal kanan menunjukkan displasia sedang
• Pasien meninggalkan rumah sakit dua minggu setelah
operasi. Sejak saat itu, dia dan keluarganya lebih memilih
perawatan paliatif. Pasien telah menyetujui untuk
dilakukan pemeriksaan berkala.
The palatal carcinoma in situ was mildly invasive
The right buccal verrucous leukoplakia with moderate
dysplasia
Kesimpulan

• Apakah PVL berkembang dengan sangat cepat di populasi


Asia atau China memerlukan penyelidikan lebih lanjut.
Kesehatan pasien yang terkait, terutama status kekebalan
tubuh mereka memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui
kontribusinya terhadap etiologi PVL.
Case Report VI
Transition of Oral Leukoplakia into Squamous Cell Carcinoma: A Case Report with
Literature of Review
Anamnesis
• Seorang pasien laki-laki berusia 47 tahun memeriksakan diri di institut kami
dengan keluhan utama gigi yang goyang di daerah posterior mandibula kiri
sejak 1 bulan yang lalu.
• Pasien mengalami sedikit rasa nyeri tumpul pada daerah tersebut. Pada
pemeriksaan gigi, seorang dokter gigi menyadarkan pasien akan adanya
plak putih yang tidak dapat dikerok pada mukosa bukal kiri.
• Pasien tersebut memiliki kebiasaan mengunyah tembakau sejak 20 tahun.
Ia disarankan untuk mengekstraksi gigi yang goyang dan juga untuk
menghentikan kebiasaan mengunyah tembakau.
• Sejak saat itu, pasien mengurangi frekuensi mengunyah tembakau namun
tidak menghentikan kebiasaan tersebut sepenuhnhya.
Pemeriksaan
• Pada pemeriksaan ekstraoral; dari palpasi
didapatkan pembesaran kelenjar getah bening
submandibular kiri, tunggal, berbentuk oval,
berukuran 1 cm x 2 cm, fixed dengan konsistensi
keras seperti batu.
• Pada pemeriksaan intraoral, didapatkan mobilitas
kelas III pada 36, 37, dan 38. Sebuah ulkus soliter,
besar, dalam, berbentuk ireguler dengan ukuran
sekitar 2 cm x 4 cm dengan tepi eversi eritematosa
tampak pada vestibulum bukal di regio 36, 37, dan
38. Pada palpasi, didapatkan ulkus nyeri, lunak,
dengan indurasi, dalam dengan tepi tergulung
keluar. Didapatkan plak leukoplakia putih keabu-
abuan yang tidak dapat dikerok berukuran 1 cm x 2
cm pada sisi posterior ulkus.
Pemeriksaan Radiografi
• Radiograf periapikal intraoral pada
regio tersebut menunjukkan bone
loss ireguler mencapai daerah 1/3
bawah regio akar 36 dan 37 yang
menunjukkan infiltrasi tulang oleh
sel tumor Pada pemeriksaan
radiografi lebih lanjut seperti pada
radiograf panoramik bone loss
ireguler tersebut disetai dengan
plat kortikal bukal dan lingual
Pemeriksaan Histopatologis
• Biopsi insisi lesi dilakukan dengan
anestesi lokal dan spesimen dikirim
untuk pemeriksaan histopatologis
lebih lanjut, yang secara mikroskopis
menunjukkan tumor yang terdiri dari
sel poligonal yang tersusun dalam
kelompok invasif pada stroma
fibrosa; sehingga mendukung
gambaran SCC yang berdiferensiasi
baik.
Diagnosis

• Dari keseluruhan anamnesis dan temuan klinis, diagnosis


sementara ulkus ganas yang mengalami transisi dari
leukoplakia oral dipertimbangkan.
• Diagnosis akhir kami adalah SCC berdiferensiasi baik pada
mukosa bukal mandibula kiri (TNM - T2 N1 M0).
Pengobatan dan Tindak lanjut

• Hemimandibulektomi kiri diengan diseksi leher


radikal (radical neck dissection/RND)
dilaksanakan.
• Pasien masih dalam follow up kami serta
dilakukan radioterapi pascaoperasi.
Kesimpulan

• Diagnosis dini lesi prakanker terkait dengan kebiasaan


merokok dan kesadaran pasien terhadap penghentian
kebiasaan tersebut untuk menghindari transformasi ganas
sangat penting bagi dokter mulut.
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai