Anda di halaman 1dari 36

Imunisasi Dasar Lengkap

VANESHA CICILIA KWENTANO


112017166
APA ITU IMUNISASI?

 Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan


kekebalan seseorang terhadap suatu penyakit,
sehingga bila kelak terpajan pada penyakit
tersebut ia tidak menjadi sakit.

 Kekebalan yang diperoleh dari imunisasi dapat


berupa kekebalan pasif maupun aktif.
Kekebalan

 Kekebalan pasif disebut imunisasi pasif dengan


memberikan antibody atau faktor kekebalan
pada seseorang yang membutuhkan.
 Kekebalan aktif dibuat oleh tubuh sendiri
akibat terpajan pada antigen secara alamiah
atau melalui imunisasi.
Tujuan Imunisasi

 Untukmencegah terjadinya penyakit


tertentu pada seseorang, dan
menghilangkan penyakit tersebut pada
sekelompok masyarakat, atau bahkan
menghilangkannya dari dunia.
Imunisasi Program Nasional

 BCG
 Polio
 Hepatitis B
 DPT
 Campak
Tuberkulosis (vaksin BCG)

 Vaksin BCG merupakan vaksin hidup  tidak boleh


diberikan pada pasien imunokompromais.
 Dosis 0,05ml untuk bayi <1 tahun dan 0,1ml untuk anak
(>1 tahun)
 Diberikan secara intradermal di daerah m.deltoideus.
 Diberi setelah umur 3 bulan, lakukan uji tuberculin
terlebih dahulu.
Tuberkulosis (vaksin BCG)

 Vaksin hidup dari M. Bovis yang tidak virulen


tetapi masih mempunyai imunogenitas
 Tidak mencegah, mengurangi risiko tuberkulosis
berat
 Diberikan pada umur < 2 bulan
 Efek proteksi : 8-12 minggu setelah penyuntikan
Tuberkulosis (vaksin BCG)

•Intradermal:
•0,10 ml (anak)
•0,05 ml (bayi)
Tuberkulosis (vaksin BCG)

 Tidak boleh kena sinar matahari


 Disimpan suhu 2-8°C, tidak boleh beku
 Kipi :
 Bcg-itis
diseminasi (jarang)
 Limfadenitis (1-2 per 1000 vaksinasi)
 Ulkus
KIPI BCG : Ulkus
Kontraindikasi BCG

 Reaksi uji tuberkulin > 5 mm,


 HIV, imunokompromais, pengobatan radiasi, penyakit
keganasan yang mengenai sumsum tulang atau sistem
limfe,
 Gizi buruk,
 Demam tinggi,
 Infeksi kulit yang luas,
 Pernah sakit tuberkulosis,
 Kehamilan.
Rekomendasi BCG

 BCG diberikan pada bayi <2bulan


 Pada bayi kontak erat dengan penderita TB
dengan BTA+3 sebaiknya diberikan INH
profilaksis dulu
Hepatitis B

 Indonesia  daerah endemis sedang-tinggi.


 Transmisi
: perkutaneus atau parenteral,
hubungan seksual
 Imunisasi :
 Imunisasi VHB aktif
 Imunisasi VHB pasif : HBIG
Sasaran vaksinasi hepatitis B

 Semua bayi baru lahir


 Individu yang karena pekerjaannya berisiko tertular
 Karyawan di lembaga perawatan cacat mental
 Pasien hemodialisis
 Pasien koagulopati
 Individu yang serumah dengan pengidap VHB
atau kontak akibat hubungan seksual
 Drug users
 Homosexuals, bisexual, heterosexuals
Jadwal dan dosis vaksinasi hepatitis B

 Minimal diberikan sebanyak 3 kali


 Imunisasi pertama diberikan segera setelah lahir
 Dosis 0,5ml IM
 Jadwal imunisasi yang dianjurkan adalah 0, 2, 3, 4 bulan
 Bila sesudah dosis I terputus, segera berikan imunisasi kedua;
imunisasi III diberikan dengan jarak terpendek 2 bulan. Bila dosis III
terlambat, beri segera setelah memungkinkan.
Jadwal dan dosis vaksinasi hepatitis B

 Pasien hemodialisis : dosis lebih besar atau


penambahan jumlah suntikan.
 Pada pasien koagulopati : segera setelah terapi
faktor koagulasi, jarum kecil, tempat penyuntikan
ditekan min 2 menit.
 Bayi prematur dan ibu HBsAg (-) : ditunda sampai
bayi usia 2 bulan atau BB 2000 gram
Efektivitas, lama proteksi

 Efektivitas vaksin : 90-95%.


 Memori sistem imun menetap 12 tahun
 Pada pasien hemodialisis, proteksi vaksin kurang baik
 Non responder : tidak memberikan respons terhadap
imunisasi primer

Vaksinasi tambahan
Vaksinasi hepatitis B

 Reaksi KIPI :
 reaksi lokal ringan dan sementara,
 demam ringan
 Indikasi kontra :
 tidak ada indikasi
Difteria, Pertusis, Tetanus

 DTP : toksoid difteria (alumprecipitated


toxoid) + toksoid tetanus + vaksin pertusis
 Potensi toksoid difteria : flocculate (Lf) 1
Lf : jumlah toksoid = 1 unit anti toksin
difteria.
 Imunisasi anak : dianjurkan pemberian 5 dosis
(usia 2, 3, 4, dan 18 bulan, saat masuk sekolah)
DPT

 KIPI :
 Sulit dibuktikan
 Beberapa laporan :
 reaksilokal akibat pemberian vaksin dT (dosis
dewasa) lebih sering dari TT
 tidak diberikan pada anak < 6 minggu
Vaksin Pertusis

 Antibodi telah dapat ditemukan dalam serum


neonatus dan menghilang dalam 4 bulan 
tidak memproteksi
 Whole-cell : suspensi kuman B. pertussis mati
 Aselular : fraksi sel B. pertussis

memberikan reaksi lokal dan demam yang lebih


ringan
KIPI Vaksin Pertusis

 Kemerahan, bengkak, nyeri pada lokasi injeksi


 Demam ringan dan hiperpireksia.
 Gelisah, menangis terus
 Kejang :
 Anak dengan kelainan neurologik dan riwayat kejang:
7,2x lebih mudah terjadi kejang setelah imunisasi DTP
 Riwayat kejang keluarga : 4,5x
 hendaknya tidak diberikan imunisasi pertusis
 Ensefalopati akut atau reaksi anafilaksis
Kontraindikasi Vaksin Pertusis

 Riwayat anafilaksis
 Ensefalopati
 Precaution :
Riwayat hiperpireksia, keadaan hipotonik-
hiporesponsif dalam 48 jam, anak menangis
terus menerus selama 3 jam, riwayat kejang
dalam 3 hari sesudahnya.
Toksoid Tetanus

 Diberikan bersama DPT


 KIPI : reaksi lokal.
 Tidak diperlukan pengulangan dosis bila jadwal
pemberian ternyata terlambat
 Ibu yang mendapatkan toksoid tetanus 2 atau 3 dosis
memberikan proteksi yang baik terhadap tetanus
neonatal.
Poliomielitis

 Disebabkan virus poliomyelitis  menimbulkan


kelumpuhan
 Program memakai oral polio vaccine (OPV)
 Resevoir : manusia
 Transmisi : oro-fecals, oral-oral
 Vaksin Polio : OPV dan IPV
Polio

 Terdapat 2 kemasan vaksin polio:


 OPV (Oral polio vaccine)  vaksin hidup yang
dilemahkan, tetes, oral
 IPV (inactivated polio vaccine)  in-aktif, suntikan
 Dosis :
 OPV diberikan 2 tetes per-oral
 IPV dalam kemasan 0,5ml, intramuskular
ERAPO

• Meningkatkan cakupan imunisasi OPV secara


rutin
• Melaksanakan PIN (pekan imunisasi nasional)
• Melakukan mopping up di daerah-daerah yang
masih dijumpai transmisi virus polio liar
• Melaksanakan surveilans AFP yang mantap
OPV

 Berisi virus polio hidup tipe 1,2, dan 3


 Memacu pembentukan antibodi baik
dalam darah maupun pada epitelium
usus

KIPI Gejala pusing, diare ringan, dan


nyeri otot
Kontraindikasi

 Penyakit akut atau demam (suhu >38.5°C),


 Muntah atau diare berat,
 Dalam pengobatan kortikosteroid / imunosupresif /
pengobatan radiasi umum
 Keganasan
 Infeksi HIV / kontak HIV,
 ibu hamil pada 4 bulan pertama kehamilan,
 jangan bersama vaksin oral tifoid,
 bakat hipersensitif yang berlebihan,
Campak

 Dua jenis vaksin campak yaitu :


 Vaksinyang berasal dari virus campak yang
hidup dan dilemahkan (tipe edmonston B)
 Vaksin yang berasal dari virus campak yang
dimatikan
Dosis dan Cara Pemberian

 Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak


yang dilemahkan sebanyak 0,5 ml.
 Pemberian : subkutan, intramuskular.
 WHO menganjurkan pemberian imunisasi campak
pada bayi berumur 9 bulan.
 Untuk negara maju imunisasi campak (MMR)
dianjurkan pada anak berumur 12-15 bulan.
Reaksi KIPI

 Demam yang lebih 39,5°C, merangsang


terjadinya kejang demam.
 Ruam
 Gangguan fungsi sistem saraf pusat seperti
ensefalitis dan ensefalopati pasca imunisasi
Imunisasi Ulangan

 Mereka yang memperoleh imunisasi sebelum


umur 1 tahun dan terbukti potensi vaksin kurang
balk
 Kejadian luar biasa peningkatan kasus campak,
 Setiap orang yang pernah vaksin inaktif
 Setiap orang yang pernah memperoleh
imunoglobulin.
 Seorang yang tidak dapat menunjukkan catatan
imunisasinya.
Kontraindikasi

 Sedang menderita demam tinggi


 Sedang memperoleh pengobatan imunosupresi
 Hamil
 Memiliki riwayat alergi,
 Sedang memperoleh pengobatan imunoglobulin
atau bahan-bahan berasal dari darah.

Anda mungkin juga menyukai