Pembimbing:
Dr. Heryanto Syamsudin, Sp.KK
Disusun oleh :
Desti Oki Lestari
(2014730017)
Faktor Predisposisi
Higiene yang kurang
Menurunnya daya tahan tubuh
Terdapat penyakit lain di kulit
Patologi Staphylococcus Aureus
Patologi Streptococcus B Hemolyticus
KLASIFIKASI
Pioderma Primer
Infeksi terjadi pada kulit yang normal. Gambaran klinisnya tertentu,
biasanya disebabkan oleh satu macam mikroorganisme.
Pioderma Sekunder
Pada kulit yang telah ada penyakit kulit lain. Gambaran klinis tidak
khas dan mengikuti penyakit yang telah ada. Jika penyakit kulit disertai
pioderma sekunder disebut impetigenisata.
Tanda impetigenisata ialah jika terdapat pus, pustul, bula purulen,
krusta berwarna kuning kehijauan, pembesaran kelenjar getah bening
regional, leukositosis, dapat pula disertai demam.
PENGOBATAN UMUM
SISTEMIK
1. Penisilin G prokain dan semisintetiknya
• Penisilin G prokain : dosis 1,2 juta/hari (i.m), obat ini tidak dipakai lagi
• Ampisilin : dosis 4x500 mg (p.o) a.c
• Amoksisilin : dosis 4x500 mg (p.o) p.c
• Kloksasilin : dosis 3x250 mg (.o) a.c
2. Linkomisin dan Klindamisin
• Linkomisin : dosis 3x500 mg, tidak dianjurkan lagi
• Klindamisin : dosis 4x150 mg, pada infeksi berat dosisnya 4x300-450
mg sehari
3. Eritromisin : dosis 4x500 mg (p.o)
4. Sefalosporin (gen. 1) : cefadroksil dosis 2x500 mg (p.o)
TOPIKAL
1. Basitrasin
2. Mupirosin 2%
3. Neomisin
Kompres terbuka
• Larutan permanganas kalikus 1/5000
• Larutan rivanol 1%
• Yodium povidon 7,5% yang dilarutkan 10x (lebih efektif)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
• Leukositosis
1. Impetigo
Impetigo adalah pioderma superfisialis (terbatas pada epidermis).
Klasifikasi
Impetigo Krustosa Impetigo Bulosa Impetigo
Neonatorum
Prognosis Impetigo tanpa pengobatan biasanya sembuh dalam waktu 2-3 minggu.
Namun, pengobatan menghasilkan angka kesembuhan yang lebih tinggi dan
mengurangi penyebaran infeksi. Dengan pengobatan yang tepat lesi
biasanya hilang setelah 7-10 hari
Bentuk Pioderma
2. Folikulitis
Radang folikel rambut. Etiologinya Staphylococcus aureus.
Klasifikasi
Folikulitis superfisialis Folikulitis Profunda
(Bockhart)
Gejala klinis Pustul atau papul eritematosa Pustul atau papul eritematosa
ditengahnya terdapat rambut di dan teraba infiltrat di subkutan
tengahnya
Folikulitis superfisialis Folikulitis Profunda
(Bockhart)
3. Furunkel/Karbunkel
Radang folikel rambut dan sekitarnya. Jika lebih dari satu disebut
furunkulosis. Karbunkel ialah kumpulan furunkel.
Pengobatan :
Jika sedikit : Antibiotik topikal
Jika banyak : Antibiotik topikal + antibiotik sistemik
Bentuk Pioderma
4. Ektima
Definisi Ulkus superfisial dengan krusta
diatasnya
Etiologi Streptococcus B hemolytikus
Diagnosis Selulitis
Banding
Terapi Istirahat
Tungkai bawah harus sedikit lebih tinggi dari jantung
Pengobatan sistemik ialah antibiotik
Antibiotik topical
Kompres terbuka dengan larutan antiseptik
Penatalaksanaan :
Antibiotik sistemik dan topikal
dan ingat faktor predisposisi
Perbedaan dengan Furunkulosis :
Terasa nyeri dan relatif lebih cepat
memecah nodul/pustulnya
Contoh gambar
HIDRAADENITIS
• Hidraadenitis : Infeksi kelenjar apokrin oleh Staphylococcus aureus.
Predisposisi :
- Obesitas, hiperhidrosis, kebersihan buruk
- Deodoran dan menghilangkan/ mencukur rambut (depilator)
- Recurrent folliculitis
Diagnosis banding : Skrofuloderma
Persamaan terdapat nodus, fistel dan abses.
Perbedaannya, pada hidraadenitis supurativa pada permulaan disertai tanda radang
akut dan gejala konstitusi. Pada skrofuloderma tidak terdapat tanda radang akut
dan tidak ada leukositosis.
Pengobatan :
Antibiotik sistemik
Jika telah terbentuk abses di insisi, kalau belum melunak
diberi kompres terbuka
Pada kasus kronik residif kelenjar apokrin di eksisi
Contoh gambar
Staphylococcal Scalded Skin Syndrome
(S.S.S.S)
• Infeksi kulit oleh Staphylococcus aureus dengan ciri
khas epidermolisis (pengelupasan kulit superficial
yang luas)
• Epidemiologi : anak-anak < 5 th, ♂ > ♀
• Patogenesis :
sumber infeksi di mata, hidung, tenggorok, telinga → eksotoksin
→ epidermolisis (epidermolin, eksfoliatin) yang beredar
diseluruh tubuh sampai ke epidermis dan menyebakan kerusakan
Eksotoksin dapat diekskresikan melalui ginjal sehingga
dibutuhkan fungsi ginjal yang baik untuk menghasilkan
eksfoliatin.
Staphylococcal Scalded Skin Syndrome
(S.S.S.S)
• Klinis :
– Demam biasanya disertai infeksi saluran napas atas
– Kulit makula eritematus, mula-mula pada leher,lipat
paha, ketiak, wajah → 24-48 jam → meluas → timbul
bula berdinding kendor.
– Bila kulit normal kemudian ditekan dan digeser →
terkelupas = tanda Nikolsky (+)
– 2-3 hari terdapat pengeriputan spontan disertai
pengelupasan sehingga terlihat daerah erosif
– Deskuamasi daerah yang tidak eritematosa
– Dapat sembuh spontan sekitar 10-14 hari tanpa
sikatrik
Histopatologis Histopatologis secara frozen section
Pada S.S.S.S terdapat gambaran yang khas yakni :
• Lepuh intraepidermal (berisi sel sel akantolitik)
• Celah terdapat di stratum granulosum
• Epidermis sisanya tampak utuh tanpa disertai nekrosis sel
Obat lain :
klindamisin dan sefalosporin generasi 1
Topikal : sofratule atau krim antibiotic
Non farmakologi:
Observasi kebutuhan cairan tubuh dan elektrolit
Prognosis • Kematian dapat terjadi terutama pada bayi berusia dibawah
satu tahun, yang berkisar antara 1-10%. Penyebab utama
kematian adalah tidak adanya keseimbangan cairan
elektrolit dan sepsis
Contoh gambar
PENYAKIT
PARASIT HEWAN
Klasifikasi
PEDIKULOSIS
PEDIKULOSIS
KAPITIS PEDIKULOSIS PUBIS
KORPORIS
Epidemiologi Menyerang pada anak- Menyerang pada orang Menyerang pada orang
anak usia muda dan dewasa terutama pada dewasa dan dapat
cepat meluas dalam orang dengan higiene yang digolongkan dalam IMS
lingkungan hidup yang buruk. serta dapat pula
padat. menyerang jenggot dan
kumis.
Etiologi Siklus hidupnya melalui stadium telur, larva, nimfa, dan dewasa. Telur (nits)
diletakkan di sepanjang rambut dan mengikuti tumbuhnya rambut.
Cara penularan - Melalui pakaian. Umumnya dengan
- Melalui kontak langsung. kontak langsung.
Patogenesis Kelainan kulit yang timbul disebabkan oleh garukan untuk menghilangkan rasa
gatal. Gatal tersebut timbul karena pengaruh liur dan ekskreta dari kutu yang
masuk ke dalam kulit waktu menghisap darah.
Gejala klinis - Gatal pada daerah - Gatal. - Gatal di daerah
oksiput dan - Lesi bekas garukan. pubis dan
temporal. sekitarnya. Dapat
- Timbul efloresensi meluas sampai
erosi, ekskoriasi, daerah abdomen
pus krusta. dan dada.
- Timbul bau yang - Timbul efloresensi
busuk (infeksi makula serule.
sekunder berat). - Gelaja patognomonik:
black dot (bercak
hitam (krusta) pada
celana dalam)
Pedikulosis Kapitis Pedikulosis Korporis Pedikulosis Pubis
Penunjang
Menemukan kutu atau telur (warna abu berkilat).
diagnosis
Diagnosis - Tinea kapitis. Neurotic excoriation. - Dermatitis
banding - Pioderma. seboroik.
- Dermatitis - Dermatomikosis.
seboroik.
Pengobatan Secara topikal : Secara topikal : Secara topikal :
- Losio malathion - Krim gameksan 1% - Krim gameksan 1%
0,5% atau 1 % atau, atau,
atau, - Emulsi benzyl benzoat - Emulsi benzyl
- Krim gameksan 25% dan, benzoat 25%.
1% atau, - Bubuk malathion 2%.
- Emulsi benzyl
benzoat 25%.
Non medikamentosa : Higienitas.
Prognosis Baik bila higiene diperhatikan.
Pedikulosis Kapitis Pedikulosis Korporis
Pedikulosis Pubis
Skabies
Merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
Sarcoptes scabiel var, hominis, dan produknya. Ditandai gatal pada malam hari,
mengenai sekelompok orang, dengan tempat predileksi di lipatan kulit yang tipis,
hangat, dan lembab.
Aktivitas S.scabiei
Telur akan menetas
Tungau jantan akan didalam kulit
dalam waktu 3-10
mati menyebabkan rasa
hari menjadi larva
gatal
Diagnosis - Prurigo.
banding - Pedikulosis korporis.
- Dermatitis.
Medikamentosa (topikal) :
- Krim sulfur presipitatum 4-20% Non medikamentosa :
- Emulsi benzil-benzoas 20-25%. Tatalak - Menjaga higienitas.
- Krim gameksan 1%.
-sana - Edukasi tentang skabies.
- Krim krotamiton 10%. - Pengobatan dilakukan pada orang
- Krim permetrin 5%. serumah.
- Ivermectin (200 µg/kg) per oral.
• Pengobatan dilakukan pada semua orang rumah dan orang disekitar pasien
Prognosis
Baik
Creeping Eruption
(Cutaneous Larva Migrans)
Merupakan kelainan kulit yaitu peradangan berbentuk linier atau berkelok-kelok,
menimbul dan progresif, disebabkan oleh invasi larva cacing tambang yang berasal dari
feses anjing dan kucing.
Epidemiologi
• Anak-anak yang sering berjalan tanpa alas kaki atau sering berhubungan
dengan tanah atau pasir
• Petani atau tentara
• Daerah tropis
Gejala Klinis
- Gatal dan panas.
- Pertama timbul papul kemudian diikuti bentuk yang khas yaitu lesi berbentuk linier
atau berkelok-kelok, menimbul dengan d 2-3mm, berwarna kemerahan.
- Perkembangan selanjutnya papul merah menjalar, menyerupai benang berkelok-
kelok, polisiklik, serpiginosa, menimbul dan membentuk terowongan (burrow).
- Pruritus nokturna.
Contoh gambar
Predileksi
Nematoda hidup pada hospes, ovum (telur cacing) terdapat pada kotoran binatang dan
karena kelembaban berubah menjadi larva yang mampu mengadakan penetrasi ke kulit.
Larva ini tinggal di kulit berjalan-jalan sepanjang taut dermo-epidermal dan setelah
beberapa jam atau hari akan timbul gejala di kulit.
Prognosis
Tipe Kutan
Skleroderma
(Morfea)
Tipe Kutan (Morfea)
Morfea ditandai oleh kulit mengeras berwarna kuning gading dengan batas tegas
ataupun difus.
Epidemiologi
Morfea cukup sering ditemukan pada suku Kaukasia. Sebanyak 20-30% morfea
ditemukan pada saat kanak-kanak, namun dapat pula ditemukan pada segala usia
dengan rasio perempuan dan laki-laki sebanyak 2-3:1.
- berupa satu atau beberapa lesi berbentuk bulat atau lonjong yang
mengikuti fase seperti di atas
- kelainan kulit dapat berbatas hanya pada epidermis dan dermis atau juga
mencapai jaringan subkutan, fasia dan otot
2. Morfea generalisata
- ditandai oleh adanya 4 atau lebih lesi yang terdapat pada minimal 2 dari
7 lokasi anatomis yang berbeda
- lesi sering ditemukan pada batang tubuh dan menyebar ke daerah akral,
namun tidak mengenai jari tangan dan kaki
3. Morfea Linier
- En coup de sabre
4. Deep morphea
- kulit teraba menebal dan melakat pada fasia serta otot dibawahnya
Komplikasi
Pada anak dapat mengalami morbiditas yang bermakna, meliputi gangguan
pertumbuhan.
Pada morfea pansklerotik terdapat peningkatan risiko karsinoma sel skuamosa yang
berkaitan dengan ulkus kronik.
Kulit yang mengalami sklerosis dapat menyebabkan kontraktur, gangguan paru
restriktif dan disfagia.
Pemeriksaan Penunjang
- Derivat vitamin D
Prognosis
- Pada morfea generalisata saat resolusi akan meninggalkan kulit yang atrofi,
sedangkan morfea linier akan bertahan lebih lama dan dapat resolusi 3-5 tahun.
- Morfea dapat menyebabkan gangguan fungsi dan estetik, tetapi jarang
menyebabkan kematian.
Sklerosis Sistemik
Penyakit yang mengenai beberapa sistem organ, yang ditandai oleh adanya fibrosa
luas, inflamasi dan vaskulopati. Organ yang terkena adalah kulit, paru, saluran cerna,
jantung dan ginjal.
Epidemiologi
- Perempuan lebih sering dibandingkan laki-laki 3:1 hingga 14:1.
- Usia pasien biasanya sekitar 30-50 tahun.
Etiopatogenesis
1. Faktor genetik
2. Proses imunologis (ditemukannya proses inflamasi dengan adanya autoantibodi)
3. Vaskulopati (perubahan pada mikrosirkulasi dan arteriol)
4. Fibrosis (proses inflamasi dan hipoksia menginduksi terjadinya fibrosis)
5. Faktor lingkungan (kontak bahan pelarut mis. Vinil klorida atau obat-obatan mis.
Cardiopa, kokain)
Diffuse Cutaneous Scleroderma
Pada diffuse cutaneous scleroderma terjadi pengerasan kulit yang progresif. Fenomena
Raynaud yang terjadi dalam 1 tahun setelah kulit mulai mengeras. Predileksi : batang
tubuh, wajah, lengan atas dan tungkai atas.
Limited Cutaneous Scleroderma
Gejala Klinis
• Vaskulopati
• Kulit
Muncul pertama pada jari tangan dan kaki. Edema non-pitting (puffy fingers),
penebalan kulit (sclerodactily), teleangiektasis, hipo-hiperpigmentasi, kerontokan rambut
dan ulserasi.
Fibrosis paru dan jantung serta hipertensi arteri pulmonaris dan aritmia.
Non-farmakologi
- Terapi dan latihan fisik
- Terapi laser atau metode non-invasif mis. Kamuflase untuk teleangiektasia
- Fototerapi (UVA-1) dapat mengurangi luas kulit yang sklerotik
Prognosis
Di daerah
Anak tropis Dapat
berusia 3-16 berusia terjadi pada Pria=Wanita
tahun antara 6-16 semua ras
tahun
MANIFESTASI
KLINIS
• Makula eritematosa lesi berupa makula bewarna merah muda pucat
atau sesuai warna kulit dengan skuama halus, eritema terlihat sangat
jelas pada lesi ini, mungkin didapatkan sedikit krusta yang serous
• Makula hipokromik dengan skuama Lesi yang di dapati hanya berupa
makula depigmentasi yang menetap dengan atau tanpa skuama halus.
• Makula hipokromik Lesi biasanya tampak kering, berbentuk bulat,
oval atau plaka yang tidak teratur. Hipopigmentasi dengan skuama halus
yang melekat.
• Pada anak-anak lokasi kelainan biasanya terdapat pada muka (50-60%)
• Paling sering disekitar pipi, mulut, dagu dan dahi.
Pityriasis alba pada wajah. Pityriasis alba pada leher. Pityriasis alba pada sekitar mulut
3. Histologi
Afek primer
≥ 1 tahun
3-6 minggu Bentuk
lanjut
Sindrom
inguinal
1. Afek Primer
• Bentuk lesi tidak khas dan tidak
nyeri (erosi, papul, pustule, miliar,
vesikel)
• Jika terbentuk infiltrate di uretra posterior -> lalu timbul abses -> pecah ->
menjadi fistel
• Bisa juga terjadi striktur -> OUE seperti mulut ikan -> disebut “fish mouth
urethra” dan penis melengkung seperti pedang turki
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
4. Tes Frei
Tatalaksana
Medikamentosa
• Doksisiklin 2x100 mg, peroral, selama 21 hari
• Eritromisin base 4x500 mg, peroral, selama 21 hari
• Azitromisin 1x500 mg, peroral, selama 3 minggu
• Insisi dan aspirasi pada bulbo dengan fluktuasi yang jelas
• Kompres dengan larutan permanganas kalikus 1/5000 jika abses sudah pecah
Non medikamentosa
• Edukasi pasien untuk bed rest pada sindrom inguinal
• Mengobati pasangan