Anda di halaman 1dari 87

REFRESHING

Pembimbing:
Dr. Heryanto Syamsudin, Sp.KK

Disusun oleh :
Desti Oki Lestari
(2014730017)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
JAKARTA
RSIJ SUKAPURA
2020
PIODERMA
• Pioderma ialah penyakit kulit yang disebabkan oleh
Staphylococcus, Streptococcus, atau oleh kedua-duanya.
Etiologi
Staphylococcus aureus
Streptococcus B hemolyticus

Faktor Predisposisi
 Higiene yang kurang
 Menurunnya daya tahan tubuh
 Terdapat penyakit lain di kulit
Patologi Staphylococcus Aureus
Patologi Streptococcus B Hemolyticus
KLASIFIKASI

 Pioderma Primer
Infeksi terjadi pada kulit yang normal. Gambaran klinisnya tertentu,
biasanya disebabkan oleh satu macam mikroorganisme.
 Pioderma Sekunder
Pada kulit yang telah ada penyakit kulit lain. Gambaran klinis tidak
khas dan mengikuti penyakit yang telah ada. Jika penyakit kulit disertai
pioderma sekunder disebut impetigenisata.
Tanda impetigenisata ialah jika terdapat pus, pustul, bula purulen,
krusta berwarna kuning kehijauan, pembesaran kelenjar getah bening
regional, leukositosis, dapat pula disertai demam.
PENGOBATAN UMUM

SISTEMIK
1. Penisilin G prokain dan semisintetiknya
• Penisilin G prokain : dosis 1,2 juta/hari (i.m), obat ini tidak dipakai lagi
• Ampisilin : dosis 4x500 mg (p.o) a.c
• Amoksisilin : dosis 4x500 mg (p.o) p.c
• Kloksasilin : dosis 3x250 mg (.o) a.c
2. Linkomisin dan Klindamisin
• Linkomisin : dosis 3x500 mg, tidak dianjurkan lagi
• Klindamisin : dosis 4x150 mg, pada infeksi berat dosisnya 4x300-450
mg sehari
3. Eritromisin : dosis 4x500 mg (p.o)
4. Sefalosporin (gen. 1) : cefadroksil dosis 2x500 mg (p.o)
TOPIKAL

1. Basitrasin
2. Mupirosin 2%
3. Neomisin

 Kompres terbuka
• Larutan permanganas kalikus 1/5000
• Larutan rivanol 1%
• Yodium povidon 7,5% yang dilarutkan 10x (lebih efektif)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Pemeriksaan Laboratorium
• Leukositosis

Kasus kronis dan rekuren :


 Kultur (penyebabnya)
 Tes resistensi
Bentuk Pioderma

1. Impetigo
Impetigo adalah pioderma superfisialis (terbatas pada epidermis).

Klasifikasi
Impetigo Krustosa Impetigo Bulosa Impetigo
Neonatorum

Etiologi Streptococcus B hemolyticus Staphylococcus aureus Staphylococcus aureus


Klasifikasi

Impetigo Krustosa Impetigo Bulosa Impetigo


Neonatorum

Epidemiologi Anak Anak dan Dewasa Neonatus

Predileksi Wajah, yakni sekitar Aksila, dada, punggung Seluruh tubuh


lubang hidung dan mulut

Gejala Klinis Tidak disetai gejala Keadaan umum tidak Demam.


umum. dipengaruhi. Kelainan kulit :
Kelainan kulit : eritema, Kelainan kulit : eritema, impetigo bulosa
vesikel yang cepat bula dan bula hipopion. (lokasinya
memecah, krusta tebal Kadang bula telah menyeluruh)
berwarna kuning seperti memecah sehingga
madu yang terlihat koleret
dan dasarnya masih
eritematosa
Klasifikasi

Impetigo Krustosa Impetigo Bulosa Impetigo


Neonatorum
Pemeriksaan Bahan pemeriksaan : pus, Bahan pemeriksaan Bahan pemeriksaan
swab lesi, eksudat usapan/swab usapan/swab
penunjang
dibawah krusta. permukaan lesi, nanah, permukaan lesi, nanah,
Jenis pemeriksaan : pus. pus.
1. Pewarnaan gram - Pewarnaan gram - Pewarnaan gram
2. Kultur pada media - Baiakan/ kultur pada - Baiakan/ kultur
agar darah; koloni S, agar darah, pada agar darah,
kecil, hemolysis (+) dilanjutkan dengan dilanjutkan dengan
3. Test basitrasin (+) tes biokimia, tes tes biokimia, tes
4. Tes serologi bila koagulasi dan tes koagulasi dan tes
diperlukan resistensi resistensi
Klasifikasi

Impetigo Krustosa Impetigo Bulosa Impetigo


Neonatorum

Diagnosis Ektima Dermatofitosis Sifilis kongenital


Banding
Pengobatan Krusta sedikit : Bula sedikit : Antibiotik sistemik dan
dilepaskan lalu diberi dipecahkan lalu diberi bedak salisil 2%
antibiotik topikal antibiotik topikal
Banyak : ditambahkan Banyak : ditambahkan
antibiotik sistemik antibiotik sistemik
Non medikamentosa : membersihkan dengan lembut krusta dengan lap atau
sabun antibiotik

Prognosis Impetigo tanpa pengobatan biasanya sembuh dalam waktu 2-3 minggu.
Namun, pengobatan menghasilkan angka kesembuhan yang lebih tinggi dan
mengurangi penyebaran infeksi. Dengan pengobatan yang tepat lesi
biasanya hilang setelah 7-10 hari
Bentuk Pioderma

2. Folikulitis
Radang folikel rambut. Etiologinya Staphylococcus aureus.

Klasifikasi
Folikulitis superfisialis Folikulitis Profunda
(Bockhart)

Terbatas pada epidermis Meluas sampai ke subkutan

Predileksi Tungkai bawah Bibir atas dan dagu, bilateral


Klasifikasi

Folikulitis superfisialis Folikulitis Profunda


(Bockhart)

Epidemiologi Angka kepasti kejadian foikulitis di berbagai Negara hingga saat


ini sulit untuk dipastikan secara pasti, karena penyakit ini
umumnya tidak datang ke dokter untuk berobat
Patogenesis Masuknya oragnisme penyebab  ke dalam folikel rambut
folikel rambut terinfeksi neutrophil akan menginfiltrasi folikel
rambut.

F.S  neutrophil ditemukan terbatas pada infundibulum


F.P  neutrofi ditemukan hingga lapisan lebih dalam dermis di
sekeliling folikel rambut

Gejala klinis Pustul atau papul eritematosa Pustul atau papul eritematosa
ditengahnya terdapat rambut di dan teraba infiltrat di subkutan
tengahnya
Folikulitis superfisialis Folikulitis Profunda
(Bockhart)

Tatalaksana Non farmakologi:


• Makan tinggi protein dan kalori
• Jaga kebersihan kulit
• Eksudat : kompres
Antibiotik topical Antibiotik sistemik/topikal
Cari faktor predisposisi.
Mupirocin 2% diaplikasikan 3 tipis
tipis, 3 x/hari selama 3-5 hari. Obat Eritromsin 30-50 mg/kgBB/hari
ini tidak direkomendasikan pada dibagia menjadi 4 dosis diberikan
anak berusia <2 bulan selama 7-10 hari.

Pada organisme methicillin


resistant, pilihan antibiotic adalah
klindamisin, linkomisin, dan
kortimoksazol
Prognosis Penyakit komorbid seperti diabetes mellitus, AIDS atau kondisi
immunocrompromised lainnya, dapat meningkatkan risiko transformasi
infeksi ringan menjadi kondisi yang mengancam jiwa misalnya sepsis.
Tetapi biasaya folikulitis akan sembuh dengan baik tanpa menyebabkan
komplikasi berarti
Bentuk Pioderma

3. Furunkel/Karbunkel
Radang folikel rambut dan sekitarnya. Jika lebih dari satu disebut
furunkulosis. Karbunkel ialah kumpulan furunkel.

Etiologi : Staphylococcus aureus


Gejala Klinis : keluhan nyeri, dengan kelainan berupa nodus eritematosa
berbentuk kerucut, ditengahnya terdapat pustul --> kemudian melunak
menjadi abses yang berisi pus dan jaringan nekrotik, lalu memecah
membentuk fistel.
Predileksi : tempat yang banyak friksi, misalnya aksila dan bokong.

Pengobatan :
Jika sedikit : Antibiotik topikal
Jika banyak : Antibiotik topikal + antibiotik sistemik
Bentuk Pioderma

4. Ektima
Definisi Ulkus superfisial dengan krusta
diatasnya
Etiologi Streptococcus B hemolytikus

Epidemiologi Anak dan dewasa


Predileksi Tungkai bawah (karena trauma
lebih sering di tungkai)

Gejala klinis Krusta tebal, kuning. Jika krusta


diangkat ternyata lekat dan dasar
tampak ulkus yang dangkal
Diagnosis Impetigo krustosa
Banding Persamaan : berkrusta warna kuning

Terapi Krusta sedikit: Diangkat lalu antibiotik topikal


Krusta tebal: Antibiotik sistemik
Bentuk Pioderma
5. Pionika
Definisi radang sekitar kuku oleh piokokus

Etiologi Staphylococcus aureus


Streptococcus B hemolytikus
Epidemiologi Anak dan dewasa
Predileksi Jari

Gejala klinis Diawali infeksi pada lipat kuku,


menjalar ke matriks dan lempeng
kuku-> abses subungual

Penatalaksaan Kompres dengan larutan


antiseptik dan antibiotik sistemik.
Jika terjadi abses subungual kuku
diekstraksi
Bentuk Pioderma
6. Erisipelas
Definisi Infeksi akut , biasanya disebabkan
oleh Streptococcus aureus , dengan
gejala utama eritema berwarna
merah cerah dan berbatas tegas
disertai konstitusi
Etiologi Streptococcus B hemolytikus

Predileksi Tungkai bawah (karena trauma


lebih sering di tungkai)

Gejala klinis Eritema berwarna cerah


Berbatas tegas
Pinggirnya meninggi
5 tanda radang akut (kalor, dolor,
rubor, tumor dan function laesa)
Dapat disertai edema, vesikel, bula
Pemeriksaan Leukositosis
penunjang

Diagnosis Selulitis
Banding
Terapi Istirahat
Tungkai bawah harus sedikit lebih tinggi dari jantung
Pengobatan sistemik ialah antibiotik
Antibiotik topical
Kompres terbuka dengan larutan antiseptik

Komplikasi Selulitis, pada penyakit ini terdapat infiltrate di subkutan


Bentuk Pioderma
7. Selulitis

Definisi Infeksi sampai pada jaringan


subkutan. Kelainan kulit berupa
Infiltrat yang difus pada subkutan
dengan tanda-tanda radang akut
Etiologi Streptococcus B hemolytikus

Pengobatan Antibiotik sistemik, kompres


terbuka dengan antiseptik
Bentuk Pioderma
8. Flegmon

Definisi selulitis yang mengalami supurasi.


Terapi sama dengan selulitis, bila perlu
dilakukan insisi
Bentuk Pioderma
9. Ulkus Piogenik
Definisi Ulkus dengan gambaran klinis yang tidak khas,
disertai pus diatasnya
Etiologi Streptococcus B hemolytikus atau Staphylococcus
aureus
Pemeriksaan Kultur
penunjang
ABSES MULTIPEL KELENJAR
KERINGAT
• Infeksi sistem kelenjar keringat berupa abses multiple tidak nyeri dan
berbentuk kubah. Disebabkan oleh Staphylococcus aureus.

Klinis : Banyak terdapat pada anak-anak,


Nodul eritematosa, multipel, bentuk kubah, tidak nyeri, lama
pecah

Predileksi : tempat yang banyak keringat


Predisposisi : imunitas ↓, banyak keringat dan sering bersama
miliaria

Penatalaksanaan :
Antibiotik sistemik dan topikal
dan ingat faktor predisposisi
Perbedaan dengan Furunkulosis :
Terasa nyeri dan relatif lebih cepat
memecah nodul/pustulnya
Contoh gambar
HIDRAADENITIS
• Hidraadenitis : Infeksi kelenjar apokrin oleh Staphylococcus aureus.

Klinis : Banyak terdapat pada usia akil balik (pubertas),


Gejala Konstitusi : Demam, malaise
Nodus dengan tanda inflamasi  abses yang mudah pecah  fistel 
Hidraadenitis Supurativa
Bila menahun dapat membentuk abses, fistel dan sinus yang multiple.

Predileksi : aksila, perineum atau tempat yang banyak kelenjar


apokrin

Predisposisi :
- Obesitas, hiperhidrosis, kebersihan buruk
- Deodoran dan menghilangkan/ mencukur rambut (depilator)
- Recurrent folliculitis
Diagnosis banding : Skrofuloderma
Persamaan terdapat nodus, fistel dan abses.
Perbedaannya, pada hidraadenitis supurativa pada permulaan disertai tanda radang
akut dan gejala konstitusi. Pada skrofuloderma tidak terdapat tanda radang akut
dan tidak ada leukositosis.

Pengobatan :
Antibiotik sistemik
Jika telah terbentuk abses di insisi, kalau belum melunak
diberi kompres terbuka
Pada kasus kronik residif kelenjar apokrin di eksisi
Contoh gambar
Staphylococcal Scalded Skin Syndrome
(S.S.S.S)
• Infeksi kulit oleh Staphylococcus aureus dengan ciri
khas epidermolisis (pengelupasan kulit superficial
yang luas)
• Epidemiologi : anak-anak < 5 th, ♂ > ♀
• Patogenesis :
sumber infeksi di mata, hidung, tenggorok, telinga → eksotoksin
→ epidermolisis (epidermolin, eksfoliatin) yang beredar
diseluruh tubuh sampai ke epidermis dan menyebakan kerusakan
Eksotoksin dapat diekskresikan melalui ginjal sehingga
dibutuhkan fungsi ginjal yang baik untuk menghasilkan
eksfoliatin.
Staphylococcal Scalded Skin Syndrome
(S.S.S.S)
• Klinis :
– Demam biasanya disertai infeksi saluran napas atas
– Kulit makula eritematus, mula-mula pada leher,lipat
paha, ketiak, wajah → 24-48 jam → meluas → timbul
bula berdinding kendor.
– Bila kulit normal kemudian ditekan dan digeser →
terkelupas = tanda Nikolsky (+)
– 2-3 hari terdapat pengeriputan spontan disertai
pengelupasan sehingga terlihat daerah erosif
– Deskuamasi daerah yang tidak eritematosa
– Dapat sembuh spontan sekitar 10-14 hari tanpa
sikatrik
Histopatologis Histopatologis secara frozen section
Pada S.S.S.S terdapat gambaran yang khas yakni :
• Lepuh intraepidermal (berisi sel sel akantolitik)
• Celah terdapat di stratum granulosum
• Epidermis sisanya tampak utuh tanpa disertai nekrosis sel

Diagnosis • N.E.T (Nekrolisis Epidermal Toksik)


Banding Perbedaanya S.S.S.S
- Menyerang anak dibawah 5 tahun
- Mulai kelainan kulit di wajah, leher, aksila , lipat paha
- Mukosa umumnya tidak dikenai
- dan alat-alat dalam tidak diserang
- Angka kematian lebih rendah
- Berbeda pegobatan (S.S.S.S  di stratum granulosum. N.E.T 
di subepidermal)
Pengobatan Farmakologi
Antibiotik
- Penisisilin
Kloksalin 3 x 250 mg P.O untuk dewasa. Neonatus 3 x 50 mg

Obat lain :
klindamisin dan sefalosporin generasi 1
Topikal : sofratule atau krim antibiotic

Non farmakologi:
Observasi kebutuhan cairan tubuh dan elektrolit
Prognosis • Kematian dapat terjadi terutama pada bayi berusia dibawah
satu tahun, yang berkisar antara 1-10%. Penyebab utama
kematian adalah tidak adanya keseimbangan cairan
elektrolit dan sepsis
Contoh gambar
PENYAKIT
PARASIT HEWAN

Pedikulosis Skabies Creeping disease


Pedikulosis
Merupakan infeksi kulit/rambut pada manusia yang disebabkan oleh
Pediculus (tergolong famili Pediculidae). Pediculus ini merupakan
parasit obligat, harus menghisap darah manusia untuk dapat
mempertahankan hidup.

Klasifikasi

PEDIKULOSIS
PEDIKULOSIS
KAPITIS PEDIKULOSIS PUBIS
KORPORIS

Merupakan infeksi kulit Merupakan infeksi


Merupakan infeksi kulit
dan rambut kepala yang rambut didaerah pubis
disebabkan oleh
disebabkan oleh dan di sekitarnya oleh
Pediculus humanus var
Pediculus humanus var Phthirus pubis.
corporis.
capitis.
Pedikulosis Kapitis Pedikulosis Korporis Pedikulosis Pubis

Epidemiologi Menyerang pada anak- Menyerang pada orang Menyerang pada orang
anak usia muda dan dewasa terutama pada dewasa dan dapat
cepat meluas dalam orang dengan higiene yang digolongkan dalam IMS
lingkungan hidup yang buruk. serta dapat pula
padat. menyerang jenggot dan
kumis.
Etiologi Siklus hidupnya melalui stadium telur, larva, nimfa, dan dewasa. Telur (nits)
diletakkan di sepanjang rambut dan mengikuti tumbuhnya rambut.
Cara penularan - Melalui pakaian. Umumnya dengan
- Melalui kontak langsung. kontak langsung.
Patogenesis Kelainan kulit yang timbul disebabkan oleh garukan untuk menghilangkan rasa
gatal. Gatal tersebut timbul karena pengaruh liur dan ekskreta dari kutu yang
masuk ke dalam kulit waktu menghisap darah.
Gejala klinis - Gatal pada daerah - Gatal. - Gatal di daerah
oksiput dan - Lesi bekas garukan. pubis dan
temporal. sekitarnya. Dapat
- Timbul efloresensi meluas sampai
erosi, ekskoriasi, daerah abdomen
pus krusta. dan dada.
- Timbul bau yang - Timbul efloresensi
busuk (infeksi makula serule.
sekunder berat). - Gelaja patognomonik:
black dot (bercak
hitam (krusta) pada
celana dalam)
Pedikulosis Kapitis Pedikulosis Korporis Pedikulosis Pubis

Penunjang
Menemukan kutu atau telur (warna abu berkilat).
diagnosis
Diagnosis - Tinea kapitis. Neurotic excoriation. - Dermatitis
banding - Pioderma. seboroik.
- Dermatitis - Dermatomikosis.
seboroik.
Pengobatan Secara topikal : Secara topikal : Secara topikal :
- Losio malathion - Krim gameksan 1% - Krim gameksan 1%
0,5% atau 1 % atau, atau,
atau, - Emulsi benzyl benzoat - Emulsi benzyl
- Krim gameksan 25% dan, benzoat 25%.
1% atau, - Bubuk malathion 2%.
- Emulsi benzyl
benzoat 25%.
Non medikamentosa : Higienitas.
Prognosis Baik bila higiene diperhatikan.
Pedikulosis Kapitis Pedikulosis Korporis
Pedikulosis Pubis
Skabies
Merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
Sarcoptes scabiel var, hominis, dan produknya. Ditandai gatal pada malam hari,
mengenai sekelompok orang, dengan tempat predileksi di lipatan kulit yang tipis,
hangat, dan lembab.

• Banyak faktor antara


• Kontak langsung.
lain, sosial ekonomi
• Kontak tidak
yang rendah, higiene
langsung.
yang buruk, dan
penyakit dapat
dimasukkan dalam
IMS. Epidemio- Cara
logi penularan

• Pruritus nokturna • Skabies berkrusta


Gejala Varian
• Mengenai sekelompok klinis skabies • Skabies nodular.
orang
• Adanya terowongan
(kunikulus)
• Menemukan tungau
Contoh gambar
Etiopatogenesis

Seluruh siklus hidup


Siklus hidup tungau Masa inkubasi
mulai dari telur
diawali dengan berlangsung lama 4-
sampai dewasa yaitu
kopulasi 6 minggu
8-12 hari

Aktivitas S.scabiei
Telur akan menetas
Tungau jantan akan didalam kulit
dalam waktu 3-10
mati menyebabkan rasa
hari menjadi larva
gatal

Tungau betina yang


Meletakkan telurnya Timbul eforesensi
telah dibuahi
2-50. Lama hidup papul, vesikel, erosi,
menggali terowongan
betina ini sampai ekskoriasi, krusta,
dalam stratum
sebulan dan infeksi sekunder
korneum
- Cari tungau pada ujung yang terlihat
papul atau vesikel dicongkel dengan
jarum dan letakkan diatas sebuah objek. Penunjang
- Dengan membuat biopsi irisan. diagnosis
- Dengan biopsi eksisional dan
diperiksa dengan pewarnaan
hematoksilin eosin (H.E).

Diagnosis - Prurigo.
banding - Pedikulosis korporis.
- Dermatitis.

Medikamentosa (topikal) :
- Krim sulfur presipitatum 4-20% Non medikamentosa :
- Emulsi benzil-benzoas 20-25%. Tatalak - Menjaga higienitas.
- Krim gameksan 1%.
-sana - Edukasi tentang skabies.
- Krim krotamiton 10%. - Pengobatan dilakukan pada orang
- Krim permetrin 5%. serumah.
- Ivermectin (200 µg/kg) per oral.

Prognosis Baik bila higienitas diperhatikan.


Terapi Dosis Regimen terapi Kontrain Kelebihan Kekurangan Keterangan
dikasi
Permetrin Krim Dibilas setelah Bayi < Efektif, Gatal dan penggunaan
5% 8-10 jam 2tahun bisa menyengat kedua sering
ditoleransi pada saat diresepkan
dengan penggunaan secara rutin 1
baik, aman minggu setelah
penggunaan
pertama
Sulfur 4%- Dibilas setelah - Dapat Efikasinya -
presipitatum 20% 24 jam dan digunakan masih
kemudian padi bayi < dipertanyakan
diterapkan 2tahun , berbau dan
kembali setiap iritasi
24 jam selama 2
hari berikutnya
Ivermectin 200 200 µg/kg Anak- Kepatuhan Mahal Tidak disetujui
µg/kg diulang, 3-9 hari anak < 15 pasien yang di banyak
per oral kg; baik negara
wanita
Crotamiton Salep Dibilas setelah - Antiskabies Efikasinya Tidak tersedia
10% 24 jam dan masih di Kanada,
antigatal dipertanyakan sering
digunakan pada
skabies nodular
pada anak-anak
Pemeriksaan penunjang
Terdapat beberapa metode untuk mendiagnosis skabies diantaranya:
• Carilah terowongan kemudian pada ujung yang terlihat papul atau vesikel
dicongkel dengan jarum dan diletakan di atas sebuah objek, lalu ditutup
dengan kaca penutup dan dilihat dengan mikroskop cahaya.
• Cara menyikat dengan sikat dan di tampung diatas selembar kertas
putih dan dilihat dengan kaca pembesar.
• Biopsi irisan. Caranya : lesi dijepit dengan 2 jari kemudia dibuat irisan
tipis dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop cahaya.
• Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan hematoksilin
eosin (H.E).
• Burrow ink test (BIT). Di mana papula yang mencurigakan ditandai
dengan tinta dan kemudian permukaan dari lesi di cuci dengan alkohol.
Hasil BIT positif terjadi saat tinta menandai terowongan, membentuk
garis gelap yang mudah terlihat dengan mata telanjang.
Pencegahan

• Edukasi tentang penyakit skabies (perjalanan penyakit, penularan, cara


eradikasi tungau, menjaga higiene pribadi, tatacara pengolesan obat)

• Pengobatan dilakukan pada semua orang rumah dan orang disekitar pasien

Prognosis

Baik
Creeping Eruption
(Cutaneous Larva Migrans)
Merupakan kelainan kulit yaitu peradangan berbentuk linier atau berkelok-kelok,
menimbul dan progresif, disebabkan oleh invasi larva cacing tambang yang berasal dari
feses anjing dan kucing.

Epidemiologi

• Anak-anak yang sering berjalan tanpa alas kaki atau sering berhubungan
dengan tanah atau pasir
• Petani atau tentara
• Daerah tropis

Gejala Klinis
- Gatal dan panas.
- Pertama timbul papul kemudian diikuti bentuk yang khas yaitu lesi berbentuk linier
atau berkelok-kelok, menimbul dengan d 2-3mm, berwarna kemerahan.
- Perkembangan selanjutnya papul merah menjalar, menyerupai benang berkelok-
kelok, polisiklik, serpiginosa, menimbul dan membentuk terowongan (burrow).
- Pruritus nokturna.
Contoh gambar

Predileksi

Tungkai, plantar, tangan, anus,


bokong, paha dan bagian tubuh yang
sering berkontak dengan tempat larva
berada.
Etiopatogenesis

Nematoda hidup pada hospes, ovum (telur cacing) terdapat pada kotoran binatang dan
karena kelembaban berubah menjadi larva yang mampu mengadakan penetrasi ke kulit.
Larva ini tinggal di kulit berjalan-jalan sepanjang taut dermo-epidermal dan setelah
beberapa jam atau hari akan timbul gejala di kulit.

Diagnosis Banding Tatalaksana

- Skabies. - Tiabendazol dosis 25-50 mg/kb


- Dermatofitosis. BB/hari, 2x/hari selama 2-5 hari.
- Insects bite. - Albendazol 400 mg dosis tunggal,
- Herpes zoster stadium permulaan. diberikan 3 hari berturut-turut.

Prognosis

CLM tidak mengancam kehidupan, umumnya sembuh dengan terapi antihelmintes


albendazole atau tiabendazole.
SKLERODERMA
Merupakan penyakit autoimun kronik yang ditandai
oleh kulit yang mengeras.

Tipe Kutan
Skleroderma
(Morfea)
Tipe Kutan (Morfea)

Morfea ditandai oleh kulit mengeras berwarna kuning gading dengan batas tegas
ataupun difus.

Epidemiologi

Morfea cukup sering ditemukan pada suku Kaukasia. Sebanyak 20-30% morfea
ditemukan pada saat kanak-kanak, namun dapat pula ditemukan pada segala usia
dengan rasio perempuan dan laki-laki sebanyak 2-3:1.

Etiologi dan Patogenesis


Masih belum diketahui dengan pasti.
Beberapa faktor diduga berperan adalah:
- Faktor genetik
- Trauma jaringan lokal, termasuk radiasi, operasi, gigitan serangga dan
suntikan IM.
- Mekanisme autoimun
Gejala Klinis
• Pada awal morfea tampak sebagai plak atau bercak eritematosa yang
terkadang tampak menyerupai jaring (reticulated).

• Selanjutnya, terbentuk plak hipopigmentasi dengan bagian sklerotik pada


bagian tengahnya yang dikelilingi warna kemerahan dan keunguan pada
tepinya (fase inflamatorik). Rasa nyeri/gatal dapat mendahului sebelum lesi
kulit.

• Bagian yang sklerotik menjadi berwarna putih mengkilat dengan warna


hiperpigmentasi disekitarnya (fase sklerotik).

• Setelah berbulan-bulan plak sklerotik akan melunak dan menjadi atrofi


dengan warna hipo- atau hiperpigmentasi (fase atrofi).
1. Morfea sirkumskripta

- berupa satu atau beberapa lesi berbentuk bulat atau lonjong yang
mengikuti fase seperti di atas

- kelainan kulit dapat berbatas hanya pada epidermis dan dermis atau juga
mencapai jaringan subkutan, fasia dan otot
2. Morfea generalisata

- ditandai oleh adanya 4 atau lebih lesi yang terdapat pada minimal 2 dari
7 lokasi anatomis yang berbeda

- lesi sering ditemukan pada batang tubuh dan menyebar ke daerah akral,
namun tidak mengenai jari tangan dan kaki
3. Morfea Linier

- biasanya mengenai daerah ekstremitas dan wajah, namun dapat juga


ditemukan dibatang tubuh

- kelainan ini mengenai dermis, subkutis, otot dan tulang sehingga


menyebabkan deformitas bermakna

- En coup de sabre
4. Deep morphea

- meliputi dermis, jaringan subkutan, fasia dan otot

- lesi berupa plak berbatas difus yang simetris

- kulit teraba menebal dan melakat pada fasia serta otot dibawahnya

- tanda “groove” pada tendon dan ligamen


Kelainan fisis Diagnosis Banding

- Kelainan sendi, otot, neurologis, - Eosinophilic fascitis


mata, gigi, lidah dan kelenjar ludah - Sclederma of Buschke
- Selulitis

Komplikasi
Pada anak dapat mengalami morbiditas yang bermakna, meliputi gangguan
pertumbuhan.
Pada morfea pansklerotik terdapat peningkatan risiko karsinoma sel skuamosa yang
berkaitan dengan ulkus kronik.
Kulit yang mengalami sklerosis dapat menyebabkan kontraktur, gangguan paru
restriktif dan disfagia.

Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan histopatologi untuk menentukan kedalaman penyakit


- ANA (antinuclear antibodies)
- RF (rheumatoid factor)
Tatalaksana

- Fototerapi, yaitu sinar UV A dengan psoraken atau narrow band UVB

- Derivat vitamin D

- Imunomodulator, misalnya takrolimus topikal

- Antimikroba, misalnya hidrosiklorokuin

Prognosis

- Pada morfea generalisata saat resolusi akan meninggalkan kulit yang atrofi,
sedangkan morfea linier akan bertahan lebih lama dan dapat resolusi 3-5 tahun.
- Morfea dapat menyebabkan gangguan fungsi dan estetik, tetapi jarang
menyebabkan kematian.
Sklerosis Sistemik

Penyakit yang mengenai beberapa sistem organ, yang ditandai oleh adanya fibrosa
luas, inflamasi dan vaskulopati. Organ yang terkena adalah kulit, paru, saluran cerna,
jantung dan ginjal.

Epidemiologi
- Perempuan lebih sering dibandingkan laki-laki 3:1 hingga 14:1.
- Usia pasien biasanya sekitar 30-50 tahun.

Etiopatogenesis
1. Faktor genetik
2. Proses imunologis (ditemukannya proses inflamasi dengan adanya autoantibodi)
3. Vaskulopati (perubahan pada mikrosirkulasi dan arteriol)
4. Fibrosis (proses inflamasi dan hipoksia menginduksi terjadinya fibrosis)
5. Faktor lingkungan (kontak bahan pelarut mis. Vinil klorida atau obat-obatan mis.
Cardiopa, kokain)
Diffuse Cutaneous Scleroderma

Pada diffuse cutaneous scleroderma terjadi pengerasan kulit yang progresif. Fenomena
Raynaud yang terjadi dalam 1 tahun setelah kulit mulai mengeras. Predileksi : batang
tubuh, wajah, lengan atas dan tungkai atas.
Limited Cutaneous Scleroderma
Gejala Klinis
• Vaskulopati

Fenomena Raynaud merupakan serangan vasospasme berulang pada arteriol atau


arteri kelci di jari tangan dan jari kaki.

• Kulit

Muncul pertama pada jari tangan dan kaki. Edema non-pitting (puffy fingers),
penebalan kulit (sclerodactily), teleangiektasis, hipo-hiperpigmentasi, kerontokan rambut
dan ulserasi.

• Jantung dan paru

Fibrosis paru dan jantung serta hipertensi arteri pulmonaris dan aritmia.

• Saluran cerna : disfagia dan refluks esofagitis

• Keterlibatan ginjal : gagal ginjal akut


Pemeriksaan
penunjang - Pemeriksaan ANA
- Pemeriksaan radiologis
- Histopatologi kulit
Tatalaksana
Farmakologi
- Siklosporin A, metotreksat, siklofosfamid, mikofenolat mofetil, D-penicillamine
- Obat-obat imunosupresif, mis. Kortikostreroid sistemik
- Pengeran kulit dapat diberikan kortikosteroid topikal, calcineum inhibitor topikal,
pelembab atau drainase saluran limfe

Non-farmakologi
- Terapi dan latihan fisik
- Terapi laser atau metode non-invasif mis. Kamuflase untuk teleangiektasia
- Fototerapi (UVA-1) dapat mengurangi luas kulit yang sklerotik

Prognosis

- Kelainan jantung, paru, ginjal dan gastrointestinal berhubungan dengan prognosis


yang buruk.
- Antibodi anticentromere berhubungan dengan progosis yang baik, sedangkan Scl-
70 dan ANA berhubungan dengan prognosis yang buruk.
PITIRIASIS ALBA
Pityriasis alba merupakan sebuah istilah yang berasal dari
bahasa latin, yang berarti sisik atau skuama (pityriasis) dan
putih (alba).
Pityriasis alba merupakan suatu penyakit yang tidak menular
dengan ciri yang paling mencolok berupa hipopigmentasi.
ETIOLOGI
• Dermatitis  Sejumlah besar penderita PA mempunyai riwayat dermatitis
atopik.

• Fotosensitisasi  Pajanan matahari yang berlebihan dan tanpa proteksi


diduga menyebabkan penyakit ini jelas terlihat

• Pasca peradangan  Inflamasi dapat menyebabkan gangguan sel pigmen.


Bakteri Propionibacterium acnes yang hidup dalam folikel rambut, dianggap
mampu memproduksi faktor depigmentasi. Pada anak-anak dengan jerawat
komedo atau popular, Propionibacterium acnes memproduksi sejumlah faktor
virulen bioaktif yang merupakan agen inflamasi dan imunomodulatornya.
Sejumlah enzim ekstraseluler dan metabolit secara langsung dapat merusak
jaringan host, termasuk melanosit.
Epidemiologi

Di daerah
Anak tropis Dapat
berusia 3-16 berusia terjadi pada Pria=Wanita
tahun antara 6-16 semua ras
tahun
MANIFESTASI
KLINIS
• Makula eritematosa  lesi berupa makula bewarna merah muda pucat
atau sesuai warna kulit dengan skuama halus, eritema terlihat sangat
jelas pada lesi ini, mungkin didapatkan sedikit krusta yang serous
• Makula hipokromik dengan skuama  Lesi yang di dapati hanya berupa
makula depigmentasi yang menetap dengan atau tanpa skuama halus.
• Makula hipokromik  Lesi biasanya tampak kering, berbentuk bulat,
oval atau plaka yang tidak teratur. Hipopigmentasi dengan skuama halus
yang melekat.
• Pada anak-anak lokasi kelainan biasanya terdapat pada muka (50-60%)
• Paling sering disekitar pipi, mulut, dagu dan dahi.
Pityriasis alba pada wajah. Pityriasis alba pada leher. Pityriasis alba pada sekitar mulut

Biasanya terdapat beberapa bercak dengan diameter berkisar antara 0.5-2 cm


Pada anak-anak, lesi khususnya terdapat pada wajah (50-60%),
Pityriasis Alba yang luas (extensive PA), lebih sering terlihat pada orang dewasa, dengan
ciri-ciri klasik yang sama, terdistribusi lebih luas yang seringkali melibatkan ekstremitas
bawah dalam pola yang simetris.
Penyakit ini dapat asimtomatik ataupun menimbulkan keluhan kosmetik.
diagnosis • Anamnesis : usia timbulnya penyakit,
untuk menyingkirkan penyakit
kongenital. Setelah itu ditanyakan
faktor resiko yang dapat menimbulkan
pityriasis alba, seperti riwayat atopi,
riwayat pajanan sinar matahari, riwayat
inflamasi sebelumnya, hingga kebiasaan
mandi untuk menunjang diagnosis.
• Pemfis : sisik yang tipis dan distribusi
lesi
Makula eritematosa
Makula hipokromik dengan skuama
Makula hipokromik
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. Lampu Wood
• Bila ditemukan gambaran klinis yang sesuai, dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang menggunakan lampu Wood, yang menunjukkan gambaran
hipopigmentasi.
Pemeriksaan 2. KOH

penunjang (+)  jika pasien memiliki infeksi jamur


(pityriasis versikolor), tinea fasialis, atau tinea
korporis

3. Histologi

Pemeriksaan histologi dari penelitian biopsi


menunjukkan ciri-ciri hiperkeratosis (33.33%),
parakeratosis (40%), akantosis (53.33%),
spongiosis (80%), dan infiltrat perivaskuler
(100%).
Diganosis • Pityriasis Versikolor  berbatas tegas dan
biasanya bersisik.
banding • Vitiligo  bercaknya lebih putih, dengan
batas yang lebih jelas dan selalu tidak
disertai sisik
• Mycosis fungoides
Penatalaksanaan
Non medikamentosa
• Menghindari faktor risiko seperti matahari dan mandi berlebihan dan
menggunakan air panas
• Cukupi kebutuhan nutrisi
Medikamentosa
• Emolien : lotion, krim atau salep. Contoh petrolatum lotion atau krim, aqueous
krim yang dapat digunakan 2-6 kali dalam sehari
• Steroid topikal : Dapat menghilangkan eritema dan rasa gatal serta
mempercepat terjadinya repigmentasi. Contohnya hidrokortison krim atau
salep 1% atau 2,5%.
• Psoralen Oral Plus PUVA
Diindikasikan untuk repigmentasi pada kasus PA yang luas. Setelah pengobatan
di hentikan tingkat kekambuhannya cukup tinggi
Prognosis Pityriasis alba merupakan penyakit yang
sembuh sendiri dan tidak menimbulkan
mortalitas. Pada umumnya penyakit ini
menghilang menjelang usia pubertas.
LIMFOGRANULOMA
VENERIUM
 Merupakan infeksi menular seksual sistemik yang disebabkan oleh
Chlamydia trachomatis serovar L1, L2, L3.
 Bentuk umumnya adalah sindrom inguinal berupa limfadenitis dan
periadenitis pada KGB inguinal medial dengan 5 tanda peradangan akut
yang akan mengalami perlunakan tak serentak dan gejala konstitusi yang
menyertai.
 Sering mengenai di daerah tropis dan subtropis, laki-laki >> perempuan.
Patogenesis dan Gejala Klinis
• Diawali dengan gejala konstitusi
• Gambaran klinis dibagi menjadi :
- bentuk dini (afek primer dan sindrom inguinal)
- bentuk lanjut (sindrom genital, anorectal, urethral)

Afek primer

≥ 1 tahun
3-6 minggu Bentuk
lanjut

Sindrom
inguinal
1. Afek Primer
• Bentuk lesi tidak khas dan tidak
nyeri (erosi, papul, pustule, miliar,
vesikel)

• Lesi soliter dan cepat hilang

• Pada laki-laki : umumnya lesi di


genitalia eksterna (sulcus
koronarius, batang penis dan uretra)

• Pada perempuan : umumnya lesi di


vagina bagian dalam dan serviks
2. Sindrom inguinal
• Lebih sering pada laki-laki

• Pada laki-laki : jika afek primer pada


genitalia eksterna, maka umumnya
unilateral ± 80%

• Pada perempuan : hanya terjadi jika


afek primer pada genitalia eksterna dan
1/3 vagina distal.

• Limfadenitis : pada KGB inguinal medial,


dan akan terlihat 5 tanda radang akut
Lanjutan…

• Periadenitis -> sebabkan perlengketan dengan


jaringan sekitar -> terjadi perlunakan tak serentak
-> konsistensi menjadi bermacam-macam (keras,
kenyal, lunak) -> abses terjadi di tengah -> dapat
terjadi abses atau fistel multiple

• Dijumpai 2-3 kelompok kelenjar yang berdekatan


dan memanjang seperti sosis di bagian proksimal
dan distal lig. Pouparti, ini disebut “stigma of
groove”

• Pada stadium lanjut bisa menjalar ke KGB fossa


iliaka, ini disebut “bubo bertingkat”
3. Sindrom genital
• Jika sindrom inguinal tidak diobati -> terjadi
fibrosis kelenjar inguinal medial -> aliran KGB
terbendung -> terjadi “edema dan
elephantiasis”

• elefantiasis ini bersifat vegetative berbentuk


fistel-fistel dan ulkus-ulkus

• Pada laki-laki : elephantiasis pada penis dan


skrotum

• Pada perempuan : elephantiasis pada labia


dan klitoris, disebut “estiomen”
4. Sindrom Anorektal
• Pada laki-laki : bisa terjadi melalui kontak seksual
anogenital

• Pada perempuan : nisa terjadi melalui kontak seksual


anogenital dan jika afek primer terletak pada 2/3 vagina
proksimal dan serviks

• Limfadenitis dan periadenitis pada KGB perirectal -> terjadi


perlunakan dan abses -> pus dan darah keluar ketika
defekasi -> terbentuk fistel -> muara fistel meluas ->
menjadi ulkus -> lalu sembuh menjadi sikatriks -> terjadi
retraksi -> menyebabkan striktur rekti (mengenai 4-10cm
lingkaran rectum, ± 3-6cm diatas anus) -> sebabkan
obstipasi -> feses kecil-kecil dan defekasi berdarah
5. Sindrom urethral

• Jika terbentuk infiltrate di uretra posterior -> lalu timbul abses -> pecah ->
menjadi fistel

• Bisa juga terjadi striktur -> OUE seperti mulut ikan -> disebut “fish mouth
urethra” dan penis melengkung seperti pedang turki
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium

• Darah tepi ; LED ↑ dan leukosit normal

• Hiperproteinema ; globulin ↑ dan albumin Diagnosa banding


normal atau ↓ 1. Skrofuloderma
• LED dan IgA meningkat -> menunjukkan LGV 2. Limfadenitis piogenik
aktif
3. Limfadenitis karena ulkus
2. Pemeriksaan NAAT mole
3. Tes ikatan komplemen 4. Limfoma malignum
• Tes serologis untuk C. trachomatis 5. Hernia inguinalis
• Jika titer 1/64 maka pasien positif LGV, jika <
1/64 -> pasien pernah sakit

4. Tes Frei
Tatalaksana

Medikamentosa
• Doksisiklin 2x100 mg, peroral, selama 21 hari
• Eritromisin base 4x500 mg, peroral, selama 21 hari
• Azitromisin 1x500 mg, peroral, selama 3 minggu
• Insisi dan aspirasi pada bulbo dengan fluktuasi yang jelas
• Kompres dengan larutan permanganas kalikus 1/5000 jika abses sudah pecah
Non medikamentosa
• Edukasi pasien untuk bed rest pada sindrom inguinal
• Mengobati pasangan

 Pada bentuk/stadium dini : prognosis baik


Prognosis  Pada bentuk/stadium lanjut : prognosis buruk

Anda mungkin juga menyukai