Laporan Kasus Anestesi

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 36

BAGIAN ILMU ANESTESIOLOGI LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN JULI 2016


UNIVERSITAS PATTIMURA

Anestesi Spinal pada Prosedur Sectio Cesarea Pasien


dengan Kala II Lama dan Gawat Janin

Disusun oleh:
Ida Amsiyati (201-83-031)
Pembimbing:
dr. Ony W. Angkejaya, Sp.An
DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK
PADA BAGIAN ANESTESIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2016
Pendahuluan
Laporan Kasus
Anamnesis
 Keluhan utama : nyeri perut
 Anamnesis terpimpin :
Pasien G1P0A0 hamil 9 bulan, masuk RS dg keluhan ketuban pecah sejak 39
jam SMRS, sudah mendapat pertolongan oleh bidan di desa dan dirujuk ke
RSU Piru karena bayi belum juga lahir. Pasien kemudian dirujuk kembali ke
RSUD Dr. M Haulussy. Gerakan janin dirasakan masih ada, DJJ lemah.
HPHT: ?, TP: ?
 Riwayat penyakit dahulu: pasien diketahui tidak memiliki penyakit asma,
hipertensi maupun penyakit jantung.
• Riwayat pengobatan: IVFD RL 20 tpm, inj. Cefotaxime 2x 1 gr, PCT 3x 500
mg (RSU Piru)
• Riwayat keluarga: -
• Riwayat operasi dan anestesi: -
• Riwayat alergi: -
Pemeriksaan Fisik
B1 (Breathing) Airway : bebas
Breathing : spontan
RR : 18x/ menit, regular
Bunyi napas : vesikuler +/+, rhonki, -/-, wheezing -/-

B2 (Blood) Akral hangat, kering, merah


Tekanan darah : 115/79 mmHg
Nadi : 92 x/menit, regular, kuat angkat
Bunyi jantung I,II murni, regular, murmur (-), gallop (-)

B3 (Brain) Kesadaran : Compos Mentis


GCS : E4V5M6
Pupil isokor, RCL +/+, RCTL +/+
Suhu : 37, 5ºC

B4 (Bladder) Bak kateter (+)

B5 (Bowel) Abdomen gravid, BU (+)

B6 (Bone) Fraktur (-), Edema (-)


Pemeriksaan Obstetri

 Tinggi fundus uteri : 32 cm


 TBJ : 3255 gram
 DJJ : 110 x/menit
 His : 4 kali dlm 10 menit, durasi

50 detik
Pemeriksaan Penunjang
• Darah rutin

 RBC = 4,43 x 106/mm3

 Hb = 12,5 g/dL
 Hct = 38,4 %

 MCV= 87 µm3

 MCH = 28,1 pg
 MCHC = 32,5 g/dL
 Plt = 230 x 103/mm3
 WBC = 15,1 x 103/mm3
Diagnosis
 Klinis : G1P0A0 hamil aterm + Kala II lama + Gawat

janin
 Anestesi : PS ASA IIE

 Rencana :

Pro Sectio cesarean CITO!


Pre-Operatif
 Diagnosis pra bedah : G1P0A0 hamil aterm + Kala II lama +
Gawat janin
 Diagnosis post bedah : Partus aterm + Gawat janin + Kala II lama
ec CPD Outlet
 Jenis pembedahan : Sectio Cesarean Transperitoneal Profunda
(SCTP)
 Jenis anestesi : Regional anestesia dengan spinal anestesia
 Lama operasi : 14.50 – 15.30
 Lama anestesi : 14.45 – SAB
Teknik anestesi :

•Pasien posisi supine, monitor terpasang, IV line pada tangan kanan, cairan RL 50

tpm
•Memastikan kondisi pasien stabil dengan TTV dalam batas normal

•Preoksigenase / denitrogenase dengan O2 100 % dalam 3-5 menit

•Disiapkan spoit 5 cc yang diisi dengan bupivacaine 15 mg dan dilepas needle dari

spoit tersebut
•Pasien disuruh duduk di atas meja operasi dengan kepala ditundukan agar

memudahkan proses anestesi spinal.


•Pasien kemudian ditusuk pada L3-4 dan untuk mengetahui apakah jarum sudah

memasuki ruang subarachnoid atau belum adalah dengan keluarnya cairan


serebrospinal, maka dilakukan aspirasi.
Lanjutan…

• Setelah jarum sudah masuk pada ruang subarachnoid, spoit berisi


bupivacaine dihubungkan dengan jarum spinal dan bupivacaine 15 mg
segera disuntikkan ke dalam ruang subarachnoid.
• Ketika bupivacaine sudah selesai disuntikkan semua, jarum dan spoit segera

ditarik dan luka tusukkan segera ditutup plester dan pasien juga secepatnya
diinstruksikan terlentang kembali.
• Kemudian pasien diminta untuk mengangkat kedua kakinya secara
bergantian, dan pasien mengaku terasa berat saat mengangkat kaki.

• Maintenance dengan O2 4 lpm dan efedrin 10 mg

• Pasien diinformasikan bahwa kakinya baru akan dapat digerakkan 3-4 jam

kemudian.
Intra-Operatif
 Induksi spinal : bupivacaine 15 mg
 Maintenance : O2 4 lpm dan efedrin 10 mg
 Keseimbangan cairan:
 Cairan masuk : PO (RL 250 cc), DO (RL 1000 cc)
 Cairan keluar : perdarahan ± 200 cc; produksi urine PO 450 cc, DO 200 cc
 Keadaan Bayi Lahir:
Bayi lahir pukul 14.55, jenis kelamin laki-laki :
 APGAR score menit 1 = 1
 APGAR score menit 5 = 3
 BB = 3000 gram
 PB = 50 cm
Post-Operatif
 Pasien masuk ruangan pemulihan (RR) pukul 15.40
 Keluhan pasien : mual (-), muntah (-), nyeri (-)
 Post op pain management : drips tramadol 100 mg dalam 500 cc RL
dan ketorolac 30 mg/8jam/IV/hari.
 Pasien dipindahkan ke ruang perawatan pukul 16.15
 Terapi :
 Awasi tanda vital
 Head up 30º
 Bed rest 24 jam, boleh miring kiri dan kanan
 Makan minum jam 20.00 WIT
 Post op pain Ketorolac 3 mg/8jam/IV/hari, Tramadol 100 mg/8
jam/IV, bolus pelan 3 menit
 Terapi lain sesuai terapi dari dokter obgyn
B1 (Breathing) Airway : bebas
Breathing : spontan
RR : 20 x/ menit, reguler
Bunyi napas : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
SpO2: 100%

B2 (Blood) Akral hangat, kering, merah


Tekanan darah : 100/69 mmHg
Nadi : 87 x/menit, regular, kuat angkat
Bunyi jantung I,II murni, regular, murmur (-), gallop (-)

B3 (Brain) Kesadaran : Compos Mentis


GCS : E4V5M6
Pupil isokor, RCL +/+, RCTL +/+
Suhu : 37, 5ºC

B4 (Bladder) Bak kateter (+)

B5 (Bowel) Abdomen supel, BU (+)

B6 (Bone) Fraktur (-), Edema (-)


PEMBAHASAN/ DISKUSI
Tindakan Anestesi pada Operasi SC

• Banyak pertimbangan jenis anestesi (indikasi SC, urgensinya,


pilihan pasien dan dokter ahli, kemampuan ahli anestesi)
• Di AS  kebanyakan di bawah anestesi spinal
• Anestesi regional dipilih karena GA berhubungan dengan
tingginya resiko morbiditas dan mortalitas maternal
Keuntungan anestesi regional dalam SC:
•Paparan neonatus yang lebih kurang pada obat-obat yang

berpotensi mendepresi
•Penurunan resiko aspirasi pulmonal maternal

•Sadarnya ibu saat kelahiran anaknya

•Pilihan penggunaan opioid spinal untuk penghilang nyeri pasca

operasi
Keuntungan anestesi spinal dalam SC:
•Onset yang lebih cepat dan dapat diprediksi

•Dapat menghasilkan blok yang lebih padat (lengkap)

•Kurangnya potensi toksisitas obat sistemik serius

Terlepas dari teknik anestesi regional yang dipilih, ahli anestesi


harus siap melakukan anestesi umum
Obat-obatan yang dipakai
• Ranitidin  H-2 blocker

• Ondansetron  reseptor serotonin 5HT3

• Bupivacaine
• Efedrin
• Oksitosin
• Methylergometrine
Bupivacaine
• Golongan amida dengan kerja durasi lama  paling lama
dimetabolisme

• Biasa digunakan untuk epidural, spinal, infiltrasi, blok nervus perifer

• Konsentrasi yang tersedia  0,25%, 0,5%, 0,75%

• Dosis maksimum  3 mg/kgbb

• Cara kerja  menaikan ambang eksitasi, melambatkan propagasi


impuls, menurunkan angka kejadian aksi potensial

• Urutan fungsi saraf yang hilang  nyeri  temperatur  sentuhan 


proprioseptif  tonus otot skelet
Efedrin
• Dari tanaman ephedra

• Ada efek simpatomimetik  reseptor alfa dan beta

• Bolus IV 5 – 10 mg

• Efeknya CO naik, resistensi perifer naik, menaikkan


TD
Terapi cairan pada kasus
• CITO  harusnya NO FASTING
• Yang diketahui:
 BB pasien 60 kg

 Jenis operasi sedang (4-6 ml/kgbb)

 Puasa 6 jam

 Dari UGD (pre op) dapat 1 kolf 500 cc RL, baru habis
setengah
Rumus
• Maintenance = 2 ml/kgBB/jam = 2 x 60 kg = 120 ml
• Penggantian puasa (Defisit) = lama puasa x maintenance
= 2 x 60 kg x 6 jam = 720 ml
• Stres operatif (sequestrasi) = 6 ml/kgBB/jam = 6 x 60 kg =
360 ml
• Semua dicari perjam
Jadi….
• Jam I = M + ½ (PP) + SO

= 120 + ½(720) + 360

= 120 + 360 + 360

= 840 cc – 250 cc = 590 cc

• Jam II & III = 120 + ¼(720) + 360

= 120 + 180 + 360

= 660 cc
KALA II LAMA & GAWAT JANIN
• Kala II lama merupakan kegawatdaruratan obstetri yang harus
segera dilakukan intervensi.
• Salah satu komplikasi yg dapat timbul akibat persalinan lama 
Gawat janin!  asfiksia neonatorum  bila tidak ditangani dg cepat
 bayi bisa meninggal
• Pada ibu dapat terjadi bakteremia  sepsis, akibat ketuban pecah
dini dalam persalinan lama
Tanda-Tanda Gawat Janin
• Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima Oksigen cukup,
sehingga mengalami hipoksia
• Faktor resiko  partus lama (kala II lama)
• Disebut gawat janin bila:
 DJJ > 160 x/menit atau <100x/ menit, denyut jantung tidak teratur ,

atau
 Keluarnya mekonium yang kental pada awal persalinan.
Penilaian Bayi Baru Lahir
• Bayi baru lahir, salah satunya  hitung APGAR Score  untuk
menilai adanya tanda-tanda asfiksia
• APGAR Score dihitung pada:
 Menit 1  untuk menentukan survival rate

 Menit 5  Neurological outcome

• Bayi dengan riwayat gawat janin berisiko mengalami asfiksia pada


saat dilahirkan.
• Bayi baru lahir dg tanda-tanda asfiksia memerlukan tindakan
resusitasi yg cepat dan tepat
APGAR SCORE
Keterangan 0 1 2
A Apperarance Seluruh tubuh biru/ Tubuh Seluruh tubuh
(warna kulit) pucat kemerahan, kemerahan
ekstremitas biru
P Pulse Tidak ada < 100x/menit > 100 x/menit,
(laju jantung) bayi terlihat
bugar
G Grimace Tidak bereaksi Gerakan sedikit Reaksi
(Refleks) melawan
A Activity Lumpuh Ekstremitas Gerakan aktif
(Tonus otot) fleksi sedikit
R Respiration Tidak ada lambat Menangis kuat
(Usaha bernapas)

Keterangan:
•Skor >7 = Tidak asfiksia
•Skor 4-6 = Asfiksia ringan sedang
•Skor <3 = Asfiksia Berat
Bayi Bugar
Yang dimaksud dengan bayi bugar adalah bayi lahir
dengan:
•Usaha napas baik (bayi lahir langsung menangis)

•Tonus otot baik

•FJ > 100x/ menit


Resusitasi BBL dg Asfiksia
Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang
dikenal sebagai resusitasi ABC , yaitu :

1.Memastikan jalan napas terbuka

•Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.

•Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.

•Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan

saluran pernafasan terbuka.


Lanjutan…

2. Memulai pernafasan

• Memakai rangsangan taktil untuk memulai pernapasan


• Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ET dan
balon atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).

3. Mempertahankan sirkulasi

• Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara


kompresi dada dan pengobatan
Langkah-Langkah Resusitasi
Shaken Baby Syndrome
• Tindakan mengguncang tubuh bayi baru lahir yg terlalu kuat untuk
merangsang bayi agar menangis  BERBAHAYA!
• Shaken Baby Syndrome:
 Bentuk dari trauma kepala yg terjadi akibat tindakan mengguncang

bayi terlalu keras sebagai abibat dari cedera tulang servical


(perdarahan retina, subarakhnoid, dan subdural)
 Dapat berujung pada kerusakan otak permanen bahkan sampai

meninggal!
Penutup
• Persalinan lama (Kala II lama) dengan gawat janin menjadi
perhatian khusus pada tatalaksana di bidang anestesi 
khususnya tatalaksana resusitasi ibu dan bayi baru lahir dengan
risiko asfiksia.
• Anestesi regional, khususnya spinal, seperti pada kasus,
merupakan pilihan utama anestesi pada prosedur SC karena
dinilai lebih aman bagi ibu dan janin dari berbagai sisi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai