OLEH:
MOHAMAD SHOPAN, S.E., M.A.P.
DASAR HUKUM
Kecamatan 40
Kelurahan 19
Desa
416
6
Pasal 11
(1) Penasihat dijabat secara ex officio oleh Kepala Desa yang bersangkutan.
(2) Penasihat berkewajiban:
a. memberikan nasihat kepada Pelaksana Operasional dalam melaksanakan pengelolaan BUM
Desa;
b. memberikan saran dan pendapat mengenai masalah yang dianggap penting bagi
pengelolaan BUM Desa; dan
c. mengendalikan pelaksanaan kegiatan pengelolaan BUM Desa.
(3) Penasihat berwenang:
a. meminta penjelasan dari Pelaksana Operasional mengenai persoalan yang menyangkut
pengelolaan usaha Desa; dan
b. melindungi usaha Desa terhadap hal-hal yang dapat menurunkan kinerja BUM Desa.
8
Pasal 12
(1) Pelaksana Operasional mempunyai tugas mengurus dan mengelola BUM Desa sesuai dengan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga.
(2) Pelaksana Operasional berkewajiban:
a. melaksanakan dan mengembangkan BUM Desa agar menjadi lembaga yang melayani kebutuhan ekonomi
dan/atau pelayanan umum masyarakat Desa;
b. menggali dan memanfaatkan potensi usaha ekonomi Desa untuk meningkatkan Pendapatan Asli Desa; dan
c. melakukan kerja sama dengan lembaga-lembaga perekonomian Desa lainnya.
(3) Pelaksana Operasional berwenang:
a. membuat laporan keuangan seluruh unit-unit usaha BUM Desa setiap bulan;
b. membuat laporan perkembangan kegiatan unit-unit usaha BUM Desa setiap bulan;
c. memberikan laporan perkembangan unit-unit usaha BUM Desa kepada masyarakat Desa melalui Musyawarah
Desa sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun.
9
Susunan kepengurusan BUM Desa dipilih oleh masyarakat Desa melalui Musyawarah Desa
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri tentang Pedoman Tata Tertib dan
Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa.
11
Pasal 18
(1) Penyertaan modal Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf a terdiri atas:
a. hibah dari pihak swasta, lembaga sosial ekonomi kemasyarakatan dan/atau lembaga donor yang disalurkan melalui mekanisme APB
Desa;
b. bantuan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang disalurkan melalui mekanisme APB
Desa;
c. kerja sama usaha dari pihak swasta, lembaga sosial ekonomi kemasyarakatan dan/atau lembaga donor yang dipastikan sebagai
kekayaan kolektif Desa dan disalurkan melalui mekanisme APB Desa;
d. aset Desa yang diserahkan kepada APB Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang Aset Desa.
(2) Penyertaan modal masyarakat Desa berasal dari tabungan masyarakat dan simpanan masyarakat.
12
13
1. SERVING
BUM Desa menjalankan “Bisnis Sosial” yang melayani warga, yakni
dapat melakukan pelayanan publik kepada masyarakat. Dengan
kalimat lain, BUM Desa ini memberikan Sosial Benefits kepada
warga, meskipun tidak memperoleh economic profit yang besar.
CONTOH:
Usaha Air Minum Desa, Usaha Listrik Desa, Lumbung Pangan.
14
2. BANKING
BUM Desa menjalankan “Bisnis Uang” yang memenuhi kebutuhan
keuangan masyarakat desa dengan bunga yang lebih rendah
daripada bunga uang yang didapatkan masyarakat desa dari para
rentenir desa atau bank-bank konvensional.
CONTOH:
Bank desa atau lembaga perkreditan desa atau lembaga keuangan
mikro desa.
17
3. RENTING
BUM Desa menjalankan Bisnis Penyewaan untuk melayani
kebutuhan masyarakat setempat dan sekaligus untuk memperoleh
pendapatan desa. Ini sudah lama sekali berjalan dibanyak desa,
terutama desa-desa di Jawa.
CONTOH:
Penyewaan Traktor, Perkakas Pesta, Gedung Pertemuan, Rumah
Toko, dan sebagainya.
19
4. BROKERING
BUM Desa menjadi “lembaga perantara” yang menghubungkan
komoditas pertanian dengan pasar atau agar para petani tidak
kesulitan menjual produk mereka ke pasar. Atau BUM Desa menjual
jasa pelayanan kepada warga dan usaha-usaha masyarakat.
CONTOH:
Jasa Pembayaran Listrik, Desa mendirikan pasar desa untuk
memasarkan produk-produk yang dihasilkan masyarakat.
22
5. TRADING
BUM Desa menjalankan bisnis yang berproduksi dan/atau
berdagang barang-barang tertentu untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat maupun dipasarkan pada sekala pasar yang lebih luas.
CONTOH:
Pabrik es, pabrik asap cair, hasil pertanian, sarana produksi
pertanian, dll.
24
6. HOLDING
BUM Desa sebagai “usaha bersama”, atau sebagai induk dari unit-
unit usaha yang ada di desa, dimana masing-masing unit yang
berdiri sendiri-sendiri ini diatur dan ditata sinerginya oleh BUM Desa
agar tumbuh usaha bersama.
CONTOH:
Kapal desa yang berskala besar untuk mengorganisir dan
mewadahi nelayan-nelayan kecil, “Desa Wisata” yang
mengorganisir berbagai jenis usaha dari kelompok masyarakat:
makanan, kerajinan, sajian wisata, kesenian, penginapan dll.
27
Pasal 32
(1) Menteri menetapkan norma, standar, prosedur dan kriteria BUM Desa.
(2) Gubernur melakukan sosialisasi, bimbingan teknis tentang standar, prosedur, dan
kriteria pengelolaan serta memfasilitasi akselerasi pengembangan modal dan
pembinaan manajemen BUM Desa di Provinsi.
(3) Bupati/Walikota melakukan pembinaan, pemantauan dan evaluasi terhadap
pengembangan manajemen dan sumber daya manusia pengelola BUM Desa.
32
1. Buku Tamu
2. Buku Daftar Pengelola/anggota
3. Buku Notulen Rapat
4. Buku Agenda Surat (Masuk/Keluar )
5. Buku Rencana Kegiatan BUM Desa
6. Buku Laporan Kegiatan BUM Desa
7. Buku Administrasi Keuangan
8. Buku Inventaris
33