Anda di halaman 1dari 16

Hepatitis

RSGM LADOKGI TNI AL


Apa hepatitis itu

 Hepatitis adalah istilah umum penyakit yang merujuk pada


peradangan yang terjadi di hati. Hepatitis umumnya disebabkan
oleh infeksi virus, meskipun juga dapat disebabkan oleh kondisi
lain. Beberapa penyebab hepatitis selain infeksi virus adalah
kebiasaan minum alkohol, penyakit autoimun, serta zat racun
atau obat-obatan tertentu.
 Hepatitis yang terjadi dapat bersifat akut maupun kronis. Seseorang
yang mengalami hepatitis akut dapat memberikan beragam
manifestasi dan perjalanan penyakit. Mulai dari tidak bergejala,
bergejala dan sembuh sendiri, menjadi kronis, dan yang paling
berbahaya adalah berkembang menjadi gagal hati. Bila berkembang
menjadi hepatitis kronis, dapat menyebabkan sirosis dan kanker hati
 (hepatocellular carcinoma) dalam kurun waktu tahunan. Pengobatan
hepatitis sendiri bermacam-macam sesuai dengan jenis hepatitis yang
diderita dan gejala yang muncul.
Penyebab hepatitis

Hepatitis dapat disebabkan karena infeksi maupun bukan karena infeksi. Pembagian jenis hepatitis yang
disebabkan oleh infeksi virus adalah sebagai berikut:
 Hepatitis A. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis A (HAV). Hepatitis A biasanya ditularkan melalui
makanan atau air minum yang terkontaminasi feses dari penderita hepatitis A yang mengandung virus
hepatitis A.
 Hepatitis B. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Hepatitis B dapat ditularkan melalui
cairan tubuh yang terinfeksi virus hepatitis B. Cairan tubuh yang dapat menjadi sarana penularan hepatitis
B adalah darah, cairan vagina, dan air mani. Karena itu, berbagi pakai jarum suntik serta berhubungan
seksual tanpa kondom dengan penderita hepatitis B dapat menyebabkan seseorang tertular penyakit ini.
 Hepatitis C. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Hepatitis C dapat ditularkan melalui
cairan tubuh, terutama melalui berbagi pakai jarum suntik dan hubungan seksual tanpa kondom.
 Hepatitis D. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis D (HDV). Hepatitis D merupakan penyakit yang
jarang terjadi, namun bersifat serius. Virus hepatitis D tidak bisa berkembang biak di dalam tubuh manusia
tanpa adanya hepatitis B. Hepatitis D ditularkan melalui darah dan cairan tubuh lainnya.
 Hepatitis E. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis E (HEV). Hepatitis E mudah terjadi pada
lingkungan yang tidak memiliki sanitasi yang baik, akibat kontaminasi virus hepatitis E pada sumber air.
Lanjutan

 Ibu yang menderita hepatitis B dan C juga dapat menularkan kepada bayinya
melalui jalan lahir.
 Selain disebabkan oleh virus, hepatitis juga dapat terjadi akibat kerusakan pada
hati oleh senyawa kimia, terutama alkohol. Konsumsi alkohol berlebihan akan
merusak sel-sel hati secara permanen dan dapat berkembang menjadi gagal hati
atau sirosis. Penggunaan obat-obatan melebihi dosis atau paparan racun juga
dapat menyebabkan hepatitis.
 Pada beberapa kasus, hepatitis terjadi karena kondisi autoimun pada tubuh. Pada
hepatitis yang disebabkan oleh autoimun, sistem imun tubuh justru menyerang
dan merusak sel dan jaringan tubuh sendiri, dalam hal ini adalah sel-sel hati,
sehingga menyebabkan peradangan. Peradangan yang terjadi dapat bervariasi
mulai dari yang ringan hingga berat. Hepatitis autoimun lebih sering terjadi pada
wanita dibanding pria.
Gejala

Sebelum virus hepatitis menimbulkan gejala pada penderita, terlebih dahulu virus ini akan melewati masa
inkubasi. Waktu inkubasi tiap jenis virus hepatitis berbeda-beda. HAV membutuhkan waktu inkubasi sekitar 15-45
hari, HBV sekitar 45-160 hari, dan HCV sekitar 2 minggu hingga 6 bulan.
Beberapa gejala yang umumnya muncul pada penderita hepatitis, antara lain adalah:
 Mengalami gejala seperti flu, misalnya mual, muntah, demam, dan lemas.
 Feses berwarna pucat.
 Mata dan kulit berubah menjadi kekuningan (jaundice). Hal ini terjadi karena peningkatan bilirubin dalam darah.
 Nyeri perut.
 Berat badan turun.
 Urine menjadi gelap seperti teh.
 Kehilangan nafsu makan.

Bila Anda mengalami hepatitis virus yang dapat berubah menjadi kronik, seperti hepatitis B dan C, mungkin
Anda tidak mengalami gejala tersebut pada awalnya, sampai kerusakan yang dihasilkan oleh virus berefek
terhadap fungsi hati. Sehingga diagnosisnya menjadi terlambat.
Faktor Risiko Hepatitis

Faktor risiko yang dapat meningkatkan seseorang untuk lebih mudah terkena hepatitis
tergantung dari penyebab hepatitis itu sendiri. Hepatitis yang dapat menular lewat
makanan atau minuman seperti hepatitis A dan hepatitis E, lebih berisiko pada pekerja
pengolahan air atau pengolahan limbah. Sementara hepatitis non infeksi, lebih berisiko
pada seseorang yang kecanduan alkohol.
Untuk hepatitis yang penularannya melalui cairan tubuh seperti hepatitis B,C, dan D lebih
berisiko pada:
 Petugas medis.
 Pengguna NAPZA dengan jarum suntik.
 Berganti-ganti pasangan seksual.
 Orang yang sering menerima transfusi darah.
Namun saat ini sudah jarang orang yang tertular hepatitis melalui transfusi darah, karena
setiap darah yang didonorkan terlebih dulu melewati pemeriksaan untuk penyakit-
penyakit yang dapat ditularkan melalui darah.
Diagnosis Hepatitis

Langkah diagnosis hepatitis pertama adalah dengan menanyakan riwayat


timbulnya gejala dan mencari faktor risiko dari penderita. Lalu dilakukan
pemeriksaan fisik untuk menemukan tanda atau kelainan fisik yang
muncul pada pasien, seperti dengan menekan perut untuk mencari
pembesaran hati sebagai tanda hepatitis, dan memeriksa kulit serta mata
untuk melihat perubahan warna menjadi kuning.
Setelah itu, pasien akan disarankan untuk menjalani beberapa pemeriksaan tambahan, seperti:

 Tes fungsi hati. Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah dari pasien untuk mengecek kinerja hati.
Pada tes fungsi hati, kandungan enzim hati dalam darah, yaitu enzim aspartat aminotransferase dan alanin
aminotransferase (AST/SGOT dan ALT/SGPT), akan diukur. Dalam kondisi normal, kedua enzim tersebut
terdapat di dalam hati. Jika hati mengalami kerusakan akibat peradangan, kedua enzim tersebut akan tersebar
dalam darah sehingga naik kadarnya. Meski demikian, perlu diingat bahwa tes fungsi hati tidak spesifik untuk
menentukan penyebab hepatitis.
 Tes antibodi virus hepatitis. Tes ini berfungsi untuk menentukan keberadaan antibodi yang spesifik untuk
virus HAV, HBV, dan HCV. Pada saat seseorang terkena hepatitis akut, tubuh akan membentuk antibodi spesifik
guna memusnahkan virus yang menyerang tubuh. Antibodi dapat terbentuk beberapa minggu setelah
seseorang terkena infeksi virus hepatitis.
 Tes protein dan materi genetik virus. Pada penderita hepatitis kronis, antibodi dan sistem imun tubuh
tidak dapat memusnahkan virus sehingga virus terus berkembang dan lepas dari sel hati ke dalam darah. USG
perut. Dengan bantuan gelombang suara, USG perut dapat mendeteksi kelainan pada organ hati dan
sekitarnya, seperti adanya kerusakan hati, pembesaran hati, maupun tumor hati. Selain itu, melalui USG perut
dapat juga terdeteksi adanya cairan dalam rongga perut serta kelainan pada kandung empedu.
 Biopsi hati. Dalam metode ini, sampel jaringan hati akan diambil untuk kemudian diamati menggunakan
mikroskop. Melalui biopsi hati, dokter dapat menentukan penyebab kerusakan yang terjadi di dalam hati.
Pemeriksaan tes serologi dan molekuler
untuk status VHB
Penanda HBsAg Anti-HBs HBeAg Anti-HBe DNA VHB
Anti-HBc Total IgM Anti HBc

- - - - - - -
Masa

Inkubasi
Infeksi Akut + - + + ± - +

- + + - - ± -
Infeksi

Lampau

+ - + ± ± ± +
Infeksi

Kronik

Imunisasi - + - - - - -
Petanda serologik pada hepatitis akut sebagai berikut:

 HBsAg (+) 6 minggu setelah infeksi dan (-) 3 bulan setelah awal gejala. Bila (+) lebih
dari 6 bulan, infeksi VHB akan menetap.
 Anti HBs (+) 3 bulan setelah awal gejala dan menetap.
 HBeAg (+) dalam waktu pendek, kalau (+) lebih dari 10 minggu akan terjadi kronisitas
 Anti-HBc (+) sembuh sempurna
 IgM anti-HBc (+) titer tinggi pada hepatitis akut, namun bila (+) dalam waktu lama bisa
terjadi hepatitis kronik
 IgG anti-HBc (+) titer tinggi tanpa anti-HBs menunjukkan adanya persistensi infeksi
VHB.
Pengobatan Hepatitis

Pengobatan yang diberikan kepada penderita hepatitis bergantung kepada penyebabnya. Pemantauan kondisi fisik pasien selama
masa penyembuhan hepatitis sangat diperlukan agar proses pemulihan bisa berjalan dengan baik. Aktivitas fisik yang melelahkan
harus dihindari selama masa penyembuhan hingga gejala mereda.

 Pengobatan hepatitis A, B, dan E akut umumnya tidak membutuhkan pengobatan spesifik, pengobatan difokuskan untuk
meredakan gejala-gejala yang muncul, seperti mual muntah dan sakit perut. Perlu diingat pada kasus hepatitis akut, pemberian
obat-obatan harus dipertimbangkan dengan hati-hati karena fungsi hati pasien sedang terganggu. Pasien hepatitis akut harus
menjaga asupan cairan tubuh, baik dengan minum air maupun dengan pemberian cairan lewat infus, untuk menghindari
dehidrasi akibat sering muntah. Khusus untuk hepatitis C akut, akan diberikan obat interferon.
 Pengobatan hepatitis kronis memiliki tujuan untuk menghambat perkembangbiakan virus, serta mencegah kerusakan hati lebih
lanjut dan berkembang menjadi sirosis, kanker hati, atau gagal hati. Beda dengan hepatitis B kronis, pengobatan hepatitis C
kronis juga bertujuan untuk memusnahkan virus dari dalam tubuh. Pengobatan terhadap hepatitis kronis melibatkan obat-obatan
antivirus seperti ribavirin, simeprevir, lamivudine, dan entecavir, serta suntikan interferon. Pasien hepatitis kronis diharuskan
untuk berhenti minum alkohol dan merokok untuk mencegah kerusakan hati bertambah parah.
 Infeksi hepatitis D dapat terjadi bersamaan atau setelah terdapat infeksi hepatitis B. Pengobatan infeksi hepatitis D sampai saat
ini belum diteliti lebih lanjut.
 Pengobatan hepatitis autoimun umumnya melibatkan obat imunosupresan, terutama golongan kortikosteroid
 seperti prednisone dan budesonide. Selain itu, pasien penderita hepatitis autoimun juga dapat diberikan azathioprine,
mycophenolate, tacrolimus, dan cyclosporin.
Komplikasi

 Penderita hepatitis akut dapat mengalami hepatitis fulminan yang berujung kepada
gagal hati akibat peradangan hebat pada hati. Gejala penderita hepatitis fulminan
mencakup bicara kacau dan penurunan kesadaran hingga koma. Pasien juga dapat
mengalami lebam dan perdarahan akibat kurangnya protein faktor pembekuan
darah yang diproduksi hati. Penderita hepatitis fulminan dapat meninggal dunia
dalam beberapa minggu jika tidak dirawat dengan segera.
 Selain hepatitis fulminan, penderita hepatitis B dan C juga dapat mengalami
hepatitis kronis. Hepatitis kronis adalah hepatitis yang terjadi pada seseorang
selama lebih dari 6 bulan. Pada hepatitis kronis, virus akan berkembang biak di
dalam sel-sel hati dan tidak dapat dimusnahkan oleh sistem imun. Virus yang
berkembang biak secara kronis dalam hati penderita akan menyebabkan
peradangan kronis dan dapat menyebabkan sirosis, kanker hati, atau gagal hati.
Pencegahan

Agar terhindar dari hepatitis, seseorang perlu menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
Misalnya dengan:
 Menjaga kebersihan sumber air agar tidak terkontaminasi virus hepatitis.
 Mencuci bahan makanan yang akan dikonsumsi, terutama kerang dan tiram, sayuran, serta buah-
buahan.
 Tidak berbagi pakai sikat gigi, pisau cukur, atau jarum suntik dengan orang lain.
 Tidak menyentuh tumpahan darah tanpa sarung tangan pelindung.
 Melakukan hubungan seksual yang aman, misalnya dengan menggunakan kondom, atau tidak
berganti-ganti pasangan.
 Kurangi konsumsi alkohol.
 Selain melalui pola hidup bersih dan sehat, hepatitis (terutama A dan B) bisa dicegah secara efektif
melalui vaksinasi. Untuk vaksin hepatitis C, D, dan E hingga saat ini masih dalam tahap
pengembangan. Namun di beberapa negara, vaksin hepatitis C sudah tersedia dan bisa digunakan.
Referensi

 Easterbook, et al. (2017). Diagnosis of Viral Hepatitis. Current Opinion


on HIV and AIDS, 12(3), pp. 302-314.
Ringehan, et al. (2017). Viral Hepatitis and Liver Cancer. Philosophical
Transactions Royal Society Biological Sciences,
doi:10.1098/rstb.2016.0274.
World Health Organization (2018). What is Hepatitis?
NHS Choices UK (2016). Health A-Z. Hepatitis.
Davis, C. MedicineNet (2016). Hepatitis (Viral Hepatitis, A,B, C, D, E, G).
Kahn, et al. Healthline (2017). Hepatitis.
Samji, et. al. Medscape (2017). Viral Hepatitis.
Terim Kasih

Anda mungkin juga menyukai