2018211350058 Syafina Amanda Putri 2018111350053 Profil KH. Ahmad Dahlan KH. Ahmad Dahlan lahir di Kauman Yogyakarta tanggal 23 Februari 1886 M. Ayahnya KH. Abu Bakar seorang ulama yang bertugas menjadi khatib masjid besar kesultanan Yogyakarta. Dan ibunya Siti Aminah, merupakan putri dari penghulu kesultanan Yogyakarta. Silsilah KH. Ahmad Dahlan jika dirunut keatas sampai ke jalur syekh Maulana Malik Ibrahim , ulama besar yang dikenal sebagai salah satu wali songo. Dari silsilah beliau diketahui bahwa KH. Ahmad Dahlan merupakan keturunan ulama besar. Kondisi Masyarakat dan Kebudayaan Indonesia Awal Abad ke-20 Secara sosial-ekonomi, masyarakat indonesia hidup dalam kemiskinan dan keterbelakangan. Dalam bidang pendidikan, masyarakat iIndonesia mengalami kebodohan yang meluas, karena tidak bisa mengakses pendidikan secara lebih baik. Dan terdapat dualisme model pendidikan, disatu sisi sekolah hanya mengajarkan materi ilmu-ilmu umum saja tanpa dihubungkan dengan pendidikan agama, disisi lain pendidikan islam hanya bentuk pengajian agama di musholla atau pesantren yang lebih menekankan pada kajian materi-materi keislaman tanpa dihubungkan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kehidupan nyata. Dalam bidang kebudayaan masyarakat muslim Indonesia memiliki pemahaman keagamaan yang sangat fatalistik bahwa penjajahan merupakan bagian dari takdir hidup yang harus diterima dengan sabar dan rela. Dalam bidang keyakinan dan pemahaman keagamaan, masyarakat lebih percaya pada mitos-mitos dan sesuatu keyakinan yang diada- adakan tanpa berdasar pada ajaran islam. Sejarah Berdirinya Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H bertepatan dengan tanggal 18 November 1918 di Kauman Yogyakarta. Diberi nama muhammadiyah dimaksudkan agar para anggota secara umum dapat hidup beragama dan bermasyarakat sesuai dengan tuntunan dan teladan Nabi Muhammad SAW. Dipilih tanggal 8 dzulhijjah 1330 H karena bertepatan dengan hari tarwiyah jelang hari arafah sebagai puncak ibadah haji. Hal ini diharapkan sebagai spirit perjuangan sebagaimana perjuangan dalam ibadah haji yang puncaknya adalah hari arafah. Capaian Sementara Dakwah Muhammadiyah Selama Seabad Bidang keagamaan, muhammadiyah menekankan pentingnya pemurnian tauhid, baik dalam akidah yakni menjauhkan sikap beragama dari syirik, takhayul, bid’ah, dan khurafat, maupun pengalaman tauhid yang dikaitkan dengan pemberdayaan sosial. Bidang pendidikan, mendirikan sekolah-sekolah dan perguruan tinggi Muhammadiyah, disamping sebagai pilar peradaban di bidang ilmu pengetahuan, juga sebagai sarana dakwah menyiarkan islam di dunia pendidikan. Bidang kesehatan, didirikan klinik, balai pengobatan, balai kesehatan ibu dan anak, serta rumah sakit muhammadiyah merupakah bagian dari dakwah bil hal, amar makruf mengembangkan kehidupan sehat, dan nahi mungkar yakni pencegahan dan penghapusan kondisi sakit dan penyakit. Pembaruan Keagamaan Penentuan arah kiblat yang tepat bagi pelaksanaan shalat dengan menggunakan ilmu hisab, sebagai kebalikan dari kebiasaan sebelumnya yang menghadap ke barat. Penggunaan perhitungan astronomi (ilmu falak) untuk menentukan awal bulan kamariah, sebagai kebalikan dari kebiasaan lama yang berdasarkan rukyat. Menyelenggarakan shalat eid di lapangan terbuka sebagai perubahan dari praktik sebelumnya yang melakukannya di masjid. Pengumpulan dana zakat melalui suatu panitia pengumpul (amil) sebagai perubahan dari praktik sebelumnya yang dilakukan secara individual atau menyerahkan uang zakat kepada pemuka agama seperti kiyai. Penyerderhanaan makam yang sebelumnya dihiasi secara berlebih- lebihan. Menghilangkan kebiasaan berziarah ke makam orang yang dianggap suci (wali) untuk meninta syafaat. Peran Muhammadiyah dalam Bangunan Ke-Islaman dan Ke Indonesiaan 1. Pemerintah Kolonial Belanda selalu berusaha agar perkembangan agama Islam bisa dikendalikan dengan bermacam-macam cara, diantaranya menetapkan agar semua hewan yang dijadikan kurban harus dibayar pajaknya. Hal ini ditentang oleh Muhammadiyah dan akhirnya berhasil dibebaskan. 2. Ikut aktif dalam keanggotaan MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) dan menyokong sepenuhnya tuntutan Gabungan Politik Indonesia agar Indonesia mempunyai parlemen di zaman penjajahan. 3. Ikut memelopori berdirinya Partai Islam Indonesia, begitupula pada tahun 1945 termasuk menjadi pendukung utama berdirinya satu partai islam Masyumi (Majelis Syura Muslimin Indonesia) dengan gedung madrasah mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta sebagai tempat kelahirannya. 4. Ikut menanamkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air Indonesia di kalangan umat Islam Indonesia dengan melopori penggunaan bahasa Indonesia dalam tabligh-tablighnya, khutbahnya ataupun tulisan-tulisannya. 5. Pada era reformasi tahun 1998, Muhammadiyah juga melalui Prof. Dr. Amien Rais sebagai Ketua Umum pimpinan pusat Muhammadiyah saat itu menjadi pelopor begulirnya reformasi dengan jatuhnya pemerintahan Soeharto. 6. Pada masa kepemimpinan Prof. Dr. HM. Dien Syamsuddin, Muhammadiyah berperan aktif dalam mengajukan judicial review (peninjauan kembali) ke mahkamah konstitusi Undang Undang No. 22 tahun 2001 mengenai pengelolaan Minyak dan Gas Bumi Indonesia karena dianggap hanya menguntungkan pihak asing. 7. Muhammadiyah sudah berhasil mengajukan judicial review tentang Pertambangan, Mineral dan batubara (UU Minerba), UU No. 24 tahun 2009 tentang Rumah Sakit yang dianggap merugikan organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam tersebut, serta UU ormas yang baru saja di sahkan DPR (tahun 2013). Faktor-Faktor Keberhasilan Muhammadiyah 1. Faktor doktrin dakwah amar maruf nahi mungkar (semangat mengajak pada kebaikan dan menyuruh pada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran) dan jihad fi sabilillah (berjuang dan berusaha di jalan Allah, jalan kebenaran). 2. Faktor keteladanan dari pendiri dan para generasi awal. 3. Militansi dan dukungan sukarela jamaah atau warga Muhammadiyah. 4. Ketertiban dan kerapian gerakan dalam berorganisasi juga menjadi faktor dominan dalam melihat keberhasilan Muhammadiyah. 5. Jaringan dan kepercayaan pihak lain kepada Muhammadiyah. Tantangan Muhammadiyah Masih ada sejumlah kalangan yang menganggap Muhammadiyah tidak berada di jalan sunnah, walaupun Muhammadiyah tetap dan terus berjuang berdakwah dengan menjadikan Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad SAW sebagai landasan utama gerakan. Tantangan dalam bidang sosial ekonomi yaitu saat ini bangsa indonesia semenjak krisis tahun1998 masih didera dengan problem sosial ekonomi yang relatif berat, angka pengangguran dan kemiskinan yang masih tinggi, Muhammadiyah berusaha ikut membantu tugas besar ini melalui amal usaha yang dimilikinya. Merawat dan melindungi segenap tanah air Indonesia dari usaha-usaha pihak lain yang terselubung yang berusaha menghalangi cita cita dan tujuan negara, Muhammadiyah melalui amal usahanya dan juga organisasi otonomnya berusaha menanamkan rasa cinta tanah air.